Lompat ke isi

Tenaga kerja manual

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Tenaga kerja manual (dalam bahasa Inggris: manual labour) adalah pekerjaan fisik yang dilakukan oleh manusia, berbeda dengan tenaga kerja mesin dan tenaga kerja hewan. Pada umumnya tenaga kerja manual bekerja menggunakan dengan tangan (kata manual berasal dari kata Latin untuk tangan) dengan arti luas yaitu tenaga kerja manual ialah pekerjaan yang dilakukan dengan otot dan tulang tubuh manusia. Menurut sebagian besar prasejarah dan sejarah manusia, tenaga kerja manual dan tenaga kerja hewan menjadi cara utama dalam menyelesaikan masalah dengan pekerjaan fisik. Mekanisasi dan otomatisasi telah ada selama berabad-abad dengan tujuan mengurangi tenaga kerja manusia dan hewan dalam produksi, tetapi hal ini baru dimulai pada abad ke-18 dan ke-19, tenaga kerja manual mulai berkembang secara signifikan dan mengubah budaya manusia. Dalam mengimplementasikannya, tenaga kerja manual membutuhkan teknologi yang memadai dan biaya modal yang jumlah upahnya dapat dibenarkan di masa depan. Semi-otomatisasi merupakan alternatif perpindahan pekerja dalam menggabungkan tenaga kerja manusia, otomatisasi, dan komputerisasi agar memanfaatkan keunggulan manusia dan mesin.[1]

Meskipun hampir semua pekerjaan memiliki potensi untuk menerapkan keterampilan dan kecerdasan, akan tetapi banyak juga pekerjaan yang sebagian besar masih menggunakan tenaga kerja manual, seperti memetik buah dan sayuran, penanganan bahan secara manual (misalnya, penyimpanan di rak, penggalian manual, atau perakitan suku cadang secara manual). Oleh karena itu, terdapat parsial tetapi signifikan antara tenaga kerja manual dan pekerja tidak terampil atau semi-terampil. Berdasarkan konflik ekonomi dan sosial yang ada, orang sering mendistorsi korelasi parsial menjadi sesuatu yang berlebihan dalam menyamakan kerja manual dan kurangnya keterampilan; dengan kurangnya potensi dalam menerapkan keterampilan atau dalam mengembangkan; dan dalam kelas sosial yang rendah. Sepanjang sejarah manusia, yang melibatkan berbagai spektrum varian, dari perbudakan, sistem kasta hingga bentuk ketidaksetaraan yang lebih halus.[1]

Persaingan ekonomi sering mengakibatkan sebuah bisnis mencoba membeli tenaga kerja dengan biaya yang terbilang sangat rendah. Misalnya, melalui offshoring, mempekerjakan pekerja asing atau meniadakannya (melalui mekanisasi dan otomatisasi). [1]

Tenaga kerja manual lebih unggul jika dibandingan dengan teknologi terotomasi. Manusia mampu mengikuti dengan cepat dan menganalisa dengan baik melalui indera visual, verbal, serta kemampuan indera yang lainnya. Tidak hanya menganalisa, manusia juga mampu mewujudkan dan mentranslasi semua hasil analisa tersebut ke dalam bentuk kerja yang diinginkan. Tidak ada yang bisa mengalahkan kemampuan adaptasi, fleksibilitas, dan juga kelenturan manusia.[2]

Hubungan antara kemampuan kelas atas dan kelas bawah

[sunting | sunting sumber]

Ada hubungan yang kuat antara tenaga kerja manual dan pekerja tidak terampil ataupun setengah terampil, terlepas dari kebenarannya bahwa hampir seluruh proses pekerjaan cenderung memiliki keterampilan dan kecerdasan yang diterapkan. Hal ini menjadi kasus bagi manusia bahwa banyak pekerja memulai kehidupan kerja mereka tanpa tingkat keterampilan atau pengalaman khusus apa pun. Dalam dua abad terakhir, pendidikan menjadi lebih penting dan lebih berkembang; tetapi tidak semua orang dapat mengetahui atau memiliki pengalaman dengan pekerjaan yang lebih besar. Hal ini juga selalu terjadi karena banyaknya pekerjaan manual yang harus dilakukan; dan sebagian besar pekerjaan yang dilakukan cukup sederhana untuk dilakukan oleh pekerja tidak terampil atau semiterampil, yang artinya setiap orang memiliki potensi untuk melakukannya. Kondisi ini menjadikan setiap orang dapat memastikan kekuatan dan kegigihan korelasinya. Sepanjang prasejarah dan sejarah manusia, sistem kelas sosial selalu ada dan berkembang, status sosial pekerja manual seringkali rendah, karena sebagian besar tugas fisik dilakukan oleh petani, budak, pelayan, pelayan kontrak, budak upahan, atau pembantu rumah tangga. [1]

Hubungan antara mekanisasi dan otomasi

[sunting | sunting sumber]

Mekanisasi dan otomatisasi merupakan usaha dalam mengurangi jumlah tenaga kerja manual yang dibutuhkan untuk produksi. Motif pengurangan upaya ini mungkin untuk menghilangkan kebosanan dari kehidupan masyarakat; untuk menurunkan biaya produksi; atau menjadi perkembangan mekanisasi menjadi otomatisasi dalam menghadirkan fleksibilitas yang lebih besar. Mekanisasi pertama kali digunakan untuk tugas-tugas yang membutuhkan sedikit ketangkasan atau gerakan yang membutuhkan kecekatan, seperti menyediakan tenaga penggerak atau tenaga traksi seperti lokomotif (mesin traksi; mesin uap; mobil, truk, dan traktor); menggali, membuat, dan membongkar material (sekop atau penenun kain). Henry Ford menggambarkan upayanya untuk membuat mekanisasi tugas-tugas pertanian seperti pengolahan tanah sebagai penghilang kebosanan dengan memindahkan beban fisik dari tubuh manusia dan hewan ke mesin besi dan baja.[3]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ a b c d Khan, Ali (2006-10-12). "The Dignity of Manual Labor" (dalam bahasa Inggris). Rochester, NY. 
  2. ^ Fariza, Dinda N.; Ramadhania, Cindy (19 mei 2017). "TUGAS BESAR ANALISA PRODUKTIVITAS". www.coursehero.com. Diakses tanggal 2022-12-08. 
  3. ^ Crowther, Samuel; Ford, Henry. "My Life and Work". https://www.gutenberg.org/files/7213/7213.txt (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-12-12.  Hapus pranala luar di parameter |website= (bantuan)