Lompat ke isi

SixthSense

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


SixthSense adalah sebuah perangkat antarmuka (interface) gestural yang dapat digunakan untuk menghubungkan dunia fisik di sekitar manusia dengan informasi digital. SixthSense memungkinkan manusia untuk berinteraksi dengan informasi digital dalam dunia fisik hanya dengan menggunakan gerakan tangan. Gerak tangan dan jari-jari tersebut akan dipahami secara otomatis untuk kemudian mampu memanipulasi informasi digital ke dalam dunia fisik.

SixthSense terdiri dari komponen-komponen seperti proyektor dengan ukuran kecil, cermin, kamera, dan ponsel yang terintegrasi satu sama lain dan mampu berfungsi layaknya sebuah komputer dengan koneksi ke internet. Pengguna dapat melakukan aktivitas sehari-harinya seperti menelepon, menggambar, mengambil foto, membaca buku, dan lain-lain, tanpa harus membawa banyak perangkat.

Prinsip teknologi SixthSense ditemukan dan dikembangkan oleh Pranav Mistry, seorang insinyur muda asal India yang lulus dari MIT (Massachusetts Institute of Technology) dengan predikat PhD. Pemberian nama SixthSense didasarkan pada pemikiran bahwa perangkat ini dikendalikan oleh gerak tubuh manusia, sehingga dapat dianalogikan sebagai pelengkap lima indra yang sudah dimiliki oleh manusia. Pada tahun 2009, SixthSense mendapatkan anugerah Invention Award yang diprakarsai oleh majalah Popular Science.

Sejarah Lahirnya SixthSense

[sunting | sunting sumber]

Pranav Mistry sangat terobsesi untuk mengintegrasikan penerimaan informasi dan interaksi antara dua dunia yang berbeda, yaitu dunia fisik dan dunia digital. Eksplorasi pertamanya dimulai pada tahun 2000, ketika ia membuat sebuah perangkat kecil dari komponen-komponen mouse yang mampu mereplikasi dunia fisik ke dalam dunia digital. Tahun-tahun berikutnya ia melakukan eksplorasi lain dengan membuat sebuah pena yang dapat menghasilkan gambar tiga dimensi. Aplikasi pena ini diterapkan untuk membantu para arsitek dan desainer.

Eksplorasi-eksplorasi ini mencoba menggiring komponen yang ada di dunia fisik ke dalam dunia digital, dengan tujuan membuat komputasi interface yang lebih intuitif. Namun akhirnya ia menyadari bahwa manusia tidak terlalu tertarik dengan komputasi. Manusia hanya tertarik pada konten sebuah informasi yang didasarkan pada rasa keingintahuan yang tinggi. Manusia lebih ingin mengetahui dan memahami dinamika yang terjadi di sekitarnya.

Pranav Mistry kemudian mencoba melakukan pendekatan dengan cara terbalik. Berangkat dari pemikiran tersebut, lahirlah teknologi SixthSense yang memungkinkan berbagai objek nyata di sekitar manusia dapat ikut dilibatkan dalam interaksi di dunia digital. Tujuan utama dari teknologi ini adalah mendapatkan kemudahan dalam menghubungkan dunia nyata dan dunia digital.

Komponen Teknologi SixthSense

[sunting | sunting sumber]

Prototipe atau bentuk awal SixthSense diliputi oleh beberapa komponen yaitu, sebuah proyektor ukuran kecil yang bisa dimasukkan ke dalam saku, cermin, kamera, dan ponsel. Proyektor dan kamera terhubung dengan perangkat komputasi mobile yang ada dalam saku pengguna.

Proyektor yang menggunakan teknologi LED (Light Emitting Diode) ini dapat memproyeksikan informasi visual yang dikirim oleh ponsel ke permukaan apapun yang ada di hadapan pengguna, baik berupa kertas, tembok, tangan, atau bahkan pada tubuh orang lain. Saat ini telah dikembangkan proyektor dengan teknologi laser yang mampu meningkatkan ketajamannya.

Dengan menggunakan teknik en:computer vision, kamera yang dilengkapi dengan webcam bertugas mengenali, melakukan tracking, dan menangkap gerakan tangan pengguna dan objek fisik di hadapannya. Pertama-tama kamera mengumpulkan semua gambar, kemudian mencoba mengenali warna dan bentuknya serta mampu memahami algoritme yang membentuknya. Menurut en:Pattie Maes, cara kerja perangkat ini didasarkan pada pengenalan gambar dan karakter. Secara teknis memang sangat kompleks, tetapi dapat memberikan hasil yang lebih intuitif untuk digunakan dalam beberapa kasus.

Informasi yang telah tertangkap oleh kamera, kemudian akan dikirimkan ke ponsel. Ponsel yang terkoneksi dengan internet akan memproses informasi berupa menggunakan algoritme untuk mengidentifikasi objek. Ponsel ini dilengkapi perangkat lunak khusus yang mampu mengintepretasikan gerakan tubuh.

Sebelum terciptanya algoritme yang mampu mengenali gerak tubuh, SixthSense pernah dilengkapi dengan colored finger caps atau penanda jari yang berwarna. Fungsinya adalah membantu kamera untuk menangkap gerakan tubuh.

Aplikasi Sixth Sense dan Perkembangannya

[sunting | sunting sumber]

Dengan memadukan gerak tubuh dan dunia komputasi digital, SixthSense mampu membawa informasi digital yang bisa dibawa ke mana saja dalam kehidupan nyata. Dengan bermacam-macam aplikasinya, SixthSense mampu melakukan implementasi yang menunjang kelangsungan hidup manusia.

Contoh aplikasi SixthSense yang paling sederhana adalah membuat ilustrasi atau gambar dengan tangan telanjang. Tidak hanya terbatas pada dinding saja, tetapi manusia juga bisa melakukannya di atas kertas kosong. Pranav Mistry juga telah mengembangkan aplikasi peta seperti pada Google Maps. Pengguna akan mampu menjelajahi peta pada sembarang permukaan, lengkap dengan fleksibilitas untuk melakukan zoom in, zoom out, dan panning menggunakan gerak tangan intuitif. Sistem dalam teknologi ini juga memungkinkan implementasi kamera gestural untuk mengambil foto, hanya dengan melakukan gerakan yang mengisyarakat framing. Adapun aplikasi yang memungkinkan pengguna untuk menggambar sebuah ikon atau simbol di udara bebas, dengan menggerakkan jari telunjuk yang bisa mengenali simbol tersebut sebagai perintah. Sistem juga mampu memperbesar kegunaan objek fisik yang digunakan oleh pengguna, sehingga mampu memproyeksikan informasi yang lebih. Implementasinya seperti pada koran yang mampu menampilkan informasi dinamis layaknya animasi atau video.

Masih banyak bentuk kegiatan yang bisa menjadi implementasi dari aplikasi teknologi SixthSense, seperti menelepon tanpa menggunakan ponsel, melihat jadwal penundaan keberangkatan pesawat, atau bahkan memindahkan data dengan mengambil dan memasukkannya ke dalam monitor komputer. Semua itu dapat dilakukan dengan tangan telanjang.

Semua hal di atas adalah bentuk-bentuk aplikasi baru yang akan terus dikembangkan dalam teknologi SixthSense. Esensi utama dari teknologi ini terletak pada potensi untuk menghubungkan dunia nyata dengan dunia maya atau internet, untuk kemudian menamplikan informasi pada objek itu sendiri. Seiring dengan perkembangannya nanti, SixthSense sangat mungkin digunakan sebagai alat yang membantu manusia dalam pemilihan produk atau merek. Konsumen hanya perlu melihat sebuah produk dan meletakkannya di tangan, kemudian SixthSense akan memperlihatkan kualitas produk atau merek tersebut. Konsumen akan dengan sangat mudah memilih produk yang berkualitas sekaligus sesuai dengan preferensi mereka.

Referensi

[sunting | sunting sumber]

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]