Survei opini publik

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Survei Opini Publik adalah kegiatan untuk mengetahui pendapat masyarakat atas isu-isu yang berhubungan dengan masalah publik, dan upaya itu dilakukan lewat suatu penelitian. Dari definisi ini terlihat, ada dua aspek penting dari survei opini publik.[1]

  • Pertama, survei opini publik berusaha menjaring pendapat masyarakat. Upaya untuk mengetahui pendapat masyarakat itu dilakukan lewat sebuah penelitian. Ada banyak upaya untuk menjaring pendapat umum. Pejabat yang turun ke daerah dan melakukan wawancara dengan penduduk, acara dengar pendapat di DPR, liputan wartawan di media, adalah bentuk-bentuk pengungkapan opini publik. Yang membedakan, survei opini publik adalah upaya mengetahui pendapat masyarakat lewat penelitian.
  • Kedua, aspek-aspek yang ditanyakan dalam survei ini umumnya berkaitan dengan masalah-masalah publik. Ini untuk membedakan antara survei opini publik dengan kegiatan penelitian lain seperti survei pemasaran, kesehatan dan sebagainya. Semua jenis kegiatan penelitian ini menggunakan penelitian, lebih spesifik lagi menggunakan metode survei. Objek dari semua jenis penelitian itu adalah orang dan penelitian umumnya dilakukan dengan menggunakan wawancara terstruktur (kuesioner). Yang membedakan adalah aspek atau topik yang diangkat. Dalam survei pemasaran misalnya, yang ditanyakan adalah masalah-masalah produk, harga, dan sebagainya. Survei pemasaran tidak ada kaitannya dengan masalah-masalah publik seperti soal kinerja pemerintahan, kenaikan harga bahan bakar minyak dan sebagainya.

Survei vs Sensus[sunting | sunting sumber]

Survei adalah suatu metode untuk mengetahui pendapat masyarakat dengan hanya menanyakan kepada sejumlah orang. Kita tidak menanyakan kepada semua anggota populasi. Perwakilan dari orang yang kita wawancarai inilah yang disebut sebagai sampel. Dengan sampel, pengukuran opini publik menjadi lebih praktis dan bisa dilakukan kapanpun.

  • Metode
Aspek Sensus Survei Memakai Sampel
Sampling Error (kesalahan

dalam penarikan sampel)

Tidak ada, hal ini karena sensus

menyertakan semua anggota populasi

Ada, tergantung kepada jumlah sampel yang dipakai, semakin kecil sampel

semakin besar kemungkinan kesalahan (error)dalam proses penarikan sampel.

Non Sampling Error (kesalahan

diluar penarikan sampel)

Besar, karena semakin banyak

orang yang diwawancara

Kecil atau paling tidak, bisa dikontrol. Survei menyertakan jumlah sampel

yang sedikit. Makin kecil sampel, kualitas wawancara juga bisa lebih muda dikontrol.

  • Tehnis Pelaksanaan
Aspek Sensus Survei Memakai Sampel
Waktu Waktu Yang Panjang mengingat sensus harus

mewawancarai semua anggota populasi. Kurang cocok untuk mengukur pendapat masyarakat, karena pendapat masyarakat bisa cepat berubah.

Relatif lebih singkat, karena hanya wawancara sampel

beberapa ratus atau ribu orang. Cocok dipakai untuk mengukur pendapat yang relatif mudah berubah.

Tenaga Pewancara & Budget Besar, karena harus menjangkau

semua anggota populasi

Relatif lebih kecil budget yg dibutuhkan.

Jumlah sumber daya terutama pewancara yang terlibat juga lebih kecil.

Tahapan Survei[sunting | sunting sumber]

Ada sejumlah tahapan yang harus dilakukan oleh peneliti ketika merancang dan membuat survei. Secara umum ada 11 tahapan, yang dapat digambarkan secara ringkas sebagai berikut[2]

  1. Identifikasi tujuan survei dan metode wawancara.
  2. Menentukan alokasi waktu dan budget.
  3. Menentukan fokus survei dan informasi yang ingin didapat dari survei.
  4. Menentukan populasi dan kerangka sampel.
  5. Menentukan jumlah sampel dan tehnik penarikan sampel yang dipakai.
  6. Membuat instrumen survei (kuesioner dan alat bantu).
  7. Pre test instrumen survei.
  8. Seleksi dan pelatihan untuk pewawancara.
  9. Wawancara lapangan
  10. Koding data.
  11. Analisis data dan penulisan laporan survei.ok

Organisasi dan Manajemen Survei[sunting | sunting sumber]

Desain dan rencana survei yang baik, tidak akan berguna jika dalam praktiknya dilakukan dengan tidak baik. Penarikan sampel, kuesioner yang baik tidak banyak artinya jika dalam pelaksanaannya tidak dikerjakan dengan baik. Agar pelaksanaan survei bisa berjalan dengan baik, perlu manajemen dan organisasi survei. Ini menjamin agar apa yang telah dirancang itu bisa dilaksanakan.

Organisasi[sunting | sunting sumber]

Agar survei bisa dilaksanakan dengan baik (kualitas yang baik dan tepat waktu), perlu pengorganisasian. Organisasi dan jumlah orang yang terlibat bisa disesuaikan dengan kebutuhan dan jenis survei. Survei yang menyertakan wilayah luas (misal survei nasional dengan populasi seluruh Indonesia), tentu membutuhkan organisasi yang lebih komplek dibandingkan dengan survei dengan populasi pendudukan satu kabupaten. Tetapi secara umum, organisasi survei meliputi 7 bidang sebagai berikut:

Kendali Kualitas[sunting | sunting sumber]

  1. Pre Test dan Role Play
  2. Workshop
  3. Pendampingan
  4. Spot Check

Design Survei[sunting | sunting sumber]

Sebelum merancang survei, peneliti perlu menentukan terlebih dahulu desain survei yang akan dipilih. Pilihan desain ini nantinya akan menentukan bagaimana sampel diambil. Materi pertanyaan kuesioner sedikit banyak juga ditentukan oleh desain survei. Secara umum, survei dibagi kedalam dua bagian besar

Desain Survei Sekali Waktu (Cross-Sectionaly Survey)[sunting | sunting sumber]

Peneliti ingin merancang survei hanya sekali saja. Peneliti hanya fokus pada hasil saja. Peneliti tidak tertarik untuk mengamati perubahan pendapat atau perilaku masyarakat.

Desain Survei Rangkai Waktu (Longitudinal Survey)[sunting | sunting sumber]

Desain survei yang dimaksudkan untuk mengetahui perubahan pendapat atau perilaku masyarakat. Disini peneliti tidak hanya tertarik dengan gambaran atau perilaku masyarakat, tetapi juga perubahan pendapat masyarakat. Ada beberapa jenis survei rangkai waktu (Longitudinal Survey), antara lain:

  1. Survei Trend / Tracking
  2. Survei Panel
  3. Survei Kohort

Sampel[sunting | sunting sumber]

Populasi dan Kerangka Sampel[sunting | sunting sumber]

  1. Populasi
  2. Populasi Sasaran
  3. Sampel
  4. Ilustrasi

Metode Penarikan Sampel[sunting | sunting sumber]

  1. Penarikan Sampel Acak ( Probability Sampling )
  2. Sampel Acak Sistematis ( Systematic Random Sampling )
  3. Sampel Acak Stratifkasi Proposional
  4. Sampel Acak Stratifkasi Tidak Proposional
  5. Sampel Acak Klaster ( CLuster Random Sampling )
  6. Sampel Acak Wilayah ( Area Probability Sampling )

Mendeteksi Kesalahan (Error) Dalam Penarikan Sampel[sunting | sunting sumber]

  1. Definition Error
  2. Coverage Error
  3. Sampling Error
  4. Nonresponse Error

Menentukan Jumlah Sampel[sunting | sunting sumber]

  1. Keragaman Populasi
  2. Tingkat Kesalahan Yang Diinginkan (Sampling Error)
  3. Tingkat Kepercayaan

Kuesioner[sunting | sunting sumber]

Kuesioner dapat diibaratkan sebagai alat ukur. Jika termometer yang digunakan untuk mengukur temperatur, maka kuesioner digunakan untuk mengukur pemahaman, persepsi sikap atau opini manusia. Akan tetapi mengukur opini tidaklah semudah mengukur temperatur atau tinggu badan sesorang. Sebab opini seseorang sangat tergantung pada latar belakang atau cara berpikir manusia. Untuk itu, asumsi-asumsi yang dipakai pada saat menyusun pertanyaan harus jelas.

Bentuk dan Format Pertanyaan[sunting | sunting sumber]

  1. Tahap Penyusunan Kuesioner
    • Memahami Masalah dan Aspek-Aspeknya
    • Identifikasi Calon Responden
    • Merumuskan Pertanyaan
  2. Bentuk Pertanyaan
    • Pertanyaan Terbuka
    • Pertanyaan Tertutup
  3. Materi Pertanyaan
    • Pemahaman Pengetahuan
    • Opini/Sikap
    • Perilaku

Merumuskan Pertanyaan[sunting | sunting sumber]

  1. Menghindari Bias
    • Bias Instrumentasi
    • Bias Respon

Menyusun Skala[sunting | sunting sumber]

  1. Skala Penilaian (Rating Scale)
    • Skala Likert
    • Skala Penilaian Komparatif
  2. Skala Pemeringkatan (Ranking Scale)
    • Skala Peringkat Pendapat
    • Skala Perbandingan Berpasangan

Format dan Urutan Pertanyaan[sunting | sunting sumber]

    • Urutan Pertanyaan
    • Pertanyaan Peryaring

Metode dan Jenis Wawancara[sunting | sunting sumber]

Prosedur dan Jenis Wawancara[sunting | sunting sumber]

    • Kemampuan Pewawancara
    • Lingkungan Wawancara
    • Membaca Pertanyaan
    • Probing

Membaca dan Menafsirkan hasil Survei[sunting | sunting sumber]

Sebelum peneliti menulis data hasil survei, peneliti harus mampu membaca dan menafsirkan data hasil survei. Pembacaan dan penafsiran atas hasil survei itulah yang nantinya akan ditampilkan dalam tulisan hasil survei. Beberapa aspek yang perlu diperhatikan ketika membaca hasil survei:

  1. Angka Sampling Error
  2. Periode Waktu Survei
  3. Stabilitas Suara / Dukungan
  4. Perhatikan Pertanyaan Yang Diajukan
  5. Perhatikan Populasi/Populasi Sasaran Yang Dipakai
  6. Perhatikan Kerangka Sampel (Sampling Frame) Yang Dipakai
  7. Perhatikan Tehnik Pengumpulan Data Yang Dipakai
  8. Perhatikan Tingkat Respons / Response Rate
  9. Pastikan Non Sampling Error Telah Ditekan Sekecil Mungkin

Menyajikan dan Menulis Data Hasil Survei[sunting | sunting sumber]

Data hasil survei bisa disajikan dalam bentuk tabulasi frekuensi, yakni tabel yang menggambarkan frekuensi jawaban masing-masing kategori. Secara umum, penyajian tabulasi frekuensi ini bisa menggunakan dua bentuk:

  • Pertama, tabulasi tunggal yaitu kita menyajikan hasil survei setiap pertanyaan. Setiap pertanyaan dibuat kedalam satu tabel atau satu grafik.
  • Kedua, tabulasi silang (cros tabulation). Tabulasi silang dipakai jika peneliti ingin mengetahui sebaran pendapat menurut kategori tertentu. Atau peneliti ingin mengetahui dan mendalami suatu item pertanyaan tertentu. Tabel silang ini, dapat digambarkan kedalam tiga jenis tabel:
  1. Tabel Baris
  2. Tabel Kolom
  3. Tabel Total

Menulis Data[sunting | sunting sumber]

Laporan hasil survei disajikan sesuai dengan tujuan laporan. Bisa dalam bentuk laporan penelitian yang rigid, bisa juga disajikan secara ilmiah populer, misalnya untuk keperluan ditulis di media masa. Format laporan bisa berbeda-beda. Bisa ditulis secara populer bisa juga ditulis dengan format yang kaku dan serius. Apapun bentuk laporannya, penulisan data survei tetap harus mengikuti kaidah-kaidah ilmiah dan prosedur standar penulisan survei.

Laporan hasil survei harus disertai dengan informasi yang memadai mengenai metode dan tehnik yang dipakai. Ini merupakan prosedur universal yang harus diperhatikan oleh semua penyelenggara survei. Informasi metode ini adalah sarana bagi khalayak untuk mencek hasil survei. Informasi ini juga sarana bagin peneliti lain untuk menguji validitas dan reliabilitas dari survei yang dikerjakan.

Informasi yang harus ada dalam laporan survei antara lain:

  1. Siapa sponsor survei?
    • Siapa yang membiayai survei. Apakah dibiayai sendiri ataukah oleh pihak lain. Apakah pihak lain yang membiayai survei punyai kaitan dengan topik dan tema survei. Informasi ini harus disajikan secara terbuka (transparan) kepada publik untuk menghindari kecurigaan publikasi hasil survei.
  2. Apa tujuan survei?
    • Peneliti juga perlu menginformasikan dengan jelas untuk apa survei itu dilakukan.
  3. Populasi dan tehnik penarikan sampel.
    • Siapa populasi survei, bagaimana tehnik penarikan sampel yang dipakai. Apakah sampel diambil secara random atau tidak.
  4. Rumusan pertanyaan yang dipakai.
    • Bagaimana rumusan pertanyaan yang dipakai. Sebaiknya, rumusan pertanyaan ini ditampilkan secar lengkap (apa adanya) seperti yang tertera pada kuesioner.
  5. Metode wawancara.
    • Apapkah wawancara dilakukan secara langsung (face to face interviews) ataukah lewat telpon. Bagaimana proses wawancara dilakukan. Apakah ada mekanismen untuk melakukan pengecekan (misalnya menggunakan back chek, atau spot check). Jika dilakukan back check dan spot check, berapa banyak back check dan spot check tersebut dilakukan dari total keseluruhan populasi.
  6. Waktu wawancara.
    • Kapan wawancara lapangan dilakukan.
  7. Akurasi survei.
    • Berapa persen kesalahan (sampling error) dari survei.

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Bagaimana Merancang Survei Opini Publik - AROPI, ISBN 978-979-19508-0-0
  2. ^ Sumber: Designing and Conducting Survey Research: A Comprehensive Guide Richard A. Parker, Ph.D. & Louis M. Rea, Ph.D. Jossey-Bass, Inc., Publishers, New York, 2004 (2nd edition )

Pranala luar[sunting | sunting sumber]