Lompat ke isi

Zaini Mun'im

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Zaini Abdul Mun'im
Raden Kiai Haji
NamaZaini Abdul Mun'im
Lahir1906
Galis, Pamekasan, Keresidenan Madura, Hindia Belanda
Meninggal26 Juli 1976
Paiton, Probolinggo, Jawa Timur, Indonesia
KebangsaanIndonesia
EtnisMadura dan Jawa
Karya yang terkenalTaysir al Ushul fi Ilmi al Ushul
Tafsir al Qur’an bi al Imla’
Nazhmu Syu’ab al Iman
Nazhmu Safinah an Najah
A'malul Yaum Nurul Jadid
Guru-guruSyaikhona Kholil al-Bangkalani
RKH. Abdul Hamid bin Itsbat (Banyuanyar Madura)
RKH. Abdul Majid bin Abd Hamid (Banyuanyar Madura)
KH. Shanhaji (Paman)
KH. Muntaha (menantu Kiai Kholil)
KH. Nawawi (Sidogiri)
KH. Hasyim Asy’ari (Jombang)
KHR. Syamsul Arifin (Situbondo)
KH. Hazim (Pondok Pesantren Siwalan Sidoarjo)
IstriNy. Hj. Nafi’ah
Orang tuaKH. Abdul Mun’im (Ayah)
Nyai Hj. Hamidah (Ibu)
KeluargaKHR. As'ad Syamsul Arifin (Sepupu)

K.H. Zaini Mun'im bin Abdul Mun'im bin Mudarik bin Ismail, lahir pada tahun 1906 di Pamekasan - wafat 26 Juli 1976 di Probolinggo pada usia 75 tahun. adalah Ulama sekaligus Pendiri dan Pengasuh pertama Pondok Pesantren Nurul Jadid, Paiton, Probolinggo.

Latar Belakang Keluarga

[sunting | sunting sumber]

Nama kecil Lora Zaini adalah Abdul Mughni. Sejak lahir, masyarakat Galis berharap banyak pada dirinya. Sebab, dalam tubuh beliau mengalir darah bangsawan sekaligus Ulama, yang mempunyai komitmen pada nilai nilai ajaran Islam, baik dari jalur ayahanda maupun dari ibunda. Lebih-lebih, jika diruntut, silsilahnya sampai kepada Rasulullah SAW melalui Bindere Sa’ud (Bendoro Saud).

Dari jalur ayahandanya, Lora Mughni adalah putera KH. Abdul Mun’im. Sedang Kiai Abdul Mun’im adalah putera Kiai Mudarik. Adapun Kiai Mudarik sendiri adalah putera ke 4 Kiai Ismail, generasi kedua penerus Pondok Pesantren Kembang Kuning Pamekasan. Kiai Ismail adalah keponakan Kiai Mahalli, Pendiri Pondok Pesantren Kembang Kuning, yang pada tahun 619 M diangkat sebagai anak angkat Kiai Mahalli. Kakek Kiai Ismail adalah Kiai Nuruddin Gunung Tinggi Pakong, yang tidak lain adalah keturunan (dari jalur Kiai Batu Ampar Wetan) Bendoro Saud, alias Temenggung Tirtonegoro, adipati Sumenep yang juga keturunan Pangeran Ketandur, atau cucu dari Sunan Kudus.

Sedang dari jalur ibunda, Lora Mughni adalah keturunan para Raja Pamekasan melalui jalur KH. Bujuk Azhar (Ratoh Sidabulangan), penguasa Kraton Pamekasan Madura. Ibunda Lora Mughni berasal dari Desa Palesanggar, Kecamatan Pegantenan, Pamekasan, Madura. Kehidupan keluarganya terkenal sebagai keluarga santri.

Pada tahun 1937, Lora Abdul Mughni (yang lebih populer dengan nama KH. Zaini Mun’im) kemudian menikah dengan keponakan Kiai Abdul Madjid Banyuanyar, Nyai Nafi’ah. Dari pernikahan ini, beliau dikaruniai enam putera dan satu puteri.

Tiga putera beliau lahir di Madura,

  • KH. Moh. Hasyim, BA.
  • Drs. KH. Abdul Wahid Zaini, SH.
  • Nyai Hj. Aisyah Zaini (kemudian dipersunting oleh KH. Hasan Abdul Wafi).

Sedang empat lainnya lahir di Karanganyar Paiton Probolinggo,

  • KH. Fadlurrahman, BA.
  • KH. Moh. Zuhri Zaini, BA .
  • KH. Abdul Haq Zaini, Lc.
  • Drs. KH. Nur Chotim Zaini. [1]

Referensi

[sunting | sunting sumber]

Catatan Kaki

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ "Biografi Alm. KH. Zaini Mun'im – nuruljadid.net". www.nuruljadid.net. Diakses tanggal 2024-06-15.