Tahap kesiapan teknologi
Tahap Kesiapan Teknologi atau Tingkat Kesiapan Teknologi (TKT) adalah suatu pengukuran ukuran mengenai tingkat kesiapan sebuah teknologi. Ini diartikan sebagai Indikator yang menunjukkan seberapa siap-nya atau matang-nya suatu teknologi dapat diterapkan dan diadopsi oleh Pengguna atau Calon Pengguna. Tingkat Kesiapan Teknologi merupakan suatu sistem pengukuran sistematik yang mendukung penilaian kematangan atau kesiapan dari suatu teknologi tertentu dan untuk dijadikan perbandingan dalam hal kematangan ataupun kesiapan antara setiap jenis teknologi yang berbeda.
TKT merupakan ukuran yang menunjukkan tahapan atau tingkat kematangan atau kesiapan teknologi dari skala 1-9, yang mana antara satu tingkat dengan tingkat yang lain saling terkait sehingga bisa menjadi landasan yang kuat bagi tingkatan berikutnya.
Sejarah
[sunting | sunting sumber]Pada tahun 2003, pengukuran TKT pertama kali dikembangkan oleh NASA, yang digunakan sebagai alat untuk menyeleksi vendor teknologi yang sesuai dengan kebutuhannya, dalam rangka mengurangi adanya risiko kegagalan. Kementerian Pertahanan Amerika Serikat (Department of Defense) juga mengadopsi metode pengukuran ini untuk mengevaluasi tingkat kesiapan teknologi baru dan panduan pengembangannya di masa datang sampai siap secara operasional (Operationally Ready).
Hingga pada tahun 2012, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) membuat tingkat kesiapan teknologi dalam rangka mendukung upaya mengurai stagnasi inovasi di Lembaga Litbang dan perkuatan hubungan Pemasok-Pengguna diperlukan penguasaan informasi TKT oleh kedua belah pihak, penumbuhkembangan kolaborasi bagi inovasi, meningkatkan difusi inovasi hasil litbangyasa.[1]
Tingkatan Kesiapan Teknologi
[sunting | sunting sumber]Berikut ini adalah peringkat kesiapan teknologi versi BPPT:[2]
TKT 1: Prinsip dasar dari teknologi telah diteliti dan tercatat
TKT 2: Formulasi Konsep teknologi dan aplikasinya
TKT 3: Pembuktian konsep (proof-of-concept) fungsi dan/atau karakteristik penting secara analitis dan eksperimental
TKT 4: Validasi kode, komponen dan atau kumpulan komponen dalam lingkungan laboratorium
TKT 5: Validasi kode, komponen dan atau kumpulan komponen dalam lingkungan yang relevan
TKT 6: Demonstrasi Model atau Prototipe Sistem/ Subsistem dalam lingkungan yang relevan
TKT 7: Demonstrasi prototipe sistem dalam lingkungan/aplikasi sebenarnya
TKT 8: Sistem telah lengkap dan memenuhi syarat (qualified) melalui pengujian dan demonstrasi dalam lingkungan/ aplikasi sebenarnya
TKT 9: Sistem benar-benar teruji/terbukti melalui keberhasilan pengoperasian
Tekno-Meter
[sunting | sunting sumber]Pengukuran tingkat kesiapan teknologi dilakukan dengan menggunakan Tekno-Meter. Tekno-Meter adalah sebuah perangkat lunak (software) berbasis spreadsheet dari Microsoft Excel yang menghimpun beberapa pertanyaan standar untuk setiap tingkatan dan menampilkan TKT yang dicapai secara grafis. Perangkat lunak ini cukup membantu dalam proses pengukuran TKT (yang dapat dilakukan berulang). Tekno-Meter dapat memberikan gambaran sesaat (snap shot) tentang status kematangan teknologi pada waktu tertentu. Disamping itu juga dapat untuk mengevaluasi proses historis pencapaian kesiapan/kematangan teknologi dari program pengembangan yang dilakukan dalam suatu teknologi.
Pengukuran tingkat kesiapan teknologi dapat dilakukan secara mandiri (self assessment) dimaksudkan untuk memetakan kapasitas dan kapabilitas teknologi. Upaya ini dirintis pertama kali oleh William Nolte beserta timnya di AFRL Amerika Serikat (Air Force Research Laboratory) pada tahun 2005, mengembangkan “kalkulator” penghitung yang disebut TRL Calculator. Alat ini merupakan peranti lunak untuk menerapkan konsep tingkat kesiapan teknologi yang dikembangkan NASA dalam program-program pembangunan teknologinya. Pada TRL Calculator ini terdapat sejumlah pertanyaan standar untuk setiap tingkatan. Tetapi perlu diingat bahwa pada penggunaan untuk teknologi tertentu, diperlukan customization terhadap kumpulan pertanyaan standar pada setiap tingkat, sehingga sesuai dan relevan dengan teknologi tersebut.
TRL Calculator juga memungkinkan pengukuran ketiga “jenis” teknologi, baik berupa perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software), dan keduanya. Metode pengukuran tingkat kesiapan teknologi dengan TRL Calculator mencoba mengukur kesiapan teknologi dalam “multi dimensi” (walaupun diakui tetap masih mengabaikan banyak dimensi penting lain menyangkut kematangan teknologi). Alat ini kemudian dikembangkan dan sejauh mungkin disesuaikan dengan kondisi Indonesia kemudian dimodifikasi menjadi Tekno-Meter. Diawali pada tahun 2005, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) melalui kegiatan Pengkajian Sistem Difusi dan Pemanfaatan Teknologi telah melakukan Kajian Pengukuran Tingkat Kesiapan Teknologi dan telah dihasilkan “Panduan Pengukuran Tingkat Kesiapan Teknologi”.
Panduan masih menggunakan alat ukur TRL Calculator. Hasil kajian ini menunjukkan bahwa pengukuran tingkat kesiapan teknologi berpeluang besar sebagai dasar pengambilan keputusan untuk pengembangan riset. Setahun kemudian bekerjasama dengan Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (KRT), dilakukan kegiatan kajian bersama untuk menyusun Panduan Pengukuran Tingkat Kesiapan Teknologi dan telah dihasilkan “TRL Meter BPPT-Ristek v-1.0.xls” beserta perangkat lunak (software) worksheet Microsoft Excel. Tekno-Meter digunakan membantu KRT untuk mengevaluasi keberhasilan program Riset Unggulan Kemitraan (RUK).
Hasil pengukurannya sesuai dengan hasil evaluasi yang dilakukan oleh KRT . Selanjutnya pada tahun berikutnya Tekno-Meter digunakan untuk mengukur tingkat kesiapan teknologi hasil kegiatan BPPT guna menyusun Direktori Teknologi yang salah satu unsurnya menggambarkan peta tingkat kesiapan teknologi. Informasi mengenai tingkat kesiapan teknologi dapat dimanfaatkan untuk menjaring kemitraan dalam rangka pemasaran hasil riset BPPT. Pada tahun 2010, Tekno Meter digunakan untuk mengukur tingkat kesiapan teknologi 54 hasil riset BPPT dalam 11 bidang teknologi.
Hasil pengukuran menunjukkan bahwa 50 % hasil riset BPPT telah berada pada level di atas 6. Kesimpulan ini membantu pengelola program riset untuk mengambil keputusan langkah berikut, apakah berupa kolaborasi untuk melanjutkan riset atau masuk ke komersialisasi. Pada tahun 2011, Tekno-Meter digunakan untuk mengukur tingkat kesiapan teknologi beberapa hasil riset Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK) dibawah koordinasi KRT. Pada kegiatan ini juga telah dilakukan penyempurnaan TRL-Meter versi 1.0 dan penyusunan buku Panduan Pengukuran Tingkat Kesiapan Teknologi.[3]
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ Kuncoro Budy Prayitno, dkk, 2012, Sosialisasi TRL (Technology Readiness Level) Hasil Riset untuk Mendukung Kemampuan Inovatif Lembaga Litbang Daerah Dalam Penguatan Sistem Inovasi Daerah, Pusat Pengkajian Kebijakan Difusi Teknologi–BPPT.
- ^ Arwanto dan Prayitno. 2013. Tekno-Meter Pengukuran Tingkat Kesiapan Teknologi Diarsipkan 2016-03-05 di Wayback Machine.. Jakarta: BPPT.
- ^ Arwanto., Kuncoro Budy Prayitno., Dedi Suhendri, 2011, Tekno-Meter: Panduan Pengukuran Tingkat Kesiapan Teknologi, BPPT, Pusat Pengkajian Kebijakan Difusi Teknologi–BPPT.