Lompat ke isi

Peradaban Sungai Kuning: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Luckas-bot (bicara | kontrib)
k r2.7.1) (bot Menambah: jv:Peradaban Lembah Sungai Kuning
InternetArchiveBot (bicara | kontrib)
Add 1 book for Wikipedia:Pemastian (20230209)) #IABot (v2.0.9.3) (GreenC bot
 
(46 revisi perantara oleh 24 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
[[Berkas:Yellow river - A. Holdrinet.jpg|thumb|right|Sungai Kuning.]]
[[Berkas:Yellow river - A. Holdrinet.jpg|jmpl|ka|Sungai Kuning]]
'''Peradaban Lembah Sungai Kuning''' adalah peradaban bangsa Cina yang muncul di lembah [[Sungai Kuning]] (Hwang Ho atau yang sekarang disebut Huang He).<ref name="q"></ref> Sungai Hwang Ho disebut sebagai Sungai Kuning karena membawa [[lumpur]] kuning sepanjang alirannya.<ref name="q"></ref> Sungai ini bersumber dari [[Pegunungan Kwen-Lun]] di [[Tibet]] dan mengalir melalui daerah [[Pegunungan Cina Utara]] hingga membentuk dataran rendah dan bermuara di [[Teluk Tsii-Li]], [[Laut Kuning]]<ref name="q"></ref>. Pada daerah lembah sungai yang subur inilah kebudayaan bangsa Cina berawal. <ref name="q">{{en}}{{cite book
'''Peradaban Sungai Kuning''' adalah pemukiman bangsa Tionghoa yang muncul di lembah [[Sungai Kuning]].<ref name="q" /> Disebut kuning karena membawa lumpur berwarna kuning di sepanjang alirannya.<ref name="q" /> Sungai ini bersumber dari [[Pegunungan Kwen-Lun]] di [[Tibet]] dan mengalir melalui daerah [[Pegunungan Tiongkok Utara]] hingga membentuk dataran rendah dan bermuara di [[Teluk Tsii-Li]], [[Laut Kuning]].<ref name="q" /> Pada daerah lembah sungai yang subur ini lah kebudayaan bangsa Tionghoa dimulai.<ref name="q">{{cite book|last=Albert Hyma, Mary Stanton, Michael McHugh|first=|author-link=|title=Streams of Civilization: Earliest Times to the Discovery of the New World|url=https://archive.org/details/streamsofciviliz0000albe|publisher=Christian Liberty Press|year=1992|doi=|id=ISBN 978-1-930367-43-2}}</ref> Dalam sejarahnya, daerah tersebut sulit untuk ditinggali karena sering terjadinya pembekuan es saat musim dingin, dan ketika es mulai mencair akan terjadi banjir serta [[air bah]].<ref name="q" /> Berbagai tantangan tersebut mendorong bangsa Tionghoa untuk berpikir dan mengatasinya dengan membangun tanggul raksasa di sepanjang sungai tersebut.<ref name="q" />
| last = Albert Hyma, Mary Stanton, Michael McHugh
| first =
| authorlink =
| title = Streams of Civilization: Earliest Times to the Discovery of the New World
| publisher = Christian Liberty Press
| year = 1992
| doi =
| id = ISBN 978-1-930367-43-2}}
</ref> Dalam sejarah, daerah tersebut menyulitkan masyarakat Cina kuno untuk melaksanakan aktivitas hidupnya karena terjadinya pembekuan es di [[musim dingin]] dan ketika es mulai mencair akan terjadi [[banjir]] serta [[air bah]].<ref name="q"></ref> Berbagai kesulitan dan tantangan tersebut mendorong bangsa Cina untuk berpikir dan mengatasinya dengan pembangunan [[tanggul]] raksasa di sepanjang sungai tersebut.<ref name="q"></ref>


== Pertanian ==
== Pertanian ==
Pada bagian hilir dari Sungai Kuning, terdapat dataran rendah Cina yang subur dan merupakan pusat kehidupan bangsa Cina.<ref name="w"></ref> Masyarakat Cina umumnya bercocok tanam [[gandum]], [[padi]], [[teh]], [[jagung]], dan [[kedelai]].<ref name="w"></ref> Kegiatan pertanian Cina Kuno memang sudah dikenal sejak zaman [[Neolitikum]] (± 5000 SM) dan tanaman pangan utama yang ditanam adalah [[padi]].<ref name="w"></ref> Pada [[zaman perunggu]], prioritas pokok dalam pertanian rakyat Cina adalah padi, [[teh]], [[kacang kedelai]], dan [[rami]].<ref name="w"></ref> Kegiatan pertanian mengalami kemajuan pesat dalam pemerintahan [[Dinasti Qin]] (221-206 SM).<ref name="w"></ref> Di masa itu, masyarakat [[Cina]] telah menerapkan [[sistem pertanian]] yang intensif dengan penggunaan [[pupuk]], [[irigasi]] yang baik, dan perluasan lahan [[gandum]].<ref name="w">{{en}}{{cite book
Di hilir [[Sungai Kuning]], terdapat dataran rendah yang subur dan merupakan pusat kehidupan bangsa Tionghoa.<ref name="w" /> Masyarakat Tiongkok umumnya bercocok tanam gandum, padi, teh, jagung, dan kedelai.<ref name="w" /> Kegiatan pertanian ini sudah dikenal sejak zaman [[Neolitikum]] (±5000 SM) dan tanaman pangan utama yang ditanam adalah padi.<ref name="w" /> Pada [[zaman perunggu]], prioritas pokok dalam pertanian rakyat Tiongkok adalah padi, teh, kedelai, dan [[rami]].<ref name="w" /> Kegiatan pertanian mengalami kemajuan pesat dalam pemerintahan [[dinasti Qin]] (221-206 SM).<ref name="w" /> Pada masa itu, masyarakat Tiongkok telah menerapkan sistem pertanian yang intensif dengan penggunaan pupuk, [[irigasi]] yang baik, dan perluasan lahan gandum.<ref name="w">{{cite book|last=Tuan|first=Yi-Fu|author-link=|title=A Historical Geography of China|publisher=Aldine Transaction|year=2008|doi=|id=ISBN 978-0-202-36200-7}}
| last = Yi-Fu Tuan
| first =
| authorlink =
| title = A Historical Geography of China
| publisher = Aldine Transaction
| year = 2008
| doi =
| id = ISBN 978-0-202-36200-7 }}
</ref>
</ref>


== Filsafat ==
== Filsafat ==

[[Berkas:Konfuzius-1770.jpg|thumb|right|Kong Hu Cu.]]
[[Berkas:Konfuzius-1770.jpg|jmpl|ka|Kong Hu Cu.]]
Pada masa pemerintahan Dinasti Chou, [[filsafat]] Cina berkembang dengan pesat karena lahirnya tiga ahli [[filsafat Cina]], yaitu [[Lao Zi]], Kong Fu Zi ([[Kong Hu Cu]]), dan [[Mengzi]]<ref name="s">{{en}}{{cite book |last= Peter J. King|first= |authorlink= |coauthors= |title= One hundred philosophers: the life and work of the world's greatest thinkers|year=2004 |publisher= Quarto Publishing|location= |id= ISBN 1-77022-001-1}}</ref>. [[Lao Zi]] menuliskan ajarannya dalam buku berjudul Tao Te Ching<ref name="s"></ref>. Beliau menjunjung tinggi semangat keadilan dan kesejahteraan yang kekal dan abadi yang dinamakan Tao<ref name="s"></ref>. Ajaran Lao Zi disebut [[Taoisme]] dan mengajarkan manusia untuk menerima nasib<ref name="s"></ref>. Ajaran Kong Fu Zi juga berdasarkan pada [[Taoisme]]<ref name="s"></ref>. Menurut Kong Fu Zi, Tao adalah kekuatan yang mengatur alam semesta ini hingga tercapai keselarasan<ref name="s"></ref>. Penganut ajaran [[Taoisme]] meyakini bahwa [[bencana]] yang terjadi di muka bumi merupakan akibat dari ketidakpatuhan manusia pada aturan Tao<ref name="s"></ref>. Ajaran Kong Fu Zi yang mencakup bidang pemerintahan dan keluarga telah memberikan pengaruh yang begitu besar bagi masyarakat Cina karena memengaruhi cara berpikir dan sikap hidup sebagian besar bangsa Cina<ref name="s"></ref>. Menurut Kong Fu Zi, masyarakat terdiri dari keluarga dan dalam keluarga seorang bapak merupakan pusatnya<ref name="s"></ref>. Oleh karena itu raja harus memerintah dengan baik dan bijaksana serta rakyat harus hormat dan taat pada raja seperti hubungan bapak dan anak yang seharusnya<ref name="s"></ref>. Lain halnya dengan Kong Fu Zi, [[Meng Zi]] yang merupakan murid Kong Fu Zi mengajarkan pengetahuan kepada [[rakyat jelata]] dan menurut ajarannya, rakyatlah yang terpenting dalam suatu [[negara]]<ref name="s"></ref>.
Pada masa pemerintahan Dinasti Chou, [[filsafat]] Tiongkok berkembang dengan pesat karena lahirnya tiga ahli [[filsafat Tiongkok]], yaitu [[Lao Zi]], Kong Fu Zi ([[Kong Hu Cu]]), dan [[Mengzi]].<ref name="s">{{en}} {{cite book|last= Peter J. King|first=|authorlink=|coauthors=|title= One hundred philosophers: the life and work of the world's greatest thinkers|year=2004|publisher= Quarto Publishing|location=|id= ISBN 1-77022-001-1}}</ref> [[Lao Zi]] menuliskan ajarannya dalam buku berjudul Tao Te Ching.<ref name="s" /> Dia menjunjung tinggi semangat keadilan dan kesejahteraan yang kekal dan abadi yang dinamakan [[Taoisme|Tao]].<ref name="s" /> Ajaran Lao Zi disebut [[Taoisme]] dan mengajarkan manusia untuk menerima nasib.<ref name="s" /> Ajaran Kong Fu Zi juga berdasarkan pada [[Taoisme]].<ref name="s" /> Menurut Kong Fu Zi, Tao adalah kekuatan yang mengatur alam semesta ini hingga tercapai keselarasan.<ref name="s" /> Penganut ajaran [[Taoisme]] meyakini bahwa [[bencana]] yang terjadi di muka bumi merupakan akibat dari ketidakpatuhan manusia pada aturan Tao.<ref name="s" /> Ajaran Kong Fu Zi yang mencakup bidang pemerintahan dan keluarga telah memberikan pengaruh yang begitu besar bagi masyarakat Tionghoa karena memengaruhi cara berpikir dan sikap hidup sebagian besar bangsa Tiongkok.<ref name="s" /> Menurut Kong Fu Zi, masyarakat terdiri dari keluarga dan dalam keluarga seorang bapak merupakan pusatnya.<ref name="s" /> Oleh karena itu raja harus memerintah dengan baik dan bijaksana serta rakyat harus hormat dan taat pada raja seperti hubungan bapak dan anak yang seharusnya.<ref name="s" /> Lain halnya dengan Kong Fu Zi, [[Meng Zi]] yang merupakan murid [[Kong Hu Cu (filsuf)|Kong Fu Zi]] mengajarkan pengetahuan kepada [[rakyat jelata]] dan menurut ajarannya, rakyatlah yang terpenting dalam suatu [[negara]].<ref name="s" />


== Kebudayaan ==
== Kebudayaan ==

[[Berkas:The Great Wall pic 1.jpg|thumb|left|Tembok Besar Cina, salah satu hasil kebudayaan Sungai Kuning.]]
[[Berkas:The Great Wall pic 1.jpg|jmpl|kiri|Tembok Besar Tiongkok, salah satu hasil kebudayaan Sungai Kuning.]]
Masyarakat Cina kuno telah mengenal tulisan sejak 1500 SM yang ditulis pada kulit [[penyu]] atau [[bambu]]<ref name="f"></ref>. Pada awalnya huruf Cina yang dibuat sangat sederhana, yaitu satu lambang untuk satu pengertian. Pada masa pemerintahan [[Dinasti Han]], seni [[sastra Cina]] kuno berkembang pesat seiring dengan ditemukannya kertas.<ref name="f"></ref> Ajaran [[Lao Zi]], Kong Fu Zi, dan [[Meng Zi]] banyak dibukukan baik oleh [[filsuf]] itu sendiri maupun para pengikutnya.<ref name="s"></ref> Pada masa pemerintahan [[Dinasti Tang]], hidup dua orang [[pujangga]] terkemuka yang banyak menulis puisi kuno, yaitu Li Tai Po dan Tu Fu.<ref name="f"></ref> Selain berupa ''sastra'', [[kebudayaan Cina]] yang muncul dan berkembang di lembah [[Sungai Kuning]] adalah [[seni lukis]], [[keramik]], [[kuil]], dan [[istana]].<ref name="f"></ref> Perkembangan seni lukis terlihat dari banyaknya [[lukisan]] hasil karya tokoh ternama yang menghiasi istana dan kuil.<ref name="o"></ref> Lukisan yang dipajang umumnya berupa lukisan alam semesta, lukisan dewa-dewa, dan lukisan raja yang pernah memerintah.<ref name="o"></ref> Keramik Cina merupakan hasil kebudayaan rakyat yang bernilai sangat tinggi dan menjadi salah satu komoditi perdagangan saat itu.<ref name="f"></ref> Rakyar Cina menganggap bahwa [[kaisar]] atau [[raja]] merupakan penjelmaan [[dewa]] sehingga istana untuk sang raja dibangun dengan indah dan megah.<ref name="o"></ref> Hasil kebudayaan Cina yang sangat terkenal hingga saat ini adalah [[Tembok Besar Cina]] yang dibangun pada masa [[Dinasti Qin]] untuk menangkal serangan dari musuh di bagian utara Cina.<ref name="v"></ref> Kaisar [[Qin Shi Huang]] menghubungkan dinding-dinding pertahanan yang telah dibangun tersebut menjadi tembok raksasa dengan sepanjang 7000 km.<ref name="v">{{en}}{{cite book
Masyarakat Tiongkok kuno telah mengenal tulisan sejak 1500 SM yang ditulis pada kulit [[penyu]] atau [[bambu]].<ref name="f" /> Pada awalnya, huruf Tionghoa yang dibuat sangat sederhana yaitu satu lambang untuk satu pengertian. Pada masa pemerintahan [[Dinasti Han]], seni [[sastra Tiongkok]] kuno berkembang pesat seiring dengan ditemukannya kertas.<ref name="f" /> Ajaran [[Lao Zi]], Kong Fu Zi, dan [[Meng Zi]] banyak dibukukan baik oleh [[filsuf]] itu sendiri maupun para pengikutnya.<ref name="s" /> Pada masa pemerintahan [[Dinasti Tang]], hidup dua orang [[pujangga]] terkemuka yang banyak menulis puisi kuno, yaitu Li Tai Po dan Tu Fu.<ref name="f" /> Selain berupa sastra, [[kebudayaan Tiongkok]] yang muncul dan berkembang di lembah [[Sungai Kuning]] adalah [[seni lukis]], [[keramik]], [[kuil]], dan [[istana]].<ref name="f" /> Perkembangan seni lukis terlihat dari banyaknya [[lukisan]] hasil karya tokoh ternama yang menghiasi istana dan kuil.<ref name="o" /> Lukisan yang dipajang umumnya berupa lukisan alam semesta, lukisan dewa-dewa, dan lukisan raja yang pernah memerintah.<ref name="o" /> Keramik Tiongkok merupakan hasil kebudayaan rakyat yang bernilai sangat tinggi dan menjadi salah satu komoditas perdagangan saat itu.<ref name="f" /> Rakyat Tiongkok menganggap bahwa [[kaisar]] atau [[raja]] merupakan penjelmaan [[dewa]] sehingga istana untuk sang raja dibangun dengan indah dan megah.<ref name="o" /> Hasil kebudayaan Tiongkok yang sangat terkenal hingga saat ini adalah [[Tembok Besar Tiongkok]] yang dibangun pada masa [[Dinasti Qin]] untuk menangkal serangan dari musuh di bagian utara Tiongkok.<ref name="v" /> Kaisar [[Qin Shi Huang]] menghubungkan dinding-dinding pertahanan yang telah dibangun tersebut menjadi tembok raksasa dengan sepanjang 7000&nbsp;km.<ref name="v">{{en}} {{cite book
| last = Julia Lovell
|last = Julia Lovell
| first =
|first =
| authorlink =
|authorlink =
| title = The Great Wall: China Against the World, 1000 BC - AD 2000
|title = The Great Wall: China Against the World, 1000 BC - AD 2000
| publisher = Grove Press
|url = https://archive.org/details/greatwallchinaag00love
| year = 2007
|publisher = Grove Press
| doi =
| id = ISBN 978-0-8021-4297-9 }}
|year = 2007
|doi =
|id = ISBN 978-0-8021-4297-9 }}
</ref>
</ref>


== Kepercayaan ==
== Kepercayaan ==

Sebelum ajaran Kong Fu Zi dan Meng Zi, bangsa Cina menganut kepercayaan kepada dewa-dewa yang dianggap memiliki kekuatan alam.<ref name="f"></ref> Dewa-dewa yang menerima pemujaan tertinggi dari mereka adalah Feng-Pa ([[dewa angin]]), Lei-Shih (dewan angin taufan yang digambarkan sebagai [[naga]] besar), T'sai-Shan (dewa penguasa bukit suci), dan Ho-Po.<ref name="f"></ref> Menurut kepercayaan Cina kuno, dunia digambarkan sebagai sebuah [[segi empat]] yang di bagian atasnya ditutupi oleh 9 lapisan [[langit]].<ref name="f"></ref> Di tengah-tengah dunia itulah terletak daerah yang didiami bangsa Cina yang disebut T'ien-hsia. Daerah di luar T'ien-hsia dianggap sebagai daerah kosong tempat tinggal para [[hantu]] dan Dewi Pa (penguasa musim semi).<ref name="f">{{cite book
Sebelum ajaran Kong Fu Zi dan Meng Zi, bangsa Tiongkok menganut kepercayaan kepada dewa-dewa yang dianggap memiliki kekuatan alam.<ref name="f" /> Dewa-dewa yang menerima pemujaan tertinggi dari mereka adalah Feng-Pa ([[dewa angin]]), Lei-Shih (dewan angin topan yang digambarkan sebagai [[naga]] besar), T'sai-Shan (dewa penguasa bukit suci), dan Ho-Po.<ref name="f" /> Menurut kepercayaan Tiongkok kuno, dunia digambarkan sebagai sebuah [[segi empat]] yang di bagian atasnya ditutupi oleh 9 lapisan [[langit]].<ref name="f" /> Di tengah-tengah dunia itulah terletak daerah yang didiami bangsa Tiongkok yang disebut T'ien-hsia. Daerah di luar T'ien-hsia dianggap sebagai daerah kosong tempat tinggal para [[hantu]] dan Dewi Pa (penguasa musim semi).<ref name="f">{{cite book
| last = I wayan Badrika
|last = I wayan Badrika
| first =
|first =
| authorlink =
|authorlink =
| title = Sejarah Nasional Indonesia dan Umum
|title = Sejarah Nasional Indonesia dan Umum
| publisher = Erlangga
|publisher = Erlangga
| year = 2004
| doi =
|year = 2004
|doi =
| id = ISBN 979-741-085-4}}
|id = ISBN 979-741-085-4}}
</ref>
</ref>


== Pemerintahan ==
== Pemerintahan ==

[[Berkas:Qinshihuang.jpg|thumb|left|Kaisar [[Qin Shi Huang]] dari [[Dinasti Qin]].]]
[[Berkas:Han Wudi1.gif|thumb|right|Kaisar [[Han Wudi]] dari [[Dinasti Han]].]]
[[Berkas:Qinshihuang.jpg|jmpl|kiri|Kaisar [[Qin Shi Huang]] dari [[Dinasti Qin]].]]
[[Berkas:Han Wudi1.gif|jmpl|ka|Kaisar [[Han Wudi]] dari [[Dinasti Han]].]]
Dalam kehidupan kenegaraan Cina kuno, ada dua macam sistem pemerintahan yang dianut yaitu [[feodal]] dan [[unitaris]].<ref name="d"></ref> Dalam sistem [[pemerintahan feodal]], kaisar tidak menangani langsung urusan kenegaraan karena kedudukan [[kaisar]] bersifat [[sakral]].<ref name="d"></ref> Kaisar dianggap sebagai utusan atau anak [[dewa langit]] sehingga tidak pantas mengurusi [[politik praktis]].<ref name="d">{{en}}{{cite book
Dalam kehidupan kenegaraan Tiongkok kuno, ada dua macam sistem pemerintahan yang dianut yaitu [[feodal]] dan [[unitaris]].<ref name="d" /> Dalam sistem [[pemerintahan feodal]], kaisar tidak menangani langsung urusan kenegaraan karena kedudukan [[kaisar]] bersifat [[sakral]].<ref name="d" /> Kaisar dianggap sebagai utusan atau anak [[dewa langit]] sehingga tidak pantas mengurusi [[politik praktis]].<ref name="d">{{en}} {{cite book
| last = Wolfram Eberhard
|last = Wolfram Eberhard
| first =
|first =
| authorlink =
|authorlink =
| title = History of China
|title = History of China
| publisher = Routledge
|publisher = Routledge
| year = 2008
| doi =
|year = 2008
|doi =
| id = ISBN 978-0-415-36148-4}}
|id = ISBN 978-0-415-36148-4}}
</ref>. Sedangkan pada sistem pemerintahan unitaris, kaisar berkuasa mutlak dalam pemerintahan sehingga kaisar berhak campur tangan dalam semua politik praktis.<ref name="d"></ref> Sejarah mencatat terdapat banyak dinasti yang membangun Cina menjadi bangsa besar, di anataranya adalah [[Dinasti Shang]], Dinasti Chou, [[Dinasti Qin]], [[Dinasti Han]], dan [[Dinasti Tang]].<ref name="d"></ref> Dinasti Shang (Hsia) merupakan dinasti tertua di Cina walaupun tidak banyak peninggalan tertulis mengenai dinasti ini.<ref name="d"></ref> Berdasarkan cerita rakyat Cina kuno, pada masa ini telah berkembang sistem kepercayaan terhadap Dewa Shang-Ti.<ref name="d"></ref> Dinasti Chou adalah dinasti ketiga di Cina dan pada masa ini diterapkan prinsip [[feodalisme]] dengan pembagian kekuasaan pemerintahan<ref name="n"></ref> Pemerintah pusat yang dipimpin kaisar dibagi menjadi daerah-daerah pemerintahan yang dipimpin oleh raja bawahan<ref name="n"></ref> Pada masa pemerintahan [[Dinasti Qin]], sistem tersebut berubah karena Raja Cheng yang bergelar [[Qin Shi Huang]] membentuk Cina menjadi negara kesatuan yang hanya diperintah oleh satu orang pemimpin.<ref name="n">{{en}}{{cite book
</ref> Sedangkan pada sistem pemerintahan unitaris, kaisar berkuasa mutlak dalam pemerintahan sehingga kaisar berhak campur tangan dalam semua politik praktis.<ref name="d" /> Sejarah mencatat terdapat banyak dinasti yang membangun Tiongkok menjadi bangsa besar, di anataranya adalah [[Dinasti Shang]], Dinasti Chou, [[Dinasti Qin]], [[Dinasti Han]], dan [[Dinasti Tang]].<ref name="d" /> Dinasti Shang (Hsia) merupakan dinasti tertua di Tiongkok walaupun tidak banyak peninggalan tertulis mengenai dinasti ini.<ref name="d" /> Berdasarkan cerita rakyat Tiongkok kuno, pada masa ini telah berkembang sistem kepercayaan terhadap Dewa Shang-Ti.<ref name="d" /> Dinasti Chou adalah dinasti ketiga di Tiongkok dan pada masa ini diterapkan prinsip [[feodalisme]] dengan pembagian kekuasaan pemerintahan<ref name="n" /> Pemerintah pusat yang dipimpin kaisar dibagi menjadi daerah-daerah pemerintahan yang dipimpin oleh raja bawahan<ref name="n" /> Pada masa pemerintahan [[Dinasti Qin]], sistem tersebut berubah karena Raja Cheng yang bergelar [[Qin Shi Huang]] membentuk Tiongkok menjadi negara kesatuan yang hanya diperintah oleh satu orang pemimpin.<ref name="n">{{en}} {{cite book
| last = Qian Sima, Raymond Stanley Dawson, K. E. Brashier
|last = Qian Sima, Raymond Stanley Dawson, K. E. Brashier
| first =
|first =
| authorlink =
|authorlink =
| title = The first emperor: selections from the Historical records
|title = The first emperor: selections from the Historical records
| publisher = Oxford University Press
|publisher = Oxford University Press
| year = 2007
| doi =
|year = 2007
|doi =
| id = ISBN 978-0-19-922634-4 }}
|id = ISBN 978-0-19-922634-4 }}
</ref> Dalam pemerintahan Qin Shi Huang, dunia pendidikan dan ilmu pengetahuan Cina berkembang.<ref name="n"></ref> Sayangnya saat beliau meninggal terjadi kekacauan karena perebutan kekuasan yang pada akhirnya berhasil diatasi oleh Liu-Pa.<ref name="o"></ref> Liu-Pa mendirikan [[Dinasti Han]] yang mencapai kejayaannya pada masa pemerintahan [[Han Wudi]].<ref name="o"></ref> Salah satu dinasti yang terpenting dalam [[sejarah Cina]] adalah [[Dinasti Tang]] karena Cina berhasil memperluas wilayah kekuasaannya, mencapai kejayaan dengan kehidupan masyarakat yang makmur dan sejahterah, serta berkembangan kesenian dan kebudayaan Cina kuno.<ref name="o">{{en}}{{cite book
</ref> Dalam pemerintahan Qin Shi Huang, dunia pendidikan dan ilmu pengetahuan Tiongkok berkembang.<ref name="n" /> Sayangnya saat dia meninggal terjadi kekacauan karena perebutan kekuasan yang pada akhirnya berhasil diatasi oleh Liu-Pa.<ref name="o" /> Liu-Pa mendirikan [[Dinasti Han]] yang mencapai kejayaannya pada masa pemerintahan [[Han Wudi]].<ref name="o" /> Salah satu dinasti yang terpenting dalam [[sejarah Tiongkok]] adalah [[Dinasti Tang]] karena Tiongkok berhasil memperluas wilayah kekuasaannya, mencapai kejayaan dengan kehidupan masyarakat yang makmur dan sejahterah, serta berkembangan kesenian dan kebudayaan Tiongkok kuno.<ref name="o">{{en}} {{cite book
| last = Michael Sullivan
|last = Michael Sullivan
| first =
|first =
| authorlink =
|authorlink =
| title = The arts of China
| publisher = University of California Press
|title = The arts of China
|publisher = University of California Press
| year = 2000
|year = 2000
| doi =
|doi =
| id = ISBN 978-0-520-21876-5}}
|id = ISBN 978-0-520-21876-5}}
</ref>.
</ref>


== Ilmu pengetahuan dan teknologi ==
== Ilmu pengetahuan dan teknologi ==
Masyarakat Cina kuno memiliki banyak ahli [[astronomi]] (ilmu perbintangan) yang dapat membantu masyarakat dalam pembuatan [[sistem penanggalan]]<ref name="f"></ref>. Berkembangan ilmu [[astronomi]] merupakan dasar dari berbagai aktivitas kehidupan bangsa Cina karena sistem pertanian, [[pelayaran]], dan usaha lainnya memerlukan [[informasi]] tentang pergantian dan perputaran musim.<ref name="f"></ref> Perkembangan teknologi masyarakat Cina kuno terlihat dari pembuatan barang-barang perdagangan seperti barang [[tambang]] dan hasil olahannya berupa perabot rumah tangga, [[senjata]], perhiasan, dan alat pertanian.<ref name="f"></ref> Cina kaya akan barang [[tambang]] seperti [[batu bara]], [[besi]], [[timah]], [[emas]], [[wolfram]], dan [[tembaga]].<ref name="f"></ref>


Masyarakat Tiongkok Kuno memiliki banyak [[astronom]] yang dapat membantu masyarakat dalam pembuatan [[sistem penanggalan]].<ref name="f" /> Berkembangan ilmu [[astronomi]] merupakan dasar dari berbagai aktivitas kehidupan bangsa Tiongkok karena sistem [[pertanian]], [[pelayaran]], dan usaha lainnya memerlukan [[informasi]] tentang pergantian dan perputaran musim.<ref name="f" /> Perkembangan teknologi masyarakat Tiongkok kuno terlihat dari pembuatan barang-barang perdagangan seperti barang tambang dan hasil olahannya berupa perabot rumah tangga, [[senjata]], [[perhiasan]], dan [[Daftar alat dan mesin pertanian|alat pertanian]].<ref name="f" /> Tiongkok kaya akan barang [[tambang]] seperti [[batu bara]], [[besi]], [[timah]], [[emas]], [[wolfram]], dan [[tembaga]].<ref name="f" />
== Referensi ==


== Referensi ==
{{reflist}}
{{reflist}}


[[Kategori:Sejarah Cina]]
[[Kategori:Sejarah Tiongkok]]
[[Kategori:Sejarah budaya]]
[[Kategori:Sejarah budaya]]

[[jv:Peradaban Lembah Sungai Kuning]]

Revisi terkini sejak 10 Februari 2023 07.24

Sungai Kuning

Peradaban Sungai Kuning adalah pemukiman bangsa Tionghoa yang muncul di lembah Sungai Kuning.[1] Disebut kuning karena membawa lumpur berwarna kuning di sepanjang alirannya.[1] Sungai ini bersumber dari Pegunungan Kwen-Lun di Tibet dan mengalir melalui daerah Pegunungan Tiongkok Utara hingga membentuk dataran rendah dan bermuara di Teluk Tsii-Li, Laut Kuning.[1] Pada daerah lembah sungai yang subur ini lah kebudayaan bangsa Tionghoa dimulai.[1] Dalam sejarahnya, daerah tersebut sulit untuk ditinggali karena sering terjadinya pembekuan es saat musim dingin, dan ketika es mulai mencair akan terjadi banjir serta air bah.[1] Berbagai tantangan tersebut mendorong bangsa Tionghoa untuk berpikir dan mengatasinya dengan membangun tanggul raksasa di sepanjang sungai tersebut.[1]

Pertanian

[sunting | sunting sumber]

Di hilir Sungai Kuning, terdapat dataran rendah yang subur dan merupakan pusat kehidupan bangsa Tionghoa.[2] Masyarakat Tiongkok umumnya bercocok tanam gandum, padi, teh, jagung, dan kedelai.[2] Kegiatan pertanian ini sudah dikenal sejak zaman Neolitikum (±5000 SM) dan tanaman pangan utama yang ditanam adalah padi.[2] Pada zaman perunggu, prioritas pokok dalam pertanian rakyat Tiongkok adalah padi, teh, kedelai, dan rami.[2] Kegiatan pertanian mengalami kemajuan pesat dalam pemerintahan dinasti Qin (221-206 SM).[2] Pada masa itu, masyarakat Tiongkok telah menerapkan sistem pertanian yang intensif dengan penggunaan pupuk, irigasi yang baik, dan perluasan lahan gandum.[2]

Kong Hu Cu.

Pada masa pemerintahan Dinasti Chou, filsafat Tiongkok berkembang dengan pesat karena lahirnya tiga ahli filsafat Tiongkok, yaitu Lao Zi, Kong Fu Zi (Kong Hu Cu), dan Mengzi.[3] Lao Zi menuliskan ajarannya dalam buku berjudul Tao Te Ching.[3] Dia menjunjung tinggi semangat keadilan dan kesejahteraan yang kekal dan abadi yang dinamakan Tao.[3] Ajaran Lao Zi disebut Taoisme dan mengajarkan manusia untuk menerima nasib.[3] Ajaran Kong Fu Zi juga berdasarkan pada Taoisme.[3] Menurut Kong Fu Zi, Tao adalah kekuatan yang mengatur alam semesta ini hingga tercapai keselarasan.[3] Penganut ajaran Taoisme meyakini bahwa bencana yang terjadi di muka bumi merupakan akibat dari ketidakpatuhan manusia pada aturan Tao.[3] Ajaran Kong Fu Zi yang mencakup bidang pemerintahan dan keluarga telah memberikan pengaruh yang begitu besar bagi masyarakat Tionghoa karena memengaruhi cara berpikir dan sikap hidup sebagian besar bangsa Tiongkok.[3] Menurut Kong Fu Zi, masyarakat terdiri dari keluarga dan dalam keluarga seorang bapak merupakan pusatnya.[3] Oleh karena itu raja harus memerintah dengan baik dan bijaksana serta rakyat harus hormat dan taat pada raja seperti hubungan bapak dan anak yang seharusnya.[3] Lain halnya dengan Kong Fu Zi, Meng Zi yang merupakan murid Kong Fu Zi mengajarkan pengetahuan kepada rakyat jelata dan menurut ajarannya, rakyatlah yang terpenting dalam suatu negara.[3]

Kebudayaan

[sunting | sunting sumber]
Tembok Besar Tiongkok, salah satu hasil kebudayaan Sungai Kuning.

Masyarakat Tiongkok kuno telah mengenal tulisan sejak 1500 SM yang ditulis pada kulit penyu atau bambu.[4] Pada awalnya, huruf Tionghoa yang dibuat sangat sederhana yaitu satu lambang untuk satu pengertian. Pada masa pemerintahan Dinasti Han, seni sastra Tiongkok kuno berkembang pesat seiring dengan ditemukannya kertas.[4] Ajaran Lao Zi, Kong Fu Zi, dan Meng Zi banyak dibukukan baik oleh filsuf itu sendiri maupun para pengikutnya.[3] Pada masa pemerintahan Dinasti Tang, hidup dua orang pujangga terkemuka yang banyak menulis puisi kuno, yaitu Li Tai Po dan Tu Fu.[4] Selain berupa sastra, kebudayaan Tiongkok yang muncul dan berkembang di lembah Sungai Kuning adalah seni lukis, keramik, kuil, dan istana.[4] Perkembangan seni lukis terlihat dari banyaknya lukisan hasil karya tokoh ternama yang menghiasi istana dan kuil.[5] Lukisan yang dipajang umumnya berupa lukisan alam semesta, lukisan dewa-dewa, dan lukisan raja yang pernah memerintah.[5] Keramik Tiongkok merupakan hasil kebudayaan rakyat yang bernilai sangat tinggi dan menjadi salah satu komoditas perdagangan saat itu.[4] Rakyat Tiongkok menganggap bahwa kaisar atau raja merupakan penjelmaan dewa sehingga istana untuk sang raja dibangun dengan indah dan megah.[5] Hasil kebudayaan Tiongkok yang sangat terkenal hingga saat ini adalah Tembok Besar Tiongkok yang dibangun pada masa Dinasti Qin untuk menangkal serangan dari musuh di bagian utara Tiongkok.[6] Kaisar Qin Shi Huang menghubungkan dinding-dinding pertahanan yang telah dibangun tersebut menjadi tembok raksasa dengan sepanjang 7000 km.[6]

Kepercayaan

[sunting | sunting sumber]

Sebelum ajaran Kong Fu Zi dan Meng Zi, bangsa Tiongkok menganut kepercayaan kepada dewa-dewa yang dianggap memiliki kekuatan alam.[4] Dewa-dewa yang menerima pemujaan tertinggi dari mereka adalah Feng-Pa (dewa angin), Lei-Shih (dewan angin topan yang digambarkan sebagai naga besar), T'sai-Shan (dewa penguasa bukit suci), dan Ho-Po.[4] Menurut kepercayaan Tiongkok kuno, dunia digambarkan sebagai sebuah segi empat yang di bagian atasnya ditutupi oleh 9 lapisan langit.[4] Di tengah-tengah dunia itulah terletak daerah yang didiami bangsa Tiongkok yang disebut T'ien-hsia. Daerah di luar T'ien-hsia dianggap sebagai daerah kosong tempat tinggal para hantu dan Dewi Pa (penguasa musim semi).[4]

Pemerintahan

[sunting | sunting sumber]
Kaisar Qin Shi Huang dari Dinasti Qin.
Kaisar Han Wudi dari Dinasti Han.

Dalam kehidupan kenegaraan Tiongkok kuno, ada dua macam sistem pemerintahan yang dianut yaitu feodal dan unitaris.[7] Dalam sistem pemerintahan feodal, kaisar tidak menangani langsung urusan kenegaraan karena kedudukan kaisar bersifat sakral.[7] Kaisar dianggap sebagai utusan atau anak dewa langit sehingga tidak pantas mengurusi politik praktis.[7] Sedangkan pada sistem pemerintahan unitaris, kaisar berkuasa mutlak dalam pemerintahan sehingga kaisar berhak campur tangan dalam semua politik praktis.[7] Sejarah mencatat terdapat banyak dinasti yang membangun Tiongkok menjadi bangsa besar, di anataranya adalah Dinasti Shang, Dinasti Chou, Dinasti Qin, Dinasti Han, dan Dinasti Tang.[7] Dinasti Shang (Hsia) merupakan dinasti tertua di Tiongkok walaupun tidak banyak peninggalan tertulis mengenai dinasti ini.[7] Berdasarkan cerita rakyat Tiongkok kuno, pada masa ini telah berkembang sistem kepercayaan terhadap Dewa Shang-Ti.[7] Dinasti Chou adalah dinasti ketiga di Tiongkok dan pada masa ini diterapkan prinsip feodalisme dengan pembagian kekuasaan pemerintahan[8] Pemerintah pusat yang dipimpin kaisar dibagi menjadi daerah-daerah pemerintahan yang dipimpin oleh raja bawahan[8] Pada masa pemerintahan Dinasti Qin, sistem tersebut berubah karena Raja Cheng yang bergelar Qin Shi Huang membentuk Tiongkok menjadi negara kesatuan yang hanya diperintah oleh satu orang pemimpin.[8] Dalam pemerintahan Qin Shi Huang, dunia pendidikan dan ilmu pengetahuan Tiongkok berkembang.[8] Sayangnya saat dia meninggal terjadi kekacauan karena perebutan kekuasan yang pada akhirnya berhasil diatasi oleh Liu-Pa.[5] Liu-Pa mendirikan Dinasti Han yang mencapai kejayaannya pada masa pemerintahan Han Wudi.[5] Salah satu dinasti yang terpenting dalam sejarah Tiongkok adalah Dinasti Tang karena Tiongkok berhasil memperluas wilayah kekuasaannya, mencapai kejayaan dengan kehidupan masyarakat yang makmur dan sejahterah, serta berkembangan kesenian dan kebudayaan Tiongkok kuno.[5]

Ilmu pengetahuan dan teknologi

[sunting | sunting sumber]

Masyarakat Tiongkok Kuno memiliki banyak astronom yang dapat membantu masyarakat dalam pembuatan sistem penanggalan.[4] Berkembangan ilmu astronomi merupakan dasar dari berbagai aktivitas kehidupan bangsa Tiongkok karena sistem pertanian, pelayaran, dan usaha lainnya memerlukan informasi tentang pergantian dan perputaran musim.[4] Perkembangan teknologi masyarakat Tiongkok kuno terlihat dari pembuatan barang-barang perdagangan seperti barang tambang dan hasil olahannya berupa perabot rumah tangga, senjata, perhiasan, dan alat pertanian.[4] Tiongkok kaya akan barang tambang seperti batu bara, besi, timah, emas, wolfram, dan tembaga.[4]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ a b c d e f Albert Hyma, Mary Stanton, Michael McHugh (1992). Streams of Civilization: Earliest Times to the Discovery of the New World. Christian Liberty Press. ISBN 978-1-930367-43-2. 
  2. ^ a b c d e f Tuan, Yi-Fu (2008). A Historical Geography of China. Aldine Transaction. ISBN 978-0-202-36200-7. 
  3. ^ a b c d e f g h i j k l (Inggris) Peter J. King (2004). One hundred philosophers: the life and work of the world's greatest thinkers. Quarto Publishing. ISBN 1-77022-001-1. 
  4. ^ a b c d e f g h i j k l m I wayan Badrika (2004). Sejarah Nasional Indonesia dan Umum. Erlangga. ISBN 979-741-085-4. 
  5. ^ a b c d e f (Inggris) Michael Sullivan (2000). The arts of China. University of California Press. ISBN 978-0-520-21876-5. 
  6. ^ a b (Inggris) Julia Lovell (2007). The Great Wall: China Against the World, 1000 BC - AD 2000. Grove Press. ISBN 978-0-8021-4297-9. 
  7. ^ a b c d e f g (Inggris) Wolfram Eberhard (2008). History of China. Routledge. ISBN 978-0-415-36148-4. 
  8. ^ a b c d (Inggris) Qian Sima, Raymond Stanley Dawson, K. E. Brashier (2007). The first emperor: selections from the Historical records. Oxford University Press. ISBN 978-0-19-922634-4.