Temboro, Karas, Magetan
Temboro | |||||
---|---|---|---|---|---|
Negara | Indonesia | ||||
Provinsi | Jawa Timur | ||||
Kabupaten | Magetan | ||||
Kecamatan | Karas | ||||
Kode pos | 63395 | ||||
Kode Kemendagri | 35.20.14.2007 | ||||
Luas | ... km² | ||||
Jumlah penduduk | ... jiwa | ||||
Kepadatan | ... jiwa/km² | ||||
|
Desa Temboro adalah sebuah nama kelurahan di wilayah Kecamatan Karas, Kabupaten Magetan, Provinsi Jawa Timur. Pola pembangunan di desa ini lebih didominasi oleh pertanian pangan yaitu palawija dan tebu. Batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan Desa Jungke, dan Desa Karas. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Temenggungan, Desa Winong, dan Desa Kembangan. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Kedungguwo, Sebelah barat berbatasan dengan desa Taji.
Asal-asul Desa Temboro Disebut Kampung Madinah:
Desa Temboro memang dikenal dengan sebutan kampung Madinah. Karena mayoritas warga berpakaian muslim untuk sehari-hari, baik pria maupun wanita. Yang pria pakai celana dan jubah dan kaum wanita memakai jilbab dan bercadar," kata Kepala Desa Temboro, Sabar kepada detikJatim.
Sebutan ini sudah melekat pada Desa Temboro sejak 1980an. Yakni sejak Desa Temboro memiliki 4 Pondok Pesantren (Ponpes) untuk para santri menuntut ilmu agama. Ponpes tersebut yakni Ponpes Al Fatah, Ponpes Al Qodir, Ponpes Roudhotut Tholibin, dan Ponpes Al Mutaqin. Keempat Ponpes itu memiliki jumlah santri yang luar biasa. Bahkan, lebih besar dari penduduk Desa Temboro sendiri. "Totalnya 25 ribu santri, paling besar dari Ponpes Al Fatah, jumlah santrinya belasan ribu dan tersebar di 5 lokasi di Desa Temboro. Padahal jumlah penduduk Temboro hanya 7.500 jiwa," terang Sabar.
Karenanya, mayoritas warga berusaha menyesuaikan lingkungan tempat tinggalnya. Mereka lantas berbusana muslim atas kesadaran sendiri. Meski tidak ada peraturan desa yang mengatur kewajiban berbusana muslim. "Kalau busana muslim itu sudah otomatis kesadaran warga Desa Temboro sendiri. Untuk wanita misalnya, kalau mereka enggak pakai hijab ya pasti akan malu sendiri," tandas Sabar.
Lantaran mayoritas warganya berbusana muslim, banyak dijumpai pedagang pakaian muslim di sana. Sepanjang jalan juga banyak ditemui masjid. Sehingga, suasana desa yang seperti Kota Madinah di Arab Saudi bukan hanya saat bulan Ramadan saja, tapi setiap hari.