Tradisi lisan Minangkabau
Artikel ini tidak memiliki bagian pembuka yang sesuai dengan standar Wikipedia. |
Sejak dahulu Minangkabau dikenal dengan kebudayaan dalam bertatah dan bertitih. Hal ini dikenal dengan istilah sastra lisan yang kemudian diimplementasikan kedalam bentuk kesenian daerah.[1]
Menurut tradisi masyrakat, Minangkabau terdiri dari dua daerah tradisi. Pertama, daerah darek ‘darat’ yaitu daerah yang dianggap sumber dari daerah minangkabau, yang terletak di daratan tinggi. Daerah darek ini terletak dari terdiri dari tiga luhak (wilayah), yaitu luhak tanah datar, luhak agam, dan luhak lima puluh kota. Menurut nya, karakter tiap-tiap luhak mempunyai sifatnya sendiri, tercermin dari sikap hidup orang-oranya. Kemudian, daerah rantau menurut beliau adalah daerah perluasan dari daerah darekkedaerah pantai bagian tengah, daerah ini mencakup daerah tiku, Kabupaten Padang Pariaman, Padang sampai ke selatan Painan, Kambang, dan Aie Aji.
Antara rantau dan daerah darek ini menurut Adryetti (2006:10) terdapat daerah penyangga, yaitu daerah serambi yang menjadi penghubung daerah tersebut, seperti daerah 2x 11 salingkuang nagari. Berikut adalah contoh tradisi lisan minangkabau
- Baguran
- Randai
- Salawat dulang
- Badabdang
- Baikayaik
- Barabab
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ amir, amir, dkk (2006). pemetaan sastra lisan minangkabau. Kampus Unand, Limau Manis, Padang: Andalas University Press. hlm. 208. ISBN 979-1097-08-9.