Bonang: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
RaFaDa20631 (bicara | kontrib)
RaFaDa20631 (bicara | kontrib)
Baris 24: Baris 24:
'''Bonang''' ({{Lang-jv|ꦧꦺꦴꦤꦁ}}) adalah [[alat musik]] [[gamelan]] yang termasuk dalam keluarga [[gong]]. Bonang merupakan alat musik berupa sepuluh hingga empat belas rangkaian gong kecil (''pencon'') yang disusun dua baris. Bonang diletakkan pada posisi telungkup pada dua utas tali (''pluntur'') yang direntangkan bersilang pada sebuah landasan yang disebut ''rancakan.'' Saat memainkan bonang, [[wiyaga]] duduk bersila di tengah-tengah rancakan bonang, menghadap rangkaian dengan oktaf lebih rendah. Bonang ditabuh menggunakan tabuh yang disebut ''bindi''.{{Sfn|Sumarsam|1995|p=245}}
'''Bonang''' ({{Lang-jv|ꦧꦺꦴꦤꦁ}}) adalah [[alat musik]] [[gamelan]] yang termasuk dalam keluarga [[gong]]. Bonang merupakan alat musik berupa sepuluh hingga empat belas rangkaian gong kecil (''pencon'') yang disusun dua baris. Bonang diletakkan pada posisi telungkup pada dua utas tali (''pluntur'') yang direntangkan bersilang pada sebuah landasan yang disebut ''rancakan.'' Saat memainkan bonang, [[wiyaga]] duduk bersila di tengah-tengah rancakan bonang, menghadap rangkaian dengan oktaf lebih rendah. Bonang ditabuh menggunakan tabuh yang disebut ''bindi''.{{Sfn|Sumarsam|1995|p=245}}


Berbeda dengan [[gendèr]] atau [[saron]] yang logam-logamnya diurut mulai dari nada yang rendah dari kiri ke kanan, ''pencon-pencon'' bonang tidak selalu diurutkan mengikuti tangga nadanya, tetapi mengupayakan agar tangan dapat menjangkau ''pencon-pencon'' bonang tersebut. Karena ''pencon-pencon'' tersebut dapat dilepas dari ''pluntur''-nya, wiyaga dapat mengatur sendiri di mana seharusnya ''pencon-pencon'' itu diletakkan.{{Sfn|Spiller|2008|80}}
Berbeda dengan [[gendèr]] atau [[saron]] yang logam-logamnya diurut mulai dari nada yang rendah dari kiri ke kanan, ''pencon-pencon'' bonang tidak selalu diurutkan mengikuti tangga nadanya, tetapi mengupayakan agar tangan dapat menjangkau ''pencon-pencon'' bonang tersebut. Karena ''pencon-pencon'' tersebut dapat dilepas dari ''pluntur''-nya, wiyaga dapat mengatur sendiri di mana seharusnya ''pencon-pencon'' itu diletakkan.{{Sfn|Spiller|2008||p=80}}


==Jenis==
==Jenis==
Dalam satu set gamelan modern, terdapat dua jenis bonang, yaitu [[bonang barung|''bonang barung'']] dan [[bonang panerus|''bonang panerus'']].{{Sfn|Spiller|2008|80}} Perangkat gamelan yang lebih tua dapat menggunakan satu bonang lagi yang disebut [[bonang panembung|''bonang'' ''panembung'']].{{Sfn|Sumarsam|1995|p=245}}
Dalam satu set gamelan modern, terdapat dua jenis bonang, yaitu [[bonang barung|''bonang barung'']] dan [[bonang panerus|''bonang panerus'']].{{Sfn|Spiller|2008||p=80}} Perangkat gamelan yang lebih tua dapat menggunakan satu bonang lagi yang disebut [[bonang panembung|''bonang'' ''panembung'']].{{Sfn|Sumarsam|1995|p=245}}


Pada [[Gamelan monggang|gamelan ''monggang'']], [[Gamelan kodhok ngorek|''kodhok ngorek'']], ''[[Gamelan carabalen|carabalen]]'', dan [[Gamelan sekaten|Sekaten]], rancakan bonang yang digunakan bersifat khusus.
Pada [[Gamelan monggang|gamelan ''monggang'']], [[Gamelan kodhok ngorek|''kodhok ngorek'']], ''[[Gamelan carabalen|carabalen]]'', dan [[Gamelan sekaten|Sekaten]], rancakan bonang yang digunakan bersifat khusus.


* Bonang ''kodhok ngorek'' atau ''bonang rijal'' hanya memiliki 2 nada pokok dengan ukuran sedang, sehingga menggunakan ''rancakan'' yang memungkinkan wiyaga hanya dapat memukul empat pencon bonang dengan nada 7 (''barang'') dan 6 (''enem''). Bonang tersebut berjumlah dua ''rancak'' yang masing-masing memiliki 8 ''pencon'', sehingga memerlukan empat wiyaga untuk menabuhnya.{{Sfn|Supardi|2013|p=2}}
* Bonang ''kodhok ngorek'' atau ''bonang rijal'' hanya memiliki 2 nada pokok dengan ukuran sedang, sehingga menggunakan ''rancakan'' yang memungkinkan wiyaga hanya dapat memukul empat pencon bonang dengan nada 7 (''barang'') dan 6 (''enem''). Bonang tersebut berjumlah dua ''rancak'' yang masing-masing memiliki 8 ''pencon'', sehingga memerlukan empat wiyaga untuk menabuhnya.{{Sfn|Supardi|2013|p=2}}
* Bonang ''monggang'' hanya memiliki 3 nada pokok (''patigan'') dengan ukuran besar, sehingga menggunakan ''rancakan'' yang memungkinkan wiyaga hanya dapat memukul tiga pencon bonang. Bonang tersebut berjumlah empat ''rancak'' yang masing-masing memiliki 3 ''pencon'', sehingga memerlukan empat wiyaga (dua bonang ''[[Maskulin|jaler]]'', dua bonang ''[[Feminin|setren]]'') untuk menabuhnya.{{Sfn|Sabdacarakatama|2009|p=15}}
* Bonang ''monggang'' hanya memiliki 3 nada pokok (''patigan'') dengan ukuran besar, sehingga menggunakan ''rancakan'' yang memungkinkan wiyaga hanya dapat memukul tiga pencon bonang. Bonang tersebut berjumlah empat ''rancak'' yang masing-masing memiliki 3 ''pencon'', sehingga memerlukan empat wiyaga (dua bonang ''[[Maskulin|jaler]]'', dua bonang ''[[Feminin|setren]]'') untuk menabuhnya.{{Sfn|Sabdacarakatama|2009|p=115}}
* Bonang ''carabalen'' memiliki enam pencon, tetapi yang digunakan 4 pencon. Masing-masing memiliki dua ''rancakan'', rancakan pertama disebut ''gambyong'', sedangkan rancakan kedua memiliki dua pencon ''klenang'', dan dua pencon ''kenut. Gambyong'', ''klenang'', dan ''kenut'' masing-masing ditabuh satu orang wiyaga.{{Sfn|Supardi|2013|p=10}}
* Bonang ''carabalen'' memiliki enam pencon, tetapi yang digunakan 4 pencon. Masing-masing memiliki dua ''rancakan'', rancakan pertama disebut ''gambyong'', sedangkan rancakan kedua memiliki dua pencon ''klenang'', dan dua pencon ''kenut. Gambyong'', ''klenang'', dan ''kenut'' masing-masing ditabuh satu orang wiyaga.{{Sfn|Supardi|2013|p=10}}
* Bonang Sekaten memiliki bentuk yang sama dengan bonang barung, tetapi ditambah dengan bonang pengapit yang memakai ''rancakan'' seperti [[kenong]] dengan laras ''barang'' (7) dan ''pelog'' (4).<ref name=":1">{{Cite web|last=Kauman|first=Masjid Gedhe|date=2014-07-16|title=GAMELAN SEKATEN - Masjid Gedhe Kauman|url=https://mesjidgedhe.or.id/gamelan-sekaten/|website=mesjidgedhe.or.id|language=id|access-date=2024-05-12}}</ref>
* Bonang Sekaten memiliki bentuk yang sama dengan bonang barung, tetapi ditambah dengan bonang pengapit yang memakai ''rancakan'' seperti [[kenong]] dengan laras ''barang'' (7) dan ''pelog'' (4).<ref name=":1">{{Cite web|last=Kauman|first=Masjid Gedhe|date=2014-07-16|title=GAMELAN SEKATEN - Masjid Gedhe Kauman|url=https://mesjidgedhe.or.id/gamelan-sekaten/|website=mesjidgedhe.or.id|language=id|access-date=2024-05-12}}</ref>

Revisi per 20 Mei 2024 06.12

Bonang
Seorang wiyaga yang sedang menabuh bonang
Alat musik perkusi
Klasifikasi Idiofon
Hornbostel–Sachs111.241.21
(Rangkaian gong)

Bonang (bahasa Jawa: ꦧꦺꦴꦤꦁ) adalah alat musik gamelan yang termasuk dalam keluarga gong. Bonang merupakan alat musik berupa sepuluh hingga empat belas rangkaian gong kecil (pencon) yang disusun dua baris. Bonang diletakkan pada posisi telungkup pada dua utas tali (pluntur) yang direntangkan bersilang pada sebuah landasan yang disebut rancakan. Saat memainkan bonang, wiyaga duduk bersila di tengah-tengah rancakan bonang, menghadap rangkaian dengan oktaf lebih rendah. Bonang ditabuh menggunakan tabuh yang disebut bindi.[1]

Berbeda dengan gendèr atau saron yang logam-logamnya diurut mulai dari nada yang rendah dari kiri ke kanan, pencon-pencon bonang tidak selalu diurutkan mengikuti tangga nadanya, tetapi mengupayakan agar tangan dapat menjangkau pencon-pencon bonang tersebut. Karena pencon-pencon tersebut dapat dilepas dari pluntur-nya, wiyaga dapat mengatur sendiri di mana seharusnya pencon-pencon itu diletakkan.[2]

Jenis

Dalam satu set gamelan modern, terdapat dua jenis bonang, yaitu bonang barung dan bonang panerus.[2] Perangkat gamelan yang lebih tua dapat menggunakan satu bonang lagi yang disebut bonang panembung.[1]

Pada gamelan monggang, kodhok ngorek, carabalen, dan Sekaten, rancakan bonang yang digunakan bersifat khusus.

  • Bonang kodhok ngorek atau bonang rijal hanya memiliki 2 nada pokok dengan ukuran sedang, sehingga menggunakan rancakan yang memungkinkan wiyaga hanya dapat memukul empat pencon bonang dengan nada 7 (barang) dan 6 (enem). Bonang tersebut berjumlah dua rancak yang masing-masing memiliki 8 pencon, sehingga memerlukan empat wiyaga untuk menabuhnya.[3]
  • Bonang monggang hanya memiliki 3 nada pokok (patigan) dengan ukuran besar, sehingga menggunakan rancakan yang memungkinkan wiyaga hanya dapat memukul tiga pencon bonang. Bonang tersebut berjumlah empat rancak yang masing-masing memiliki 3 pencon, sehingga memerlukan empat wiyaga (dua bonang jaler, dua bonang setren) untuk menabuhnya.[4]
  • Bonang carabalen memiliki enam pencon, tetapi yang digunakan 4 pencon. Masing-masing memiliki dua rancakan, rancakan pertama disebut gambyong, sedangkan rancakan kedua memiliki dua pencon klenang, dan dua pencon kenut. Gambyong, klenang, dan kenut masing-masing ditabuh satu orang wiyaga.[5]
  • Bonang Sekaten memiliki bentuk yang sama dengan bonang barung, tetapi ditambah dengan bonang pengapit yang memakai rancakan seperti kenong dengan laras barang (7) dan pelog (4).[6]

Referensi

  1. ^ a b Sumarsam 1995, hlm. 245.
  2. ^ a b Spiller 2008, hlm. 80.
  3. ^ Supardi 2013, hlm. 2.
  4. ^ Sabdacarakatama 2009, hlm. 115.
  5. ^ Supardi 2013, hlm. 10.
  6. ^ Kauman, Masjid Gedhe (2014-07-16). "GAMELAN SEKATEN - Masjid Gedhe Kauman". mesjidgedhe.or.id. Diakses tanggal 2024-05-12. 

Daftar pustaka