Tumenggung Kartonegoro

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Tumenggung Kartonegoro
Berkuasa1700 - 1767
PenerusTumenggung Kartoyudo
Pemakaman
Situs Biting
AyahMas Adipati Djoyodirono

Tumenggung Kartonegoro adalah penguasa Islam pertama di Kabupaten Lumajang. Ayahnya adalah Djoyodirono yang memberinya kekuasaan atas Kota Lumajang. Sebagaimana ayahnya, Tumenggung Kartonegoro juga anti VOC. Ia bersama pasukannya bertahan di Benteng Kutorenon ketika VOC menyerang Lumajang. Pada akhirnya Tumenggung Kartonegoro wafat karena faktor usia. Ia kemudian dimakamkan di areal situs berdampingan dengan seorang ulama besar bernama Sayyid Abdurahman.

Setelah wafat, posisinya sebagai Bupati Lumajang digantikan oleh adiknya yang bernama Tumenggung Kartoyudo. Kartoyudo dan putranya yang bernama Tirtakusuma mempertahankan Benteng Kutorenon sebelum akhirnya ditaklukkan oleh VOC.

Latar Belakang[sunting | sunting sumber]

Lumajang awalnya adalah suatu kawasan di ujung timur Jawa yang sistem pemerintahannya dipengaruhi oleh Kerajaan Bali. Daerah ini tidak tersentuh oleh Kesultanan Islam sampai abad ke 17. Untung Suropati yang saat itu menguasai Pasuruan kemudian mengutus Kartonegoro untuk menaklukkan Lumajang. Lumajang akhirnya takluk dan menjadi bagian dari Kadipaten Pasuruan. Kartonegoro kemudian diangkat menjadi seorang bupati bergelar Tumenggung Kartonegoro.

Pada masa pemerintahan Tumenggung Kartonegoro, Lumajang tumbuh menjadi daerah yang maju. Lahan pertanian digarap dengan sangat serius dan mendapat perhatian lebih. Hal ini dibuktikan dengan pembangunan Benteng Kutorenon yang luasnya diperkirakan sekitar 135 hektar. Benteng ini berfungsi ganda yaitu sebagai sistem pertahanan dan pengairan. Sebagai sistem pertahanan, benteng ini memiliki tembok keliling yang cukup tebal dan tinggi. Sebagai sistem pengairan, benteng ini memiliki sistem buka tutup saluran air yang sangat canggih.

Penyerbuan VOC[sunting | sunting sumber]

Sebagai bagian dari ekspedisi penaklukan Jawa Timur, VOC memulai penyerangan ke Kota Lumajang pada tahun 1762. Selama beberapa periode penyerangan, Benteng Kutorenon tidak bisa ditembus. Tumenggung Kartonegoro yang sudah sepuh mempertahankan benteng itu mati-matian. Jalur darat yang menghubungkan Kota Probolinggo dan Lumajang juga ditutup dengan cara merobohkan pepohonan. Bupati Lumajang juga mengerahkan pasukannya yang merupakan gabungan antara orang-orang Islam Lumajang dan Hindu Blambangan. Mereka bahu-membahu mempertahankan Kota Lumajang.

Karena usianya yang sudah sangat sepuh maka Tumenggung Kartonegoro wafat pada tahun 1767. Ia kemudian dimakamkan di dalam benteng. Perjuangannya kemudian dilanjutkan oleh Kartayuda yang menjadi bupati kedua. Tidak lama kemudian Lumajang akhirnya ditaklukkan oleh VOC. Benteng Lumajang dihancurkan sementara Tumenggung Kartayuda mengungsi ke Malang selatan dan wafat di Ampelgading. Ia kemudian dimakamkan di Jejawar.

Silsilah[sunting | sunting sumber]

Kajian ini berdasarkan silsilah raja-raja Sumenep yang bersambung pada trah Kesultanan Banten yaitu Panembahan Somala bin Raden Mas Tirtanegara bin Mas Tumenggung Kartonegoro (Jayapuspita) bin Mas Adipati Djoyodirono Onggowongso (Jangrana/Pangeran Purbaya) bin Sultan Ageng Tirtayasa. Manaqib Sayyid Yusuf Al-Anggawi Al-Hasani Songenep ditulis oleh Sayyid Salim bin Ahmad bin Jindan dan Habib Alwi bin Abi Bakri bin Bil Faqqi.

  • Kanjeng Nabi Muhammad SAW
  • Syarifah Fatimah Az-Zahra
  • Imam Hasan As-sibith
  • Syarif Hasan Al-Mutsanna (Syarif Mekah ke-1)
  • Syarif Abdullah Al-kamil / Al-mahdi (Syarif Mekah ke-3)
  • Syarif Musa Al-jaun (Syarif Mekah ke-7)
  • Syarif Abdullah Al-kiram (Syarif Mekah ke-9)
  • Syarif Musa (Syarif Mekah ke-12)
  • Syarif Muhammad Ats-Tsa-ir (Syarif Mekah ke-21)
  • Syarif Abdullah (Syarif Mekah ke-22)
  • Ali
  • Sulaiman
  • Husin
  • Isa
  • Abdul Karim
  • Mutha’in
  • Idris
  • Syarif Mekah Qatadah (Syarif Mekah ke-43)
  • Ali
  • Hasan
  • Abi Nami
  • Abi Dzabih Muhammad
  • Athifah
  • Muhammad
  • Jarullah Abdul Aziz
  • Syarif Abdullah (Sultan Malaka)
  • Maulana Syarif Hidayatullah (Pendiri Kesultanan Banten)
  • Maulana Hasanudin
  • Maulana Yusuf
  • Maulana Muhammad
  • Abu Al Mafakir
  • Abu Al Ma'ali
  • Sultan Ageng Tirtayasa
  • Maulana Syarif Adipati Jayadirana Anggawangsa (Jangrana/Jayengrono/Syarif Tambakyoso)
  • Tumenggung Kartonegoro

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. Margana, Sri (2007). "Java's Last Frontier : The struggle for hegemony of Blambangan, c. 1763-1813". The Leiden University Scholarly Repository.
  2. Manaqib Sayyid Yusuf Al-Anggawi Hasani Songenep