Toko Gunung Agung
Sumber referensi dari artikel ini belum dipastikan dan mungkin isinya tidak benar. |
Toko Gunung Agung | |
privat | |
Industri | Toko buku |
Nasib | Ditutup |
Didirikan | 1 Januari 1953 |
Pendiri | Tjio Wie Tay |
Ditutup | 31 Desember 2023 |
Kantor pusat | , |
Situs web | www |
Toko Gunung Agung (nama resmi perusahaan PT GA Tiga Belas) merupakan perintis toko buku dan alat tulis di Indonesia. Perusahaan ini mulai didirikan pada 1 Januari 1953 oleh Tjio Wie Tay. Bisa dikatakan, toko buku ini merupakan pengembangan dari bisnis berdagang buku bekas yang sudah dijalani Tjio (kemudian berganti nama menjadi Masagung) sejak tahun 1940-an yang kemudian berkembang menjadi Tay San Kongsie bersama dua rekannya. Belakangan, kongsi itu pecah, dan Tjio bersama Lie Tay San membangun sebuah toko buku baru di daerah Kwitang, bernama Fa. Gunung Agung yang berlokasi di Jalan Kwitang, Jakarta. Tercatat, kantor pusat toko buku ini tidak pernah pindah dari sana hingga sekarang.[1]
Bisnis Gunung Agung mulai berkembang ketika perusahaan ini banyak menyelenggarakan pameran buku, dimulai ketika Fa. Gunung Agung mulai beroperasi. Dengan itulah nama usaha Masagung mulai dikenal dan kemudian dipercayakan banyak tokoh penting sebagai penerbit buku mereka. Toko buku Gunung Agung pun membuka cabang di Yogyakarta, Medan, Riau, hingga Papua. Bahkan pada 1965 cabang Toko Gunung Agung dibuka pula di Tokyo. Selain itu, bisnis Toko Gunung Agung kemudian juga merambah ke percetakan, penerbitan, distribusi, hingga impor majalah. Pada akhir 1980-an, Masagung menyerahkan kepemimpinan perusahaan kepada anak-anaknya, sampai saat ini.[1][2]
Pada periode 2010-an, Toko Gunung Agung memiliki sekitar 30 cabang di kota besar Jawa dan Bali dengan luas area penjualan 28.000 meter persegi; 20 cabang diantaranya berada di Jakarta dan sekitarnya. Selain memiliki Toko Gunung Agung, PT GA Tiga Belas kemudian juga memiliki 4 cabang toko buku dengan merek dagang TGA Bookstore yang berada di Senayan City, Pondok Indah Mall, ANZ Thamrin Nine dan Galaxy Mall. Perbedaan antara Toko Gunung Agung dengan TGA Bookstore adalah dari segi segmen pasar yang dituju: TGA Bookstore lebih membidik pasar kelas menengah ke atas, sehingga barang-barang yang dijual disesuaikan dengan target pasar, khususnya buku-buku impor.
Perusahaan saat ini memiliki 3 anak perusahaan, yaitu PT Perdana Makmur Agung, yang bergerak di bidang ekspor impor dan distribusi, PT Ayu Masagung, yang bergerak di bidang perdagangan valuta asing dan PT Timpani Agung, yang bergerak di dalam bidang penerbitan.
Perusahaan
[sunting | sunting sumber]Awalnya, sejak 1980-an, toko-toko buku Toko Gunung Agung dikelola di bawah PT Toko Gunung Agung Tbk yang didirikan pada tahun 1980, awalnya berbentuk CV bernama Ayumas Jakarta. Nama Toko Gunung Agung kemudian mulai digunakan sebagai nama perusahaan (PT Toko Gunung Agung) pada September 1990.[3] Perusahaan ini kemudian go public di tanggal 6 Januari 1992 dengan mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta dan Surabaya (sekarang Bursa Efek Indonesia) dengan kode emiten TKGA.[4][5] Selama bertahun-tahun, Toko Gunung Agung telah menjadi satu-satunya toko buku dan alat tulis di Indonesia yang sudah mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia.
Belakangan, PT Toko Gunung Agung Tbk diakuisisi oleh PT Permata Prima Energi dalam rights issue senilai Rp 480 miliar di bulan Maret 2013,[4] dan seluruh aset/bisnis toko bukunya (bersama anak usahanya saat itu PT Ayu Masagung, PT Perdana Makmur Agung, PT Timpani Agung, dan PT Panja Indohightech Komputer) dialihkan ke PT GA Tiga Belas yang kemudian menjadi pengelola baru Toko Gunung Agung.[6] Berbeda dengan PT Toko Gunung Agung Tbk, status PT GA Tiga Belas adalah perusahaan tertutup.
Sedangkan eks-PT Toko Gunung Agung Tbk berganti nama menjadi PT Permata Prima Sakti Tbk sejak 28 Februari 2013 yang menjadi perusahaan batu bara lewat anak usaha PT Permata Energy Resources.[6][7][8] Namun, kiprah PT Permata Prima Sakti Tbk hanya bertahan 4 tahun sebelum akhirnya delisting dari bursa sejak 15 November 2017 akibat telah disuspensi perdagangannya selama 2 tahun lebih,[9] terhitung sejak 21 Oktober 2014 dan tidak memenuhi kewajibannya di BEI.[10][11]
Penghargaan
[sunting | sunting sumber]- Superbrands
- Perusahaan Pelopor (Majalah Swasembada)
- Perusahaan Legendaris (Majalah Warta Ekonomi)
Outlet Toko Gunung Agung (yang pernah berdiri)
[sunting | sunting sumber]DKI Jakarta
[sunting | sunting sumber]- Plaza Atrium
- Plaza Blok M
- Kwitang 38
- Kwitang 6
- Lokasari Prinsen Park
- Arion Mal
- Mal Ciputra
- Mal Sunter
- Universitas Trisakti
- Tamini Square
- Lippo Plaza Kramat Jati
Bandung
[sunting | sunting sumber]Depok
[sunting | sunting sumber]Bogor
[sunting | sunting sumber]Bekasi
[sunting | sunting sumber]- Borobudur Plaza
- Plaza Pondok Gede
- Bekasi Cyber Park
Cirebon
[sunting | sunting sumber]Kota Tangerang
[sunting | sunting sumber]Tangerang Selatan
[sunting | sunting sumber]Semarang
[sunting | sunting sumber]Surabaya
[sunting | sunting sumber]Denpasar
[sunting | sunting sumber]Outlet TGA Bookstore
[sunting | sunting sumber]- Mal Kelapa Gading (Jakarta)
- Senayan City (Jakarta)
- Mal Pondok Indah (Jakarta)
- ANZ Thamrin Nine (Jakarta)
- Galaxy Mall (Surabaya)
Penutupan usaha
[sunting | sunting sumber]Pada Mei 2023, pihak PT GA Tiga Belas mengumumkan rencananya mengakhiri bisnis toko bukunya dengan menutup semua gerainya pada akhir 2023. Keputusan ini diambil karena tekanan yang makin kuat pada bisnis perusahaan, khususnya setelah pandemi COVID-19 dan ketidakberhasilan upaya efisiensi yang sudah dijalankan sejak 2013. Manajemen mengaku bisnis toko buku mereka terus merugi sehingga sulit mempertahankan keberlangsungan usaha. Sebelum penutupan, PT GA Tiga Belas menjamin akan menghormati hak-hak karyawannya[12] dan melakukan "cuci gudang" dengan memberikan diskon besar pada buku-buku yang dijualnya.[13] Meskipun demikian, klaim tersebut dibantah serikat pekerjanya yang mengklaim Toko Gunung Agung telah melakukan pelanggaran pada hak-hak karyawannya.[14]
Sebelum pengumuman tersebut, gerai Toko Gunung Agung dan saudaranya TGA Bookstore sudah banyak yang ditutup, seperti di Surabaya, Semarang, Gresik, Magelang, Bogor, Bekasi dan Jakarta, sehingga menyisakan 5 gerai yang tersebar di Jabodetabek.[15] Jumlah ini merosot tajam ketika saat kejayaannya di era 1990-an, yang memiliki lebih dari 40 toko[16] dan meraup 25% pangsa pasar penjualan buku di Indonesia.[17] Angka tersebut kemudian merosot menjadi 35 buah pada 2007[18] dan kemudian menjadi 14 buah.[15]
Penutupan ini menyusul beberapa bisnis lainnya yang menghentikan seluruh atau sebagian bisnis toko buku fisik mereka, seperti Books and Beyond, Togamas dan Kinokuniya.[19] Dari sejumlah kalangan, banyak yang menyesalkan penutupan Toko Gunung Agung, mengingat kiprahnya yang panjang dalam mewarnai dunia literasi di Indonesia.[20]
Rujukan
[sunting | sunting sumber]- ^ a b Sejarah Toko Buku Gunung Agung Bermula dari Haji Masagung
- ^ "Toko Buku Gunung Agung Bakal Tutup! Sejarahnya Unik : Dipercaya Bung Karno Berawal Curi Buku Buat Beli Rokok". Pikiran Rakyat. Diakses tanggal 22 Mei 2023.
- ^ Indonesian Capital Market Directory
- ^ a b Sejarah dan Profil Singkat TKGA (Permata Prima Sakti Tbk)
- ^ Emiten pasar modal Indonesia
- ^ a b Garibaldi masuk TKGA
- ^ TOKO GUNUNG AGUNG: Resmi Berubah Nama Menjadi Permata Prima Sakti
- ^ BACKDOOR LISTING: RUPSLB Toko Gunung Agung Ditunda
- ^ Saham TKGA resmi delisting
- ^ Saham BRAU dan TKGA Resmi Delisting November, Begini Historis Pergerakannya
- ^ Tak Penuhi Kewajiban, BEI Suspensi Saham Permata Prima Sakti (TKGA)
- ^ Sayonara! Resmi Pamit, Toko Gunung Agung Tutup Selamanya
- ^ Toko Buku Gunung Agung Tutup Permanen Setelah 70 Tahun
- ^ Sedih Toko Buku Gunung Agung Tutup, Lebih Pedih Nasib Karyawannya
- ^ a b Sejarah Kepemilikan Toko Gunung Agung yang Bakal Tutup Semua Gerai
- ^ JSX Watch
- ^ Emiten pasar modal Indonesia
- ^ Indonesian Capital Market Directory
- ^ Belajar dari Tutupnya Toko Buku Gunung Agung...
- ^ Toko buku Gunung Agung tutup, bagaimana retail yang 'berkontribusi' bagi literatur Indonesia ini kehilangan masa jayanya?