Anomi: Perbedaan antara revisi
k bot Mengubah: zh:失范 |
kTidak ada ringkasan suntingan |
||
(35 revisi perantara oleh 19 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1: | Baris 1: | ||
'''Anomi''' adalah sebuah istilah yang diperkenalkan oleh [[Émile Durkheim]] dalam [[sosiologi]] untuk menggambarkan keadaan yang kacau, tanpa peraturan. Kata ini berasal dari [[bahasa Yunani]] ''a-'': "tanpa", dan ''nomos'': "hukum" atau "peraturan". Anomi adalah "kondisi yang mana masyarakat tidak banyak memberikan petunjuk [[moral]] kepada individu".<ref>{{Cite book|url=https://www.worldcat.org/oclc/434559397|title=Sociology|last=J.|first=Macionis, John|date=2011|publisher=Pearson Canada|isbn=9780137001613|edition=7th Canadian ed|location=Toronto|oclc=434559397}}</ref> Keadaan ini mungkin muncul berkembang dari konflik [[Keyakinan dan kepercayaan|sistem kepercayaan]]<ref>{{Cite book|last=Knutson|first=Jeanne N.|date=1972|url=https://www.worldcat.org/oclc/292358|title=The human basis of the polity; a psychological study of political men|location=Chicago,|publisher=Aldine-Atherton|isbn=0-202-24040-1|oclc=292358}}</ref> dan menyebabkan rusaknya hubungan sosial antara seorang individu dan komunitas (baik [[sosialisasi]] primer maupun ekonomi). Untuk individu, ada kemungkinan konflik berlanjut kepada kemampuan yang abnormal untuk menyatu dalam situasi normatif dunia sosial, e.g. skenario personal tanpa aturan yang berakhir pada fragmentasi identitas sosial dan penolakan [[nilai]].<ref>{{Cite web|url=https://roomfordebate.blogs.nytimes.com/2010/05/13/chinas-school-killings-and-social-despair/|title=China's School Killings and Social Despair|last=Editors|first=The|date=2010-05-13|website=Room for Debate|language=en-US|access-date=2018-12-31}}</ref> |
|||
'''Anomie''' adalah sebuah istilah yang diperkenalkan oleh [[Émile Durkheim]] untuk menggambarkan keadaan yang kacau, tanpa peraturan. Kata ini berasal dari [[bahasa Yunani]] ''a-'': "tanpa", dan ''nomos'': "hukum" atau "peraturan". |
|||
Istilah ini secara umum dipahami sebagai "ketiadaan norma" dan dipercaya dipopulerkan oleh Durkheim dalam bukunya yang berpengaruh, ''[[Le Suicide]]'' (1897). Namun, Durkheim pertama kali memperkenalkan konsep anomi dalam karyanya pada tahun 1893, ''[[De la division du travail social]].'' Durkheim tidak pernah menggunakan istilah "ketiadaan norma"; ia mendeskripsikan anomi sebagai "kekacauan" dan "keinginan yang tak terpuaskan".<ref>Mestrovic, Stjepan. ''Emile Durkheim and The Reformation of Sociology''.</ref> Durkheim menggunakan istilah "[[penyakit]] dari yang tanpa batas" karena hasrat tanpa batas tidak akan pernah terpenuhi, melainkan hanya akan menjadi semakin kuat.<ref>{{Cite book|url=https://www.worldcat.org/oclc/43421884|title=Emile Durkheim : law in a moral domain|last=M.),|first=Cotterrell, Roger (Roger B.|isbn=0804738084|location=Stanford, California|oclc=43421884}}</ref> |
|||
Menurut Durkheim, anomi muncul secara umum dari ketidakcocokan antara standar personal atau kelompok dan standar sosial yang lebih luas; atau ketiadaan [[Makroetika dan mikroetika|etika sosial]], yang menghasilkan deregulasi moral dan ketiadaan [[Motivasi|aspirasi]] yang logis. Ini adalah kondisi hasil nurtur:<blockquote>Sebagian besar sosiolog mengasosiasikan istilah ini dengan Durkheim, yang menggunakan konsep ini untuk membicarakan bagaimana tindakan individu sesuai, atau terintegrasi, dengan sistem norma dan praktik sosial... anomi adalah ketidakcocokan, bukan hanya ketiadaan norma. Oleh karena itu, masyarakat dengan kekakuan yang terlalu besar dan keleluasaan individu yang kecil juga dapat menghasilkan suatu anomi...<ref>Susan Leigh Star, Geoffrey C. Bowker, dan Laura J. Neumann, "Transparency At Different Levels of Scale: Convergence between Information Artifacts and Social Worlds", Library and Information Science, University of Illinois, Urbana-Champaign, Agustus 1997</ref><br /></blockquote> |
|||
⚫ | |||
== Pemaknaan == |
|||
⚫ | [[Émile Durkheim]], [[sosiolog]] perintis [[Prancis]] [[abad ke-19]] |
||
Menurut M. Taufik Rahman, anomi berbeda dengan alienasi [[Asimilasi (sosial)|(dalam asimilasi)]]. Kedua istilah ini memiliki makna yang hampir sama yaitu kekacauan dalam diri seseorang. Kekacauan ini disebabkan oleh kurangnya kebebasan dalam [[lingkungan sosial]]. Perbedaannya ada pada penyebabnya. Anomi lebih terkhusus pada kekurangan [[norma sosial]] dan [[pengendalian sosial]] dalam kehidupan sosial. Di sisi lain, alienasi disebabkan oleh adanya penguasaan dan tekanan terhadap individu. Anomi menyebabkan seseorang kurang terlibat dalam kegiatan sosial sehingga menimbulkan penderitaan diri. Di sisi lain, alienasi menyebabkan seseorang tidak dapat mengembangkan kebiasaan yang murni dari dirinya sendiri.<ref>{{Cite book|last=Rahman, M. T.|first=|date=2011|url=http://digilib.uinsgd.ac.id/11819/1/Glosari%20Teori%20Sosial%20%28Baik%29.pdf|title=Glosari Teori Sosial|location=Bandung|publisher=Ibnu Sina Press|isbn=978-602-99802-0-2|pages=7-8|url-status=live}}</ref> |
|||
[[Freda Adler]] menciptakan istilah ''synnomie'' sebagai lawan kata ''anomi''.<ref name=":1">{{Cite journal|last=Nivette|first=Amy E.|date=2011-02|title=Old theories and new approaches: Evaluating Freda Adler’s theory of low crime and its implications for criminology|url=http://journals.sagepub.com/doi/10.1177/1362480610380103|journal=Theoretical Criminology|language=en|volume=15|issue=1|pages=83–99|doi=10.1177/1362480610380103|issn=1362-4806}}</ref><ref name=":2">{{Cite book|last=Adler|first=Freda|date=1983|url=https://www.worldcat.org/oclc/9619453|title=Nations not obsessed with crime|location=Littleton, Colo.|publisher=F.B. Rothman|isbn=0-8377-0216-X|oclc=9619453}}</ref> Bersangkutan dengan konsep Durkheim tentang [[kesetiakawanan sosial]] dan [[kesadaran kolektif]],<ref name=":1" /> Adler mengartikan ''synnomie'' sebagai "kecocokan [[Norma sosial|norma-norma]] hingga akomodasi harmonis terjadi".<ref name=":2" /> Adler mendeskripsikan masyarakat yang mengalami ''synnomie'' ialah "bercirikan konformitas norma, kohesi, kontrol sosial yang utuh, dan integrasi norma." [[Institusi sosial]] seperti keluarga, agama, dan komunitas, dengan besar-besaran berperan sebagai sumber norma dan [[kontrol sosial]] untuk memelihara masyarakat yang berkeadaan ''synnomie''. |
|||
⚫ | Dalam pandangan Durkheim, agama-agama tradisional |
||
== Sejarah == |
|||
⚫ | [[Robert King Merton]] juga mengadopsi gagasan tentang |
||
Pada tahun 1893, Durkheim memperkenalkan konsep anomi untuk mendeskripsikan ketidakcocokan kerja [[Gilda (perhimpunan)|kelompok pekerja]] kolektif terhadap kebutuhan masyarakat yang kian berkembang ketika kelompok itu [[homogen]] dari segi komponennya. Ia menyamakan keahlian homogen (redundan) dengan [[Kesetiakawanan mekanis dan organik|kesetiakawanan mekanis]] yang inersianya menghambat adaptasi. Ia membandingkannya dengan [[Teori regulasi diri|perilaku regulasi diri]] pada [[pembagian kerja]] yang berdasarkan perbedaan pada penyusunnya, disamakan dengan [[Kesetiakawanan mekanis dan organik|kesetiakawanan organik]]―yang ketiadaan inersianya menghasilkan sensitivitas terhadap perubahan yang diperlukan. Durkheim mengobservasi bahwa konflik antara pembagian kerja organik yang telah berkembang dan tipe mekanis yang homogen adalah sedemikian rupa sehingga hanya akan ada salah satu dari mereka yang bertahan pada suatu komunitas.<ref>The Division of Labor in Society, The MacMillan Co. 1933, Free Press edition, 1964, hal. 182-183</ref> |
|||
Jika kesetiakawanan bersifat organik, anomi tidak mungkin terjadi.<ref name=":0">The Division of Labor in Society, The MacMillan Co. 1933, Free Press edition, 1964, hal. 368-369</ref> Sensitivitas terhadap kebutuhan satu sama lain meningkatkan pengembangan pembagian kerja.<ref name=":0" /> <blockquote>Produsen, dekat dengan konsumen, dapat dengan mudah menghitung jangkauan kebutuhan yang harus dipuaskan. [[Keseimbangan sosial|Kesetimbangan]] terjadi tanpa masalah dan produksi meregulasi dirinya sendiri. </blockquote>Durkheim membedakan anomi sebagai hasil kegagalan kesetiakawanan organik setelah transisi kepada kesetiakawanan mekanis:<blockquote>Namun kebalikannya, jika lingkungan ''opaque'' diinterposisikan... hubungan bersifat jarang, tidak cukup terulang... terlalu sebentar-sebentar. Kontak tidak lagi cukup. Produsen tidak lagi dapat menangkap pasar secara sekilas, tidak juga melalui pemikiran. Ia tidak lagi dapat melihat batasannya karena, boleh dikatakan, tidak terbatas. Dengan demikian, produksi tidak terkekang dan tidak teregulasi.<ref name=":0" /></blockquote>Durkheim juga menggunakan ''anomi'' dalam pembahasan fenomena [[industrialisasi]]—[[Regimen|regimentasi]] massa yang tidak dapat beradaptasi karena inersianya sendiri—khususnya, perlawanannya terhadap perubahan, yang menyebabkan siklus disruptif [[perilaku kolektif]], e.g. ekonomi, karena kebutuhan pembangunan panjang atas tenaga atau momentum yang cukup untuk mengatasi inersia. |
|||
⚫ | |||
Kemudian pada tahun 1897, dalam penelitiannya tentang bunuh diri, Durkheim mengasosiasikan anomi dengan pengaruh ketiadaan [[Norma sosial|norma]] atau norma yang terlalu kaku. Namun, ketiadaan norma atau norma yang terlalu kaku tersebut adalah gejala anomi, yang disebabkan oleh ketiadaan adaptasi diferensial yang memungkinkan norma berkembang secara alami karena [[Teori regulasi diri|regulasi diri]], baik sehingga norma terbentuk dari ketiadaan norma maupun norma yang menjadi kaku dan kuno berubah. |
|||
⚫ | Kata ini (kadang-kadang juga dieja "anomy") |
||
Pada tahun 1983, [[Robert King Merton|Robert K. Merton]] menghubungkan anomi dengan ''deviance'' dan berargumen bahwa tidak tersambungnya [[budaya]] dengan [[Struktur sosial|struktur]] berkonsekuensi disfungsional, menyebabkan ''deviance'' dalam masyarakat. Ia mendeskripsikan lima tipe ''deviance'' dalam hal penerimaan atau penolakan tujuan sosial dan alat adat dalam menggapainya.<ref>{{Cite journal|last=Merton|first=Robert K.|date=1938-10|title=Social Structure and Anomie|url=https://www.jstor.org/stable/2084686?origin=crossref|journal=American Sociological Review|volume=3|issue=5|pages=672|doi=10.2307/2084686|issn=0003-1224}}</ref> |
|||
[[Friedrich Hayek]] dikenal menggunakan kata ''anomie'' dengan makna ini. |
|||
== Etimologi == |
|||
''Anomie'' sebagai kekacauan sosial tidak boleh dikacaukan dengan "[[anarkhi]]". Kata "anarkhi" menunjukkan tidak adanya penguasa, hierarkhi, dan komando, sementara "anomie" menunjukkan tidak adanya aturan, struktur dan organisasi. Banyak penentang [[anarkhisme]] mengklaim bahwa anarkhi dengan sendirinya mengakibatkan anomi. Namun hampir semua anarkhis akan mengatakan bahwa komando yang hierarkhis sesungguhnya menciptakan kekacauan, bukan keteraturan (lih. misalnya [[Discordianism#Law of Eristic Escalation|Law of Eristic Escalation]]). |
|||
Kata ini, "pemakaian kembali dengan ejaan Prancis 'anomy'",<ref>{{Cite web|url=https://www.etymonline.com/word/anomie|title=anomie {{!}} Origin and meaning of anomie by Online Etymology Dictionary|website=www.etymonline.com|language=en|access-date=2019-01-01}}</ref> berasal dari bahasa [[Bahasa Yunani Kuno|Yunani]] ἀνομία "tanpa hukum",<ref>{{Cite web|url=https://www.etymonline.com/word/anomy|title=anomy {{!}} Origin and meaning of anomy by Online Etymology Dictionary|website=www.etymonline.com|language=en|access-date=2019-01-01}}</ref><ref>{{Cite web|url=http://www.perseus.tufts.edu/hopper/text?doc=Perseus:text:1999.04.0057:entry=a)nomi/a|title=Henry George Liddell, Robert Scott, A Greek-English Lexicon, ἀνομ-ία|website=www.perseus.tufts.edu|access-date=2019-01-01}}</ref> yaitu [[Awalan|prefiks]] [[privatif alfa]] (a-"tanpa") dan "nomos" (hukum). Pengguna bahasa Yunani membedakan "nomos" (νόμος, hukum) dan "arché" (ἀρχή; aturan pemula, aksiom, prinsip). Misalnya, [[penguasa monarki]] adalah pemerintah tunggal tetapi ia masih merupakan subjek, yaitu tidak bebas dari, hukum yang ada, i.e. nomos. Pada [[demokrasi]] [[negara kota]] yang asli, [[aturan mayoritas]] adalah bagian arché karena berdasar pada kekuasaan, sistem kebiasaan, yang mungkin atau tidak mungkin menciptakan hukum, yaitu nomos. Maka dari itu, maksud awal anomi adalah mendefinisikan apa saja atau siapa saja yang bertentangan atau di luar hukum, atau kondisi yang mana hukum yang berlaku tidak diterapkan, menghasilkan keadaan yang tidak sah atau tanpa hukum. |
|||
Pemahaman bahasa Inggris kontemporer terhadap "anomi" dapat mencakup "[[Norma (sosiologi)|norma]]" dengan sangat fleksibel dan sebagian orang menggunakan ketiadaan norma untuk mencerminkan situasi yang mirip dengan [[Anarkisme|anarki]]. Namun, sesuai penggunaan Durkheim di kemudian hari, anomi adalah reaksi yang bertentangan terhadap atau pengunduran diri dari [[kontrol sosial]] [[masyarakat]] yang berkaitan dengan pengaturan, dan merupakan konsep yang sepenuhnya terpisah dari anarki, yang tersusun atas ketiadaan peran penguasa dan pengikutnya. |
|||
Kamus [[Webster 1913]], sebuah versi yang lebih tua, melaporkan penggunaan kata "anomie" dalam pengertian "ketidakpedulian atau pelanggaran terhadap hukum". |
|||
⚫ | |||
⚫ | [[Émile Durkheim]], [[sosiolog]] perintis yang berasal dari [[Prancis]] [[abad ke-19]], mengadopsi kata ini dari filsuf Prancis [[Jean-Marie Guyau]] dan menggunakannya dalam bukunya ''Le Suicide'' (1897) yang menguraikan sebab-sebab sosial (bukan individual) [[bunuh diri]] untuk menggambarkan keadaan atau kekacauan dalam diri [[individu]], yang dicirikan oleh perubahan cepat standar atau nilai dalam masyarakat (sering disalahartikan sebagai ketiadaan norma), serta perasaan [[alienasi]] dan ketiadaan tujuan yang menyertainya. Anomi sangat umum terjadi apabila [[masyarakat]] sekitarnya mengalami perubahan-perubahan yang besar dalam situasi ekonomi, entah semakin baik atau semakin buruk, dan lebih umum lagi ketika ada kesenjangan besar antara teori-teori dan nilai-nilai ideologi yang umumnya diakui dan dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Ini bertentangan dengan teori bunuh diri sebelumnya yang mempertahankan bahwa bunuh diri ditimbulkan oleh peristiwa negatif dalam kehidupan individu dan [[Gangguan depresi mayor|depresi]] yang mengikutinya. |
||
⚫ | |||
⚫ | Dalam novel [[eksistensialisme|eksistensialis]] karya [[Albert Camus]] ''[[Orang Asing (novel)|Orang Asing]]'', tokoh protagonisnya, [[Mersault]] bergumul untuk membangun suatu sistem nilai |
||
⚫ | Dalam pandangan Durkheim, [[Agama|agama-agama]] tradisional sering kali memberikan dasar bagi nilai-nilai bersama yang tidak dimiliki oleh individu yang mengalami anomi. Lebih jauh ia berpendapat bahwa [[pembagian kerja]] yang banyak terjadi dalam kehidupan ekonomi modern sejak [[Revolusi Industri]] menyebabkan individu mengejar tujuan-tujuan yang [[egois]] ketimbang kebaikan komunitas yang lebih luas. |
||
⚫ | [[Dostoevsky]], yang karyanya |
||
⚫ | [[Robert King Merton]] juga mengadopsi gagasan tentang anomi dalam karyanya. Ia mendefinisikannya sebagai kesenjangan antara tujuan-tujuan sosial bersama dan cara-cara yang sah untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Dengan kata lain, individu yang mengalami Anomi akan berusaha mencapai tujuan-tujuan bersama suatu masyarakat tertentu tetapi tidak dapat mencapai tujuan-tujuan tersebut dengan sah karena berbagai keterbatasan struktural masyarakat. Akibatnya, individu itu akan memperlihatkan [[perilaku menyimpang]] untuk memuaskan dirinya sendiri. [[Friedrich Hayek]] dikenal menggunakan kata a''nomi'' dengan makna ini. |
||
⚫ | |||
Menurut sebuah survei akademik, uji psikometrik mengonfirmasi hubungan antara anomi dan [[ketidakjujuran akademik]] pada mahasiswa universitas, menunjukkan bahwa universitas perlu membantu perkembangan kode etik pada mahasiswa untuk mengekang hal ini.<ref>"The effect of anomie on academic dishonesty among university students" oleh Albert Caruana, B. Ramaseshan, Michael T. Ewing. ''International Journal of Educational Management'' (2000). Volume 14, isu 1. hal. 23–30.</ref> Dalam penelitian lain, anomi dipandang sebagai "faktor pendorong" dalam pariwisata.<ref>{{Cite journal|last=Dann|first=Graham M. S.|title=Anomie, ego-enhancement and tourism|url=https://www.academia.edu/1534649/Anomie_ego-enhancement_and_tourism|journal=Annals of Tourism Research|language=en|volume=4|issue=4|pages=184–194|issn=0160-7383}}</ref> |
|||
⚫ | |||
⚫ | |||
⚫ | |||
⚫ | Kata ini (kadang-kadang juga dieja "anomy") digunakan untuk masyarakat atau kelompok manusia di dalam suatu masyarakat, yang mengalami kekacauan karena tidak adanya aturan-aturan yang diakui bersama yang eksplisit ataupun implisit mengenai perilaku yang baik, atau, lebih parah lagi, terhadap aturan-aturan yang berkuasa dalam meningkatkan isolasi atau bahkan saling memangsa dan bukan kerja sama.{{Butuh rujukan}} |
||
Kamus [[Webster 1913]], sebuah versi yang lebih tua, melaporkan penggunaan kata "anomi" dalam pengertian "ketidakpedulian atau pelanggaran terhadap hukum".<ref>{{Cite journal|last=Roberts|first=A. H.|last2=Rokeach|first2=M.|date=1956|title=Anomie, authoritarianism, and prejudice: A replication|journal=American Journal of Sociology}}</ref> ''Anomi'' sebagai kekacauan sosial tidak boleh disalahartikan sebagai "anarki". Kata "anarki" menunjukkan tidak adanya penguasa, hierarki, dan kepemimpinan. Banyak pendukung [[anarkhisme|anarkisme]] mengklaim bahwa anarki belum tentu mengakibatkan anomi dan pemerintahan dengan [[hierarki]] sesungguhnya meningkatkan ketiadaan hukum, bukan keteraturan (lih. misalnya [[Discordianism#Law of Eristic Escalation|Law of Eristic Escalation]]). Sebagian penganut [[anarko-primitivisme]] berargumen bahwa masyarakat yang kompleks, khususnya masyarakat industri dan pascaindustri, secara langsung menyebabkan kondisi seperti anomi dengan mencabut determinasi diri dan grup rujukan yang relatif kecil, seperti kelompok, marga, atau suku, dari individu. |
|||
⚫ | |||
⚫ | Dalam novel [[eksistensialisme|eksistensialis]] karya [[Albert Camus]] ''[[Orang Asing (novel)|Orang Asing]]'', tokoh protagonisnya, [[Mersault]] bergumul untuk membangun suatu sistem nilai individu sementara ia menanggapi hilangnya sistem yang lama. Ia berada dalam keadaan anomi, seperti yang terlihat dalam apatismenya yang tampak dalam kalimat-kalimat pembuka: ''"Aujourd'hui, maman est morte. Ou peut-être hier, je ne sais pas."'' ("Hari ini ibunda meninggal. Atau mungkin kemarin, aku tak tahu.”)<ref>{{Cite book|last=White|first=Robert Winthrop|date=1963|url=http://archive.org/details/studyoflivesessa00whit|title=The study of lives; essays on personality in honor of Henry A. Murray|publisher=New York, Atherton Press|others=Internet Archive}}</ref> Camus mengungkapkan konflik Mersault dengan struktur nilai yang diberikan oleh agama tradisional dalam suatu dialog hampir pada bagian penutup buku melalui seorang [[pastur]] [[Katolik Roma|Katolik]] yang berseru, “Apakah engkau ingin hidupku tidak bermakna?”{{Butuh rujukan}} |
||
⚫ | [[Dostoevsky]], yang karyanya sering kali dianggap sebagai pendahulu [[eksistensialisme]], sering kali mengungkapkan keprihatinan yang sama dalam novel-novelnya. Dalam ''[[The Brothers Karamazov]]'', tokoh Dimitri Karamazov bertanya kepada sahabatnya yang [[ateis]], Rakitin, "...tanpa Allah dan kehidupan kekal? Jadi segala sesuatunya sah, mereka dapat melakukan apa saja yang mereka sukai?’" [[Raskolnikov]], ''antihero'' dari novel Dostoevsky ''[[Kejahatan dan Hukuman]]'', mengungkapkan filsafatnya ke dalam tindakan ketika ia membunuh seorang juru gadai tua dan saudara perempuannya, dan belakangan merasionalisasikan tindakannya itu kepada dirinya sendiri dengan kata-kata, "... yang kubunuh bukanlah manusia, melainkan sebuah prinsip!" Dalam kata lain, segala bentuk tindakan dapat dinilai masuk akal, tak ada yang dinamakan petunjuk moral jika Tuhan dan kehidupan yang kekal tidak ada; hal ini berujung pada apati dan sikap berlepas diri.<ref>{{Cite web|last=NW|first=1615 L. St|last2=Washington|first2=Suite 800|date=2010-10-12|title=Can Civilization Survive Without God?|url=https://www.pewforum.org/2010/10/12/can-civilization-survive-without-god/|website=Pew Research Center's Religion & Public Life Project|language=en-US|access-date=2022-01-04|last3=Inquiries|first3=DC 20036 USA202-419-4300 {{!}} Main202-419-4349 {{!}} Fax202-419-4372 {{!}} Media}}</ref> |
||
⚫ | |||
== Referensi == |
|||
[[Kategori:Sosiologi]] |
[[Kategori:Sosiologi]] |
||
[[Kategori:Psikologi sosial]] |
[[Kategori:Psikologi sosial]] |
||
[[Kategori:Filsafat sosial]] |
[[Kategori:Filsafat sosial]] |
||
<references /> |
|||
⚫ | |||
[[bs:Anomija]] |
|||
⚫ | |||
[[ca:Anomia]] |
|||
[[cs:Anomie]] |
|||
[[de:Anomie]] |
|||
[[en:Anomie]] |
|||
[[es:Anomia (ciencias sociales)]] |
|||
[[et:Anoomia]] |
|||
[[fi:Anomia]] |
|||
[[fr:Anomie]] |
|||
[[he:אנומיה]] |
|||
[[it:Anomia]] |
|||
[[ja:アノミー]] |
|||
[[kk:Аномия]] |
|||
[[ko:아노미]] |
|||
[[nl:Anomie]] |
|||
[[pl:Anomia (stan społeczny)]] |
|||
[[pt:Anomia]] |
|||
[[ru:Аномия]] |
|||
[[simple:Anomie]] |
|||
[[sr:Аномија]] |
|||
[[sv:Anomi]] |
|||
[[uk:Аномія]] |
|||
[[zh:失范]] |
Revisi terkini sejak 5 April 2022 11.09
Anomi adalah sebuah istilah yang diperkenalkan oleh Émile Durkheim dalam sosiologi untuk menggambarkan keadaan yang kacau, tanpa peraturan. Kata ini berasal dari bahasa Yunani a-: "tanpa", dan nomos: "hukum" atau "peraturan". Anomi adalah "kondisi yang mana masyarakat tidak banyak memberikan petunjuk moral kepada individu".[1] Keadaan ini mungkin muncul berkembang dari konflik sistem kepercayaan[2] dan menyebabkan rusaknya hubungan sosial antara seorang individu dan komunitas (baik sosialisasi primer maupun ekonomi). Untuk individu, ada kemungkinan konflik berlanjut kepada kemampuan yang abnormal untuk menyatu dalam situasi normatif dunia sosial, e.g. skenario personal tanpa aturan yang berakhir pada fragmentasi identitas sosial dan penolakan nilai.[3]
Istilah ini secara umum dipahami sebagai "ketiadaan norma" dan dipercaya dipopulerkan oleh Durkheim dalam bukunya yang berpengaruh, Le Suicide (1897). Namun, Durkheim pertama kali memperkenalkan konsep anomi dalam karyanya pada tahun 1893, De la division du travail social. Durkheim tidak pernah menggunakan istilah "ketiadaan norma"; ia mendeskripsikan anomi sebagai "kekacauan" dan "keinginan yang tak terpuaskan".[4] Durkheim menggunakan istilah "penyakit dari yang tanpa batas" karena hasrat tanpa batas tidak akan pernah terpenuhi, melainkan hanya akan menjadi semakin kuat.[5]
Menurut Durkheim, anomi muncul secara umum dari ketidakcocokan antara standar personal atau kelompok dan standar sosial yang lebih luas; atau ketiadaan etika sosial, yang menghasilkan deregulasi moral dan ketiadaan aspirasi yang logis. Ini adalah kondisi hasil nurtur:
Sebagian besar sosiolog mengasosiasikan istilah ini dengan Durkheim, yang menggunakan konsep ini untuk membicarakan bagaimana tindakan individu sesuai, atau terintegrasi, dengan sistem norma dan praktik sosial... anomi adalah ketidakcocokan, bukan hanya ketiadaan norma. Oleh karena itu, masyarakat dengan kekakuan yang terlalu besar dan keleluasaan individu yang kecil juga dapat menghasilkan suatu anomi...[6]
Pemaknaan
[sunting | sunting sumber]Menurut M. Taufik Rahman, anomi berbeda dengan alienasi (dalam asimilasi). Kedua istilah ini memiliki makna yang hampir sama yaitu kekacauan dalam diri seseorang. Kekacauan ini disebabkan oleh kurangnya kebebasan dalam lingkungan sosial. Perbedaannya ada pada penyebabnya. Anomi lebih terkhusus pada kekurangan norma sosial dan pengendalian sosial dalam kehidupan sosial. Di sisi lain, alienasi disebabkan oleh adanya penguasaan dan tekanan terhadap individu. Anomi menyebabkan seseorang kurang terlibat dalam kegiatan sosial sehingga menimbulkan penderitaan diri. Di sisi lain, alienasi menyebabkan seseorang tidak dapat mengembangkan kebiasaan yang murni dari dirinya sendiri.[7]
Freda Adler menciptakan istilah synnomie sebagai lawan kata anomi.[8][9] Bersangkutan dengan konsep Durkheim tentang kesetiakawanan sosial dan kesadaran kolektif,[8] Adler mengartikan synnomie sebagai "kecocokan norma-norma hingga akomodasi harmonis terjadi".[9] Adler mendeskripsikan masyarakat yang mengalami synnomie ialah "bercirikan konformitas norma, kohesi, kontrol sosial yang utuh, dan integrasi norma." Institusi sosial seperti keluarga, agama, dan komunitas, dengan besar-besaran berperan sebagai sumber norma dan kontrol sosial untuk memelihara masyarakat yang berkeadaan synnomie.
Sejarah
[sunting | sunting sumber]Pada tahun 1893, Durkheim memperkenalkan konsep anomi untuk mendeskripsikan ketidakcocokan kerja kelompok pekerja kolektif terhadap kebutuhan masyarakat yang kian berkembang ketika kelompok itu homogen dari segi komponennya. Ia menyamakan keahlian homogen (redundan) dengan kesetiakawanan mekanis yang inersianya menghambat adaptasi. Ia membandingkannya dengan perilaku regulasi diri pada pembagian kerja yang berdasarkan perbedaan pada penyusunnya, disamakan dengan kesetiakawanan organik―yang ketiadaan inersianya menghasilkan sensitivitas terhadap perubahan yang diperlukan. Durkheim mengobservasi bahwa konflik antara pembagian kerja organik yang telah berkembang dan tipe mekanis yang homogen adalah sedemikian rupa sehingga hanya akan ada salah satu dari mereka yang bertahan pada suatu komunitas.[10]
Jika kesetiakawanan bersifat organik, anomi tidak mungkin terjadi.[11] Sensitivitas terhadap kebutuhan satu sama lain meningkatkan pengembangan pembagian kerja.[11]
Produsen, dekat dengan konsumen, dapat dengan mudah menghitung jangkauan kebutuhan yang harus dipuaskan. Kesetimbangan terjadi tanpa masalah dan produksi meregulasi dirinya sendiri.
Durkheim membedakan anomi sebagai hasil kegagalan kesetiakawanan organik setelah transisi kepada kesetiakawanan mekanis:
Namun kebalikannya, jika lingkungan opaque diinterposisikan... hubungan bersifat jarang, tidak cukup terulang... terlalu sebentar-sebentar. Kontak tidak lagi cukup. Produsen tidak lagi dapat menangkap pasar secara sekilas, tidak juga melalui pemikiran. Ia tidak lagi dapat melihat batasannya karena, boleh dikatakan, tidak terbatas. Dengan demikian, produksi tidak terkekang dan tidak teregulasi.[11]
Durkheim juga menggunakan anomi dalam pembahasan fenomena industrialisasi—regimentasi massa yang tidak dapat beradaptasi karena inersianya sendiri—khususnya, perlawanannya terhadap perubahan, yang menyebabkan siklus disruptif perilaku kolektif, e.g. ekonomi, karena kebutuhan pembangunan panjang atas tenaga atau momentum yang cukup untuk mengatasi inersia.
Kemudian pada tahun 1897, dalam penelitiannya tentang bunuh diri, Durkheim mengasosiasikan anomi dengan pengaruh ketiadaan norma atau norma yang terlalu kaku. Namun, ketiadaan norma atau norma yang terlalu kaku tersebut adalah gejala anomi, yang disebabkan oleh ketiadaan adaptasi diferensial yang memungkinkan norma berkembang secara alami karena regulasi diri, baik sehingga norma terbentuk dari ketiadaan norma maupun norma yang menjadi kaku dan kuno berubah.
Pada tahun 1983, Robert K. Merton menghubungkan anomi dengan deviance dan berargumen bahwa tidak tersambungnya budaya dengan struktur berkonsekuensi disfungsional, menyebabkan deviance dalam masyarakat. Ia mendeskripsikan lima tipe deviance dalam hal penerimaan atau penolakan tujuan sosial dan alat adat dalam menggapainya.[12]
Etimologi
[sunting | sunting sumber]Kata ini, "pemakaian kembali dengan ejaan Prancis 'anomy'",[13] berasal dari bahasa Yunani ἀνομία "tanpa hukum",[14][15] yaitu prefiks privatif alfa (a-"tanpa") dan "nomos" (hukum). Pengguna bahasa Yunani membedakan "nomos" (νόμος, hukum) dan "arché" (ἀρχή; aturan pemula, aksiom, prinsip). Misalnya, penguasa monarki adalah pemerintah tunggal tetapi ia masih merupakan subjek, yaitu tidak bebas dari, hukum yang ada, i.e. nomos. Pada demokrasi negara kota yang asli, aturan mayoritas adalah bagian arché karena berdasar pada kekuasaan, sistem kebiasaan, yang mungkin atau tidak mungkin menciptakan hukum, yaitu nomos. Maka dari itu, maksud awal anomi adalah mendefinisikan apa saja atau siapa saja yang bertentangan atau di luar hukum, atau kondisi yang mana hukum yang berlaku tidak diterapkan, menghasilkan keadaan yang tidak sah atau tanpa hukum.
Pemahaman bahasa Inggris kontemporer terhadap "anomi" dapat mencakup "norma" dengan sangat fleksibel dan sebagian orang menggunakan ketiadaan norma untuk mencerminkan situasi yang mirip dengan anarki. Namun, sesuai penggunaan Durkheim di kemudian hari, anomi adalah reaksi yang bertentangan terhadap atau pengunduran diri dari kontrol sosial masyarakat yang berkaitan dengan pengaturan, dan merupakan konsep yang sepenuhnya terpisah dari anarki, yang tersusun atas ketiadaan peran penguasa dan pengikutnya.
Anomi sebagai kekacauan pada diri individu
[sunting | sunting sumber]Émile Durkheim, sosiolog perintis yang berasal dari Prancis abad ke-19, mengadopsi kata ini dari filsuf Prancis Jean-Marie Guyau dan menggunakannya dalam bukunya Le Suicide (1897) yang menguraikan sebab-sebab sosial (bukan individual) bunuh diri untuk menggambarkan keadaan atau kekacauan dalam diri individu, yang dicirikan oleh perubahan cepat standar atau nilai dalam masyarakat (sering disalahartikan sebagai ketiadaan norma), serta perasaan alienasi dan ketiadaan tujuan yang menyertainya. Anomi sangat umum terjadi apabila masyarakat sekitarnya mengalami perubahan-perubahan yang besar dalam situasi ekonomi, entah semakin baik atau semakin buruk, dan lebih umum lagi ketika ada kesenjangan besar antara teori-teori dan nilai-nilai ideologi yang umumnya diakui dan dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Ini bertentangan dengan teori bunuh diri sebelumnya yang mempertahankan bahwa bunuh diri ditimbulkan oleh peristiwa negatif dalam kehidupan individu dan depresi yang mengikutinya.
Dalam pandangan Durkheim, agama-agama tradisional sering kali memberikan dasar bagi nilai-nilai bersama yang tidak dimiliki oleh individu yang mengalami anomi. Lebih jauh ia berpendapat bahwa pembagian kerja yang banyak terjadi dalam kehidupan ekonomi modern sejak Revolusi Industri menyebabkan individu mengejar tujuan-tujuan yang egois ketimbang kebaikan komunitas yang lebih luas.
Robert King Merton juga mengadopsi gagasan tentang anomi dalam karyanya. Ia mendefinisikannya sebagai kesenjangan antara tujuan-tujuan sosial bersama dan cara-cara yang sah untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Dengan kata lain, individu yang mengalami Anomi akan berusaha mencapai tujuan-tujuan bersama suatu masyarakat tertentu tetapi tidak dapat mencapai tujuan-tujuan tersebut dengan sah karena berbagai keterbatasan struktural masyarakat. Akibatnya, individu itu akan memperlihatkan perilaku menyimpang untuk memuaskan dirinya sendiri. Friedrich Hayek dikenal menggunakan kata anomi dengan makna ini.
Menurut sebuah survei akademik, uji psikometrik mengonfirmasi hubungan antara anomi dan ketidakjujuran akademik pada mahasiswa universitas, menunjukkan bahwa universitas perlu membantu perkembangan kode etik pada mahasiswa untuk mengekang hal ini.[16] Dalam penelitian lain, anomi dipandang sebagai "faktor pendorong" dalam pariwisata.[17]
Anomi sebagai kekacauan masyarakat
[sunting | sunting sumber]Kata ini (kadang-kadang juga dieja "anomy") digunakan untuk masyarakat atau kelompok manusia di dalam suatu masyarakat, yang mengalami kekacauan karena tidak adanya aturan-aturan yang diakui bersama yang eksplisit ataupun implisit mengenai perilaku yang baik, atau, lebih parah lagi, terhadap aturan-aturan yang berkuasa dalam meningkatkan isolasi atau bahkan saling memangsa dan bukan kerja sama.[butuh rujukan]
Kamus Webster 1913, sebuah versi yang lebih tua, melaporkan penggunaan kata "anomi" dalam pengertian "ketidakpedulian atau pelanggaran terhadap hukum".[18] Anomi sebagai kekacauan sosial tidak boleh disalahartikan sebagai "anarki". Kata "anarki" menunjukkan tidak adanya penguasa, hierarki, dan kepemimpinan. Banyak pendukung anarkisme mengklaim bahwa anarki belum tentu mengakibatkan anomi dan pemerintahan dengan hierarki sesungguhnya meningkatkan ketiadaan hukum, bukan keteraturan (lih. misalnya Law of Eristic Escalation). Sebagian penganut anarko-primitivisme berargumen bahwa masyarakat yang kompleks, khususnya masyarakat industri dan pascaindustri, secara langsung menyebabkan kondisi seperti anomi dengan mencabut determinasi diri dan grup rujukan yang relatif kecil, seperti kelompok, marga, atau suku, dari individu.
Anomi dalam sastra dan film
[sunting | sunting sumber]Dalam novel eksistensialis karya Albert Camus Orang Asing, tokoh protagonisnya, Mersault bergumul untuk membangun suatu sistem nilai individu sementara ia menanggapi hilangnya sistem yang lama. Ia berada dalam keadaan anomi, seperti yang terlihat dalam apatismenya yang tampak dalam kalimat-kalimat pembuka: "Aujourd'hui, maman est morte. Ou peut-être hier, je ne sais pas." ("Hari ini ibunda meninggal. Atau mungkin kemarin, aku tak tahu.”)[19] Camus mengungkapkan konflik Mersault dengan struktur nilai yang diberikan oleh agama tradisional dalam suatu dialog hampir pada bagian penutup buku melalui seorang pastur Katolik yang berseru, “Apakah engkau ingin hidupku tidak bermakna?”[butuh rujukan]
Dostoevsky, yang karyanya sering kali dianggap sebagai pendahulu eksistensialisme, sering kali mengungkapkan keprihatinan yang sama dalam novel-novelnya. Dalam The Brothers Karamazov, tokoh Dimitri Karamazov bertanya kepada sahabatnya yang ateis, Rakitin, "...tanpa Allah dan kehidupan kekal? Jadi segala sesuatunya sah, mereka dapat melakukan apa saja yang mereka sukai?’" Raskolnikov, antihero dari novel Dostoevsky Kejahatan dan Hukuman, mengungkapkan filsafatnya ke dalam tindakan ketika ia membunuh seorang juru gadai tua dan saudara perempuannya, dan belakangan merasionalisasikan tindakannya itu kepada dirinya sendiri dengan kata-kata, "... yang kubunuh bukanlah manusia, melainkan sebuah prinsip!" Dalam kata lain, segala bentuk tindakan dapat dinilai masuk akal, tak ada yang dinamakan petunjuk moral jika Tuhan dan kehidupan yang kekal tidak ada; hal ini berujung pada apati dan sikap berlepas diri.[20]
Yang lebih belakangan, protagonis dari film Taxi Driver karya Martin Scorsese dan protagonis dari Fight Club, yang aslinya ditulis oleh Chuck Palahniuk dan belakangan dijadikan film, dapat dikatakan mengalami anomi.
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ J., Macionis, John (2011). Sociology (edisi ke-7th Canadian ed). Toronto: Pearson Canada. ISBN 9780137001613. OCLC 434559397.
- ^ Knutson, Jeanne N. (1972). The human basis of the polity; a psychological study of political men. Chicago,: Aldine-Atherton. ISBN 0-202-24040-1. OCLC 292358.
- ^ Editors, The (2010-05-13). "China's School Killings and Social Despair". Room for Debate (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2018-12-31.
- ^ Mestrovic, Stjepan. Emile Durkheim and The Reformation of Sociology.
- ^ M.),, Cotterrell, Roger (Roger B. Emile Durkheim : law in a moral domain. Stanford, California. ISBN 0804738084. OCLC 43421884.
- ^ Susan Leigh Star, Geoffrey C. Bowker, dan Laura J. Neumann, "Transparency At Different Levels of Scale: Convergence between Information Artifacts and Social Worlds", Library and Information Science, University of Illinois, Urbana-Champaign, Agustus 1997
- ^ Rahman, M. T. (2011). Glosari Teori Sosial (PDF). Bandung: Ibnu Sina Press. hlm. 7–8. ISBN 978-602-99802-0-2.
- ^ a b Nivette, Amy E. (2011-02). "Old theories and new approaches: Evaluating Freda Adler's theory of low crime and its implications for criminology". Theoretical Criminology (dalam bahasa Inggris). 15 (1): 83–99. doi:10.1177/1362480610380103. ISSN 1362-4806.
- ^ a b Adler, Freda (1983). Nations not obsessed with crime. Littleton, Colo.: F.B. Rothman. ISBN 0-8377-0216-X. OCLC 9619453.
- ^ The Division of Labor in Society, The MacMillan Co. 1933, Free Press edition, 1964, hal. 182-183
- ^ a b c The Division of Labor in Society, The MacMillan Co. 1933, Free Press edition, 1964, hal. 368-369
- ^ Merton, Robert K. (1938-10). "Social Structure and Anomie". American Sociological Review. 3 (5): 672. doi:10.2307/2084686. ISSN 0003-1224.
- ^ "anomie | Origin and meaning of anomie by Online Etymology Dictionary". www.etymonline.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2019-01-01.
- ^ "anomy | Origin and meaning of anomy by Online Etymology Dictionary". www.etymonline.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2019-01-01.
- ^ "Henry George Liddell, Robert Scott, A Greek-English Lexicon, ἀνομ-ία". www.perseus.tufts.edu. Diakses tanggal 2019-01-01.
- ^ "The effect of anomie on academic dishonesty among university students" oleh Albert Caruana, B. Ramaseshan, Michael T. Ewing. International Journal of Educational Management (2000). Volume 14, isu 1. hal. 23–30.
- ^ Dann, Graham M. S. "Anomie, ego-enhancement and tourism". Annals of Tourism Research (dalam bahasa Inggris). 4 (4): 184–194. ISSN 0160-7383.
- ^ Roberts, A. H.; Rokeach, M. (1956). "Anomie, authoritarianism, and prejudice: A replication". American Journal of Sociology.
- ^ White, Robert Winthrop (1963). The study of lives; essays on personality in honor of Henry A. Murray. Internet Archive. New York, Atherton Press.
- ^ NW, 1615 L. St; Washington, Suite 800; Inquiries, DC 20036 USA202-419-4300 | Main202-419-4349 | Fax202-419-4372 | Media (2010-10-12). "Can Civilization Survive Without God?". Pew Research Center's Religion & Public Life Project (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-01-04.
Pranala luar
[sunting | sunting sumber]- (Inggris) "Anomi" dibahas dalam Arsip Émile Durkheim.