Lompat ke isi

Tahsin

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


Tahsin (bahasa Arab: تحسین) adalah kata dari bahasa Arab yang berarti memperbaiki, meningkatkan, atau memperkaya. Hal ini juga umumnya digunakan sebagai nama yang diberikan untuk anak-anak laki-laki di dunia Arab dan Islam. Tahsin dalam islam mengandung makna bahwa tuntutan agar dalam membaca alquran harus benar dan tepat sesuai dengan contohnya demi terjaganya orisinalitas praktik tilawah sesuai dengan sunnah Rasulullah SAW.

Tahsin menurut bahasa berasal dari ‘hassana-yuhassinu’ yang artinya membaguskan. Kata ini sering digunakan sebagai sinonim dari kata tajwid yang berasal dari ‘jawwada-yujawwidu’ apabila ditinjau dari segi bahasa. Oleh karena itu, pendefinisian tahsin menurut istilah disamakan dengan pendefinisan tajwid. Dalam Buku Tahsin Tilawah 1 LKP TARQI, penulis menuliskan bahwa definisi tajwid menurut para ulama secara umum sebagai berikut:

Tahsin atau tajwid adalah “mengeluarkan setiap huruf-huruf al-Quran dari tempat keluarnya dengan memberikan hak dan mustahaknya.” Atau dengan kata lain menyempurnakan semua hal yang berkaitan dengan kesempurnaan pengucapan huruf-huruf al-Quran dari aspek sifat-sifatnya yang senantiasa melekat padanya dan menyempurnakan pengucapan hukum hubungan antara satu huruf dengan yang lainnya seperti idzhar, idgham, ikhfa dan sebagainya.

Urgensi Tahsin dalam Membaca Al Quran

[sunting | sunting sumber]

Pentingnya mencapai tahsin dalam membaca al Quran dapat diungkapkan melalui beberapa alasan sebagai berikut:

Perintah Allah swt.

[sunting | sunting sumber]

Eksistensi seseorang dalam keislamannya menuntut yang bersangkutan untuk melaksanakan segala kewajiban yang dibebankan oleh Islam itu sendiri demi kemaslahatan dirinya baik dalam kehidupan dunia maupun kehidupan akhirat yang merupakan bagian dari keyakinannya. Dasar semua pelaksanaan perbuatan itu adalah perintah yakni perintah Allah swt yang telah menetapkan Islam sebagai satu-satunya agama yang lurus dan diterima disisi-Nya. Itulah yang disebut dengan ibadah. Agar ibadah tersebut diterima pula di sisi-Nya maka, ibadah tersebut harus dilaksanakan dengan benar sesuai dengan tuntutan dan tuntunan-Nya. Menyempurnakan bacaan al Quran merupakan bagian dari sekian amal bernilai ibadah yang diperitahkan-Nya sebagaimana dalam QS. Al-Muzzammil: 4 dan QS. Al Baqarah: 121.

Refleksi keimanan

[sunting | sunting sumber]

Menurut QS. Al Baqarah: 121, pelaksanaan membaca al Quran dengan menerapkan prinsip ‘haqqa tilawah’ yakni membaca dengan sebenar-benar bacaan sebagaimana ketika ia diturunkan merupakan refleksi dari keimanan terhadap Kitab yang diturunkan oleh-Nya. Bahkan jika tidak melaksanakannya maka akan terancam dengan kerugian dan kebinasaan abadi di akhirat nanti. Dengan demikian semangat untuk mempelajari al Quran dan menyempurnakan bacaannya merupakan bukti kejujuran berimanan kepada kitab-Nya.

Bukti Tanda Kesyukuran

[sunting | sunting sumber]

Allah swt menjelaskan dalam QS. Al-Kahfi: 1, tentang dua nikmat terbesar yang telah diturunkan mendampingi kehidupan manusia yaitu diturunkannya Al Quran dan diutusnya Rasulullah saw. Surat tersebut diawali dengan lafazh ‘alhamdulillah’ untuk mengingatkannya. Lafazh tersebut telah dikenal sebagai ungkapan kesyukuran akan karunia dan nikmat terbesar dari Allah swt yang diturunkan kepada kehidupan manusia. Di dalam al Quran hanya ada 5 surat saja yang diawali dengan lafazh tersebut mengisyaratkan tentang nikmat Allah[1] yang terbesar itu. Pada QS. Al Kahfi: 1, dengan demikian mengisyaratkan bahwa sebagai bentuk kesyukuran kepada Allah swt dengan kedua nikmat tersebut, maka setiap muslim dituntut untuk senantiasa menjadikan dirinya agar semakin dengan dengan al Quran dengan cara yang telah ditunjukkan oleh Rasulullah saw.

Membiasakan profesi Takwa

[sunting | sunting sumber]

Taqwa adalah target penghambaan setiap muslim kepada Rabbnya. Allah swt berfirman dalam QS. Al Baqarah: 21, yang artinya: Wahai manusia sembahlah Tuhan kalian yang telah menciptakan kalian dan orang-orang sebelum kalian agar kalian menjadi orang-orang yang bertakwa. Alasan setiap muslim untuk mencapai takwa adalah agar menjadi hamba yang diperhatikan oleh Allah swt di akhirat nanti (QS. 49: 13), agar terhindar dari ancaman Allah swt (QS. 19: 71-72) dan agar menjadi manusia yang pantas mendapatkan janji-Nya yaitu Surga Jannatunna’im (QS. 3: 133). Apabila diperhatikan pada QS. Ali Imran: 133, orang-orang yang bertakwa yang dijanjikan surga kepadanya disebut dengan ‘muttaqin’. Secara bahasa, kata tersebut merupakan sebutan pelaku yang mengindikasikan amal-amal yang dikandung oleh kata kerjanya telah menjadi kebiasaan atau profesi. Salah satu profesi takwa adalah berinteraksi dengan al Quran sebagaimanan diindikasikan melalui QS. Al Baqarah: 2. Ayat tersebut menegaskan tentang korelasi yang sangat kuat antara sifat muttaqin dengan ciri utamanya adalah persahabatan dengan al Quran yang diyakini kebenarannya tanpa ada keraguan sedikitpun.

Menghindarkan dari Kesalahan

[sunting | sunting sumber]

Dalam ilmu tajwid, kesalahan dalam membaca al Quran ada 2. Yaitu yang disebut dengan ‘Lahn Jaliyy’ dan ‘Lahn Khafiyy’. Lahn Jaliyy adalah kesalahan yang tergolong fatal jika dilakukan oleh pembaca al Quran bahkan kesengajaannya menjerumuskannya pada amaliah yang haram seperti tertukarnya huruf-huruf yang dibaca, baris atau harakat yang berubah karena kurangnya sikap kehati-hatian pembacanya. Sedangkan Lahn Khafiyy adalah kesalahan yang tergolong ringan seperti tidak menyempurnakan kaidah panjang sebagaimana yang diminta atau tidak menahan dengungan ‘ghunnah’ sebagaimana kaidahnya. Kesalahan ini walaupun tergolong ringan, tetapi telah mencemari keindahan alQuran dari segi bacaannya jika tidak diindahkan oleh para pembacanya. Dengan mempelajari tahsin al Quran, maka setiap pembaca telah membangun kepedulian untuk mengenali jenis-jenis kesalahan ini dan menghindarinya, maka selamatlah ia dari kesalahan tersebut.

Menjadi Sebaik-baik manusia

tahsin, sebagai aktivitas memperbaiki bacaan alquran mengandung makna bahwa terjadi aktivitas mempelajari dan mengajarkan alquran. hal ini bersesuaian dengan hadits Nabi saw: "sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari dan mengajarkan alquran". Seyogianya tahsin dilaksanakan dengan menghadap guru/ustadz/ustadzah yang kompeten dibidang ilmu Quran. Dan tanpa menunggu sempurna segera diamalkan dan diajarkan kepada orang lain, sebatas materi yang telah betul-betul dikuasai. Hal ini dimaksudkan, agar pembelajar tahsin termasuk dalam kategori sebaik-baik manusia. Allahu a'lamu. Alhamdulillah

Pranala Sumber

[sunting | sunting sumber]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ "3 Nikmat Allah Yang Sering Dilupakan Manusia". Hasan Prayoga. 2016-11-21. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-11-22. Diakses tanggal 2016-11-22.