Suraqah bin Malik

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Kisah Suraqah bin Malik memerangi Rasulullah SAW saat pagi hari dan sore harinya menjadi senjata yang melindungi Nabi disampaikan oleh sahabat Nabi SAW, Anas bin Malik ra. Pada awalnya, Suraqah adalah salah seorang pemburu Rasulullah SAW saat beliau sedang dalam perjalanan hijrah dari Mekkah ke Madinah . Pemuka kaum kafir Qurasy menawarkan hadiah 100 unta betina kepada siapa pun yang berhasil menangkap sang pembawa risalah Islam itu, hidup atau mati. Akhir dari kisah ini adalah Suraqah tersungkur menyerah. "Suraqah menjadi orang yang memerangi Rasulullah SAW saat pagi hari dan (pada) sore harinya menjadi senjata yang melindunginya,” ujar Anas bin Malik sebagaimana dikutip dalam kitab Shahih al-Bukhari .

Al-Bukhari dalam Shahihnya meriwayatkan, setelah berdiam diri di gua Tsur selama tiga hari, penunjuk jalan yang disewa Abu Bakar ra datang menyusul mereka sembari membawa dua tunggangan yang telah dipersiapkan Abu Bakar. Bersama mereka, ikut juga seorang budak milik Abu Bakar yang bernama Amir bin Fuhairah. Kemudian, empat orang ini memulai perjalanan menuju Madinah melalui daerah pinggiran. Rasulullah SAW berjalan dengan tenang, dan lisannya tidak berhenti berdzikir menyebut asma Allah SWT. Lain halnya dengan Abu Bakar yang tampak gelisah. Ia sering menoleh ke belakang. Ia sangat khawatir terkejar kaum Quraisy. Saat tiba waktu untuk istirahat siang pada hari itu dan suasana jalan sepi, Allah SWT meninggikan sebuah dataran sehingga memiliki bayangan. Mereka singgah di balik dataran tinggi ini. Abu Bakar meratakan tanah dengan tangannya dan menggelar alas sebagai tempat istirahat Rasulullah. Dia pun mempersilakan Rasulullah beristirahat di tempat yang telah dipersiapkan itu. Kemudian Abu Bakar keluar melihat-lihat keadaan. Pada saat hampir bersamaan, ada seorang penggembala menuju tempat mereka dengan tujuan yang sama untuk berteduh. Abu Bakar menanyai orang ini, sehingga ia tahu bahwa penggembala ini penduduk Mekkah. Sang penggembala mengizinkan mereka mengambil susu salah seekor dari kambing gembalaannya, kemudian mereka melanjutkan perjalanan. Selama dalam perjalanan, Abu Bakar senantiasa bersama Rasulullah SAW di atas tunggangannya. Apabila ada yang bertanya tentang Rasulullah maka Abu Bakar menjawab: “Orang ini menunjukkan jalan untukku”. Anas bin Malik (sahabat yang meriwayatkan hadis ini) berkata: “Sehingga si penanya mengira yang dimaksudkan adalah pemandu perjalanan, padahal yang diinginkan oleh Abu Bakar adalah jalan kebaikan”.