Sokotra

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Sokotra
Nama lokal:
Suquṭra سُقُطْرَى
Citra satelit Suquthra 12°29′20.97″N 53°54′25.73″E / 12.4891583°N 53.9071472°E / 12.4891583; 53.9071472
Geografi
LokasiSamudra Hindia
Koordinat12°29′20.97″N 53°54′25.73″E / 12.4891583°N 53.9071472°E / 12.4891583; 53.9071472Koordinat: 12°29′20.97″N 53°54′25.73″E / 12.4891583°N 53.9071472°E / 12.4891583; 53.9071472
KepulauanKepulauan Sokotra
Jumlah pulau4
Pulau besarSuquthra, 'Abdul Kuri, Samhah, Darsah
Luas3.796 km2
Titik tertinggiPegunungan Haghier (1.503 m)
Pemerintahan
NegaraYaman
KegubernuranKegubernuran Hadhramaut
(حضرموت)
DistrikHidaybū (timur)
Qulensya Wa Abd Al Kuri (barat)
Kota terbesarH̨adībū (8.545 jiwa)
Kependudukan
Penduduk42.842 jiwa (2004)
Kepadatan11 jiwa/km2
Kelompok etnikBangsa Arab, Afro-Arab, Asia Selatan, Bangsa Somali, Eropa
Kepulauan Suquthra
Situs Warisan Dunia UNESCO

Pohon Dracaena cinnabari
KriteriaAlam: x
Nomor identifikasi1263
Pengukuhan2008 (32)

Suquthra atau Sokotra (Arab: سُقُطْرَى/Suquṭra) adalah kepulauan kecil yang terletak di Samudra Hindia. Kepulauan ini terletak 80 km sebelah timur dari Tanduk Afrika, dan 380 km sebelah selatan dari Jazirah Arab.[1] Kepulauan ini sangat terisolasi, sehingga 1/3 dari floranya tidak dapat ditemui di tempat lain selain di kepulauan ini.

Sokotra merupakan bagian dari wilayah Republik Yaman. Pulau ini sudah lama menjadi bagian Kegubernuran 'Adan, namun pada tahun 2004 masuk Kegubernuran Hadhramaut, yang lebih dekat ke kepulauan tersebut ketimbang Adan (walaupun kegubernuran yang terdekat adalah Al-Mahrah).

Bahasa yang dituturkan penduduknya ialah bahasa Arab. Di samping itu, bahasa asli pulau ini ialah bahasa Sokotri yang terancam punah karena jarang penduduknya yang menganggap bahasa ini penting untuk dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Sokotra pernah diamuk tsunami 26 Desember 2004 yang menyebabkan seorang anak tewas dan 40 perahu nelayan rusak meskipun pulau itu 4.600 km (2.858 mi) sangat jauh dari episentrum tsunami yang terletak di lepas pantai barat Aceh, Indonesia.[2]

Flora dan fauna[sunting | sunting sumber]

Pulau Sokotra yang terpencil dihuni oleh 1.142 spesies endemik: flora dan fauna yang tidak ditemukan di tempat lain di Bumi. Berbagai spesies ini telah menyesuaikan diri dengan rentang suhu, tingkat kelembaban, dan ketinggian (secara unik beradaptasi terhadap panas, gersang dan kerap disapu angin).[3] Pegunungan Haghier merupakan tempat yang menarik dihuni oleh seratus spesies endemik.[4]

Flora[sunting | sunting sumber]

Lambang botanis sokotra, pohon suji darah, cabangnya menghadap ke atas untuk menyerap lembap dari kabut di dataran tinggi.[3] Bangsa Mesir, Yunani, dan Romawi kuno memanfaatkan kekayaan alam Sokotra seperti: getah aromatis (kemenyan), sari lidah buaya yang berkhasiat, dan getah merah darah dari pohon suji darah yang digunakan sebagai obat dan bahan pewarna karya para seniman. Dorstenia gigas, pohon ara berbentuk bulat, myrrhs, dan lidah buaya langka serta sederet tmbuhan endemik lainnya tumbuh di bebatuan merah di tebing Maalah dekat desa Qulansiyah, di ujung barat Sokotra.

Fauna[sunting | sunting sumber]

Pulau ini banyak dijaga ular-ular besar penghuni gua-gua di Sokotra. Chamaeleo monachus (bunglon) hanya ditemukan di Sokotra. Penduduk setempat percaya bahwa bunglon tersebut ajaib. Konon orang yang mendengar desisnya bisa menjadi bisu.[3] Keong darat memanjat pohon untuk menghindari panas di Dataran Zahr yang tandus di Sokotra. Burung dendang laut cokelat (Sula leucogaster) banyak terdapat di pantai barat Sokotra dan berkembangbiak di Sokotra atau pulau-pulau kecil di sekelilingnya. Kepiting air tawar (Suqutrapotamon socotrensis) hanya terdapat di pulau Sokotra dan menjadi mata rantai tertinggi makanan air.

Galeri[sunting | sunting sumber]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ http://en.youth.cn/yculture/200911/t20091118_1085530.htm
  2. ^ Hermann M. Fritz; Emile A. Okal (2008). "Socotra Island, Yemen: field survey of the 2004 Indian Ocean tsunami". Natural Hazards (dalam bahasa Inggris). 46 (1): 107–117. doi:10.1007/s11069-007-9185-3. 
  3. ^ a b c "National Geographic Indonesia Vol 8 No. 6 Juni 2012 hal. 110-114". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-10-24. Diakses tanggal 2021-05-25. 
  4. ^ "National Geographic Indonesia Vol 8 No. 6 Juni 2012 hal. 118-119". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-10-24. Diakses tanggal 2021-05-25. 

Pranala luar[sunting | sunting sumber]