Teknologi seluler

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Teknologi seluler adalah teknologi yang berkaitan dengan telepon seluler. Fungsi paling awal dari  teknologi seluler adalah sebagai alat komunikasi. Teknologi seluler lebih unggul dari teknologi komputer pada aspek portabilitas. Generasi teknologi seluler dimulai dari 1G hingga 5G. Generasi teknologi seluler dibedakan berdasarkan akses radio, lebar pita, kecepatan pengiriman data dan skema pensaklaran.

Cakupan teknologi[sunting | sunting sumber]

Teknologi seluler lebih unggul dibandingkan dengan teknologi komputer pada aspek portabilitas.[1] Cakupan teknologi seluler telah mencapai kemampuan penyediaan layanan komunikasi jarak jauh.[2] Akses yang disediakan meliputi suara dan data. Perolehan akses ini dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja.[3] Cakupan teknologi seluler meliputi aplikasi perangkat lunak dan perangkat keras serta perlengkapan pendukung jaringan seluler.[4] Penggunaan teknologi seluler dapat dalam lingkup kehidupan pribadi bagi manusia maupun dalam lingkup pekerjaan profesional.[5]

Generasi[sunting | sunting sumber]

Teknologi seluler pertama kali dikembangkan pada tahun 1940. Perkembangan dari teknologi seluler sangat cepat.[6] Perbedaan utama di antara generasi-generasi teknologi seluler terletak pada empat aspek utama. Masing-masing aspek ini yaitu akses radio, lebar pita, kecepatan pengiriman data dan skema pensaklarannya.[7]

Teknologi 1G (Sistem Telepon Genggam Canggih)[sunting | sunting sumber]

Telepon genggam yang menggunakan teknologi Sistem Telepon Genggam Canggih (AMPS)

Sistem Telepon Genggam Canggih pertama kali dioperasikan di Amerika Utara pada bulan Juli 1978. Setelah melalui uji coba selama 6 bulan pada telepon mobil, biaya sewa ditetapkan pada sistem ini mulai Desember 1978 kepada para penggunanya.[8] Sistem Telepon Genggam Canggih kemudian mulai digunakan dalam skala internasional dengan pesat. Pada akhir tahun 1979, sebanyak 88 saluran Sistem Telepon Genggam Canggih telah digunakan di Tokyo dengan peralatan dari perusahaan Matsushita Electric dan NEC.[9] Ketetapan penggunaan teknologi 1G secara internasional berlaku sejak tahun 1980.[10]

Kelemahan dari Sistem Telepon Genggam Canggih adalah tidak mampu menjangkau daerah-daerah terpencil.[11]

Teknologi 2G (Sistem Global untuk Komunikasi Seluler)[sunting | sunting sumber]

Logo Sistem Global untuk Komunikasi Seluler  (GSM) digunakan untuk mengidentifikasi telepon genggam dan peralatan yang sesuai dengannya.

Ketetapan penggunaan teknologi 2G secara internasional berlaku sejak tahun 1990.[10] Sistem Global untuk Komunikasi Seluler adalah generasi kedua pada teknologi seluler. Layanan yang disediakan pada Sistem Global untuk Komunikasi Seluler meliputi layanan komunikasi percakapan suara dan layanan pesan singkat.[12] Kemampuan pengiriman sinyal digital untuk penyaluran suara pada teknologi 2G sebesar 63 kilobit per detik. Lebar pita pada teknologi 2G antara 30–200 KHz.[7] sementara layanan pesan singkat merupakan layanan teks sederhana yang mulai diaktifkan pada telepon seluler sejak tahun 1995.[13]

Teknologi 2,5G[sunting | sunting sumber]

Teknologi 2,5G merupakan penyempurnaan dari teknologi 2G. Pada teknologi ini, digunakan sistem paket pensakelaran dan rangkaian pensaklaran. Kemampuan pengiriman datanya mencapai 144 kbps.[7]

Teknologi 3G (Akses Ganda Divisi-Kode)[sunting | sunting sumber]

Sebuah sel antena pada teknologi Akses Ganda Divisi-Kode (CDMA)

Teknologi 3G merupakan hasil pengembangan dari teknologi 2G.[14] Perbedaan utama dari teknologi 2G dan 3G terletak pada kemampuan pelayanan data. Teknologi 3G memberikan layanan data yang lebih cepat dibandingkan dengan teknologi 2G. Sementara layanan komunikasi keduanya tetap sama.[15]

Generasi ketiga pada teknologi seluler menggunakan jaringan bergerak seluler. Standar teknologi pada generasi ketiga ini ditetapkan oleh Persatuan Telekomunikasi Internasional. Nama standarnya adalah International Mobile Telecommunications-2000. Kemampuan dari teknologi seluler generasi ketiga adalah batas kecepatan akses. Pada keadaan bergerak, kecepatan aksesnya mencapai lebar pita sebesar 384 kilobit per detik. Dalam keadaan tidak bergerak, kecepatan aksesnya mencapai lebar pita sebesar 2 Megabit per detik.[16]

Akses Ganda Divisi-Kode pertama kali digunakan pada masa Perang Dunia II. Pemakainya adalah tentara dari pasukan Blok Sekutu.[17] Keunggulan teknologi Akses Ganda Divisi-Kode dibandingkan dengan Sistem Global untuk Komunikasi Seluler terletak pada sistem keamanannya. Pada Akses Ganda Divisi-Kode, setiap pengguna telepon seluler memiliki kode khusus yang membedakannya dengan pengguna lain. Kode khusus ini membuat penyadapan telepon atas setiap percakapan yang terjadi antarpengguna sulit dilakukan.[18]  

Teknologi 4G[sunting | sunting sumber]

Teknologi 4G hanya meningkatkan kemampuan dari teknologi 3G. Teknik yang digunakan sama yaitu penggunaan spektrum frekuensi. Peningkatan dilakukan pada kapasitas, kecepatan akses dan frekuensi.[19] Kecepatan pengunduhan yang dapat dicapai oleh teknologi 4G adalah 100 megabit per detik.[20]

Teknologi 5G[sunting | sunting sumber]

Konsep dari teknologi 5G adalah penggabungn teknologi-teknologi seluler yang pernah digunakan.[21] Teknologi 5G memiliki kemampuan pengiriman data yang lebih besar dari 100 megabit per detik pada kondisi pergerakan biasa. Sementara pada kondisi pergerakan yang sedikit, kecepatan pengiriman datanya mencapai lebih dari 1 gigabit per detik.[7]

Referensi[sunting | sunting sumber]

Catatan kaki[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Setiyanti, A., Sumantri, M. S., dan Dewanti, R. (2022). Suardi, Muh., ed. Terampil Berbicara Bahasa Inggris Melalui Mall (Mobile Asisted Languge Learning). Pasaman Barat: Penerbit CV. Azka Pustaka. hlm. 49. ISBN 978-623-5832-99-9. 
  2. ^ Inrawan, A., dkk. (2022). Sudirman, Acai, ed. Manajemen Kewirausahaan Kontemporer. Bandung: Penerbit Media Sains Indonesia. hlm. 122. ISBN 978-623-362-300-1. 
  3. ^ Gheta, A. P. K., dkk. (2022). Sudirman, Acai, ed. Service Management: Theoretical and Practical Approach. Bandung: Penerbit Media Sains Indonesia. hlm. 111. ISBN 978-623-362-515-9. 
  4. ^ Halim, F., dkk. (2021). Rerung, Rintho R., ed. Entrepreneurship and Innovation Small Business. Bandung: Penerbit Media Sains Indonesia. hlm. 110. ISBN 978-623-362-174-8. 
  5. ^ Julyanthry, Putri, D. E., dan Sudirman, A. (2021). Ningrum, Harini F., ed. Kewirausahaan Masa Kini. Bandung: Penerbit Media Sains Indonesia. hlm. 113. ISBN 978-623-362-258-5. 
  6. ^ Huda, Miftahul (2019). Open Systems Interconnection: Lapisan Fisik. bisakimia. hlm. 86. 
  7. ^ a b c d Usman 2017, hlm. 345.
  8. ^ Mulyanta 2005, hlm. 4.
  9. ^ Mulyanta 2005, hlm. 5.
  10. ^ a b Kusumawati, dkk. 2016, hlm. 4.
  11. ^ Rodin, Rhoni (2020). Nurachma, Shara, ed. Informasi dalam Konteks Sosial Budaya. Depok: Rajawali Pers. hlm. 109. ISBN 978-623-231-400-9. 
  12. ^ Wahyuningsih, dkk. 2016, hlm. 1.
  13. ^ Tim ITB 86 (2016). Work Your Passion: Warna-Warni Profesi yang Menginspirasi. Bandung: Penerbit Mizan. hlm. 164. ISBN 978-979-433-951-0. 
  14. ^ Gayatri (2011). Sebastian, Sandra Dewi, ed. Women's Guide: Buku Cerdas untuk Perempuan Aktif. Jakarta Selatan: GagasMedia. hlm. 306. ISBN 979-780-478-X. 
  15. ^ Virhani, Mohan Rifqo (2020). Hukum Merger, Konsolidasi dan Akuisisi pada Industri Telekomunikasi Perspektif Efektivitas dan Efisiensi (Pemanfaatan Spektrum Frekuensi Radio pada Penyelenggara Jaringan Bergerak Seluler). Sleman: Penerbit Deepublish. hlm. 63. ISBN 978-623-02-1578-0. 
  16. ^ Wahyuningsih, dkk. 2016, hlm. 4.
  17. ^ Daniswara, S., dan Riyan. Mencari dan Memperbaiki Kerusakan pada Handphone. Kawan Pustaka. hlm. 3. ISBN 978-979-757-009-5. 
  18. ^ Jubilee Enterprise (2008). Teknik Akses Internet dengan Ponsel CDMA. Jakarta: Penerbit PT Elex Media Komputindo. hlm. 11. ISBN 978-979-27-4177-3. 
  19. ^ Kusumawati, dkk. 2016, hlm. 1.
  20. ^ Usman 2017, hlm. 346.
  21. ^ Jamaludin, dkk. (2020). Limbong, Tonni, ed. Tren Teknologi Masa Depan. Yayasan Kita Menulis. hlm. 141. ISBN 978-623-6761-13-7. 

Daftar pustaka[sunting | sunting sumber]

  • Kusumawati, D., dkk. (2016). Kajian Lanjutan 5G Indonesia. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya, Perangkat, dan Penyelenggaraan Pos dan Informatika.