Lompat ke isi

Kampung Boy (seri televisi): Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Glorious Engine (bicara | kontrib)
(35 revisi perantara oleh 16 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{Infobox television
{{Infobox television
|show_name = Kampung Boy
|show_name = Kampung Boy
|image =
|image = [[Berkas:Kampung Boy storyboard.png|220px|alt=Seorang anak laki-laki bercelana pendek dan mengenakan topi kertas sedang memegang ranting. Ia memakai ranting untuk melawan pedang kayu, yang dipakai oleh anak laki-laki lainnya yang mengenakan sarung merah. Seorang anak perempuan yang mengenakan pakaian panjang berdiri di belakang anak laki-laki yang sedang memegang pedang kayu.]]
|caption =
|caption = Salah satu cuplikan dari serial ''Kampung Boy'' (dari kiri ke kanan): Ana, Mat, dan Bo
|genre = Drama komedi
|genre = Drama komedi
|format = Serial animasi
|format = Serial animasi
Baris 18: Baris 18:
|network= [[Astro Ria]]
|network= [[Astro Ria]]
|first_aired = {{Start date|1999|9|14|df=y}}
|first_aired = {{Start date|1999|9|14|df=y}}
|last_aired =
|last_aired = {{End date|2000|9|12|df=y}}
|num_episodes = 26
|num_episodes = 26
|list_episodes =
|list_episodes =
Baris 31: Baris 31:
Animasi Lat memperoleh pujian karena karya teknis dan kontennya yang menyegarkan, walaupun muncul pertanyaan dari penonton di [[Asia Tenggara]] karena kemiripannya dengan animasi Barat dan pengucapan bahasa Inggris yang menyimpang dari gaya lokal. Kritikus animasi Malaysia menganggap ''Kampung Boy'' sebagai standar yang sepatutnya diraih oleh animator negara tersebut, dan para akademisi studi budaya menganggap serial ini sebagai sebuah metode pelestarian sejarah Malaysia dengan menggunakan teknologi modern dan praktik budaya.
Animasi Lat memperoleh pujian karena karya teknis dan kontennya yang menyegarkan, walaupun muncul pertanyaan dari penonton di [[Asia Tenggara]] karena kemiripannya dengan animasi Barat dan pengucapan bahasa Inggris yang menyimpang dari gaya lokal. Kritikus animasi Malaysia menganggap ''Kampung Boy'' sebagai standar yang sepatutnya diraih oleh animator negara tersebut, dan para akademisi studi budaya menganggap serial ini sebagai sebuah metode pelestarian sejarah Malaysia dengan menggunakan teknologi modern dan praktik budaya.


==Asal mula==
== Asal mula ==
Pada tahun 1979, novel grafik autobiografi ''[[Kampung Boy]]'' diterbitkan. Cerita mengenai masa kecil anak laki-laki [[suku Melayu|Melayu]] di sebuah [[kampung]] meraih sukses secara komersil dan dipandang baik oleh kritikus, membuat penulisnya—[[Lat]]—menjadi "kartunis paling terkenal di Malaysia".{{Sfn|Rohani|2005|p=390}} Kesuksesan ''The Kampung Boy'' mendorong Lat untuk mempertimbangkan penggunaan media lainnya untuk menjangkau masyarakat.{{Sfn|Rohani|2005|p=390}}
Pada tahun 1979, novel grafik autobiografi ''[[Kampung Boy]]'' diterbitkan. Cerita mengenai masa kecil anak laki-laki [[suku Melayu|Melayu]] di sebuah [[kampung]] meraih sukses secara komersial dan dipandang baik oleh kritikus, membuat penulisnya—[[Lat]]—menjadi "kartunis paling terkenal di Malaysia".{{Sfn|Rohani|2005|p=390}} Kesuksesan ''The Kampung Boy'' mendorong Lat untuk mempertimbangkan penggunaan media lainnya untuk menjangkau masyarakat.{{Sfn|Rohani|2005|p=390}}


Sejarah ''Kampung Boy'' dimulai pada tahun 1993 dengan diawalinya pembicaraan antara Lat dengan Ananda Krishman, pendiri [[Astro (TV satelit)|Measat Broadcast Network Systems]].{{Sfn|Lat|2001|pp=153–154}} Kartun Barat dan Jepang membanjiri saluran televisi lokal pada tahun 1990an,{{Sfn|Lent|2008|p=32}} dan Lat mengecam mereka yang memproduksi tayangan berunsur kekerasan dan lelucon karena baginya tidak cocok untuk Malaysia dan kaum mudanya.{{Sfn|Muliyadi|2001|p=146}}{{Sfn|Unhealthy Elements|2004}} Menyadari bahwa generasi muda lebih menyukai animasi berwarna ketimbang gambar hitam-putih statis,{{Sfn|Crossings: Datuk Lat 2003|loc=39:35–40:07, 41:09–41:41}} Lat sangat mendambakan hadirnya serial animasi lokal yang mempromosikan nilai-nilai lokal kepada anak-anak Malaysia.{{Sfn|Muliyadi|2001|p=146}} Setelah perusahaan Krishman menawarkan dukungan finansial kepada Lat untuk memulai sebuah proyek animasi,{{Sfn|Campbell|2007}}{{Sfn|Jayasankaran|1999|p=36}} para kartunis berencana mengadaptasi karyanya dari komik ke layar televisi.{{Sfn|Muliyadi|2001|p=146}}
Sejarah ''Kampung Boy'' dimulai pada tahun 1993 dengan diawalinya pembicaraan antara Lat dengan Ananda Krishman, pendiri [[Astro (TV satelit)|Measat Broadcast Network Systems]].{{Sfn|Lat|2001|pp=153–154}} Kartun Barat dan Jepang membanjiri saluran televisi lokal pada tahun 1990-an,{{Sfn|Lent|2008|p=32}} dan Lat mengecam mereka yang memproduksi tayangan berunsur kekerasan dan lelucon karena baginya tidak cocok untuk Malaysia dan kaum mudanya.{{Sfn|Muliyadi|2001|p=146}}{{Sfn|Unhealthy Elements|2004}} Menyadari bahwa generasi muda lebih menyukai animasi berwarna ketimbang gambar hitam-putih statis,{{Sfn|Crossings: Datuk Lat 2003|loc=39:35–40:07, 41:09–41:41}} Lat sangat mendambakan hadirnya serial animasi lokal yang mempromosikan nilai-nilai lokal kepada anak-anak Malaysia.{{Sfn|Muliyadi|2001|p=146}} Setelah perusahaan Krishman menawarkan dukungan finansial kepada Lat untuk memulai sebuah proyek animasi,{{Sfn|Campbell|2007}}{{Sfn|Jayasankaran|1999|p=36}} para kartunis berencana mengadaptasi karyanya dari komik ke layar televisi.{{Sfn|Muliyadi|2001|p=146}}


==Produksi==
== Produksi ==
Lat membayangkan beberapa cerita yang ingin ia lihat dalam bentuk animasi, dan kemudian mencari bantuan produksi di luar negeri. [[Lacewood Productions|Lacewood Studio]] di [[Ottawa]], [[Kanada]], ditugaskan untuk membuat episode pertama. World Sports and Entertainment of Los Angeles ikut terlibat juga; Norman Singer ditugaskan untuk menyelenggarakan produksi dan Gerald Tripp membantu Lat menulis naskah. Bobdog Production ditugaskan untuk membuat lima episode selanjutnya.{{Sfn|Lat|2001|p=154}} Namun, Krishman and Lat kecewa dengan hasilnya yang telah memakan waktu selama dua tahun.{{Sfn|Jayasankaran|1999|p=36}} Mereka berpikir bahwa episode awal tersebut "bergerak lambat". Lat merasa bahwa Lacewood hanya menerima masukannya tanpa mempertanyakannya sama sekali. Mereka gagal menginformasikan bahwa walaupun kartun statis dapat dapat digambar dengan gerak lambat, animasi yang bagus biasanya "hidup, bergerak cepat, penuh aksi dan fantasi".{{Sfn|Manavalan|1999}}{{Sfn|Lat|2001|p=154}}{{Sfn|Goh|1999}}
Lat membayangkan beberapa cerita yang ingin ia lihat dalam bentuk animasi, dan kemudian mencari bantuan produksi di luar negeri. [[Lacewood Productions|Lacewood Studio]] di [[Ottawa]], [[Kanada]], ditugaskan untuk membuat episode pertama. World Sports and Entertainment of Los Angeles ikut terlibat juga; Norman Singer ditugaskan untuk menyelenggarakan produksi dan Gerald Tripp membantu Lat menulis naskah. Bobdog Production ditugaskan untuk membuat lima episode selanjutnya.{{Sfn|Lat|2001|p=154}} Namun, Krishman dan Lat kecewa dengan hasilnya yang telah memakan waktu selama dua tahun.{{Sfn|Jayasankaran|1999|p=36}} Mereka berpikir bahwa episode awal tersebut "bergerak lambat". Lat merasa bahwa Lacewood hanya menerima masukannya tanpa mempertanyakannya sama sekali. Mereka gagal menginformasikan bahwa walaupun kartun statis dapat digambar dengan gerak lambat, animasi yang bagus biasanya "hidup, bergerak cepat, penuh aksi dan fantasi".{{Sfn|Manavalan|1999}}{{Sfn|Lat|2001|p=154}}{{Sfn|Goh|1999}}


Pada tahun 1995, Lat dan Krishman mendekati Matinee Entertainment untuk menyelesaikan proyek tersebut, dan Lat mulai terbang bolak-balik dari Kuala Lumpur dan Los Angeles untuk bekerja sama dengan karyawan Matinee. Pengalamannya dengan tim penulis dan animator Matinee positif; mereka lebih proaktif ketimbang Lacewood, mengilhami gagasannya dan membuat naskah dan [[papan cerita]]nya menjadi lebih bagus.{{Sfn|Lat|2001|p=154}} Sutradara Frank Saperstein melakukan suntingan terakhir dan memoles kembali maskahnya.{{Sfn|Jayasankaran|1999|p=36}} Namun, Lat adalah orang yang menentukan penggambaran budaya dalam kartun ini dan menolak berbagai usulan seperti ciuman antar karakter di depan umum dan penggunaan bahasa gaul Barat karena dianggap tidak menyenangkan bagi masyarakat Malaysia. Ia juga memperhatikan keakuratan penggambaran objek-objek seperti gerobak kerbau karena para seniman Amerika menganggap gerobak Malaysia mirip dengan yang mereka temui di Meksiko.{{Sfn|Lat|2001|p=154}}
Pada tahun 1995, Lat dan Krishman mendekati Matinee Entertainment untuk menyelesaikan proyek tersebut, dan Lat mulai terbang bolak-balik dari Kuala Lumpur dan Los Angeles untuk bekerja sama dengan karyawan Matinee. Pengalamannya dengan tim penulis dan animator Matinee positif; mereka lebih proaktif ketimbang Lacewood, mengilhami gagasannya dan membuat naskah dan [[papan cerita]]nya menjadi lebih bagus.{{Sfn|Lat|2001|p=154}} Sutradara Frank Saperstein melakukan suntingan terakhir dan memoles kembali naskahnya.{{Sfn|Jayasankaran|1999|p=36}} Namun, Lat adalah orang yang menentukan penggambaran budaya dalam kartun ini dan menolak berbagai usulan seperti ciuman antar karakter di depan umum dan penggunaan bahasa gaul Barat karena dianggap tidak menyenangkan bagi masyarakat Malaysia. Ia juga memperhatikan keakuratan penggambaran objek-objek seperti gerobak kerbau karena para seniman Amerika menganggap gerobak Malaysia mirip dengan yang mereka temui di Meksiko.{{Sfn|Lat|2001|p=154}}


Papan ceritanya kemudian dijadikan animasi oleh Philippine Animation Studios Incorporated di [[Manila]]. Lat kemudian melakukan beberapa perjalanan, kali ini ke [[Filipina]], untuk memberikan saran kepada para animator dan memastikan bahwa setiap penggambaran dibuat secara akurat.{{Sfn|Hassan|2007|p=296}} Setelah animasi selesai, hasil cetak dikirim ke [[Vietnam]] untuk diproses. Pada akhirnya, film tersebut dikirim ke studio Krishman di [[Kuala Lumpur]] untuk pengisian suara dalam [[bahasa Inggris]] dan [[bahasa Melayu|Bahasa Malaysia]].{{Sfn|Manavalan|1999}} Seperti Lat, Saperstein terbang bolak-balik untuk mengkoordinasi dan memastikan standar produksi tidak pernah turun.{{Sfn|DeMott|2004}} Upaya Saperstein dalam memproduksi 12 episode pertamanya dapat meyakinkan Lat untuk melanjutkan kerjasamanya dengan Matinee.{{Sfn|Jayasankaran|1999|p=36}}
Papan ceritanya kemudian dijadikan animasi oleh Philippine Animation Studios Incorporated di [[Manila]]. Lat kemudian melakukan beberapa perjalanan, kali ini ke [[Filipina]], untuk memberikan saran kepada para animator dan memastikan bahwa setiap penggambaran dibuat secara akurat.{{Sfn|Hassan|2007|p=296}} Setelah animasi selesai, hasil cetak dikirim ke [[Vietnam]] untuk diproses. Pada akhirnya, film tersebut dikirim ke studio Krishman di [[Kuala Lumpur]] untuk pengisian suara dalam [[bahasa Inggris]] dan [[bahasa Melayu|Bahasa Malaysia]].{{Sfn|Manavalan|1999}} Seperti Lat, Saperstein terbang bolak-balik untuk mengkoordinasi dan memastikan standar produksi tidak pernah turun.{{Sfn|DeMott|2004}} Upaya Saperstein dalam memproduksi 12 episode pertamanya dapat meyakinkan Lat untuk melanjutkan kerjasamanya dengan Matinee.{{Sfn|Jayasankaran|1999|p=36}}
Baris 45: Baris 45:
Proyek ini secara keseluruhan memakan waktu selama empat tahun;{{Sfn|Jayasankaran|1999|p=36}} setiap episode menghabiskan biaya sekitar 350.000 [[dollar Amerika Serikat]] (sekitar 1 juta [[ringgit Malaysia]]) yang dibiayai sebagian oleh Measat,{{Sfn|Goh|1999}} dan produksinya membutuhkan waktu selama empat sampai lima bulan.{{Sfn|Lat Cartoon Series|1996}} Episode pertama ditayangkan di [[TV1 (Malaysia)|TV1]] pada tanggal 10 Februari 1997, dan serial tersebut kemudian disiarkan di [[Astro Ria]] dua setengah tahun kemudian.{{Sfn|Muliyadi|2001|p=145}} Kinder Channel (Jerman) dan [[Teletoon (saluran TV Kanada)|Teletoon]] (Kanada) menyiarkan serial tersebut setelah membeli hak siar melalui distributor Itel yang berbasis di [[London]],{{Sfn|Goh|1999}} dan serial ini disiarkan di lebih dari 60 negara sejak animasi ini pertama kali mengudara di Malaysia.{{Sfn|Seneviratne|2002}} Measat memperkirakan akan balik modal dalam waktu sekitar sepuluh tahun.{{Sfn|Goh|1999}} Meskipun ''Kampung Boy'' berasal dari Malaysia, sebagian besar kegiatan produksinya berlangsung di luar negeri.{{Sfn|Hassan|2007|p=292}} Serial tersebut memakai konsep lokal, namun animasinya dapat dianggap sebagai produksi asing. Hal ini menimbulkan keluhan bahwa bila studio Malaysia disewa untuk berpartisipasi dalam pembuatan animasi, industri animasi negara tersebut dapat memperoleh keuntungan karena dapat mempelajari keahlian dan metodologi animasi asing.{{Sfn|Hassan|2007|p=293}}
Proyek ini secara keseluruhan memakan waktu selama empat tahun;{{Sfn|Jayasankaran|1999|p=36}} setiap episode menghabiskan biaya sekitar 350.000 [[dollar Amerika Serikat]] (sekitar 1 juta [[ringgit Malaysia]]) yang dibiayai sebagian oleh Measat,{{Sfn|Goh|1999}} dan produksinya membutuhkan waktu selama empat sampai lima bulan.{{Sfn|Lat Cartoon Series|1996}} Episode pertama ditayangkan di [[TV1 (Malaysia)|TV1]] pada tanggal 10 Februari 1997, dan serial tersebut kemudian disiarkan di [[Astro Ria]] dua setengah tahun kemudian.{{Sfn|Muliyadi|2001|p=145}} Kinder Channel (Jerman) dan [[Teletoon (saluran TV Kanada)|Teletoon]] (Kanada) menyiarkan serial tersebut setelah membeli hak siar melalui distributor Itel yang berbasis di [[London]],{{Sfn|Goh|1999}} dan serial ini disiarkan di lebih dari 60 negara sejak animasi ini pertama kali mengudara di Malaysia.{{Sfn|Seneviratne|2002}} Measat memperkirakan akan balik modal dalam waktu sekitar sepuluh tahun.{{Sfn|Goh|1999}} Meskipun ''Kampung Boy'' berasal dari Malaysia, sebagian besar kegiatan produksinya berlangsung di luar negeri.{{Sfn|Hassan|2007|p=292}} Serial tersebut memakai konsep lokal, namun animasinya dapat dianggap sebagai produksi asing. Hal ini menimbulkan keluhan bahwa bila studio Malaysia disewa untuk berpartisipasi dalam pembuatan animasi, industri animasi negara tersebut dapat memperoleh keuntungan karena dapat mempelajari keahlian dan metodologi animasi asing.{{Sfn|Hassan|2007|p=293}}


==Karakter==
== Karakter ==
Tokoh utama dalam serial ini adalah anak laki-laki berumur sembilan tahun bernama Mat, yang biasanya mengenakan ''[[Sarung|sarong pelikat]]'' dan singlet putih. Ia memiliki hidung lebar, mata kecil, rambut hitam berantakan, dan tubuh yang bulat dan pendek, yang menyerupai penciptanya, Lat, saat masih kecil.{{Sfn|Rohani|2005|p=391}} Mat memiliki adik perempuan yang bernama Ana, dan mereka tinggal di sebuah rumah bersama dengan ayah dan ibu mereka, Yap dan Yah. Struktur [[keluarga inti]] sangat dominan di desa tempat mereka tinggal. Ibu Yap, Opah, tidak tinggal dengan mereka namun sering berkunjung ke rumah mereka.{{Sfn|Rohani|2005|p=397}} Karakter lain yang sering muncul adalah kedua teman Mat, Bo dan Tak, dan nama mereka merupakan pemisahan dari kata Melayu ''botak''.{{Sfn|Muliyadi|2001|p=147}} Keduanya dibuat berdasarkan karakter [[wayang kulit]] tradisional.{{Sfn|Rohani|2005|p=391}} Bo lebih cerdas ketimbang pasangannya, sementara Tak cenderung pamer.{{Sfn|Goh|1999}} Karakter pendukung lainnya adalah Normah (perempuan yang berasal dari kota) dan Ibu Hew (guru Mat).{{Sfn|Rohani|2005|pp=391–392}}
Tokoh utama dalam serial ini adalah anak laki-laki berumur sembilan tahun bernama Mat, yang biasanya mengenakan ''[[Sarung|sarong pelikat]]'' dan singlet putih. Ia memiliki hidung lebar, mata kecil, rambut hitam berantakan, dan tubuh yang bulat dan pendek, yang menyerupai penciptanya, Lat, saat masih kecil.{{Sfn|Rohani|2005|p=391}} Mat memiliki adik perempuan yang bernama Ana, dan mereka tinggal di sebuah rumah bersama dengan ayah dan ibu mereka, Yap dan Yah. Struktur [[keluarga inti]] sangat dominan di desa tempat mereka tinggal. Ibu Yap, Opah, tidak tinggal dengan mereka namun sering berkunjung ke rumah mereka.{{Sfn|Rohani|2005|p=397}} Karakter lain yang sering muncul adalah kedua teman Mat, Bo dan Tak, dan nama mereka merupakan pemisahan dari kata Melayu ''botak''.{{Sfn|Muliyadi|2001|p=147}} Keduanya dibuat berdasarkan karakter [[wayang kulit]] tradisional.{{Sfn|Rohani|2005|p=391}} Bo lebih cerdas ketimbang pasangannya, sementara Tak cenderung pamer.{{Sfn|Goh|1999}} Karakter pendukung lainnya adalah Normah (perempuan yang berasal dari kota) dan Ibu Hew (guru Mat).{{Sfn|Rohani|2005|pp=391–392}}


Suara karakter versi bahasa Melayu dan bahasa Inggris sama-sama diisi oleh aktor suara Malaysia. Aktor anak-anak digunakan untuk peran berusia muda;{{Sfn|Manavalan|1999}} namun, suara Mat, Ana, Bo, dan Tak diisi oleh aktor berusia awal dua puluhan.{{Sfn|Haliza|2000}}{{Sfn|Chandran|2005}} Beberapa aktor mengisi suara beberapa karakter; sebagai contoh, sutradara pengisi suara bertanggung jawab untuk mengisi suara Ibu Hew dan Yah. Awalnya, pengisi suara di Los Angeles dipekerjakan untuk mengisi suara versi bahasa Inggris, namun suara yang mereka isi terdengar seperti logat [[Jamaika]].{{Sfn|Manavalan|1999}} Meskipun soundtrack ini tidak dipakai dalam serial tersebut, produser merasa hal tersebut terlalu lucu untuk dibuang and dimasukkan dalam ''The Making of Kampung Boy'',{{Sfn|Manavalan|1999}} yang ditayangkan seminggu sebelum penayangan serial tersebut dimulai.{{Sfn|Haliza|1999a}}
Suara karakter versi bahasa Melayu dan bahasa Inggris sama-sama diisi oleh aktor suara Malaysia. Aktor anak-anak digunakan untuk peran berusia muda;{{Sfn|Manavalan|1999}} namun, suara Mat, Ana, Bo, dan Tak diisi oleh aktor berusia awal dua puluhan.{{Sfn|Haliza|2000}}{{Sfn|Chandran|2005}} Beberapa aktor mengisi suara beberapa karakter; sebagai contoh, sutradara pengisi suara bertanggung jawab untuk mengisi suara Ibu Hew dan Yah. Awalnya, pengisi suara di Los Angeles dipekerjakan untuk mengisi suara versi bahasa Inggris, namun suara yang mereka isi terdengar seperti logat [[Jamaika]].{{Sfn|Manavalan|1999}} Meskipun soundtrack ini tidak dipakai dalam serial tersebut, produser merasa hal tersebut terlalu lucu untuk dibuang dan dimasukkan dalam ''The Making of Kampung Boy'',{{Sfn|Manavalan|1999}} yang ditayangkan seminggu sebelum penayangan serial tersebut dimulai.{{Sfn|Haliza|1999a}}


== Setting ==
== Latar ==
Walaupun komik ''Kampung Boy'' didasarkan pada kehidupan tahun 1950an, animasi ini didasarkan pada kehidupan tahun 1990an.{{Sfn|Lat Cartoon Series|1996}} Meskipun pemandangan dan detailnya berlebihan, animasi dapat menggambarkan pedesaan Malaysia dan kehidupan para penghuninya dengan akurat.{{Sfn|Rohani|2005|p=392}} Dr Rohani Hashim dari Sekolah Komunikasi [[Universitas Sains Malaysia]], menyebut serial ini "rekreasi masa kecil anak Melayu pedesaan yang terperinci".{{Sfn|Rohani|2005|p=389}} Tata ruang desa Mat dan gaya rumah-rumahnya didasarkan pada wilayah pedesaan di [[Perak]], Malaysia—yaitu serangkaian rumah di sepanjang pinggiran sungai yang memenuhi kebutuhan air warga. Anak-anak bermain di sekitar hutan, sementara orang dewasa bekerja di ladang dan bolak-balik ke kota untuk bekerja.{{Sfn|Rohani|2005|pp=392–394, 396, 398}}
Walaupun komik ''Kampung Boy'' didasarkan pada kehidupan tahun 1950-an, animasi ini didasarkan pada kehidupan tahun 1990-an.{{Sfn|Lat Cartoon Series|1996}} Meskipun pemandangan dan detailnya berlebihan, animasi dapat menggambarkan pedesaan Malaysia dan kehidupan para penghuninya dengan akurat.{{Sfn|Rohani|2005|p=392}} Dr Rohani Hashim dari Sekolah Komunikasi [[Universitas Sains Malaysia]], menyebut serial ini "rekreasi masa kecil anak Melayu pedesaan yang terperinci".{{Sfn|Rohani|2005|p=389}} Tata ruang desa Mat dan gaya rumah-rumahnya didasarkan pada wilayah pedesaan di [[Perak]], Malaysia—yaitu serangkaian rumah di sepanjang pinggiran sungai yang memenuhi kebutuhan air warga. Anak-anak bermain di sekitar hutan, sementara orang dewasa bekerja di ladang dan bolak-balik ke kota untuk bekerja.{{Sfn|Rohani|2005|pp=392–394, 396, 398}}


Sutradara Saperstein memakai warna panas dan lembut dalam serial tersebut; skema warna tersebut dimodelkan dari ''[[Winnie-the-Pooh]]'',{{Sfn|Manavalan|1999}} sehingga (menurut wartawan ''[[Far Eastern Economic Review]]'' S. Jayasankaran) memberikan rasa "lembut dan menyenangkan untuk dipeluk".{{Sfn|Jayasankaran|1999|p=36}} Sebagian besar grafik mengikuti gaya seni Lat. Garis yang dibuat tebal, membuat objek menonjol di latar belakang—sebuah efek khusus yang dibantu oleh penggunaan warna coklat, hijau, dan kuning sebagai warna utama. Warna kuning dan hijau banyak digunakan untuk menggambarkan alam; kedua warna tersebut cukup kontras satu sama lain dan memisahkan latar belakang dari latar tengah. Selain menjadi warna utama untuk rumah, coklat dipakai sebagai warna kulit karakter. Mat dan kerabat-kerabat Melayu-nya digambar dengan "bentuk pendek dan bulat" serta diwarnai dengan warna-warna cerah.{{Sfn|Rohani|2005|p=391}}
Sutradara Saperstein memakai warna panas dan lembut dalam serial tersebut; skema warna tersebut dimodelkan dari ''[[Winnie-the-Pooh]]'',{{Sfn|Manavalan|1999}} sehingga (menurut wartawan ''[[Far Eastern Economic Review]]'' S. Jayasankaran) memberikan rasa "lembut dan menyenangkan untuk dipeluk".{{Sfn|Jayasankaran|1999|p=36}} Sebagian besar grafik mengikuti gaya seni Lat. Garis yang dibuat tebal, membuat objek menonjol di latar belakang—sebuah efek khusus yang dibantu oleh penggunaan warna coklat, hijau, dan kuning sebagai warna utama. Warna kuning dan hijau banyak digunakan untuk menggambarkan alam; kedua warna tersebut cukup kontras satu sama lain dan memisahkan latar belakang dari latar tengah. Selain menjadi warna utama untuk rumah, coklat dipakai sebagai warna kulit karakter. Mat dan kerabat-kerabat Melayu-nya digambar dengan "bentuk pendek dan bulat" serta diwarnai dengan warna-warna cerah.{{Sfn|Rohani|2005|p=391}}


==Tema dan keunggulan==
== Tema ==
Episode ''Kampung Boy'' mengikuti struktur yang mirip dengan kartun Hollywood. Setiap episode terdiri dari dua cerita yang terpisah dengan tema yang terjalin satu sama lain. Pada akhir episode, dua kisah tersebut digabungkan oleh satu gagasan bersama. Biasanya satu cerita berfokus pada anak-anak ''kampung'', dan yang lainnya pada orang-orang dewasa.{{Sfn|Hassan|2007|pp=292–293}} Para pembuat ''Kampung Boy'' menghindari penyalinan gagasan yang umum ditemui pada kartun Barat dan Jepang. Animasi Malaysia lainnya yang diproduksi pada tahun 1990-an belum memiliki ciri khas tersendiri dalam pembuatan gambar dan tema yang akrab untuk penduduk lokal—sebagai contoh, tokoh utama dalam kartun ''Sang Wira'' (1996) memiliki kemiripan mencolok dengan ''[[Doraemon]]'', serta beruang dan lebah dalam kartun ''Ngat dan Taboh'' (2002) tingkahnya mirip dengan ''[[Tom and Jerry]]''. Keterlibatan erat Lat dengan proyek ''Kampung Boy'' membuat penggambaran animasi ini sesuai dengan budaya Malaysia.{{Sfn|Hassan|2007|p=292}} Kehidupan ''Kampung'' dalam animasi menampilkan "unsur Malaysia asli" seperti takhayul [[kuntilanak|pontianak]], [[monyet]] yang dilatih untuk memetik kelapa, dan tradisi lainnya yang telah dilupakan dalam proses transisi dari kehidupan pedesaan ke kehidupan perkotaan.{{Sfn|Manavalan|1999}}{{Sfn|Rohani|2005|p=396}}


Serial kartun ini memeriksa suatu gagasan melalui aktivitas karakter-karakternya, terutama interaksi mereka antar satu sama lain.{{Sfn|Muliyadi|2001|p=147}} Rohani mengklasifikasi genre acara ini sebagai drama komedi.{{Sfn|Rohani|2005|p=390}} Menurutnya, tema utama dalam ''Kampung Boy'' adalah nostalgia yang membawa niat Lat untuk menggambarkan masa anak-anak pedesaan sebagai pengalaman yang "jauh lebih menarik dan kreatif" ketimbang di lingkungan perkotaan.{{Sfn|Rohani|2005|p=392}} Beberapa episode mengunggulkan cara hidup ''kampung''. Dalam episode "Orang Bandar Datang", Mat dan teman-temannya mengalahkan tim [[sepak bola]] kota karena ketangguhan mereka yang dihasilkan dari kerja keras di pedesaan. Episode "SiMat Manusia Pintar" menunjukkan bahwa lingkungan tak berpolusi di ''kampung'' membuat anak-anak dibesarkan dalam keadaan yang lebih sehat dan cerdas. Normah datang dari kota dalam episode "Mat Main Wayang", dan meskipun pada awalnya ia memandang rendah keadaan ''kampung'', ia kemudian disadarkan oleh kebaikan penduduk desa.{{Sfn|Rohani|2005|pp=394–395}}
Episode ''Kampung Boy'' mengikuti struktur dari kartun Hollywood. Setiap episode berisi dua cerita terpisah dimana setiap tema terjalin satu sama lain sebagai pengalihan acara antara dua adegan cerita. Dalam episode terakhir, dua bagian ditamatkan oleh pemikiran umum. Umumnya, satu cerita berfokus pada anak-anak ''kampung'', dan yang lainnya pada orang-orang dewasa.{{Sfn|Hassan|2007|pp=292–293}} Para pembuat ''Kampung Boy'' menahan diri dari penyalinan umum dari kartun Barat dan Jepang. Animasi Malaysia lainnya yang diproduksi pada tahun 1990an belum memiliki ciri khas tersendiri dalam pembuatan gambar dan tema yang akrab untuk penduduk lokal—sebagai contoh, karakter protagonis dalam kartun ''Sang Wira'' (1996) memiliki kemiripan mencolok dengan ''[[Doraemon]]'', serta beruang dan lebah dalam kartun ''Ngat dan Taboh'' (2002) yang memainkan kelucuan mirip dengan ''[[Tom and Jerry]]''. Katerlibatan erat Lat dengan proyek tersebut tampil dengan penggambaran khas budaya Malaysia.{{Sfn|Hassan|2007|p=292}} Kehidupan ''Kampung'' dalam fitur animasi "elemen ketulusan Malaysia" seperti takhayul supernatural ([[kuntilanak]] atau hantu perempuan), monyet dilatih untuk memetik kelapa, dan tradisi lainnya yang telah dilupakan dalam transisi dari kehidupan pedesaan ke kehidupan perkotaan.{{Sfn|Manavalan|1999}}{{Sfn|Rohani|2005|p=396}}


Gangguan teknologi modern dan sikap terhadap gaya hidup ''kampung'' juga merupakan topik utama dalam serial tersebut.{{Sfn|Muliyadi|2001|p=147}} Beberapa episode memperkenalkan peralatan elektronik dan pemikiran-pemikiran yang berhubungan dengan gaya hidup perkotaan kepada penduduk desa.{{Sfn|Jayasankaran|1999|p=36}}{{Sfn|Manavalan|1999}} Sebagai contoh, manfaat kendaraan bermotor dibandingkan dengan pemakaian gerobak kerbau tradisional diperdebatkan oleh para karakter dalam episode "Naik Keretaku". Meskipun acara tersebut mendukung gaya hidup ''kampung'', aspek kehidupan modern juga digambarkan secara positif. Opah, seorang wanita tua yang digambarkan sebagai seorang wanita modern yang mahir, pandai dalam mengendarai mobil van dan memperbaiki televisi.{{Sfn|Rohani|2005|pp=393–394}} Perkotaan digambarkan sebagai gerbang menuju berbagai kebudayaan dan pemikiran yang tidak dapat ditemukan di wilayah pedesaan Malaysia, seperti pertemuan dan perjalinan hubungan persahabatan antara Mat dengan seorang anak laki-laki [[Tionghoa Malaysia|Tionghoa]] dalam episode "Naik Keretaku".{{Sfn|Rohani|2005|p=394}}
Serial kartun tersebut mengeksplorasi pemikiran melalui aktifitas karakter, khususnya interaksi mereka antar satu sama lain.{{Sfn|Muliyadi|2001|p=147}} Rohani mengklasifikasi genre acara tersebut sebagai drama komedi.{{Sfn|Rohani|2005|p=390}} Menurutnya, tema utama dalam ''Kampung Boy'' adalah nostalgia, membawa niat Lat untuk menggambarkan masa anak-anak pedesaan sebagai pengalaman yang "jauh lebih menarik dan kreatif" ketimbang tinggal di lingkungan perkotaan.{{Sfn|Rohani|2005|p=392}} Beberapa episode dimenangkan oleh cara hidup ''kampung''. Dalam "Orang Bandar Datang", Mat dan teman-temannya melawan tim [[sepak bola]] kota karena ketangguhan mereka dibesarkan dari kegiatan bekerja keras di pedesaan. "SiMat Manusia Pintar" menunjukan bahwa lingkungan tak berpolusi di ''kampung'' membuat anak-anak dibesarkan dalam keadaan lebih sehat dan cerdas. Normah datang dari kota dalam "Mat Main Wayang", dan meskipun pada awalnya ia meremehkan keadaan ''kampung'', ia kemudian disadarkan oleh kebaikan penduduk desa.{{Sfn|Rohani|2005|pp=394–395}}


Serial tersebut juga mengeksplorasi perubahan masyarakat pedesaan Malaysia yang telah terjadi sejak tahun 1950-an hingga 1990-an. Contohnya, melalui kilas balik, episode "Yah, Kahwinkan Kami!" menampilkan adat pernikahan tradisional yang tidak lagi dipraktikkan oleh penduduk perkotaan. Ikatan keluarga di pedesaan digambarkan lebih erat—anggota keluarga menunjukkan perhatian dan kepedulian satu sama lain. Sebaliknya, mereka yang membaurkan diri dalam kehidupan perkotaan digambarkan telah kehilangan ikatan komunal mereka. Meskipun keluarga Mat digambarkan mengikuti peraturan masyarakat [[patriarki|patriarkal]] Melayu, nilai-nilai modern pun juga digambarkan. Yap tidak menyerahkan tanggung jawab dalam membesarkan anak-anak sepenuhnya kepada Yah; ia juga mengurus Ana sambil mengawasi Mat. Meskipun serial tersebut menyajikan karakter-karakter perempuan sebagai ibu rumah tangga, episode "Nasib Si Gadis Desa" menunjukkan bahwa perempuan Melayu tradisional setara dan sama berharganya dengan laki-laki. Episode tersebut juga menunjukkan pencapaian karier perempuan seperti dalam bidang penjelajah ruang angkasa dan ilmu pengetahuan alam.{{Sfn|Rohani|2005|pp=396–397}}
Gangguan dari teknologi modern dan sikap dalam jalan kehidupan ''kampung'' juga topik utama dalam serial tersebut.{{Sfn|Muliyadi|2001|p=147}} Beberapa episode memperkenalkan peralatan elektronik dan pemikiran-pemikiran yang berhubungan dengan gaya hidup perkotaan kepada penduduk desa.{{Sfn|Jayasankaran|1999|p=36}}{{Sfn|Manavalan|1999}} Sebagai contoh, manfaat kendaraan bermotor melawan pemakaian gerobak kerbau tradisional diperdebatkan oleh para karakter dalam "Naik Keretaku". Meskipun acara tersebut mendukung gaya hidup ''kampung'', gambaran aspek kehidupan modern digambar dalam pandangan yang positif juga. Opah, seorang wanita tua, yang digambarkan sebagai seorang wanita modern yang mahir, pandai dalam mengendarai sebuah van dan memperbaiki televisi.{{Sfn|Rohani|2005|pp=393–394}} Perkotaan digambarkan sebagai gerbang menuju berbagai kebudayaan dan pemikiran yang tidak diketemukan di wilayah pedesaan Malaysia, seperti penggambaran dalam pertemuan dan perjalinan hubungan persahabatan antara Mat dan seorang anak laki-laki Tionghoa dalam "Naik Keretaku".{{Sfn|Rohani|2005|p=394}}


Secara keseluruhan, Rohani mengatakan bahwa serial kartun Lat menampilkan kisah "tradisi dan kemurnian Melayu yang menghilang dengan cepat" sambil menasihati pemirsa untuk mempertimbangkan perubahan sosial di sekitar mereka.{{Sfn|Rohani|2005|p=389}} Menurutnya, kartunis ''Kampung Boy'' ingin menginspirasi para penonton untuk mempertimbangkan laju [[urbanisasi]] dan untuk menyadari bahwa penerapan atau penolakan nilai-nilai baru adalah keputusan bersama mereka.{{Sfn|Rohani|2005|p=395}} Baginya, acara ini menunjukkan bahwa perubahan harus diteliti secara saksama dan diterapkan jika bermanfaat bagi masyarakat. Selain itu, penerapan pemikiran dan budaya baru harus dilakukan secara bertahap, dan perubahan disesuaikan sesuai dengan masyarakat.{{Sfn|Rohani|2005|p=398}}
Serial tersebut juga mengeksplorasi perubahan dalam masyarakat pedesaan Malaysia yang telah terjadi sejak tahun 1950an sampai 1990an. Contohnya, melalui kilas balik, "Yah, Kahwinkan Kami!" menampilkan adat pernikahan tradisional yang tidak lagi dipraktekkan oleh penduduk perkotaan. Ikatan keluarga yang sangat kuat dalam masyarakat pedesaan—anggota keluarga menunjukan perhatian dan kepedulian satu sama lain. Sebaliknya, mereka yang membaurkan diri dalam kehidupan perkotaan digambarkan telah kehilangan ikatan komunal mereka. Meskipun keluarga Mat digambarkan mengikuti peraturan masyarakat patriarkat Melayu, nilai-nilai modern pun juga digambarkan. Yap tidak meninggalkan tanggung jawab dalam membesarkan semua anak-anak dari Yah; ia juga mengurus Ana sesambil mengawasi Mat. Meskipun serial tersebut menyajikan karakter-karakter perempuan sebagai ibu rumah tangga, namun dalam episode "Nasib Si Gadis Desa" menunjukkan bahwa peran keluarga tradisional wanita Melayu juga memiliki kesamaan dan penghargaan seperti halnya laki-laki. Episode tersebut juga menunjukkan prestasi wanita dalam karir seperti penjelajah ruang angkasa dan ilmu pengetahuan alam.{{Sfn|Rohani|2005|pp=396–397}}


== Penerimaan, warisan, dan prestasi ==
Secara keseluruhan, Rohani mengatakan bahwa serial kartun Lat secara halus menampilkan kisah "cepat hilangnya tradisi Melayu dan kemurnian", sesambil menasehati pemirsa untuk mempertimbangkan perubahan sosial di sekitar mereka.{{Sfn|Rohani|2005|p=389}} Menurutnya, kekhawatiran kartunis adalah untuk menginspirasi para penonton untuk mempertimbangkan laju urbanisasi dan untuk menyadari bahwa pengadopsian atau penolakan terhadap nilai-nilai baru adalah keputusan bersama dari mereka.{{Sfn|Rohani|2005|p=395}} Acara ini, dalam menurutnya, menunjukkan bahwa perubahan harus diteliti secara seksama dan pengadopsian hanya akan dilakukan jika bermanfaat bagi masyarakat. Selain itu, pengadopsian pemikiran dan budaya baru harus dilakukan secara bertahap, dan perubahan disesuaikan sesuai dengan masyarakat.{{Sfn|Rohani|2005|p=398}}
''Kampung Boy'' disertakan dalam [[Festival Film Animasi Internasional Annecy]] 1999 di Prancis. Salah satu episodenya, "Oh, Tok!", memenangkan Animasi Terbaik untuk serial televisi 13 menit dan seterusnya.{{Sfn|Haliza|1999b}} Episode tersebut berkisah tentang pohon beringin menyeramkan yang ditakuti oleh Mat.{{Sfn|Jayasankaran|1999|p=36}} Karena terdapat konten lokal dalam animasi tersebut dan daya tarik nostalgia gaya hidup kampung, sarjana komik Malaysia komik Muliyadi Mahamood mengharapkan ''Kampung Boy'' akan sukses di negaranya.{{Sfn|Muliyadi|2001|p=147}}


Serial dengan 26 episode ini populer di kalangan muda dan mendapatkan sambutan positif untuk detail teknis dan konten.{{Sfn|Muliyadi|2001|pp=147–148}}{{Sfn|More than a Cartoonist|2007|p=257}} Serial ini juga mengundang kritikan karena kemiripannya dengan serial kartun Amerika Serikat yang berjudul ''[[The Simpsons]]''; penonton menilai bahwa Keluarga Mat menyerupai keluarga Bart Simpson yang disfungsional. Beberapa kritikus juga menilai bahwa pengucapan bahasa Inggris di ''Kampung Boy'' secara substansial berbeda dari [[bahasa Inggris Malaysia]], yang sangat dipengaruhi oleh [[bahasa Inggris Britania]];{{Sfn|Rohani|2005|p=391}} wartawan Daryl Goh merasakan logat Amerika pada pengisi suara bahasa Inggris.{{Sfn|Goh|1999}} Lat menjelaskan bahwa produser harus mengurangi penggunaan "pakaian, latar, dan bahasa Melayu tradisional" untuk memasarkan serial tersebut ke khalayak dunia. Rohani "menyesalkan" keputusan tersebut; hal ini membuat animasi tersebut menjadi produk Malaysia yang kurang autentik.{{Sfn|Rohani|2005|p=391}}
==Penerimaan, warisan, dan prestasi==


Animasi serial ini dianggap sebagai sebuah artefak kebudayaan oleh Dr Paulette Dellios dari Sekolah Ilmu Pengetahuan Kemanusiaan dan Sosial [[Universitas Bond]]: sebuah peringatan dan pelestarian gaya hidup lama suatu negara yang dibuat dan diproduksi oleh tim international dan ditampilkan dengan menggunakan teknologi modern untuk dunia.{{Sfn|Dellios|2000|p=1}} Menurut Rohani, ''Kampung Boy'' merupakan catatan tradisi Melayu dan transisi yang dialami oleh masyarakat pedesaan dari tahun 1950-an hingga tahun 1990-an.{{Sfn|Rohani|2005|p=398}} Di antara beberapa animasi Malaysia yang memakai latar lokal, menurut sutradara film veteran Hassan Abdul Muthalib serial buatan Lat merupakan yang terbaik dalam menggambarkan kebudayaan dan tradisi negara; Hassan juga mengatakan bahwa kesuksesan dalam penjualan serial tersebut membuat ''Kampung Boy'' menjadi patokan untuk industri animasi Malaysia.{{Sfn|Hassan|2007|p=293}}
''Kampung Boy'' ikut dalam [[Festival Film Animasi Internasional Annecy]] 1999 di Prancis. Salah satu episodenya, "Oh, Tok!", memenangkan Animasi Terbaik untuk serial televisi 13 menit dan seterusnya.{{Sfn|Haliza|1999b}} Episode ini mengenai sebuah pohon beringin menyeramkan yang menjadi objek ketakutan Mat.{{Sfn|Jayasankaran|1999|p=36}} Karena terdapat konten lokal dalam animasi tersebut dan the daya tarik nostalgia gaya hidup kampung, sarjana komik Malaysia komik Muliyadi Mahamood mengharapkan sebuah kesuksesan untuk ''Kampung Boy'' di negaranya.{{Sfn|Muliyadi|2001|p=147}}


== Referensi ==
Serial 26 episode tersebut populer di kalangan muda dan mendapatkan sambutan positif untuk konten dan detail teknikal.{{Sfn|Muliyadi|2001|pp=147–148}}{{Sfn|More than a Cartoonist|2007|p=257}} Hal ini juga menarik kritikan untuk kesamaannya dengan serial kartun Amerika Serikat berjudul ''[[The Simpsons]]''; penonton menilai bahwa Keluarga Mat, dalam beberapa hal, mirip dengan keluarga Amerika aneh Bart Simpson. Demikian pula dengan beberapa kritikus yang menilai bahwa pengucapan bahasa Inggris di ''Kampung Boy'' secara substansial berbeda dari [[bahasa Inggris Malaysia]], yang sangat dipengaruhi oleh [[bahasa Inggris Britania]];{{Sfn|Rohani|2005|p=391}} wartawan Daryl Goh merasakan logat Amerika pada pengisi suara bahasa Inggris.{{Sfn|Goh|1999}} Lat menjelaskan bahwa produser telah mengurangi penggunaan "pakaian, latar, dan bahasa Melayu tradisional" untuk penjualan serial tersebut ke khalayak global yang lebih luas. Rohani "menyesalkan" keputusan tersebut; hal ini membuat animasi tersebut menjadi produk Malaysia yang kurang autentik.{{Sfn|Rohani|2005|p=391}}


{{reflist|colwidth=30em}}
Animasi tersebut dianggap oleh Dr Paulette Dellios dari Sekolah Ilmu Pengetahuan Kemanusiaan dan Sosial [[Universitas Bond]], sebagai sebuah artefak kebudayaan: sebuah pengingat dan pelestarian kehidupan lama negara tersebut, dibuat dan diproduksi oleh tim international, dan ditampilkan melalui teknologi modern untuk dunia.{{Sfn|Dellios|2000|p=1}} Menurut Rohani, ''Kampung Boy'' merupakan sebuah rekor tradisi Melayu dan transisi yang dialami oleh masyarakat pedesaan dari 1950an sampai 1990an.{{Sfn|Rohani|2005|p=398}} Diantara beberapa animasi Malaysia yang memakai setting lokal, serial Lat dalam pandangan sutradara film veteran Hassan Abdul Muthalib adalah terbaik dalam menggambarkan kebudayaan dan tradisi negara; Hassan juga mengatakan bahwa kesuksesan dalam penjualan serial tersebut membuat ''Kampung Boy'' menjadi patokan untuk industri animasi Malaysia.{{Sfn|Hassan|2007|p=293}}


== Daftar pustaka ==
==Referensi==

{{reflist|colwidth=40em}}

==Daftar pustaka==
; Wawancara/Introspektif diri
; Wawancara/Introspektif diri
{{refbegin}}
{{refbegin}}
* {{cite web |url=http://firstsecondbooks.typepad.com/mainblog/2007/01/campbell_interv_2.html |title=Campbell Interviews Lat: Part 3 |first=Eddie|last=Campbell|authorlink=Eddie Campbell |coauthors=Lat (subject) |date=15 Januari 2007 |work=First Hand Books—Doodles and Dailies |publisher=[[First Second Books]] |location=New York, United States |archiveurl=http://web.archive.org/web/20080623025757re_/firstsecondbooks.typepad.com/mainblog/2007/01/campbell_interv_2.html |archivedate=23 Juni 2008 |accessdate=13 Maret 2010 |ref=harv}}
* {{cite web |url=http://firstsecondbooks.typepad.com/mainblog/2007/01/campbell_interv_2.html |title=Campbell Interviews Lat: Part 3 |first=Eddie |last=Campbell |authorlink=Eddie Campbell |coauthors=Lat (subject) |date=15 Januari 2007 |work=First Hand Books—Doodles and Dailies |publisher=[[First Second Books]] |location=New York, United States |archiveurl=https://web.archive.org/web/20080623025757/http://firstsecondbooks.typepad.com/mainblog/2007/01/campbell_interv_2.html |archivedate=2008-06-23 |accessdate=13 Maret 2010 |ref=harv |dead-url=no }}
* {{cite book |author=Lat |editor1-first=John |editor1-last=Lent |title=Animation in Asia and the Pacific |year=2001 |publisher=[[Indiana University Press]] |location=Indiana, Amerika Serikat |isbn=0-253-34035-7 |pages=153–154 |chapter=''Vignette'': Notes of a Cartoonist Temporarily Turned Animator |ref=harv}}
* {{cite book|author=Lat|editor1-first=John|editor1-last=Lent|title=Animation in Asia and the Pacific|url=https://archive.org/details/animationinasiap00john|year=2001|publisher=[[Indiana University Press]]|location=Indiana, Amerika Serikat|isbn=0-253-34035-7|pages=[https://archive.org/details/animationinasiap00john/page/153 153]–154|chapter=''Vignette'': Notes of a Cartoonist Temporarily Turned Animator|ref=harv}}
{{refend}}
{{refend}}


; Sumber akademik
; Sumber akademik
{{refbegin}}
{{refbegin}}
* {{cite journal |last=Dellios |first=Paulette |year=2000 |title=Museums in the Global Kampung: Mixed Messages |journal=Culture Mandala: The Bulletin of the Centre for East-West Cultural and Economic Studies |volume=4 |issue=1 |pages=pp. 1–8 |publisher=[[Universitas Bond]] |location=Queensland, Australia |issn=1322-6916 |url=http://epublications.bond.edu.au/cm/vol4/iss1/5/ |accessdate=10 Maret 2010 |archiveurl= |archivedate= |ref=harv}}
* {{cite journal |last=Dellios |first=Paulette |year=2000 |title=Museums in the Global Kampung: Mixed Messages |journal=Culture Mandala: The Bulletin of the Centre for East-West Cultural and Economic Studies |volume=4 |issue=1 |pages=pp. 1–8 |publisher=[[Universitas Bond]] |location=Queensland, Australia |issn=1322-6916 |url=http://epublications.bond.edu.au/cm/vol4/iss1/5/ |accessdate=10 Maret 2010 |archiveurl=https://web.archive.org/web/20131103192933/http://epublications.bond.edu.au/cm/vol4/iss1/5/ |archivedate=2013-11-03 |ref=harv |dead-url=yes }}
* {{cite journal |last=Lent |first=John |year=2008 |title=Asian Animation and Its Search for National Identity and Global Markets 1 |journal=ASIFA Magazine: The International Animation Journal |volume=21 |issue=1 |pages=pp. 31–41 |publisher=John Libbey Publishing |location=Hertfordshire, Inggris |issn= |url= |accessdate=10 Maret 2010 |archiveurl= |archivedate= |ref=harv}}
* {{cite journal |last=Lent |first=John |year=2008 |title=Asian Animation and Its Search for National Identity and Global Markets 1 |journal=ASIFA Magazine: The International Animation Journal |volume=21 |issue=1 |pages=pp. 31–41 |publisher=John Libbey Publishing |location=Hertfordshire, Inggris |issn= |url= |accessdate=10 Maret 2010 |archiveurl= |archivedate= |ref=harv}}
* <!--This is an ethnic Malay author; Malay second names are patronyms, and Malays are usually referred by their first name.-->{{cite book |author=Muliyadi Mahamood |editor1-first=John |editor1-last=Lent |title=Animation in Asia and the Pacific |year=2001 |publisher=[[Indiana University Press]] |location=Indiana, Amerika Serikat |isbn=0-253-34035-7 |pages=131&ndash;152 |chapter=The History of Malaysian Animated Cartoons |ref=CITEREFMuliyadi2001}}
* <!--This is an ethnic Malay author; Malay second names are patronyms, and Malays are usually referred by their first name.-->{{cite book|author=Muliyadi Mahamood|editor1-first=John|editor1-last=Lent|title=Animation in Asia and the Pacific|url=https://archive.org/details/animationinasiap00john|year=2001|publisher=[[Indiana University Press]]|location=Indiana, Amerika Serikat|isbn=0-253-34035-7|pages=[https://archive.org/details/animationinasiap00john/page/131 131]–152|chapter=The History of Malaysian Animated Cartoons|ref=CITEREFMuliyadi2001}}
* <!--This is an ethnic Malay author; Malay second names are patronyms, and Malays are usually referred by their first name.-->{{cite book |author=Rohani Hashim |editor1-first=Edwina |editor1-last=Palmer |title=Asian Futures, Asian Traditions |year=2005 |publisher=[[Global Oriental]] |location=Kent, Inggris |isbn=1-901903-16-8 |pages=389&ndash;400 |chapter=Lat's ''Kampong Boy'': Rural Malays in Tradition and Transition |ref=CITEREFRohani2005}}
* <!--This is an ethnic Malay author; Malay second names are patronyms, and Malays are usually referred by their first name.-->{{cite book|author=Rohani Hashim|editor1-first=Edwina|editor1-last=Palmer|title=Asian Futures, Asian Traditions|year=2005|publisher=[[Global Oriental]]|location=Kent, Inggris|isbn=1-901903-16-8|pages=389–400|chapter=Lat's ''Kampong Boy'': Rural Malays in Tradition and Transition|ref=CITEREFRohani2005}}
* <!--This is an ethnic Malay author; Malay second names are patronyms, and Malays are usually referred by their first name.-->{{cite journal |author=Hassan Abdullah Muthalib |year=2007 |month=Juni |title=From Mousedeer to Mouse: Malaysian Animation at the Crossroads |journal=Inter-Asia Cultural Studies: Southeast Asian Cinema |volume=8 |issue=2 |pages=pp. 288&ndash;297 |publisher=[[Dow Jones & Company]] |location=Hong Kong |issn=1464-9373 |doi=10.1080/14649370701238755 |id=IDNumber: 512199 |url=http://search.ebscohost.com/login.aspx?direct=true&AuthType=ip,url,uid&db=aph&AN=25227988&site=ehost-live |format=registration required |accessdate=4 Desember 2010 |ref=CITEREFHassan2007}}
* <!--This is an ethnic Malay author; Malay second names are patronyms, and Malays are usually referred by their first name.-->{{cite journal |author=Hassan Abdullah Muthalib |year=2007 |month=Juni |title=From Mousedeer to Mouse: Malaysian Animation at the Crossroads |journal=Inter-Asia Cultural Studies: Southeast Asian Cinema |volume=8 |issue=2 |pages=pp. 288–297 |publisher=[[Dow Jones & Company]] |location=Hong Kong |issn=1464-9373 |doi=10.1080/14649370701238755 |id=IDNumber: 512199 |url=http://search.ebscohost.com/login.aspx?direct=true&AuthType=ip,url,uid&db=aph&AN=25227988&site=ehost-live |format=registration required |accessdate=4 Desember 2010 |ref=CITEREFHassan2007}}
{{refend}}
{{refend}}


; Sumber jurnalistik
; Sumber jurnalistik
{{refbegin}}
{{refbegin}}
* {{cite news |title=Smile with Shiera |last=Chandran |first=Sheela |url=http://ecentral.my/news/story.asp?file=/2005/7/10/tvnradio/10952689&sec=tvnradio |newspaper=[[The Star (Malaysia)|The Star]] |publisher=Star Publications |location=Selangor, Malaysia |date=10 Juli 2005 |accessdate=19 Agustus 2010 |archiveurl=http://web.archive.org/web/20100819024351re_/http://ecentral.my/news/story.asp?file=/2005/7/10/tvnradio/10952689&sec=tvnradio |archivedate=19 Agustus 2010 |ref=harv}}
* {{cite news|title=Smile with Shiera|last=Chandran|first=Sheela|url=http://ecentral.my/news/story.asp?file=/2005/7/10/tvnradio/10952689&sec=tvnradio|newspaper=[[The Star (Malaysia)|The Star]]|publisher=Star Publications|location=Selangor, Malaysia|date=10 Juli 2005|accessdate=19 Agustus 2010|archiveurl=https://web.archive.org/web/20100819024351/http://ecentral.my/news/story.asp?file=%2F2005%2F7%2F10%2Ftvnradio%2F10952689&sec=tvnradio|archivedate=2010-08-19|ref=harv|dead-url=no}}
* {{cite video |date=21 September 2003 |title=Crossings: Datuk Lat |medium=Television production |publisher=[[Discovery Channel (South East Asian TV channel)|Discovery Networks Asia]] |location=Singapore |time= |ref=CITEREFCrossings:_Datuk_Lat_2003 }}
* {{cite video |date=21 September 2003 |title=Crossings: Datuk Lat |medium=Television production |publisher=[[Discovery Channel (South East Asian TV channel)|Discovery Networks Asia]] |location=Singapore |time= |ref=CITEREFCrossings:_Datuk_Lat_2003 }}
* {{cite web |url=http://www.awn.com/news/television/nick-asia-air-annecy-winning-kampung-boy |title=Nick Asia To Air Annecy Winning Kampung Boy |last=DeMott |first=Rick |date=9 November 2004 |work=AWN.com |publisher=[[Animation World Network]] |location=Los Angeles, Amerika Serikat |accessdate=16 Juli 2010 |archiveurl=http://web.archive.org/web/20100818084653re_/http://www.awn.com/news/television/nick-asia-air-annecy-winning-kampung-boy |archivedate=18 Agustus 2010 |ref=harv}}
* {{cite web |url=http://www.awn.com/news/television/nick-asia-air-annecy-winning-kampung-boy |title=Nick Asia To Air Annecy Winning Kampung Boy |last=DeMott |first=Rick |date=9 November 2004 |work=AWN.com |publisher=[[Animation World Network]] |location=Los Angeles, Amerika Serikat |accessdate=16 Juli 2010 |archiveurl=https://web.archive.org/web/20100818084653/http://www.awn.com/news/television/nick-asia-air-annecy-winning-kampung-boy |archivedate=2010-08-18 |ref=harv |dead-url=no }}
* {{cite news |title=Lat's of Village People |last=Goh |first=Daryl |url=http:///lathouse.com.my/latsofvillagepeople1.html |newspaper=The Star |publisher=Star Publications |location=Selangor, Malaysia |date=27 Agustus 1999 |accessdate=26 Agustus 2010 |archiveurl=http://web.archive.org/web/20050213012713/lathouse.com.my/latsofvillagepeople1.html |archivedate=13 February 2005 |ref=harv}}
* {{cite news|title=Lat's of Village People|last=Goh|first=Daryl|url=http://lathouse.com.my/latsofvillagepeople1.html|newspaper=The Star|publisher=Star Publications|location=Selangor, Malaysia|date=27 Agustus 1999|accessdate=26 Agustus 2010|archiveurl=https://web.archive.org/web/20050213012713/http://lathouse.com.my/latsofvillagepeople1.html|archivedate=2005-02-13|ref=harv|dead-url=no}}
* <!--This is an ethnic Malay author; Malay second names are patronyms, and Malays are usually referred by their first name.-->{{cite news |title='Kampung Boy' Arrives |author=Haliza Ahmad |url=http://proquest.umi.com/pqdweb?did=44037523&Fmt=3&clientId=13402&RQT=309&VName=PQD |format=Subscription required |newspaper=[[The Malay Mail]] |publisher=[[New Straits Times Press]] |location=Kuala Lumpur, Malaysia |id=Proquest ID: 44037523 |date=19 Agustus 1999a |page=11 |accessdate=24 Juli 2010 |ref=CITEREFHaliza1999a}}
* <!--This is an ethnic Malay author; Malay second names are patronyms, and Malays are usually referred by their first name.-->{{cite news|title='Kampung Boy' Arrives|author=Haliza Ahmad|url=http://proquest.umi.com/pqdweb?did=44037523&Fmt=3&clientId=13402&RQT=309&VName=PQD|format=Subscription required|newspaper=[[The Malay Mail]]|publisher=[[New Straits Times Press]]|location=Kuala Lumpur, Malaysia|id=Proquest ID: 44037523|date=19 Agustus 1999a|page=11|accessdate=24 Juli 2010|ref=CITEREFHaliza1999a}}
* <!--This is an ethnic Malay author; Malay second names are patronyms, and Malays are usually referred by their first name.-->{{cite news |title=Annecy Awards '99 for Lat's Kampung Boy |author=Haliza Ahmad |url=http://proquest.umi.com/pqdweb?did=47449038&Fmt=3&clientId=13402&RQT=309&VName=PQD |format=Subscription required |newspaper=The Malay Mail |publisher=New Straits Times Press |location=Kuala Lumpur, Malaysia |id=Proquest ID: 47449038 |date=24 Desember 1999b |page=15 |accessdate=24 Juli 2010 |ref=CITEREFHaliza1999b}}
* <!--This is an ethnic Malay author; Malay second names are patronyms, and Malays are usually referred by their first name.-->{{cite news|title=Annecy Awards '99 for Lat's Kampung Boy|author=Haliza Ahmad|url=http://proquest.umi.com/pqdweb?did=47449038&Fmt=3&clientId=13402&RQT=309&VName=PQD|format=Subscription required|newspaper=The Malay Mail|publisher=New Straits Times Press|location=Kuala Lumpur, Malaysia|id=Proquest ID: 47449038|date=24 Desember 1999b|page=15|accessdate=24 Juli 2010|ref=CITEREFHaliza1999b}}
* <!--This is an ethnic Malay author; Malay second names are patronyms, and Malays are usually referred by their first name.-->{{cite news |title=Voices Behind Kampung Boy Characters |author=Haliza Ahmad |url=http://proquest.umi.com/pqdweb?did=56810987&Fmt=3&clientId=13402&RQT=309&VName=PQD |format=Subscription required |newspaper=The Malay Mail |publisher=New Straits Times Press |location=Kuala Lumpur, Malaysia |id=Proquest ID: 56810987 |date=24 Juli 2000 |page=23 |accessdate=24 Juli 2010 |ref=CITEREFHaliza2000}}
* <!--This is an ethnic Malay author; Malay second names are patronyms, and Malays are usually referred by their first name.-->{{cite news|title=Voices Behind Kampung Boy Characters|author=Haliza Ahmad|url=http://proquest.umi.com/pqdweb?did=56810987&Fmt=3&clientId=13402&RQT=309&VName=PQD|format=Subscription required|newspaper=The Malay Mail|publisher=New Straits Times Press|location=Kuala Lumpur, Malaysia|id=Proquest ID: 56810987|date=24 Juli 2000|page=23|accessdate=24 Juli 2010|ref=CITEREFHaliza2000}}
* {{cite journal |last=Jayasankaran |first=S |date=22 Juli 1999 |title=Going Global |journal=[[Far Eastern Economic Review]] |volume=162 |issue=29 |pages=pp. 35&ndash;36 |publisher=Dow Jones & Company |location=Hong Kong |issn=0014-7591 |id=Proquest ID: 43402018 |url=http://proquest.umi.com/pqdlink?did=43402018&sid=5&Fmt=4&clientId=13402&RQT=309&VName=PQD |format=registration required |accessdate=12 Maret 2010 |ref=harv}}
* {{cite journal |last=Jayasankaran |first=S |date=22 Juli 1999 |title=Going Global |journal=[[Far Eastern Economic Review]] |volume=162 |issue=29 |pages=pp. 35–36 |publisher=Dow Jones & Company |location=Hong Kong |issn=0014-7591 |id=Proquest ID: 43402018 |url=http://proquest.umi.com/pqdlink?did=43402018&sid=5&Fmt=4&clientId=13402&RQT=309&VName=PQD |format=registration required |accessdate=12 Maret 2010 |ref=harv}}
* {{cite news |title=Kampung Boy Hits Big Time |last=Manavalan |first=Theresa |url=http://proquest.umi.com/pqdweb?did=42901498&Fmt=3&clientId=13402&RQT=309&VName=PQD |newspaper=[[New Straits Times|New Sunday Times]] |publisher=New Straits Times Press |location=Kuala Lumpur, Malaysia |id=Proquest ID: 42901498 |date=4 Juli 1999 |page=10 |accessdate=18 Mei 2010 |ref=harv}}
* {{cite news|title=Kampung Boy Hits Big Time|last=Manavalan|first=Theresa|url=http://proquest.umi.com/pqdweb?did=42901498&Fmt=3&clientId=13402&RQT=309&VName=PQD|newspaper=[[New Straits Times|New Sunday Times]]|publisher=New Straits Times Press|location=Kuala Lumpur, Malaysia|id=Proquest ID: 42901498|date=4 Juli 1999|page=10|accessdate=18 Mei 2010|ref=harv}}
* {{cite news |title=Lat Cartoon Series to Debut on Astro TV |url=http://proquest.umi.com/pqdweb?did=21908173&Fmt=3&clientId=13402&RQT=309&VName=PQD |format=Subscription required |newspaper=New Straits Times |publisher=New Straits Times Press |location=Kuala Lumpur, Malaysia |id=Proquest ID: 21908173 |date=26 November 1996 |page=9 |accessdate=14 Maret 2010 |ref=CITEREFLat_Cartoon_Series1996}}
* {{cite news|title=Lat Cartoon Series to Debut on Astro TV|url=http://proquest.umi.com/pqdweb?did=21908173&Fmt=3&clientId=13402&RQT=309&VName=PQD|format=Subscription required|newspaper=New Straits Times|publisher=New Straits Times Press|location=Kuala Lumpur, Malaysia|id=Proquest ID: 21908173|date=26 November 1996|page=9|accessdate=14 Maret 2010|ref=CITEREFLat_Cartoon_Series1996}}
* {{cite journal |year=2007 |month=Januari |title=More than a Cartoonist |journal=Annual Business Economic and Political Review: Malaysia |volume=2 |issue=Emerging Malaysia 2007 |pages=pp. 257&ndash;258 |publisher=Oxford Business Group |location=Kuala Lumpur, Malaysia |issn=1755-232x |url=http://www.oxfordbusinessgroup.com/full_content/more-cartoonist-mohammad-nor-bin-khalid-talks-about-his-art-and-commentary-1 |accessdate=4 Desember 2010 |ref=CITEREFMore_than_a_Cartoonist2007}}
* {{cite journal |year=2007 |month=Januari |title=More than a Cartoonist |journal=Annual Business Economic and Political Review: Malaysia |volume=2 |issue=Emerging Malaysia 2007 |pages=pp. 257–258 |publisher=Oxford Business Group |location=Kuala Lumpur, Malaysia |issn=1755-232x |url=http://www.oxfordbusinessgroup.com/full_content/more-cartoonist-mohammad-nor-bin-khalid-talks-about-his-art-and-commentary-1 |accessdate=4 Desember 2010 |ref=CITEREFMore_than_a_Cartoonist2007 |archive-date=2011-07-15 |archive-url=https://web.archive.org/web/20110715032005/http://www.oxfordbusinessgroup.com/full_content/more-cartoonist-mohammad-nor-bin-khalid-talks-about-his-art-and-commentary-1 |dead-url=yes }}
* {{cite news |title=Asia's Animation Industry Spreads Its Wings |last=Seneviratne |first=Kalinga |url=http://www.atimes.com/atimes/Asian_Economy/DL12Dk01.html |agency=[[Inter Press Service]] |newspaper=[[Asia Times Online]] |publisher= |location=Hong Kong |date=12 Desember 2002 |accessdate=19 Agustus 2010 |archiveurl=http://web.archive.org/web/20041117132735re_/www.atimes.com/atimes/Asian_Economy/DL12Dk01.html |archivedate=17 November 2004 |ref=harv}}
* {{cite news|title=Asia's Animation Industry Spreads Its Wings|last=Seneviratne|first=Kalinga|url=http://www.atimes.com/atimes/Asian_Economy/DL12Dk01.html|agency=[[Inter Press Service]]|newspaper=[[Asia Times Online]]|publisher=|location=Hong Kong|date=12 Desember 2002|accessdate=19 Agustus 2010|archiveurl=https://web.archive.org/web/20041117132735/http://www.atimes.com/atimes/Asian_Economy/DL12Dk01.html|archivedate=2004-11-17|ref=harv|dead-url=no}}
* {{cite news |title='Unhealthy' Elements Invading Local Cartoon Industry, Says Lat |url=http://proquest.umi.com/pqdlink?did=541584751&sid=5&Fmt=3&clientId=13402&RQT=309&VName=PQD |format=Subscription required |agency=[[Bernama]] |newspaper=[[Financial Times]] |publisher=Financial Times Group |location=Kuala Lumpur |id=Proquest ID: 541584751 |date=7 Februari 2004 |page=1 |accessdate=27 Juli 2010 |ref=CITEREFUnhealthy_Elements2004}}
* {{cite news|title='Unhealthy' Elements Invading Local Cartoon Industry, Says Lat|url=http://proquest.umi.com/pqdlink?did=541584751&sid=5&Fmt=3&clientId=13402&RQT=309&VName=PQD|format=Subscription required|agency=[[Bernama]]|newspaper=[[Financial Times]]|publisher=Financial Times Group|location=Kuala Lumpur|id=Proquest ID: 541584751|date=7 Februari 2004|page=1|accessdate=27 Juli 2010|ref=CITEREFUnhealthy_Elements2004}}
{{refend}}
{{refend}}


{{Animasi Malaysia}}
{{Animasi Malaysia}}


{{Link FA|en}}
{{artikel pilihan}}


[[Kategori:Animasi Malaysia]]
[[Kategori:Animasi Malaysia]]
[[Kategori:Acara televisi Astro Ria]]

Revisi per 30 Januari 2023 13.28

Kampung Boy
GenreDrama komedi
PembuatLat
Negara asalMalaysia
Jmlh. episode26
Produksi
Lokasi produksiAmerika Utara, Filipina
Durasi26 menit
Rumah produksiLacewood Studio
Matinee Entertainment
Measat Broadcast Network Systems
DistributorItel
Rilis asli
JaringanAstro Ria
Rilis14 September 1999 (1999-09-14) –
12 September 2000 (2000-9-12)

Kampung Boy adalah serial animasi televisi Malaysia yang pertama kali ditayangkan pada tahun 1997. Serial ini menceritakan petualangan seorang anak laki-laki yang bernama Mat dan kehidupannya di sebuah kampung. Serial ini diadaptasi dari novel grafis dengan penjualan terbaik yang berjudul Kampung Boy, yang juga merupakan autobiografi kartunis lokal Lat. Serial ini terdiri dari 26 episode dan salah satu episodenya berhasil memenangkan Penghargaan Annecy. Kampung Boy pertama kali ditayangkan di jaringan televisi satelit Malaysia Astro sebelum didistribusikan ke 60 negara lainnya termasuk Kanada dan Jerman.

Tema utama Kampung Boy adalah perbedaan antara gaya hidup pedesaan tradisional dan perkotaan modern. Serial ini mempromosikan gaya hidup pedesaan sebagai lingkungan yang menyenangkan dan kondusif bagi perkembangan anak yang sehat dan cerdas. Kartun ini mengangkat isu modernisasi dan ingin memberi pesan bahwa nilai-nilai dan teknologi baru sebaiknya dipilah dulu sebelum diterima.

Animasi Lat memperoleh pujian karena karya teknis dan kontennya yang menyegarkan, walaupun muncul pertanyaan dari penonton di Asia Tenggara karena kemiripannya dengan animasi Barat dan pengucapan bahasa Inggris yang menyimpang dari gaya lokal. Kritikus animasi Malaysia menganggap Kampung Boy sebagai standar yang sepatutnya diraih oleh animator negara tersebut, dan para akademisi studi budaya menganggap serial ini sebagai sebuah metode pelestarian sejarah Malaysia dengan menggunakan teknologi modern dan praktik budaya.

Asal mula

Pada tahun 1979, novel grafik autobiografi Kampung Boy diterbitkan. Cerita mengenai masa kecil anak laki-laki Melayu di sebuah kampung meraih sukses secara komersial dan dipandang baik oleh kritikus, membuat penulisnya—Lat—menjadi "kartunis paling terkenal di Malaysia".[1] Kesuksesan The Kampung Boy mendorong Lat untuk mempertimbangkan penggunaan media lainnya untuk menjangkau masyarakat.[1]

Sejarah Kampung Boy dimulai pada tahun 1993 dengan diawalinya pembicaraan antara Lat dengan Ananda Krishman, pendiri Measat Broadcast Network Systems.[2] Kartun Barat dan Jepang membanjiri saluran televisi lokal pada tahun 1990-an,[3] dan Lat mengecam mereka yang memproduksi tayangan berunsur kekerasan dan lelucon karena baginya tidak cocok untuk Malaysia dan kaum mudanya.[4][5] Menyadari bahwa generasi muda lebih menyukai animasi berwarna ketimbang gambar hitam-putih statis,[6] Lat sangat mendambakan hadirnya serial animasi lokal yang mempromosikan nilai-nilai lokal kepada anak-anak Malaysia.[4] Setelah perusahaan Krishman menawarkan dukungan finansial kepada Lat untuk memulai sebuah proyek animasi,[7][8] para kartunis berencana mengadaptasi karyanya dari komik ke layar televisi.[4]

Produksi

Lat membayangkan beberapa cerita yang ingin ia lihat dalam bentuk animasi, dan kemudian mencari bantuan produksi di luar negeri. Lacewood Studio di Ottawa, Kanada, ditugaskan untuk membuat episode pertama. World Sports and Entertainment of Los Angeles ikut terlibat juga; Norman Singer ditugaskan untuk menyelenggarakan produksi dan Gerald Tripp membantu Lat menulis naskah. Bobdog Production ditugaskan untuk membuat lima episode selanjutnya.[9] Namun, Krishman dan Lat kecewa dengan hasilnya yang telah memakan waktu selama dua tahun.[8] Mereka berpikir bahwa episode awal tersebut "bergerak lambat". Lat merasa bahwa Lacewood hanya menerima masukannya tanpa mempertanyakannya sama sekali. Mereka gagal menginformasikan bahwa walaupun kartun statis dapat digambar dengan gerak lambat, animasi yang bagus biasanya "hidup, bergerak cepat, penuh aksi dan fantasi".[10][9][11]

Pada tahun 1995, Lat dan Krishman mendekati Matinee Entertainment untuk menyelesaikan proyek tersebut, dan Lat mulai terbang bolak-balik dari Kuala Lumpur dan Los Angeles untuk bekerja sama dengan karyawan Matinee. Pengalamannya dengan tim penulis dan animator Matinee positif; mereka lebih proaktif ketimbang Lacewood, mengilhami gagasannya dan membuat naskah dan papan ceritanya menjadi lebih bagus.[9] Sutradara Frank Saperstein melakukan suntingan terakhir dan memoles kembali naskahnya.[8] Namun, Lat adalah orang yang menentukan penggambaran budaya dalam kartun ini dan menolak berbagai usulan seperti ciuman antar karakter di depan umum dan penggunaan bahasa gaul Barat karena dianggap tidak menyenangkan bagi masyarakat Malaysia. Ia juga memperhatikan keakuratan penggambaran objek-objek seperti gerobak kerbau karena para seniman Amerika menganggap gerobak Malaysia mirip dengan yang mereka temui di Meksiko.[9]

Papan ceritanya kemudian dijadikan animasi oleh Philippine Animation Studios Incorporated di Manila. Lat kemudian melakukan beberapa perjalanan, kali ini ke Filipina, untuk memberikan saran kepada para animator dan memastikan bahwa setiap penggambaran dibuat secara akurat.[12] Setelah animasi selesai, hasil cetak dikirim ke Vietnam untuk diproses. Pada akhirnya, film tersebut dikirim ke studio Krishman di Kuala Lumpur untuk pengisian suara dalam bahasa Inggris dan Bahasa Malaysia.[10] Seperti Lat, Saperstein terbang bolak-balik untuk mengkoordinasi dan memastikan standar produksi tidak pernah turun.[13] Upaya Saperstein dalam memproduksi 12 episode pertamanya dapat meyakinkan Lat untuk melanjutkan kerjasamanya dengan Matinee.[8]

Proyek ini secara keseluruhan memakan waktu selama empat tahun;[8] setiap episode menghabiskan biaya sekitar 350.000 dollar Amerika Serikat (sekitar 1 juta ringgit Malaysia) yang dibiayai sebagian oleh Measat,[11] dan produksinya membutuhkan waktu selama empat sampai lima bulan.[14] Episode pertama ditayangkan di TV1 pada tanggal 10 Februari 1997, dan serial tersebut kemudian disiarkan di Astro Ria dua setengah tahun kemudian.[15] Kinder Channel (Jerman) dan Teletoon (Kanada) menyiarkan serial tersebut setelah membeli hak siar melalui distributor Itel yang berbasis di London,[11] dan serial ini disiarkan di lebih dari 60 negara sejak animasi ini pertama kali mengudara di Malaysia.[16] Measat memperkirakan akan balik modal dalam waktu sekitar sepuluh tahun.[11] Meskipun Kampung Boy berasal dari Malaysia, sebagian besar kegiatan produksinya berlangsung di luar negeri.[17] Serial tersebut memakai konsep lokal, namun animasinya dapat dianggap sebagai produksi asing. Hal ini menimbulkan keluhan bahwa bila studio Malaysia disewa untuk berpartisipasi dalam pembuatan animasi, industri animasi negara tersebut dapat memperoleh keuntungan karena dapat mempelajari keahlian dan metodologi animasi asing.[18]

Karakter

Tokoh utama dalam serial ini adalah anak laki-laki berumur sembilan tahun bernama Mat, yang biasanya mengenakan sarong pelikat dan singlet putih. Ia memiliki hidung lebar, mata kecil, rambut hitam berantakan, dan tubuh yang bulat dan pendek, yang menyerupai penciptanya, Lat, saat masih kecil.[19] Mat memiliki adik perempuan yang bernama Ana, dan mereka tinggal di sebuah rumah bersama dengan ayah dan ibu mereka, Yap dan Yah. Struktur keluarga inti sangat dominan di desa tempat mereka tinggal. Ibu Yap, Opah, tidak tinggal dengan mereka namun sering berkunjung ke rumah mereka.[20] Karakter lain yang sering muncul adalah kedua teman Mat, Bo dan Tak, dan nama mereka merupakan pemisahan dari kata Melayu botak.[21] Keduanya dibuat berdasarkan karakter wayang kulit tradisional.[19] Bo lebih cerdas ketimbang pasangannya, sementara Tak cenderung pamer.[11] Karakter pendukung lainnya adalah Normah (perempuan yang berasal dari kota) dan Ibu Hew (guru Mat).[22]

Suara karakter versi bahasa Melayu dan bahasa Inggris sama-sama diisi oleh aktor suara Malaysia. Aktor anak-anak digunakan untuk peran berusia muda;[10] namun, suara Mat, Ana, Bo, dan Tak diisi oleh aktor berusia awal dua puluhan.[23][24] Beberapa aktor mengisi suara beberapa karakter; sebagai contoh, sutradara pengisi suara bertanggung jawab untuk mengisi suara Ibu Hew dan Yah. Awalnya, pengisi suara di Los Angeles dipekerjakan untuk mengisi suara versi bahasa Inggris, namun suara yang mereka isi terdengar seperti logat Jamaika.[10] Meskipun soundtrack ini tidak dipakai dalam serial tersebut, produser merasa hal tersebut terlalu lucu untuk dibuang dan dimasukkan dalam The Making of Kampung Boy,[10] yang ditayangkan seminggu sebelum penayangan serial tersebut dimulai.[25]

Latar

Walaupun komik Kampung Boy didasarkan pada kehidupan tahun 1950-an, animasi ini didasarkan pada kehidupan tahun 1990-an.[14] Meskipun pemandangan dan detailnya berlebihan, animasi dapat menggambarkan pedesaan Malaysia dan kehidupan para penghuninya dengan akurat.[26] Dr Rohani Hashim dari Sekolah Komunikasi Universitas Sains Malaysia, menyebut serial ini "rekreasi masa kecil anak Melayu pedesaan yang terperinci".[27] Tata ruang desa Mat dan gaya rumah-rumahnya didasarkan pada wilayah pedesaan di Perak, Malaysia—yaitu serangkaian rumah di sepanjang pinggiran sungai yang memenuhi kebutuhan air warga. Anak-anak bermain di sekitar hutan, sementara orang dewasa bekerja di ladang dan bolak-balik ke kota untuk bekerja.[28]

Sutradara Saperstein memakai warna panas dan lembut dalam serial tersebut; skema warna tersebut dimodelkan dari Winnie-the-Pooh,[10] sehingga (menurut wartawan Far Eastern Economic Review S. Jayasankaran) memberikan rasa "lembut dan menyenangkan untuk dipeluk".[8] Sebagian besar grafik mengikuti gaya seni Lat. Garis yang dibuat tebal, membuat objek menonjol di latar belakang—sebuah efek khusus yang dibantu oleh penggunaan warna coklat, hijau, dan kuning sebagai warna utama. Warna kuning dan hijau banyak digunakan untuk menggambarkan alam; kedua warna tersebut cukup kontras satu sama lain dan memisahkan latar belakang dari latar tengah. Selain menjadi warna utama untuk rumah, coklat dipakai sebagai warna kulit karakter. Mat dan kerabat-kerabat Melayu-nya digambar dengan "bentuk pendek dan bulat" serta diwarnai dengan warna-warna cerah.[19]

Tema

Episode Kampung Boy mengikuti struktur yang mirip dengan kartun Hollywood. Setiap episode terdiri dari dua cerita yang terpisah dengan tema yang terjalin satu sama lain. Pada akhir episode, dua kisah tersebut digabungkan oleh satu gagasan bersama. Biasanya satu cerita berfokus pada anak-anak kampung, dan yang lainnya pada orang-orang dewasa.[29] Para pembuat Kampung Boy menghindari penyalinan gagasan yang umum ditemui pada kartun Barat dan Jepang. Animasi Malaysia lainnya yang diproduksi pada tahun 1990-an belum memiliki ciri khas tersendiri dalam pembuatan gambar dan tema yang akrab untuk penduduk lokal—sebagai contoh, tokoh utama dalam kartun Sang Wira (1996) memiliki kemiripan mencolok dengan Doraemon, serta beruang dan lebah dalam kartun Ngat dan Taboh (2002) tingkahnya mirip dengan Tom and Jerry. Keterlibatan erat Lat dengan proyek Kampung Boy membuat penggambaran animasi ini sesuai dengan budaya Malaysia.[17] Kehidupan Kampung dalam animasi menampilkan "unsur Malaysia asli" seperti takhayul pontianak, monyet yang dilatih untuk memetik kelapa, dan tradisi lainnya yang telah dilupakan dalam proses transisi dari kehidupan pedesaan ke kehidupan perkotaan.[10][30]

Serial kartun ini memeriksa suatu gagasan melalui aktivitas karakter-karakternya, terutama interaksi mereka antar satu sama lain.[21] Rohani mengklasifikasi genre acara ini sebagai drama komedi.[1] Menurutnya, tema utama dalam Kampung Boy adalah nostalgia yang membawa niat Lat untuk menggambarkan masa anak-anak pedesaan sebagai pengalaman yang "jauh lebih menarik dan kreatif" ketimbang di lingkungan perkotaan.[26] Beberapa episode mengunggulkan cara hidup kampung. Dalam episode "Orang Bandar Datang", Mat dan teman-temannya mengalahkan tim sepak bola kota karena ketangguhan mereka yang dihasilkan dari kerja keras di pedesaan. Episode "SiMat Manusia Pintar" menunjukkan bahwa lingkungan tak berpolusi di kampung membuat anak-anak dibesarkan dalam keadaan yang lebih sehat dan cerdas. Normah datang dari kota dalam episode "Mat Main Wayang", dan meskipun pada awalnya ia memandang rendah keadaan kampung, ia kemudian disadarkan oleh kebaikan penduduk desa.[31]

Gangguan teknologi modern dan sikap terhadap gaya hidup kampung juga merupakan topik utama dalam serial tersebut.[21] Beberapa episode memperkenalkan peralatan elektronik dan pemikiran-pemikiran yang berhubungan dengan gaya hidup perkotaan kepada penduduk desa.[8][10] Sebagai contoh, manfaat kendaraan bermotor dibandingkan dengan pemakaian gerobak kerbau tradisional diperdebatkan oleh para karakter dalam episode "Naik Keretaku". Meskipun acara tersebut mendukung gaya hidup kampung, aspek kehidupan modern juga digambarkan secara positif. Opah, seorang wanita tua yang digambarkan sebagai seorang wanita modern yang mahir, pandai dalam mengendarai mobil van dan memperbaiki televisi.[32] Perkotaan digambarkan sebagai gerbang menuju berbagai kebudayaan dan pemikiran yang tidak dapat ditemukan di wilayah pedesaan Malaysia, seperti pertemuan dan perjalinan hubungan persahabatan antara Mat dengan seorang anak laki-laki Tionghoa dalam episode "Naik Keretaku".[33]

Serial tersebut juga mengeksplorasi perubahan masyarakat pedesaan Malaysia yang telah terjadi sejak tahun 1950-an hingga 1990-an. Contohnya, melalui kilas balik, episode "Yah, Kahwinkan Kami!" menampilkan adat pernikahan tradisional yang tidak lagi dipraktikkan oleh penduduk perkotaan. Ikatan keluarga di pedesaan digambarkan lebih erat—anggota keluarga menunjukkan perhatian dan kepedulian satu sama lain. Sebaliknya, mereka yang membaurkan diri dalam kehidupan perkotaan digambarkan telah kehilangan ikatan komunal mereka. Meskipun keluarga Mat digambarkan mengikuti peraturan masyarakat patriarkal Melayu, nilai-nilai modern pun juga digambarkan. Yap tidak menyerahkan tanggung jawab dalam membesarkan anak-anak sepenuhnya kepada Yah; ia juga mengurus Ana sambil mengawasi Mat. Meskipun serial tersebut menyajikan karakter-karakter perempuan sebagai ibu rumah tangga, episode "Nasib Si Gadis Desa" menunjukkan bahwa perempuan Melayu tradisional setara dan sama berharganya dengan laki-laki. Episode tersebut juga menunjukkan pencapaian karier perempuan seperti dalam bidang penjelajah ruang angkasa dan ilmu pengetahuan alam.[34]

Secara keseluruhan, Rohani mengatakan bahwa serial kartun Lat menampilkan kisah "tradisi dan kemurnian Melayu yang menghilang dengan cepat" sambil menasihati pemirsa untuk mempertimbangkan perubahan sosial di sekitar mereka.[27] Menurutnya, kartunis Kampung Boy ingin menginspirasi para penonton untuk mempertimbangkan laju urbanisasi dan untuk menyadari bahwa penerapan atau penolakan nilai-nilai baru adalah keputusan bersama mereka.[35] Baginya, acara ini menunjukkan bahwa perubahan harus diteliti secara saksama dan diterapkan jika bermanfaat bagi masyarakat. Selain itu, penerapan pemikiran dan budaya baru harus dilakukan secara bertahap, dan perubahan disesuaikan sesuai dengan masyarakat.[36]

Penerimaan, warisan, dan prestasi

Kampung Boy disertakan dalam Festival Film Animasi Internasional Annecy 1999 di Prancis. Salah satu episodenya, "Oh, Tok!", memenangkan Animasi Terbaik untuk serial televisi 13 menit dan seterusnya.[37] Episode tersebut berkisah tentang pohon beringin menyeramkan yang ditakuti oleh Mat.[8] Karena terdapat konten lokal dalam animasi tersebut dan daya tarik nostalgia gaya hidup kampung, sarjana komik Malaysia komik Muliyadi Mahamood mengharapkan Kampung Boy akan sukses di negaranya.[21]

Serial dengan 26 episode ini populer di kalangan muda dan mendapatkan sambutan positif untuk detail teknis dan konten.[38][39] Serial ini juga mengundang kritikan karena kemiripannya dengan serial kartun Amerika Serikat yang berjudul The Simpsons; penonton menilai bahwa Keluarga Mat menyerupai keluarga Bart Simpson yang disfungsional. Beberapa kritikus juga menilai bahwa pengucapan bahasa Inggris di Kampung Boy secara substansial berbeda dari bahasa Inggris Malaysia, yang sangat dipengaruhi oleh bahasa Inggris Britania;[19] wartawan Daryl Goh merasakan logat Amerika pada pengisi suara bahasa Inggris.[11] Lat menjelaskan bahwa produser harus mengurangi penggunaan "pakaian, latar, dan bahasa Melayu tradisional" untuk memasarkan serial tersebut ke khalayak dunia. Rohani "menyesalkan" keputusan tersebut; hal ini membuat animasi tersebut menjadi produk Malaysia yang kurang autentik.[19]

Animasi serial ini dianggap sebagai sebuah artefak kebudayaan oleh Dr Paulette Dellios dari Sekolah Ilmu Pengetahuan Kemanusiaan dan Sosial Universitas Bond: sebuah peringatan dan pelestarian gaya hidup lama suatu negara yang dibuat dan diproduksi oleh tim international dan ditampilkan dengan menggunakan teknologi modern untuk dunia.[40] Menurut Rohani, Kampung Boy merupakan catatan tradisi Melayu dan transisi yang dialami oleh masyarakat pedesaan dari tahun 1950-an hingga tahun 1990-an.[36] Di antara beberapa animasi Malaysia yang memakai latar lokal, menurut sutradara film veteran Hassan Abdul Muthalib serial buatan Lat merupakan yang terbaik dalam menggambarkan kebudayaan dan tradisi negara; Hassan juga mengatakan bahwa kesuksesan dalam penjualan serial tersebut membuat Kampung Boy menjadi patokan untuk industri animasi Malaysia.[18]

Referensi

  1. ^ a b c Rohani 2005, hlm. 390.
  2. ^ Lat 2001, hlm. 153–154.
  3. ^ Lent 2008, hlm. 32.
  4. ^ a b c Muliyadi 2001, hlm. 146.
  5. ^ Unhealthy Elements 2004.
  6. ^ Crossings: Datuk Lat 2003, 39:35–40:07, 41:09–41:41.
  7. ^ Campbell 2007.
  8. ^ a b c d e f g h Jayasankaran 1999, hlm. 36.
  9. ^ a b c d Lat 2001, hlm. 154.
  10. ^ a b c d e f g h Manavalan 1999.
  11. ^ a b c d e f Goh 1999.
  12. ^ Hassan 2007, hlm. 296.
  13. ^ DeMott 2004.
  14. ^ a b Lat Cartoon Series 1996.
  15. ^ Muliyadi 2001, hlm. 145.
  16. ^ Seneviratne 2002.
  17. ^ a b Hassan 2007, hlm. 292.
  18. ^ a b Hassan 2007, hlm. 293.
  19. ^ a b c d e Rohani 2005, hlm. 391.
  20. ^ Rohani 2005, hlm. 397.
  21. ^ a b c d Muliyadi 2001, hlm. 147.
  22. ^ Rohani 2005, hlm. 391–392.
  23. ^ Haliza 2000.
  24. ^ Chandran 2005.
  25. ^ Haliza 1999a.
  26. ^ a b Rohani 2005, hlm. 392.
  27. ^ a b Rohani 2005, hlm. 389.
  28. ^ Rohani 2005, hlm. 392–394, 396, 398.
  29. ^ Hassan 2007, hlm. 292–293.
  30. ^ Rohani 2005, hlm. 396.
  31. ^ Rohani 2005, hlm. 394–395.
  32. ^ Rohani 2005, hlm. 393–394.
  33. ^ Rohani 2005, hlm. 394.
  34. ^ Rohani 2005, hlm. 396–397.
  35. ^ Rohani 2005, hlm. 395.
  36. ^ a b Rohani 2005, hlm. 398.
  37. ^ Haliza 1999b.
  38. ^ Muliyadi 2001, hlm. 147–148.
  39. ^ More than a Cartoonist 2007, hlm. 257.
  40. ^ Dellios 2000, hlm. 1.

Daftar pustaka

Wawancara/Introspektif diri
Sumber akademik
Sumber jurnalistik