Strukturalisme genetik

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Strukturalisme genetik (Inggris: genetic structuralism) adalah konsep yang pertama kali dirumuskan oleh Lucien Goldmann yang menjelaskan aspek dalam penelitian sastra yang berangkat dari tiga sifat dasar yang dimiliki manusia, yang terdiri dari kecenderungan atas signifikansi, konsistensi, dan transendensi. Konsep ini berangkat dari fakta kemanusiaan (human fact) yang terdiri dari subjek individual dan subjek kolektif.

Fakta kemanusiaan[sunting | sunting sumber]

Fakta manusia bisa dibedakan menjadi dua, pertama adalah fakta individu seperti perilaku libidinal seseorang yang berhubungan dengan kelas sosial. Yang kedua adalah fakta sosial yang terhubung dengan sejarah. Fakta manusia bukanlah sesuatu yang baru saja muncul, melainkan hasil aktivitas manusia sebagai subjek. Hal ini karena manusia berasimilasi dan mengakomodir lingkungan sehingga menjadi Subjek dalam realitas. Karena manusia individual tidak mampu mengasimilasi dan mengakomodasi, maka manusia membutuhkan secara kolektif untuk mengatasi individu.[1] Peran fakta kemanusiaan dalam sejarah merupakan fakta sosial yang hanya mungkin diciptakan oleh subjek trans-individual yaitu subjek yang mengatasi individu, yang bertindak atas aspirasi kolektif yang merupakan representasi pandangan dunia masyarakat. Fakta kemanusiaan ini lahir melalui proses struktural (structural process) dan proses de-struktif (destructive process).[2] Secara umum, human fact atau fakta kemanusiaan adalah segala hal, baik yang berupa verbal maupun fisik, yang berupa hasil dari aktivitas atau perilaku manusia yang berusaha dipahami oleh pengetahuan.[3]

Subjek kolektif[sunting | sunting sumber]

Goldmann percaya terdapat homologi antara struktur sastra dengan struktur masyarakat, karena keduanya merupakan produk dari aktivitas struktur yang sama. Namun hubungan antara masyarakat dan struktur sastra tidak dapat dipahami sebagai hubungan determinatif langsung namun melalui apa yang disebutnya sebagai wacana.[2] Studi tentang karya sastra salah satunya tidak dapat dipisahkan dari totalitas kehidupan dan hubungan sosial historisnya. Oleh sebab itu, strukturalisme genetik muncul dengan memberikan pada asal usul karya tersebut, yang sekaligus memberikan perhatian pada analisis intrinsik dan ekstrinsik dalam karya tersebut.[3] Cara mudah menganalisis literatur dengan stucturalisme genetik dapat dirumuskan menjadi tiga tahap. Pertama, analisis elemen intrinsik karya sastra sebagai data dasar. Kedua, analisis background penulis; Penulis memiliki kepribadian, gaya, ideologi, dan norma yang mempengaruhi karyanya. Ketiga, menganalisis latar belakang sosial budaya dan sejarah tempat sastra dibuat oleh penulis.[2]

Pandangan dunia[sunting | sunting sumber]

Pandangan dunia merupakan istilah yang cocok bagi kompleks menyeluruh dari gagasan-gagasan, aspirasi-aspitrasi dan perasaan-perasaan yang menghubungkan secara bersama-sama anggota-anggota suatu kelompok sosial yang lain. Sebagai suatu kesadaran kolektif pandangan dunia itu berkembang sebagai hasil dari situasi sosial dan ekonomi tertentu yang dihadapi oleh subjek kolektif yang memilikinya.[19] Jadi pandangan dunia merupakan gagasanyang menyatu dan berkembang dalam kajian kolektif yang melahirkan reaksi sosial di masyarakat tertentu. Melalui pandangan dunia, 'nilai otentik' dapat direpleksikan melalui suatu karya literatur yang merangkul kehidupan. Nilai otentik adalah nilai yang tersirat dalam sebuah karya. Nilai yang mengatur bentuk dunia sepenuhnya. Karakteristik nilai ini bersifat konseptual dan abstrak.[2]

Catatan kaki[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Faruk. (1994). Pengantar Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
  2. ^ a b c d Nur'aiani Witri. (2009). Skripsi: Genetic Structuralism Analysis on "Lucky Jim" by Kingsley Amis. Jakarta: UIN Syarief Hidayatullah.
  3. ^ a b Ratna, Nyoman Kutha. (2004). Teori Metode dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.