Lompat ke isi

Wina Merah

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Karl-Marx-Hof, dibangun dari tahun 1927 hingga 1933 pada periode Wina Merah

Wina Merah (bahasa Jerman: Rotes Wien) adalah julukan yang diberikan kepada ibu kota Austria, Wina, dari tahun 1918 hingga 1934, ketika Partai Demokrat Sosial Austria menguasai dewan kota tersebut setelah anggota mereka dipilih secara demokratis.

Latar belakang

[sunting | sunting sumber]

Seusai Perang Dunia I, Austria-Hungaria dibubarkan dan digantikan oleh Republik Jerman-Austria (Deutschösterreich) pada tanggal 12 November 1918. Selama pemilu Gemeinderat (dewan kota) pada tanggal 4 Mei 1919, untuk pertama kalinya semua orang dewasa memiliki hak untuk memilih. Partai Demokrat Sosial memperoleh mayoritas absolut, dan Jakob Reumann terpilih sebagai wali kota demokrat sosial pertama, dan ia lalu digantikan oleh Karl Seitz pada tahun 1923.

Kota ini mengalami banyak perubahan pada masa itu. Selama perang, pengungsi dari Galisia telah menetap di ibu kota. Pada akhir perang, banyak mantan prajurit yang datang ke Wina, paling tidak untuk sementara waktu, sementara banyak menteri pemerintahan yang kembali ke tempat asal mereka. Kelas menengah yang telah membeli surat utang perang yang akhirnya menjadi tidak berharga akhirnya menjadi miskin akibat hiperinflasi. Perubahan perbatasan telah mempersulit pasokan makanan untuk kota Wina. Perumahan sudah dipenuhi oleh terlalu banyak orang, sementara penyakit seperti tuberkulosis, flu Spanyol, dan sifilis menyebar.

Di sisi lain, pada masa ini muncul banyak cendekiawan, seperti Hans Kelsen, Karl Bühler, Ilona Duczyńska, Karl Polanyi, Sigmund Freud, Alfred Adler, Karl Bühler, Arthur Schnitzler, Karl Kraus, Ludwig Wittgenstein, Adolf Loos, dan Arnold Schoenberg.

Perumahan

[sunting | sunting sumber]

Pemerintahan Sosial Demokrat pada masa Wina Merah dikenal salah satunya karena telah membangun lebih dari 60.000 rumah susun baru (Gemeindebau) dari tahun 1925 hingga 1934. Para penghuninya dipilih berdasarkan sistem ranking, contohnya orang cacat mendapatkan poin tambahan agar dapat terpilih terlebih dahulu. Empat puluh persen biaya pembangunan diperoleh dari Pajak Perumahan Wina, sementara sisanya dari Pajak Barang Mewah Wina dan dari dana federal. Dengan penggunaan dana publik, harga sewa di rumah susun ini dapat dimurahkan. Untuk rumah tangga buruh, biaya sewa di rumah susun ini hanya menghabiskan empat persen pendapatan mereka, sementara sebelumnya di perumahan swasta bisa mencapai 30%. Jika penyewa sakit atau menganggur, pembayaran sewa bisa ditunda.

Referensi

[sunting | sunting sumber]