Lompat ke isi

Swarastra

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Swarastra adalah seorang raja dalam mitologi Hindu. Menurut kitab Markandeyapurana, ia adalah sosok raja yang baik, tidak lupa menyelenggarakan ritual keagamaan, dan tidak kalah dalam peperangan. Ia memiliki seratus istri. Di antara semua istrinya, hanya nama Utpalawati yang disebutkan, karena ia merupakan ibu Tamasa, Manu keempat.

Menurut kisah dalam Purana, Swarastra memuja dewa Surya dengan taat. Tindakan Swarastra membuat Surya senang, sehingga ia dianugrahi umur yang panjang. Saat seluruh istri, menteri, dan para abdinya meninggal dunia, Swarastra masih tetap hidup. Hal itu membuatnya sedih sehingga ia kehilangan semangat hidupnya. Akhirnya, kerajaan yang dipimpin Swarastra mengalami kekalahan oleh serangan yang dilancarkan seorang raja bernama Wirmada. Setelah kekalahannya, Swarastra pergi bermeditasi ke tengah hutan. Ia memilih tepi sungai Witasta sebagai tempat bermeditasi dan melakukan meditasinya dengan ekstrem. Pada musim panas ia bermeditasi dalam kobaran api sedangkan pada musim dingin ia bermeditasi di bawah air.

Saat Swarastra sedang bermeditasi di musim dingin, awan hitam bergumul, lalu membuat empat penjuru dunia menjadi gelap. Kemudian hujan turun dengan sangat lebat, membuat aliran sungai menjadi deras dan menghanyutkan Swarastra. Seekor kijang turut hanyut bersama Swarastra dan makhluk tersebut berusaha menyelamatkan diri. Swarastra berhasil meraih ekor kijang tersebut, sehingga dirinya terselamatkan berkat hewan tersebut. Sang kijang mengantarnya menuju sebuah gua yang indah di alam bawah tanah.

Di dalam gua, sang kijang memberitahu sang raja bahwa dirinya adalah reinkarnasi dari Utpalawati, istri kesayangannya dalam kehidupan sebelumnya. Pada kehidupan sebelumnya, Utpalawati mengejar seekor kijang, yang sesungguhnya merupakan penjelmaan resi Sutapah namun ia tidak mengetahuinya. Sang resi menjadi marah lalu ia mengutuk Utpalawati agar terlahir kembali sebagai seekor kijang. Akhirnya, Utapalawati bereinkarnasi menjadi kijang dan bertemu kembali dengan suaminya yang berumur panjang. Petemuan kembali dengan Utpalawati membuat Swarastra menjadi senang. Kemudian mereka memiliki seorang anak yang diberi nama Tamasa, karena dilahirkan saat dunia dalam keadaan gelap gulita. Anak tersebut ditakdirkan menjadi Manu keempat.

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]

Referensi

[sunting | sunting sumber]