Lompat ke isi

Teologi Queer

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Teologi Queer adalah salah satu cabang dalam ilmu teologi.[1] Teologi ini terinspirasi dari pemahaman teori queer.[1] Teologi queer muncul karena adanya pandangan yang dominan mengenai heteroseksual dan seksualitas dalam masyarakat dan agama.[2]

Sejarah Singkat

[sunting | sunting sumber]

Teologi queer muncul sekitar tahun 1990an oleh sekelompok orang yang mendukung kebebasan hak seksualitas manusia.[3] Saat itu, ada sebuah pergerakan besar yang dinamakan Queer Movement.[3] Pergerakan ini berangkat dari perkembangan dari teori Queer.[3] Teori queer tidak lagi masuk dalam ranah ilmiah, tetapi juga ranah publik.[3] Pemicu lainnya adalah inspirasi-inspirasi baru mengenai seksualitas, yang diungkapkan oleh filsuf bernama Michel Foucault.[3] Filsuf yang berasal dari Prancis ini memberikan inspirasi baru bagi dunia, yang melawan otoritas pemerintah terhadap seksualitas manusia.[3] Pergerakan queer dan teologi queer juga didukung oleh pergerakan teologi feminis dan teologi pembebasan.[2]

Michel Foucault

Michel Foucault menolak adanya pemahaman bahwa heteroseksual adalah hubungan yang sah, baik dalam agama dan budaya.[3] Ia berpendapat bahwa pemahaman-pemahaman tersebut adalah pemahaman yang tidak murni dan hanya dibuat oleh penguasa.[3] Selain itu, tokoh-tokoh queer lainnya juga memiliki pandangan lainnya dalam perkembangan teologi queer.[3] Contohnya adalah Gayle Rubin, Eve Kosofsky Sedgwick, Judith Butler, dan Jeffrey Weeks.[3] Para tokoh queer ini menekankan seksualitas manusia yang esensial.[3] Selama ini, seksualitas manusia tidak murni dan diatur oleh penguasa, baik pemerintah sekuler maupun agama.[3] Khususnya pada zaman Ratu Victoria di Inggris, seksualitas manusia sangat diatur dan dikaitkan dengan nilai-nilai agama.[3] Hal ini membuat banyak orang percaya bahwa itulah asal-usul seksualitas manusia, sehingga melanggengkan pemahaman yang telah dibuat penguasa tersebut.[3] Salah satu bentuk hasil dari penguasa adalah pemahaman bahwa pernikahan yang sah adalah pernikahan heteroseksual.[3]

Pandangan para queer dan teolog queer yang dianggap berbeda ini membuat mereka dianggap orang aneh dan dicap sebagai queer.[3] Istilah ini adalah sebuah ejekan bagi para teolog queer.[3] Namun, seiring perkembangan waktu, istilah ini dipakai oleh para queer dan teolg queer dalam memperjuangkan kebebasan hak seksualitas manusia.[3] Salah satu perjuangan mereka adalah penerimaan masyarakat dan agama terhadap kaum homoseksual secara utuh.[3] Selama ini, kaum homoseksualitas dianggap aneh, penyakit, dan orang berdosa.[3] Dari anggapan ini, mereka dikucilkan dari masyarakat dan agama, terutama di dalam gereja.[3]

Sumber-sumber Teologi Queer

[sunting | sunting sumber]

Ada empat sumber teologi queer.[1] Sumber-sumber tersebut adalah landasan bagi teologi queer.[1] Pada dasarnya, sumber teologi queer adalah sumber-sumber teologi.[1] Namun, ada beberapa pemahaman yang berbeda.[1] Sumber-sumber tersebut adalah Alkitab, tradisi, alasan, dan pengalaman.[1]

Teologi queer bersumber pada Alkitab. Alkitab memiliki dua bagian, bagi Kristen Protestan, dan tiga bagian, bagi Kristen Katolik.[1] Bagian-bagian tersebut adalah Perjanjian Lama, Perjanjian Baru, dan Deutrokanonika.[1] Teologi queer menjadikan Alkitab menjadi sumber berteologi, tetapi dengan perspektif yang lain.[1] Ada beberapa ayat dalam Alkitab yang dianggap menentang kaum homoseksual.[1] Ayat-ayat ini ditafsirkan ulang oleh para teolog queer, sehingga tidak bias atau memihak hanya kepada kaum heteroseksual.[1]

Sumber teologi queer yang kedua adalah tradisi.[1] Tradisi yang menjadi sumber teologi queer ini adalah tradisi yang telah dibangun oleh gereja.[1] Salah satu contoh bentuk tradisi adalah keputusan dalam sebuah konsili.[1] Namun, teologi queer memandang tradisi yang dibangun gereja selama ini dianggap hanya berpihak kepada kaum heteroseksual.[1]

Penalaran

[sunting | sunting sumber]

Sumber teologi queer lainnya adalah penalaran.[1] Penalaran adalah pemahaman atau filosofi dari para filsuf atau teolog tentang Allah.[1] Filosofi tersebut juga menghubungkan Allah dengan dunia. Pemahaman ini akhirnya menjadi bagian dari sumber teologi, juga teologi queer.[1] Contohnya adalah pemahaman Thomas Aquinas dan pemahaman mengenai prokreasi.[1] Pemahaman prokreasi adalah pemahaman bahwa manusia diciptakan untuk berkembang biak.[1] Untuk dapat berkembang biak, pernikahan yang dianggap sah adalah pernikahan berbeda jenis kelamin.[1] Inilah yang direkonstruksi oleh teologi queer.[1] Teologi queer memandang bahwa tidak hanya prokreasi yang menjadi alasan, tetapi cinta Allah yang murni.[1]

Pengalaman

[sunting | sunting sumber]

Sumber teologi queer yang keempat adalah pengalaman.[1] Di dalam teologi, pengalaman yang dialami oleh manusia menjadi pendukung dalam teologi queer.[1] Sama halnya dengan cabang ilmu teologi lainnya, teologi queer juga memandang pengalaman hidup manusia dengan Allah menjadi bagian penting pula di dalam teologi queer.[1]

Marcella Althaus-Reid

[sunting | sunting sumber]

Marcella Althaus-Reid adalah salah satu tokoh teologi queer.[4] Ia adalah Profesor bidang teologi kontekstual di Universitas Edinburgh.[4] Ia menulis beberapa buku yang bertema teologi queer.[4] Salah satu bukunya berjudul Queer God.[4] Ia memahami seksualitas dalam budaya Amerika Latin. Salah satu pemahamannya yang cukup terkenal adalah Vanilla Theology.[4]

Patrick S. Cheng

[sunting | sunting sumber]

Patrick S. Cheng adalah Profesor bidang teologi sistematika di Episcopal Divinity School, Cambridge, Massachusetts.[1] Ia juga adalah salah satu teolog queer yang ada di Asia.[1] Ia juga menulis beberapa buku mengenai teologi queer.[1] Salah satu bukunya berjudul Radical Love: An Introduction to Queer Theology.[1]

Elizabeth Stuart

[sunting | sunting sumber]

Elizabeth Stuart adalah profesor teologi Kristen dan direktur dari Centre for the Study of Sexuality and Religion di Universitas Winchester, Inggris.[2] Ia adalah salah satu teolog queer.[2] Ia juga menulis banyak buku tentang seksualitas.[2] Salah satu bukunya berjudul Gay and Lesbian Theologies: Repetitions with Critical Difference.[2]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z aa ab ac ad ae (Inggris)Cheng, Patrick S. 2011. Radical Love: An Introduction to Queer Theology.New York: Seabury Books.
  2. ^ a b c d e f (Inggris)Loughlin, Gerard. 2007. Queer Theology: Rethinking the Western Body.Oxford: Blackwell Publishing.
  3. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u (Inggris)Stuart, Elizabeth. 1997. "Religion is a Queer Thing". Cassell: Cambridge University Press.
  4. ^ a b c d e (Inggris)Marcella ALthaus-Reid. 2009. "Liberation Theology and Sexuality".Orbis Book: New York.