Ujong Tanoh, Trumon, Aceh Selatan

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Ujong Tanoh
Negara Indonesia
ProvinsiAceh
KabupatenAceh Selatan
KecamatanTrumon
Kode Kemendagri11.01.09.2002
Luas... km2
Jumlah penduduk611 jiwa (Survei BPS 2010)
Kepadatan... jiwa/km2

Ujong Tanoh merupakan salah satu gampong yang ada di kecamatan Trumon, Kabupaten Aceh Selatan, Provinsi Aceh, Indonesia.

Desa ini diawali dari ditemukan sebuah gundukan rumah semut yang kerucut ke atas yang tingginya kira-kira 1,5 meter oleh tetua sewaktu pertama kali membuka pemukiman penduduk di sana, kemudian dengan serta merta tetua dan orang yang pertama merintis desa tersebut, dan dinamakan Ujong Tanoh (Ujung Tanah), yaitu tanah yang mengerucut ke atas dan mempunyai ujungnya bak piramida tetapi berbentuk bulat yang mengerucut ke atas.

Ujong Tanoh mengalami banyak pancaroba dalam mengarungi waktu, dimulai dari sebuah desa kecil yang dipimpin seorang Keuchik yang baik dan berwibawa yaitu Keuchik I, Teuku Muhammaddin (Keuchik Tuha), kemudian bersamaan dengan waktu, banyak investor dari luar negeri menanamkan investasinya pada bidang industri pengolahan kayu (Korea, China, dan pengusaha lokal). Perusahaan pertama yang cukup besar dulu adalah PT. Riski Ayu, membuka tempat pengolahan kayu dalam skala besar dan didirikanlah kilang-kilang kayu dengan segala perlengkapannya, di sanalah dimulai migrasi pekerja-pekerja dari luar Aceh (Kalimantan, NTB, dan Medan) yang sangat berpengalaman dalam mengolah kayu, dan keahlian itu tidak dimiliki penduduk setempat dikarenakan pendidikan yang minim. Banyak pekerja-pekerja itu yang menikah dengan perempuan desa di sana dan menjadi warga tetap di desa Ujong Tanoh.

Waktu terus berjalan dan pada masa Kepemimpinan Keuchik Kedua Asnawi, mulailah Ujong Tanoh kedatangan tetangga-tetangga baru dari luar pulau Aceh yaitu para transmigran dari pulau Jawa mereka dimigrasikan oleh Pemerintah untuk mencari masa depan lebih baik di tempat yang baru. Ujong Tanoh yang dulu adalah desa kecil dengan penduduk jarang, berubah menjadi sebuah daerah yang cukup padat untuk sebuah desa, dan dihuni multietnis, Aceh (penduduk lokal), Jawa, Padang, Batak, dan lainnya. Di tengah keindahan kebersamaan di antara berbagai suku-suku ini, masyarakat dengan pendapatan di atas rata-rata UMR dan perdagangan dengan desa lain terjalin dengan indah, sekolah-sekolah padat dengan murid-murid, bila pagi jalan-jalan padat oleh anak-anak sekolah berseragam yang memadati jalan-jalan desa. Keharmonisan itu berlangsung dengan indahnya, ekonomi berjalan baik dengan komoditas utama: kayu, pertanian, buah-buahan, dan perikanan (ikan sungai).

Pada tahap selanjutnya, Ujong Tanoh dipimpin oleh Keuchik Muda Yusri Agus yang juga putra kandung dari Keuchik Pertama T. Muhammaddin, di bawah kepemimpinannya tidak begitu lama lagi keharmonisan terjalin hingga akhirnya pecahlah konflik yang melanda Aceh pada umumnya yang sangat berdampak pada desa Ujong Tanoh, karena Ujong Tanoh dihuni oleh berbagai suku-suku, itu sangat berpengaruh, diakibatkan kekerabatan antar suku belumlah terjalin begitu erat. Kemudian terjadi perpecahan konflik yang berlangsung sangat panjang karena masyarakat hidup dalam ketakutan apalagi bila seorang itu berhubungan langsung dengan pemerintahan, misalnya Keuchik. Kehancuran desa tersebut dimulai dengan eksodusnya (keluar/pindah) para transmigran yang mendiami desa tersebut, di sanalah dimulai berantakan semua apa yang pernah dibangun bersama-sama, baik kepercayaan maupun persaudaraan antarsuku. Di antara penduduk asli dan pendatang saling mencurigai, seakan terbalik dengan apa yang pernah berlaku sebelumnya mereka saling membuka silahturahmi dan persaudaraan. Puncak konflik di saat semua warga bertransmigrasi meninggalkan Ujong Tanoh, kemudian tinggallah masyarakat lokal hidup dalam himpitan dua kelompok yang berperang saling mengklaim bahwa mereka benar. Di dalam ketidaktahuan masyarakat yang sedang berlaku, datanglah para TNI dan membawa suasana baru.

Tsunami yang melanda Aceh juga berdampak luas pada desa tersebut, di sisi lain masyarakat bersedih dengan apa yang berlaku pada saudara di Aceh di sisi lain. Di lain pihak Ujong Tanoh mulai menemukan cahaya baru yaitu kedamaian tanpa konflik yang memakan korban jiwa.(ehp).