Ucok Harahap

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Ucok Harahap
LahirAndalas Datoe Oloan Harahap
(1943-05-25)25 Mei 1943
Surabaya, Masa Pendudukan Jepang
Meninggal3 Desember 2009(2009-12-03) (umur 66)
Surabaya, Jawa Timur, Indonesia
PekerjaanVokalis, aktor
Suami/istri9 istri : Nani Nuraini, Yasmin Yuniarti Farida, Liesty, Endang, Hj R Ay Sri Hartini SH, dll
Anaktermasuk Sutra Kharmelia
Orang tuaIsmail Harahap dan Fransiena Frederika Mahieu
Karier musik
GenreRock
Tahun aktif1967 - 2009
AnggotaAKA (grup musik)
Mantan anggotaDuo Kribo

Andalas Datoe Oloan Harahap atau Ucok AKA (25 Mei 1943 – 3 Desember 2009) adalah pemeran dan penyanyi Indonesia. Ia dikenal luas melalui AKA bersama Soenata Tanjung, Syech Abidin, dan Arthur Kaunang.[1] Bersama dengan Ahmad Albar, ia juga pernah membentuk duo dengan nama Duo Kribo.[1] Selain itu, ia juga pernah bermain dalam sejumlah film nasional.

Masa Kecil[sunting | sunting sumber]

Bakat bermusik Ucok diturunkan dari ayahnya. Ucok adalah anak laki-laki dari Ismail Harahap, seorang musisi yang bukan profesional. Sang ayah sempat memainkan keroncong dan Hawaiian pop yang populer pada dekade 1960-an. Laki-laki berdarah Batak yang lahir di Tanjung Morawa, Sumatera Utara dan besar di Kota Pahlawan, Surabaya ini bekerja sebagai apoteker. Ia menikah dengan seorang perempuan keturunan Perancis, bernama Fransiena Frederika Mahieu. Dari perkawinan tersebut, lahirlah Ucok Andalas Datoe Oloan Harahap, atau akrab disapa Ucok Harahap.[2]

Karier Musik[sunting | sunting sumber]

AKA Band[sunting | sunting sumber]

Bermula dari keinginan seorang pemuda yang bernama Ucok Harahap untuk mendirikan sebuah band sebagai penyaluran bakat musiknya yang sudah tak terbendung. Melalui fasilitas yang diberikan oleh ayahnya, Ismail Harahap seorang apoteker terkenal di kota Surabaya, Ucok setiap hari berlatih musik di sebuah ruangan di sudut apotik milik ayahnya tersebut. Tidak puas bermain musik sendrian, Ucok Harahap lantas mencari teman-teman yang memiliki minat bermusik yang sama. Setelah beberapa kali menyambangi THR Surabaya yang saat itu sering menampilkan musisi-musisi populer, Ucok pun mengajak beberapa rekan musisi untuk berlatih di rumahnya. Tesebutlah saat itu Haris Sormin (gitar), Lexy Rumagit (bass), Soenata Tanjung (gitar),Zainal Abidin (drum) dan Ucok Harahap sendiri pada posisi vokal dan keyboard. Karena mereka selama ini berlatih di apotik yang beralamat di Jl. Kaliasin Surabaya (sekarang Jl. Basuki Rachmat), maka grup ini dinamakan AKA yang merupakan akronim Apotik Kaliasin. Apotik itu sendiri saat ini sudah menjadi patung karapan sapi yang terletak di ujung Jl. Basuki Rachmat.

Zainal Abidin kemudian digantikan oleh adiknya Syech Abidin yang saat itu telah keluar dari bandnya sebelumnya Band Patas milik kejaksaan. Peter Wass digantikan oleh Lexy Rumagit karena cedera ketika granat yang disiapkan untuk aksi panggung grup rock lokal yang bernama Ogle Eyes di Lumajang tiba-tiba meledak dan melukainya. Sejak 1969, Lexy Rumagit digantikan oleh Arthur Kaunang (ayah dari aktris Tessa Kaunang). Formasi terkahir inilah yang akhirnya sukses meraih keberhasilan dalam karier bermusik mereka selanjutnya. Sejak awal pendirian group mereka telah sepakat, bahwa Ucok adalah frontman group sebagai vocalist utama, dan yang lain menjadi backing vocalnya.

Aksi Teathrikal Panggung[sunting | sunting sumber]

Dalam perkembangannya mereka dikenal sebagai grup rock eksentrik karena suka mempertunjukkan aksi teathrikal yang cukup mengerikan di atas panggung. Aksi panggung AKA cukup sangar. Misalnya aksi gantung diri Ucok Harahap di awal konser. Atraksi Ucok membuat orang terkagum-kagum karena dia demikian berani mengambil risiko. Seperti bergelantungan di atas tiang gantungan. Dia bisa kayang. Ucok pernah makan ayam yang masih hidup. Ucok sering atraksi membawa peti mati ke panggung. Ucok memang sering kali mempertontonkan hal-hal aneh. Inilah yang dinikmati penonton kala itu. Hal-hal seperti itu menjadikan konser AKA selalu ramai dipadati penggemar rock fanatik.[3]

Ucok juga pernah berlari-lari mengitari tembok Taman Ismail Marzuki (TIM) hingga membuat dia terjatuh dan pingsan cukup lama. Dalam pertunjukan di Arena Terbuka Taman Ismail Marzuki, Jakarta, 9-10 November 1973, ketika AKA tengah membawakan lagu Crazy Joe, tiba-tiba Ucok melompat ke tembok dan naik ke genteng. Setelah itu, ia muncul di panggung dengan tiba-tiba sambil membiarkan dirinya dicambuki oleh algojo. Kakinya diikat, dan tubuhnya digantung. Kemudian ia ditusuk dengan pedang dan dimasukkan ke peti mati. Aksi ini mencekam penonton namun memperoleh sambutan meriah. Seusai aksi ini, Ucok terlihat kejang-kejang seperti kesurupan di belakang panggung. Situasi ini segera teratasi ketika Remy Silado yang menyaksikan atraksi gila ini menyiramkan seember air ke tubuh Ucok.

Kekuatan AKA ada pada Ucok, AKA menjadi besar dan grup paling sensasional di Indonesia. Keberanian yang cenderung nekat itulah yang membuatnya terkenal. Ucok benar-benar musisi gila dan eksentrik. AKA sangat dikagumi penonton karena ulah Ucok yang dianggap penganut black magic.

Ucok sering tampil dengan pantat megal-megol dan seronok di atas panggung. Dia menirukan gaya orang bersetubuh di atas panggung dengan iringan lagu blues seperti Sex Machine. Kalau zaman sekarang seperti penyanyi dangdut. Tidak hanya itu, Ucok juga sering tampil porno. Adegan gerakan seksual kerap dimunculkan setiap kali pertunjukannya. Mungkin inilah yang membuat Ucok digilai penonton dan penggemarnya, khususnya groupies yang tidak paham musik.

Namun, tidak semua orang bisa menerima atraksi panggung AKA. Ketika tampil di Tasikmalaya pada Juni 1972, gaya panggung Ucok dan kawan-kawan tak disukai pecinta musik rock di sana. Meskipun para penonton sempat meneriaki mereka, untungnya pertunjukan tidak berakhir dengan kerusuhan karena Band Rhapsodia, yang tampil sesudah mereka, berhasil menjinakkan penonton dengan lagu-lagu ala Santana serta lagu-lagu lokal. Peristiwa serupa kembali berulang ketika AKA tampil di Gedung Kridosono, Yogyakarta pada Juni 1974 bersama grup Giant Step asal Bandung. Para penonton yang tak suka melihat atraksi Ucok tak dapat dibendung lagi. Mereka berteriak-teriak dan merusak gitar Arthur Kaunang. Ucok pun terkena lemparan kursi, dan kening Soenata terluka parah akibat potongan kayu dan besi yang dilempar penonton. Ketiganya dirawat di RS Panti Rapih, Yogyakarta.[4]

Peristiwa unik lainnya terjadi ketika AKA dikontrak untuk bermain di West Point Garden Bar and Restaurant, Singapura. Manajer AKA meyakinkan pemilik restoran bahwa AKA adalah grup yang paling cocok untuk membawakan lagu-lagu yang sesuai dengan selera pengunjung. Padahal, menurut Syech Abidin, mereka belum pernah membawakan lagu-lagu lagu-lagu berirama rock and blues, soul, dan rock psychedelic yang diminta pemilik restoran. Kebetulan, lagu-lagu yang diminta membutuhkan alat musik tiup. Karena tak memilikinya, sang manajer pun dipaksa ikut latihan sebagai pemain alat musik tiup. Kontrak tersebut berjalan sukses dan memuaskan.

Merilis Album[sunting | sunting sumber]

Tak hanya di panggung, Ucok juga telah meluncurkan beberapa buah album. Sepanjang sejarah berdirinya AKA, band ini telah merilis sembilan buah album studio, beberapa buah kompilasi antologi dan rilisan-rilisan lainnya. Kesuksesan album-album tersebut menjadikan ia dikenal sebagai rockstar papan atas.

Mendirikan Grup Musik Lain[sunting | sunting sumber]

Awal Keretakan AKA[sunting | sunting sumber]

LSG[sunting | sunting sumber]

Tanda-tanda keretakan AKA terlihat ketika Ucok mulai dikelilingi wanita baik penggemar maupun kaum selebritis yang memang sangat dekat dengan kehidupan pribadi Ucok. Ia beberapa kali ditegur oleh rekan-rekannya karena sering kali tak disiplin dalam latihan maupun pertunjukan. Semuanya itu karena Ucok sibuk dengan urusan wanita. Keretakan semakin terlihat ketika Ucok membuat proyek rekaman di Jakarta dengan group rekamannya '''Love Sweet Gentle''' (LSG) bersama Benny Mustafa drummer, Cipto (Saxophone), Hengky (lead guitar), dan Eddy (bass) serta Ucok pada keyboard. Ucok semakin sibuk dan mulai melupakan AKA.

Ucok & His Gang[sunting | sunting sumber]

Di tengah puncak kesuksesannya dalam bermusik bersama AKA, Ucok malah mulai mencari kesibukan lain. Pada 7 Agustus 1975 Ucok di Jakarta mendirikan proyek sampingan berupa kelompok seni kontemporer bernama Ucok & His Gang. (Uhisga) Group ini memfokuskan pada pertujukan seni musik, model, dan tari. Ucok semakin sibuk dengan fashion show, nyanyi dan tari. Ia pun mulai berubah. Lebih glamour tidak seperti ketika menjadi vocalist AKA.

Hal itu membuat Syech Abidin, Arthur Kaunang dan Soenatha Tanjung frustasi karena merasa diabaikan oleh Ucok dengan popularitas dan kesibukannya di luar band AKA. Ketiganya telah terbiasa berlatih dalam AKA tanpa vcalist. Ketiganya akhirnya mendirikan sebuah band baru tanpa menyertakan ucok dengan nama SAS Band. SAS merupakan singkatan dari nama ketiga personilnya. SAS akhirnya lebih berkibar di blantika musik dibandingkan Ucok yang sendirian.

Duo Kribo[sunting | sunting sumber]

Gagal dengan Uhisganya lmudian pada tahun 1977 Ucok mendirikan super-group hard-rock / heavy-metal, '''Duo Kribo''', bersama Ahmad Albar (God Bless). Keduanya memang kebetulan sama-sama berambut kribo dan menjadi acuan para musisi beraliran keras saat itu. Dalam dua tahun eksistensinya, Duo Kribo telah merilis empat buah album studio dan satu buah film. Salah satu lagunya yang sempat meledak di pasaran adalah Lagu Neraka Jahanam. Musik dalam album ini diaransemen oleh Ian Antono gitaris God Bless.[5] Nama Ucok kembali dikenal sebagai sosok fenomenal dalam musik rock.

Choksvanka[sunting | sunting sumber]

Ucok mempunyai gagasan yang cukup brilyan saat itu untuk memadukan musisi Rock dan Jazz dalam sebuah group yang dberikannya nama Choksvanka. Itu memamng ambisinya yang paling kreatif sejak lama. Saat itu belum dikenal banyak aliran musik Jazz Rock ataupun Fushion di tanah air. Ide ini teralisir beberapa tahun kemudian, dengan membentuk Group The Yukas. Dengan menggandeng musisi Jazz Jopie Item dan Karim Suweileh, mereka menghasilkan 1 buah album yang berjudul Jalan-jalan dengan menampilkan nomor-nomor lagu pop sederhana.[5]

Warrock[sunting | sunting sumber]

Ucok sempat pula mendirikan group band yang diberinya nama '''Warrock'''. Sepertinya ia ingin menunjukkan kepada publik dan teman-temannya bahwa ia masih eksis. Sayangnya upaya Ucok untuk mengembalikan kejayaannya kurang berhasil. Dalam satu panggung di Stadion Siliwangi Bandung, Ucok mencoba mengeluarkan atraksinya di panggung. Namun aksi ini kkuirang mendapat antusiasme penonton bahkan terkesan disambut dingin. Uniknya SAS yang tampil di panggung itu kemudian malah mendapat aplaus yang cukup meriah dari penonton. Ucok mungkin belum menyadari perubahan zaman dan selera musik penggemar rock tanah air saat itu yang lebih melihat aspek kualitas musik dan lagu dibanding aksi panggung.[5]

Bermain Film dan Sinetron[sunting | sunting sumber]

Ucok Harahap pernah bermain dakam sejumlah film nasional. Total Ucok sudah membintangi 17 buah film nasional yang umumnya meraih sukses di pasaran saat itu. Salah satu diantaranya dalam film-nya Rhoma Irama, berjudul "Darah Muda" dimana Ucok berperan sebagai rocker bengal dengan geng motornya. Ucok dapat peran antagonis dan Rhoma Irama tentu saja dapat peran jadi jagoan—seperti di film-film box office. Kemudian ia bermain sinetron. Salah satu diantaranya dalam sinetron-nya Paramitha Rusady, berjudul "Janjiku" dimana Ucok berperan sebagai Pak Alwi rocker bersekongkol dengan adiknya dengan geng mobilnya. Ucok dapat peran dan Anwar Fuady tentu saja dapat peran jadi saudara—seperti di sinetron.[6]

Selain film itu ia pun terlibat dalam beberapa buah film dan sinetron nasional lainnya. diantaranya adalah Dikejar Dosa (1974), Bing Slamet Koboi Cengeng (1974), Darah Muda (1977), Duo Kribo (1977), Jeritan Si Buyung (1977), Gadis Penakluk (1980), Ratu Pantai Selatan (1980) dan Janjiku (1997). Umumnya ia selalu memeperoleh peran antagonism sebagai penjahat, centeng, dan sebagainya. Mungkin karena wajah dan penampilannya yang sangar lebih cocok untuk peran-peran seperti itu.

Bantahan Ucok Penyebab Bubarnya AKA[sunting | sunting sumber]

Ucok kepada seorang penulis (Siti Nasiyah) dalam bukunya yang diberi judul : Ucok Aka Harahap – Antara Rock, Wanita & Keruntuhan secara tersirat menceritakan ihwal penyebab bubarnya AKA pada tahun 1974. Ia membantah bahwa bukan karena ditinggal kabur olehnya, dan itu membuat AKA bubar dengan sendirinya (hal.82). Kaburnya Ucok dari AKA disebabkan kesibukannya memiliki mainan baru bernama Farida. Yasmine Juniarti Farida, Karateka sabuk hitam putri Brigjend Alex Ciptadi itu membuat Ucok mabuk kepayang lupa daratan (hal 121-123). Ditambah kesibukan pada proyek pribadinya, film dan album Duo Kribo bersama Ahmad Albar.[7]

Reuni dengan AKA[sunting | sunting sumber]

Keinginan para personil AKA untuk sekedar bernostalgia dalam dunia rekam menghasilkan sebuah album berjudul Puber Kedua pada tahun 1977. Beberapa nomor hits mereka semasa di AKA dulu dirilis kembali dengan tambahan satu buah lagu baru berjudul Puber Keduayang aransemennya juga dibuat oleh Ian Antono. Itu menjadi satu-satunya album reuni yang sempat mereka hasilkan sepanjang karier bermusik mereka saat itu. Harapan untuk meneruskan reuni menjadi pupus ketika Ucok mendirikan band Warrock.[5]

Kehidupan Pribadi[sunting | sunting sumber]

Ucok juga sangat dikagumi para groupies Makanya, tidak salah jika di sekelilingnya banyak wanita cantik yang rela dikencaninya. Mungkin saja mereka itu bangga bisa dekat dengan Ucok yang dianggap superstar. Ucok menikah sebanyak 9 kali. Uniknya ia menikahi berbagai macam wanita mulai dari Putri Kebaya sampai Anak Jendral. Di antaranya adalah : “Nani Nuraini” istri ke-1, “Yasmin Yuniarti Farida” istri ke-3, “Liesty” istri ke-7, “Endang” istri ke-8, “Hj. R. Ay Sri Hartini, SH” istri ke-9. Dari seluruh perkawinannya itu ia memiliki 8 orang anak, di antaranya : “Wanda Harahap”, “Intan Mutiara Harahap”, “Sutra Kharmelia Harahap”, “Emas Nusantara Harahap”, “Susy CB Harahap”, “Iskandar Muda Isvanda Harahap”,“Mirza Moh. Ismar” (“Mohammad Mirza”), “Sutan Mahyudin Kharisma Harahap” (“Sutan Mahamudin”). Namun di antara istri-istrinya, hanya Yasmin Yuniarti Farida yang terjun di dunia keartisan, sebagai model dan aktris di akhir 1970-an.

Menjadi Dukun[sunting | sunting sumber]

Di masa kemundurannya, Ucok sempat praktik menjadi dukun dengan berbagai macam keris dan jimat. Saat itu ia bersembunyi dengan istrinya Farida di suatu daerah jauh terpencil di Sawangan, Jakarta yang masih hutan belantara waktu itu. Praktik dukun ala Ucok ini mampu mengibuli banyak orang desa di sekitarnya. Di sana ia juga memelihara ikan dengan membuat tambak di rumahnya.[3]

Wafatnya Ucok AKA[sunting | sunting sumber]

Pada tahun 2009, Ucok Harahap harus pergi menghadap pencipta-Nya untuk selama-lamanya. Ucok tutup usia di Rumah Sakit Darmo, Surabaya, Jawa Timur, Kamis 3 Desember 2009, sekitar pukul 05.30 WIB akibat menderita kanker paru-paru.[8] Kepergian pelantun lagu Badai Bulan Desember ini begitu cepat menyebar. Kabar ini membuat musisi Indonesia, terutama yang pernah bergabung dalam grup band AKA maupun God Bless langsung datang ke Surabaya. Musisi yang datang menyusul ke tempat persemayaman jenazah di Mushala Kebraon Tegal Surabaya adalah Syeh Abidin, Soenata Tanjung, dan Arthur Kaunang. Sesaat sebelum jenazah dishalatkan, Jelly Tobing hadir bersama Sutra Kharmelia, anak Ucok dari istri ketiga, Yasmin Yuniarti Farida. Dia didampingi Siane Indriani yang juga pimpinan Lia -sapaan Sutra Kharmelia—di Global TV.[9]

Mama tidak bisa datang karena jaga anak saya,” kata Lia ketika ditanya tentang ketidakhadiran Farida. Prosesi pemakaman Ucok siang itu praktis jadi ajang reuni keluarga, terutama anak-anak dari sembilan perempuan yang dinikahi lelaki kelahiran Surabaya, 23 Mei 1943 itu. Selain Lia, hadir pula Wanda (anak Ucok dengan Nani Nuraini/istri pertama), Intan (anak Ucok dari istri kedua), dan Emas (anak dari istri ke delapan).

Yang tak kalah menarik, dua istri Ucok juga turut mengantar jenazah ke pemakaman. Endang, istri ke delapan Ucok datang bersama Susi CB dari Kediri. Selain itu juga ada Liesty, istri ketujuh Ucok bersama pelayat lainnya. Ucok sendiri setahun belakangan hidup bersama istri kesembilan, Hj. R. Ay Sri Hartini, SH di kawasan Pagesangan. Dan pemakaman yang dilakukan di daerah Kebraon atas inisiatif Sri dengan alasan dekat dengan lokasi lahan yang sebetulnya bakal dibangun rumah oleh Ucok semasa hidupnya.

Pilihan tempat pemakaman Ucok sempat menimbulkan ganjalan di hati istri Ucok lainnya. Sebab, Ucok sebetulnya juga memiliki rumah di Lawang, Malang. Di samping itu makam orang tua Ucok juga ada di daerah Lawang. Namun pemakaman tetap dilaksanakan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Kebraon Tegal Surabaya, Surabaya.

Dalam sambutan pengantar jenazah Ucok, Arthur Kaunang menuturkan bahwa kematian Ucok sama dengan hilangnya motivator besar musik rock Indonesia. “Dia adalah musisi besar, dan sebuah legenda Rock yang pernah ada di Indonesia,” kata Arthur.[9]

Konser Amal untuk Ucok[sunting | sunting sumber]

Beberapa waktu sebelum kepergiannya, sejumlah musisi ibukota sempat menggelar konser untuk penggalangan dana bagi kesembuhan rocker gaek ini. Pada 1 Desember 2009 digelar sebuah pentas yang dimotori Jelly Tobing ini di Backstage Ancol, Jakarta, dan dimeriahkan sejumlah artis antara lain Ahmad Dhani dan sejumlah musisi rock lain. Menurut Jelly Tobing, acara itu berhasil mengumpulkan dana sebesar Rp 30 juta. ”Sumbangan antara lain dari Pak Agum (Agum Gumelar), dan beberapa major label di Jakarta,” ungkap Jelly Tobing sambil menambahkan sumbangan itu akan diserahkan ke pihak keluarga, terutama anak-anak Ucok.[9]

Diskografi[sunting | sunting sumber]

Bersama AKA[sunting | sunting sumber]

Bersama Duo Kribo[sunting | sunting sumber]

Filmografi[sunting | sunting sumber]

Film[sunting | sunting sumber]

Tahun Judul Peran Catatan
1973 Timang-Timang Anakku Sayang
1974 Bing Slamet Koboi Cengeng
Anak Bintang
Dikejar Dosa Asep
Kuntilanak
1977 Gara-Gara Gila Buntut
Duo Kribo
Jeritan Si Buyung Juga sebagai produser
Darah Muda
1980 Ratu Pantai Selatan
Gadis Penakluk
1982 Hukum Karma Jubah Hitam
Bayi Ajaib
1983 Pandawa Lima Dorna

Sinetron[sunting | sunting sumber]

Referensi[sunting | sunting sumber]

Pranala luar[sunting | sunting sumber]