Lompat ke isi

Perdagangan budak Arab: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Hanamanteo (bicara | kontrib)
Dikembalikan ke revisi 12196076 oleh HsfBot (bicara). (TW)
Tag: Pembatalan
InternetArchiveBot (bicara | kontrib)
Rescuing 2 sources and tagging 0 as dead.) #IABot (v2.0.9.3
 
(26 revisi perantara oleh 9 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
'''Perdagangan budak Arab''' adalah praktik [[perbudakan]] di [[dunia Arab]], terutama di [[Asia Barat]], [[Afrika Utara]], [[Afrika Timur|Afrika Tenggara]], [[Tanduk Afrika]] dan sebagian [[Eropa]] (misalnya [[Semenanjung Iberia|Iberia]] dan [[Sisilia]]) selama masa [[Penaklukan Muslim|penaklukan Arab]]. Perdagangan ini berpusat di [[Timur Tengah]], Afrika Utara dan Tanduk Afrika. Budak yang diperdagangkan beragam ras, etnis, dan agamanya.<ref>{{Cite news|url=http://www.aljazeera.com/indepth/opinion/2013/06/201362472519107286.html|title= Confronting anti-black racism in the Arab world|work=[[Al-Jazeera]]|first=[[Susan Abulhawa]]|last=|date=July 8, 2013}}</ref>
'''Perdagangan budak eropa di Arab''' adalah praktik [[perbudakan]] di [[dunia eropa]], terutama di [[Asia Barat]], [[Afrika Utara]], [[Afrika Timur|Afrika Tenggara]], [[Tanduk Afrika]] dan sebagian [[Eropa]] (misalnya [[Semenanjung Iberia|Iberia]] dan [[Sisilia]]) selama masa [[Penaklukan Muslim|penaklukan Arab]]. Perdagangan ini berpusat di [[Timur Tengah]], Afrika Utara dan Tanduk Afrika. Budak yang diperdagangkan beragam ras, etnis, dan agamanya.<ref>{{Cite news|url=http://www.aljazeera.com/indepth/opinion/2013/06/201362472519107286.html|title= Confronting anti-black racism in the Arab world|work=[[Al-Jazeera]]|first=[[Susan Abulhawa]]|last=|date=July 8, 2013}}</ref>


Selama abad ke-8 dan ke-9 pada masa [[Kekhalifahan Fatimiyah]], sebagian besar budak adalah orang Eropa (disebut [[Sakaliba]]) yang diculik dari pantai-pantai Eropa atau ditawan saat perang.<ref>http://www.columbia.edu/itc/history/conant/mushin1998.pdf</ref> Sejarawan memperkirakan antara tahun 650 sampai 1900, sekitar 10 hingga 18 juta orang diperbudak oleh pedagang budak Arab dan dibawa dari Eropa, Asia, dan Afrika melintasi [[Laut Merah]], [[Samudra Hindia]], dan gurun [[Sahara]].<ref name="britannica.com">[http://www.britannica.com/blackhistory/article-24156 Encyclopædia Britannica's Guide to Black History]</ref> Namun, budaknya berasal dari beragam wilayah dan meliputi orang [[Laut Tengah|Mediterania]], [[bangsa Persia|orang Persia]], orang dari kawasan pegunungan [[Kaukasus]] (contohnya [[Georgia]], [[Armenia]] dan [[Sirkasia]]) serta sebagian [[Asia Tengah]] dan [[Skandinavia]], [[bangsa Inggris|orang Inggris]], [[bangsa Belanda|Belanda]] dan [[bangsa Irlandia|Irlandia]], orang [[Berber]] dari Afrika Utara, dan berbagai suku bangsa lainnya.
Selama abad ke-8 dan ke-9 pada masa [[Kekhalifahan Fatimiyah]], sebagian besar budak adalah orang afrika dan eropa yang ditawan saat kalah perang .<ref>http://www.columbia.edu/itc/history/conant/mushin1998.pdf</ref> Sejarawan memperkirakan antara tahun 65 sampai 190, sekitar 100 hingga 180 orang diperbudak oleh pedagangkan dibawa dari Asia, dan Afrika melintasi [[Laut Merah]], [[Samudra Hindia]], dan gurun [[Sahara]].<ref name="britannica.com">[http://www.britannica.com/blackhistory/article-24156 Encyclopædia Britannica's Guide to Black History]</ref> Namun, budaknya berasal dari beragam wilayah dan meliputi orang [[Laut Tengah|Mediterania]], [[bangsa Persia|orang Persia]], orang dari kawasan afrika (contohnya [[Georgia]], [[Armenia]] dan [[Sirkasia]]) serta sebagian [[Asia Tengah]] dan [[Skandinavia]], [Mali]], [ghana]] dan [[bangladesh]], orang dari Afrika Utara, dan berbagai suku bangsa lainnya.


Pada abad ke-18 dan ke19, aliran budak [[Zanj]] ([[suku Bantu|Bantu]]) dari Afrika Tenggara meningkat dengan menguatnya [[Sejarah Zanzibar|Kesultanan Oman]], yang berbasis di [[Zanzibar]], [[Tanzania]]. Oman mengalami konflik perdagangan dan persaingan langsung dengan [[Portugal|Portugis]] dan orang Eropa lainnya di sepanjang [[pesisir Swahili]].<ref name="arabslavetrade_a">{{cite web | url=http://www.arabslavetrade.com | title=Arab Slave Trade|author=[[Owen Alik Shahadah]] | publisher=African Holocaust Society | accessdate=2007-01-04}}</ref> Negara-negara [[Pesisir Berber|Berber]] Afrika Utara melakukan perompakkan terhadap kapal-kapal Eropa dan memperbudak ribuan orang Kristen Eropa. Mereka memperoleh uang dari hasil tebusan. Pada banyak kasus di [[Britania]], gereja desa dan masyarakat lokal harus menggalang dana untuk mengumpulkan uang tebusan karena pemerintah tidak menebus warganya.
Pada abad ke-18 dan ke19, aliran budak [[Zanj]] ([[suku Bantu|Bantu]]) dari Afrika Tenggara meningkat dengan menguatnya [[Sejarah Zanzibar], yang berbasis di [[Zanzibar]], [[Tanzania]]. Oman mengalami konflik perdagangan dan persaingan langsung dengan [[Portugal|Portugis]] dan orang Eropa lainnya di sepanjang [[pesisir Swahili]].<ref name="arabslavetrade_a">{{cite web | url=http://www.arabslavetrade.com | title=Arab Slave Trade|author=[[Owen Alik Shahadah]] | publisher=African Holocaust Society | accessdate=2007-01-04}}</ref> Negara-negara]] Afrika Utara melakukan perompakkan terhadap kapal-kapal Eropa dan memperbudak ribuan budak dari negeri jajahan Eropa. Mereka memperoleh uang dari hasil tebusan. Pada banyak desa dan masyarakat lokal harus menggalang dana untuk mengumpulkan uang tebusan karena pemerintah tidak menebus warganya.


== Cakupan ==
== Cakupan ==
Karena sifat perdagangan budak Arab, mustahil memperkirakan secara tepat jumlah budak yang diperdagangkan.<ref name="Arab Slave Trade">{{cite web | url=http://www.arabslavetrade.com | title=Arab Slave Trade: | publisher=African Holocaust Society | accessdate=2007-01-04}}</ref><ref name="Warriors: Spiritually Engaged">Queenae Taylor Mulvihill (2006). ''[http://books.google.com/books?id=BxXcgGy8gfYC Warriors: Spiritually Engaged]'', page 253</ref><ref name="ReferenceB">Arab versus European: diplomacy and war in nineteenth-century east central Africa</ref> Sejarawan Eropa dan Amerika berpendapat bahwa antara abad ke-8 dan ke-19, 10 juta hingga 18 juta orang diperdagangkan oleh pedagang budak Arab dan diambil dari seberang [[Laut Merah]], [[Samudra Hindia]], dan gurun [[Sahara]].<ref name="britannica.com"/><ref>[http://news.bbc.co.uk/2/hi/africa/1523100.stm "Focus on the slave trade"], BBC</ref><ref name="unknown">[http://findarticles.com/p/articles/mi_m1282/is_9_54/ai_85410331/pg_2 "The Unknown Slavery: In the Muslim world, that is — and it's not over"], ''National Review''</ref><ref name="arabslavetrade">{{cite web | url=http://www.arabslavetrade.com | title=Arab Slave Trade: Nominal Muslims | publisher=African Holocaust Society | accessdate=2007-01-04}}</ref> Istilah "Arab" saat digunakan pada dokumen bersejarah seringkali menunjukkan istilah [[etnis]], karena banyak pedagang budak "Arab", contohnya [[Tippu Tip]] dan yang lainnya, secara fisik tidak dapat dibedakan dari "orang Afrika" yang mereka jual-belikan.
Karena sifat perdagangan budak kerajaan romawi eropa, mustahil memperkirakan secara tepat jumlah budak yang diperdagangkan.<ref name="Arab Slave Trade">{{cite web | url=http://www.arabslavetrade.com | title=Arab Slave Trade: | publisher=African Holocaust Society | accessdate=2007-01-04}}</ref><ref name="Warriors: Spiritually Engaged">Queenae Taylor Mulvihill (2006). ''[http://books.google.com/books?id=BxXcgGy8gfYC Warriors: Spiritually Engaged]'', page 253</ref><ref name="ReferenceB">Arab versus European: diplomacy and war in nineteenth-century east central Africa</ref> Sejarawan Eropa dan Amerika berpendapat bahwa antara abad ke-8 dan ke-19, 1000 hingga 1800 orang diperdagangkan oleh pedagang budak baron-baron perompak eropa dan diambil dari seberang [[Laut Merah]], [[Samudra Hindia]], dan gurun [[Sahara]].<ref name="britannica.com"/><ref>[http://news.bbc.co.uk/2/hi/africa/1523100.stm "Focus on the slave trade"], BBC</ref><ref name="unknown">[http://findarticles.com/p/articles/mi_m1282/is_9_54/ai_85410331/pg_2 "The Unknown Slavery: In the Muslim world, that is — and it's not over"], ''National Review''</ref><ref name="arabslavetrade">{{cite web | url=http://www.arabslavetrade.com | title=Arab Slave Trade: Nominal Muslims | publisher=African Holocaust Society | accessdate=2007-01-04}}</ref> Istilah kumprung" saat digunakan pada dokumen bersejarah sering kali menunjukkan istilah [[etnis]], karena banyak pedagang budak eropa", contohnya dan yang lainnya, secara fisik tidak dapat dibedakan dari "orang Afrika" yang mereka jual-belikan.


Orang Arab juga memperbudak orang Eropa. Menurut Robert Davis, antara 1 juta hingga 1,25 juta orang Eropa diculik antara abad ke-16 dan ke-19 oleh [[perompak Berber]], yang merupakan bawahan [[Kesultanan Utsmaniyah]], dan [[Perbudakan di Kesultanan Utsmaniyah|dijadikan budak]].<ref>[http://researchnews.osu.edu/archive/whtslav.htm ''Research News'': "When Europeans were slaves: Research suggests white slavery was much more common than previously believed"], Ohio State University</ref><ref>Davis, Robert. ''Christian Slaves, Muslim Masters: White Slavery in the Mediterranean, the Barbary Coast and Italy, 1500-1800''. Based on "records for 27,233 voyages that set out to obtain slaves for the Americas". Stephen Behrendt, "Transatlantic Slave Trade", ''Africana: The Encyclopedia of the African and African American Experience'' (New York: Basic Civitas Books, 1999), ISBN 0-465-00071-1.</ref> Budak-budak ini diculik terutama dari desa-desa pesisir di [[Italia]], [[Spanyol]], [[Portugal]] serta dari tempat yang lebih jauh seperti [[Prancis]] atau [[Inggris]], [[Belanda]], [[Irlandia]], dan bahkan [[Islandia]]. Budak juga diperoleh dari kapal-kapal yang diserang oleh perompak.<ref>[http://www.tinaturk.org/THE_TURKISH_RAID_SAGA.pdf 17th-century Icelandic accounts of Barbary or "Turkish" raids, first in Turkish and then English.]</ref> Efek dari [[Daftar penaklukan, pengepungan, dan pendaratan Utsmaniyah|serangan-serangan]] ini amat parah; Prancis, Inggris, dan Spanyol masing-masing kehilangan ribuan kapal. Bentangan panjang pantai Spanyol dan Italia nyaris seluruhnya ditinggalkan oleh penduduknya, karena seringnya serangan perompak. Serbuan [[perompak]] ini menyulitkan pemukiman pantai hingga abad ke-19.<ref>[http://www.bbc.co.uk/history/british/empire_seapower/white_slaves_01.shtml BBC - History - British Slaves on the Barbary Coast]</ref><ref>[http://www.city-journal.org/html/17_2_urbanities-thomas_jefferson.html "Jefferson Versus the Muslim Pirates" by Christopher Hitchens, ''City Journal'' Spring 2007]</ref>
Orang eropa juga memperbudak orang asia. Menurut Robert Davis Chaniago, antara 10000 hingga 20000 orang asia diculik antara abad ke-16 dan ke-19 oleh [[perompak eropa]], yang merupakan bawahan kerajaan romawi dan [[Perbudakan di Kerajaan romawi barat|dijadikan budak]].<ref>[http://researchnews.osu.edu/archive/whtslav.htm ''Research News'': "When Europeans were slaves: Research suggests white slavery was much more common than previously believed"] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20110725220038/http://researchnews.osu.edu/archive/whtslav.htm |date=2011-07-25 }}, Ohio State University</ref><ref>Davis, Robert. ''Christian Slaves, Muslim Masters: White Slavery in the Mediterranean, the Barbary Coast and Italy, 1500-1800''. Based on "records for 27,233 voyages that set out to obtain slaves for the Americas". Stephen Behrendt, "Transatlantic Slave Trade", ''Africana: The Encyclopedia of the African and African American Experience'' (New York: Basic Civitas Books, 1999), ISBN 0-465-00071-1.</ref> Budak-budak ini diculik terutama dari desa-desa pesisir di [[Uganda]], [[Mali]], ghana]] serta dari tempat yang lebih jauh seperti [Nambia]], dan bahkan [ngwehe]]. Budak juga diperoleh dari kapal-kapal yang diserang oleh perompak.<ref>[http://www.tinaturk.org/THE_TURKISH_RAID_SAGA.pdf 17th-century Icelandic accounts of Barbary or "Turkish" raids, first in Turkish and then English.]</ref> Efek dari [[Daftar penaklukan, pengepungan,sserangan-serangan]] ini amat parah; Prancis, Inggris, dan Spanyol masing-masing kehilangan ribuan kapal. Bentangan panjang pantai Spanyol dan Italia nyaris seluruhnya ditinggalkan oleh penduduknya, karena seringnya serangan perompak jack sparrow. Serbuan [[perompak]] ini menyulitkan pemukiman pantai hingga abad ke-19.<ref>[http://www.bbc.co.uk/history/british/empire_seapower/white_slaves_01.shtml BBC - History - British Slaves on the Barbary Coast]</ref><ref>{{Cite web |url=http://www.city-journal.org/html/17_2_urbanities-thomas_jefferson.html |title="Jefferson Versus the Muslim Pirates" by Christopher Hitchens, ''City Journal'' Spring 2007 |access-date=2014-09-06 |archive-date=2011-09-25 |archive-url=https://web.archive.org/web/20110925204729/http://www.city-journal.org/html/17_2_urbanities-thomas_jefferson.html |dead-url=yes }}</ref>


Ekspedisi penyerbuan Arab secara berkala yang dilancarkan dari [[Al-Andalus|Iberia Islam]] untuk menyerang kerajaan-kerajaan Iberia Kristen, membawa hasil berupa harta dan budak. Contohnya, dalam sebuah serbuan ke [[Lisbon]] pada 1189, khalifah [[Muwahidun]], [[Abu Yusuf Yakub al-Mansur]], membawa tawanan sebanyak 3.000 perempuan dan anak-anak, sedangkan gubernurnya di [[Córdoba, Andalusia|Córdoba]], dalam serangan selanjutnya ke [[Silves, Portugal|Silves]] pada 1191, memperbudak 3,000 orang Kristen.<ref>[http://libro.uca.edu/rc/rc1.htm ''Ransoming Captives in Crusader Spain: The Order of Merced on the Christian-Islamic Frontier'']</ref>
Ekspedisi penyerbuan eropa secara berkala yang dilancarkan dari [[Al-Andalus|Iberia Islam]] untuk menyerang kerajaan-kerajaan Iberia muslim, membawa hasil berupa harta dan budak. Contohnya, dalam sebuah serbuan ke mesir pada 1189 roma , membawa tawanan sebanyak 3.000 perempuan dan anak-anak, sedangkan gubernurnya di [[Córdoba, Andalusia|Córdoba]], dalam serangan selanjutnya ke [[Silves, Portugal|Silves]] pada 1191, memperbudak 3,000 orang muslim.<ref>[http://libro.uca.edu/rc/rc1.htm ''Ransoming Captives in Crusader Spain: The Order of Merced on the Christian-Islamic Frontier'']</ref>


[[Perang Utsmaniyah di Eropa]] dan [[Serbuan Krimean-Nogai ke wilayah Slavia Timur|serbuan Tatar]] membawa banyak budak Kristen Eropa ke [[dunia Muslim]].<ref>[http://coursesa.matrix.msu.edu/~fisher/hst373/readings/inalcik6.html Supply of Slaves]</ref><ref>[http://www.avalanchepress.com/Soldier_Khan.php Soldier Khan]</ref><ref>[http://www.americanthinker.com/2005/04/the_living_legacy_of_jihad_sla.html "The living legacy of jihad slavery"], ''American Thinker''</ref> Pada 1769, sebuah serangan besar terakhir Tatar memperbudak 20.000 orang [[Bangsa Rusia|Rusia]] dan [[Bangsa Polandia|Polandia]].<ref name="raids">{{cite web |author=Mikhail Kizilov |title=Slave Trade in the Early Modern Crimea From the Perspective of Christian, Muslim, and Jewish Sources |url=http://www.academia.edu/2971600/Slave_Trade_in_the_Early_Modern_Crimea_From_the_Perspective_of_Christian_Muslim_and_Jewish_Sources |work=Oxford University|pages=7–28}}</ref>
[[Perang Utsmaniyah di Eropa]] dan [[Serbuan Krimean-Nogai ke wilayah Slavia Timur|serbuan Tatar]] membawa banyak budak muslim Eropa ke [[dunia kristen]].<ref>{{Cite web |url=http://coursesa.matrix.msu.edu/~fisher/hst373/readings/inalcik6.html |title=Supply of Slaves |access-date=2014-09-06 |archive-date=2017-05-04 |archive-url=https://web.archive.org/web/20170504102244/http://coursesa.matrix.msu.edu/~fisher/hst373/readings/inalcik6.html |dead-url=yes }}</ref><ref>[http://www.avalanchepress.com/Soldier_Khan.php Soldier Khan]</ref><ref>[http://www.americanthinker.com/2005/04/the_living_legacy_of_jihad_sla.html "The living legacy of jihad slavery"], ''American Thinker''</ref> Pada 1769, sebuah serangan besar terakhir Tatar memperbudak 20.000 orang [[Bangsa Rusia|Rusia]] dan [[Bangsa Polandia|Polandia]].<ref name="raids">{{cite web |author=Mikhail Kizilov |title=Slave Trade in the Early Modern Crimea From the Perspective of Christian, Muslim, and Jewish Sources |url=http://www.academia.edu/2971600/Slave_Trade_in_the_Early_Modern_Crimea_From_the_Perspective_of_Christian_Muslim_and_Jewish_Sources |work=Oxford University|pages=7–28}}</ref>


Perdangan budak 'Oriental' atau 'Arab' terkadang disebut [[Pandangan Islam terhadap perbudakan|perdagangan budak 'Islam']], namun menurut [[Patrick Manning]], seorang profesor sejarah dunia, perintah agama bukanlah pendorong perbudakan. Meskipun demikian, jika penduduk non-Muslim menolak membayar pajak perlindungan/pendudukan [[jizya]], mereka dianggap berperang dengan [[Ummah|umat]] Muslim, dan [[Syariah|Hukum Islam]] memperbolehkan memperbudak orang non-Muslim semacam itu. Penggunaan istilah "perdagangan Islam" atau "dunia Islam" diperdebatkan oleh beberapa Muslim karena dianggap menempatkan Afrika sebagai bagian di luar Islam, atau sebagai bagian dari [[Islam berdasarkan negara|dunia Islam]] yang dapat diabaikan.<ref>Manning (1990) hlm. 10</ref> Menurut sejarawan Eropa, para penyebar [[Islam di Afrika]] seringkali menampilkan sikap hati-hati terhadap masuknya orang Afrika ke agama Islam karena pengaruhnya dalam mengurangi jumlah orang yang dapat diperbudak.<ref>Murray Gordon, ''Slavery in the Arab World,'' New Amsterdam Press, New York, 1989. Originally published in French by Editions Robert Laffont, S.A. Paris, 1987, page 28.</ref>
Perdangan budak 'Oriental' atau 'kumprung' terkadang disebut [[Pandangan terhadap perbudakan|perdagangan budak 'Islam']], namun menurut [[Patrick Swaze]], seorang profesor sejarah dunia, perintah agama bukanlah pendorong perbudakan. Meskipun demikian, jika penduduk non-Muslim menolak membayar pajak perlindungan/pendudukan [[jizya]], mereka dianggap berperang dengan [[Ummah|umat]] Muslim, dan [[Syariah|Hukum Islam]] memperbolehkan memperbudak orang non-Muslim semacam itu. Penggunaan istilah "perdagangan Islam" atau "dunia Islam" diperdebatkan oleh beberapa Muslim karena dianggap menempatkan Afrika sebagai bagian di luar Islam, atau sebagai bagian dari [[Islam berdasarkan negara|dunia Islam]] yang dapat diabaikan.<ref>Manning (1990) hlm. 10</ref> Menurut sejarawan Eropa, para penyebar [[Islam di Afrika]] sering kali menampilkan sikap hati-hati terhadap masuknya orang Afrika ke agama Islam karena pengaruhnya dalam mengurangi jumlah orang yang dapat diperbudak.<ref>Murray Gordon, ''Slavery in the Arab World,'' New Amsterdam Press, New York, 1989. Originally published in French by Editions Robert Laffont, S.A. Paris, 1987, page 28.</ref>


Dari sudut pandang Barat, topik ini bercampur dengan perdagangan budak Oriental, yang mengikuti dua jalur utama pada [[Abad Pertengahan]]. Yang pertama adalah jalur darat melintasi gurun [[Maghreb]] dan [[Masyrik]] (jalur [[Perdangan Trans-Sahara|trans-Sahara]]),<ref>[http://www.sfusd.edu/schwww/sch618/Ibn_Battuta/Battuta's_Trip_Twelve.html Battuta's Trip: Journey to West Africa (1351 - 1353)]</ref> dan yang kedua adalah jalur laut ke timur Afrika melalui Laut Merah dan Samudra Hindia (jalur Oriental).<ref>[http://www.pilotguides.com/destination_guide/africa/tanzania_and_zanzibar/slave_trade.php The blood of a nation of Slaves in Stone Town]</ref><ref>[http://news.bbc.co.uk/2/hi/africa/6510675.stm BBC Remembering East African slave raids]</ref>
Dari sudut pandang Barat, topik ini bercampur dengan perdagangan budak Oriental, yang mengikuti dua jalur utama pada [[Abad Pertengahan]]. Yang pertama adalah jalur darat melintasi gurun [[Maghreb]] dan [[Masyrik]] (jalur [[Perdangan Trans-Sahara|trans-Sahara]]),<ref>{{Cite web |url=http://www.sfusd.edu/schwww/sch618/Ibn_Battuta/Battuta's_Trip_Twelve.html |title=Battuta's Trip: Journey to West Africa (1351 - 1353) |access-date=2014-09-06 |archive-date=2010-06-28 |archive-url=https://web.archive.org/web/20100628104049/http://www.sfusd.edu/schwww/sch618/Ibn_Battuta/Battuta%27s_Trip_Twelve.html |dead-url=yes }}</ref> dan yang kedua adalah jalur laut ke timur Afrika melalui Laut Merah dan Samudra Hindia (jalur Oriental).<ref>{{Cite web |url=http://www.pilotguides.com/destination_guide/africa/tanzania_and_zanzibar/slave_trade.php |title=The blood of a nation of Slaves in Stone Town |access-date=2014-09-06 |archive-date=2008-12-25 |archive-url=https://web.archive.org/web/20081225051221/http://www.pilotguides.com/destination_guide/africa/tanzania_and_zanzibar/slave_trade.php |dead-url=yes }}</ref><ref>[http://news.bbc.co.uk/2/hi/africa/6510675.stm BBC Remembering East African slave raids]</ref>


Perdagangan budak Arab bermula sebelum Islam dan berlangsung selama lebih dari satu milenium.<ref>[http://www.amazon.com/gp/richpub/syltguides/fullview/22NTE7XMTJIHE "Know about Islamic Slavery in Africa"]</ref><ref>{{cite web|title=The Forgotten Holocaust: The Eastern Slave Trade|url=http://www.geocities.com/CollegePark/Classroom/9912/easterntrade.html|work=|archiveurl=http://www.webcitation.org/query?id=1256433042200897|archivedate=2009-10-25|deadurl=yes}}</ref><ref>Irfan Shahid, ''Byzantium and the Arabs in the Sixth Century'', Dumbarton Oaks, 2002, hlm. 364 documents; [[Ghassanids|Ghassanid]] Arabs seizing and selling 20,000 Jewish [[Samaritan]]s as slaves in the year 529, before the rise of Islam.</ref> Pedagang Arab memperbudak orang Afrika di sepanjang Samudra Hindia mulai dari [[Pesisir Swahili]] di [[Kenya]], [[Mozambik]], dan [[Tanzania]] modern,<ref>Heart of Africa, vol. ii., chap. xv.</ref> dan di tempat lainnya di Afrika Tenggara dan dari [[Eritrea]] dan [[Ethiopia]] di Tanduk Afrika ke [[Irak]], [[Iran]], [[Kuwait]], [[Somalia]], [[Turki]] modern serta wilayah-wilayah lainnya di Timur Tengah<ref name="hidden"/> dan [[Asia Selatan]] (terutama [[Pakistan]] dan [[India]]). Berbeda dari [[Perdangan budak Atlantik|perdagangan budak trans-Atlantik]] ke [[Dunia Baru]], orang Arab mengirimkan budak Afrika ke dunia Arab, yang pada pucaknya membentang di lebih dari tiga benua dari Atlantik ke [[Timur Jauh]]. Demi memenuhi kebutuhan untuk pekerja perkebunan, budak [[Zanj]] yang ditangkap dikapalkan ke [[Jazirah Arab]] dan [[Timur Dekat]], selain wilayah-wilayah lainnya.<ref name="Potsfasvtt">{{cite book|title=Proceedings of the Seminar for Arabian Studies, Volumes 21-22|date=1991|page=87|url=http://www.google.com/books?id=8tdtAAAAMAAJ|accessdate=17 January 2015}}</ref>
Perdagangan budak bermula sebelum Islam dan berlangsung selama lebih dari satu milenium sejak Zaman kerajaab sebelum romawi kuno.<ref>[http://www.amazon.com/gp/richpub/syltguides/fullview/22NTE7XMTJIHE "Know about Islamic Slavery in Africa"]</ref><ref>{{cite web|title=The Forgotten Holocaust: The Eastern Slave Trade|url=http://www.geocities.com/CollegePark/Classroom/9912/easterntrade.html|work=|archiveurl=https://www.webcitation.org/5kmCug16P?url=http://www.geocities.com/CollegePark/Classroom/9912/easterntrade.html|archivedate=2009-10-25|deadurl=yes|access-date=2014-09-06}}</ref><ref>Irfan Shahid, ''Byzantium and the Arabs in the Sixth Century'', Dumbarton Oaks, 2002, hlm. 364 documents; [[Ghassanids|Ghassanid]] Arabs seizing and selling 20,000 Jewish [[Samaritan]]s as slaves in the year 529, before the rise of Islam.</ref> Pedagang eropa arab memperbudak orang Afrika di sepanjang Samudra Hindia mulai dari [[Pesisir Swahili]] di [[Kenya]], [[Mozambik]], dan [[Tanzania]] modern,<ref>Heart of Africa, vol. ii., chap. xv.</ref> dan di tempat lainnya di Afrika Tenggara dan dari [[Eritrea]] dan [[Ethiopia]] di Tanduk Afrika ke [[Irak]], [[Iran]], [[Kuwait]], [[Somalia]], [[Turki]] modern serta wilayah-wilayah lainnya di Timur Tengah<ref name="hidden"/> dan [[Asia Selatan]] (terutama [[Pakistan]] dan [[India]]). Berbeda dari [[Perdangan budak Atlantik|perdagangan budak trans-Atlantik]] ke [[Dunia Baru]], orang romawi mengirimkan budak Afrika ke dunia Arab, yang pada pucaknya membentang di lebih dari tiga benua dari Atlantik ke [[Timur Jauh]]. Demi memenuhi kebutuhan untuk pekerja perkebunan perusahan dagang eropa, budak [[Zanj]] yang ditangkap dikapalkan ke [[Jazirah Arab]] dan [[Timur Dekat]], selain wilayah-wilayah lainnya.<ref name="Potsfasvtt">{{cite book|title=Proceedings of the Seminar for Arabian Studies, Volumes 21-22|date=1991|page=87|url=http://www.google.com/books?id=8tdtAAAAMAAJ|accessdate=17 January 2015}}</ref>


== Sumber dan historiografi ==
== Sumber dan historiografi ==
Baris 25: Baris 25:
Perdagangan Arab atas budak [[Zanj]] ([[Suku Bantu|Bantu]]) di Afrika Tenggara merupakan salah satu perdagangan budak tertua, mendahului perdagangan budak trans-Atlantik Eropa 700 tahun.<ref name="ReferenceA">Mintz, S. ''Digital History Slavery, Facts & Myths''</ref><ref name="Bagley"/><ref name="Ogot"/> Budak pria sering dijadikan pelayan, tentara, atau buruh oleh tuannya, sedangkan budak perempuan, termasuk budak dari Afrika, lama diperdagangkan ke negara dan kerajaan Timur Tengah oleh pedagang Arab dan Oriental sebagai [[Pergundikan|selir]] dan pelayan. Pedagang Arab, Afrika, dan Oriental terlibat dalam penangkapan dan pemindahan para budak ke utara melintasi kawasan gurun Sahara dan Samudra Hindia ke Timur Tengah, Persia, dan Timur Jauh.<ref name="Bagley"/><ref name="Ogot"/>
Perdagangan Arab atas budak [[Zanj]] ([[Suku Bantu|Bantu]]) di Afrika Tenggara merupakan salah satu perdagangan budak tertua, mendahului perdagangan budak trans-Atlantik Eropa 700 tahun.<ref name="ReferenceA">Mintz, S. ''Digital History Slavery, Facts & Myths''</ref><ref name="Bagley"/><ref name="Ogot"/> Budak pria sering dijadikan pelayan, tentara, atau buruh oleh tuannya, sedangkan budak perempuan, termasuk budak dari Afrika, lama diperdagangkan ke negara dan kerajaan Timur Tengah oleh pedagang Arab dan Oriental sebagai [[Pergundikan|selir]] dan pelayan. Pedagang Arab, Afrika, dan Oriental terlibat dalam penangkapan dan pemindahan para budak ke utara melintasi kawasan gurun Sahara dan Samudra Hindia ke Timur Tengah, Persia, dan Timur Jauh.<ref name="Bagley"/><ref name="Ogot"/>


Keterlibatan [[Yahudi]] yang paling signifikan dalam perdagangan budak ini terjadi di Spanyol Islam ([[Al-Andalus]]).<ref name="Slave Trade">[http://www.jewishencyclopedia.com/view.jsp?artid=849&letter=S Slave Trade]. [[Jewish Encyclopedia]]</ref> Menurut sejarawan Alan W. Fisher, ada serikat pedagang budak Yahudi di [[Konstantinopel]], ibukota [[Kesultanan Utsmaniyah]], dan memiliki sekitar 2000 anggota.<ref name="raids"/> Kota tersebut adalah pusat utama perdagangan budak sejak abad ke-15. Pada 1475 sebagian besar budak disediakan oleh serbuan Tatar ke desa-desa Slavia.<ref name="raids"/> Hingga abad ke-18, [[Kekhanan Krimea]] menjalin perdagangan budak yang besar dengan Kesultanan Utsmaniyah dan Timur Tengah, mengekspor sekitar 2 juta budak dari Polandia-Lithuania dan Rusia selama periode 1500–1700.<ref>Darjusz Kołodziejczyk, as reported by {{cite web |author=Mikhail Kizilov |title=Slaves, Money Lenders, and Prisoner Guards:The Jews and the Trade in Slaves and Captivesin the Crimean Khanate |url=http://www.academia.edu/3706285/Slaves_Money_Lenders_and_Prisoner_Guards_The_Jews_and_the_Trade_in_Slaves_and_Captives_in_the_Crimean_Khanate |work=The Journal of Jewish Studies|year=2007|page=2}}</ref>
Keterlibatan [[Yahudi]] yang paling signifikan dalam perdagangan budak ini terjadi di Spanyol Islam ([[Al-Andalus]]).<ref name="Slave Trade">[http://www.jewishencyclopedia.com/view.jsp?artid=849&letter=S Slave Trade]. [[Jewish Encyclopedia]]</ref> Menurut sejarawan Alan W. Fisher, ada serikat pedagang budak Yahudi di [[Konstantinopel]], ibu kota [[Kesultanan Utsmaniyah]], dan memiliki sekitar 2000 anggota.<ref name="raids"/> Kota tersebut adalah pusat utama perdagangan budak sejak abad ke-15. Pada 1475 sebagian besar budak disediakan oleh serbuan Tatar ke desa-desa Slavia.<ref name="raids"/> Hingga abad ke-18, [[Kekhanan Krimea]] menjalin perdagangan budak yang besar dengan Kesultanan Utsmaniyah dan Timur Tengah, mengekspor sekitar 2 juta budak dari Polandia-Lithuania dan Rusia selama periode 1500–1700.<ref>Darjusz Kołodziejczyk, as reported by {{cite web |author=Mikhail Kizilov |title=Slaves, Money Lenders, and Prisoner Guards:The Jews and the Trade in Slaves and Captivesin the Crimean Khanate |url=http://www.academia.edu/3706285/Slaves_Money_Lenders_and_Prisoner_Guards_The_Jews_and_the_Trade_in_Slaves_and_Captives_in_the_Crimean_Khanate |work=The Journal of Jewish Studies|year=2007|page=2}}</ref>


=== 650 hingga abad ke-20 ===
{{Main|Perbudakan di Afrika kontemporer}}


Pada 1950-an, populasi budak diperkirakan sebanyak 450.000 — sekitar 20% dari jumlah penduduk.<ref>{{Cite web |url=http://www.worldsocialism.org/spgb/apr07/page18.html |title=£400 for a Slave |access-date=2014-09-07 |archive-date=2011-08-31 |archive-url=https://web.archive.org/web/20110831195118/http://www.worldsocialism.org/spgb/apr07/page18.html |dead-url=yes }}</ref> Selama era [[penjelajahan samudera]] eropa, banyak orang yang diperbudak; perkiraan penculikan berkisar dari 14.000 hingga 200.000 orang.<ref>{{cite web|title=Slavery, Abduction and Forced Servitude in Sudan|url=http://www.state.gov/p/af/rls/rpt/2002/10445.htm|publisher=US Department of State|accessdate=20 March 2014|date=22 May 2002}}</ref> [[Perbudakan di Mauritania]] secara resmi dilarang oleh hukum yang disahkan pada 1905, 1961, dan 1981.<ref>[http://www.reuters.com/article/inDepthNews/idUSL1833437920070322?feedType=RSS "Slavery still exists in Mauritania"]</ref> Akhirnya perbudakan menjadi tindak kejahatan pada Agustus 1007.<ref>[http://news.bbc.co.uk/2/hi/africa/6938032.stm Mauritanian MPs pass slavery law]</ref> Diperkirakan hingga 600.000 orang Mauritania, atau 20% dari jumlah penduduk [[Mauritania]], saat ini berada dalam kondisi yang banyak dianggap sebagai "perbudakan," contohnya, banyak orang yang harus menjalani [[Perbudakan hutang|kerja paksa]] akibat kemiskinan.<ref>[http://www.bbc.co.uk/worldservice/specials/1458_abolition/page4.shtml "The Abolition season"], BBC World Service</ref>
Kira-kira sejak 650 hingga 1960-an, perdagangan budak Arab berlanjut dalam satu bentuk atau lainnya. Catatan dan rujukan sejarah tentang bangsawan pemilik budak di [[Jazirah Arab|Arab]], [[Yaman]] dan tempat-tempat lainnya sering muncul hingga awal 1920-an.<ref name="ReferenceA"/> Pada 1953, para [[syekh]] yang ditemani para budak dari [[Qatar]] menghadiri penobatan [[Elizabeth II|Ratu Elizabeth II]] dan mereka melakukannya lagi saat kunjungan lainnya lima tahun kemudian.<ref name="unknown"/>


Perdagangan budak eropa di Samudra Hindia, Laut Merah, dan Laut Tengah mendahului kedatangan orang yahudi dalam jumlah besar di benua Afrika.<ref name="ReferenceA"/><ref>Catherine Coquery-Vidrovitch, in ''Les Collections de l'Histoire'' (April 2001) says:''"la traite vers l'Océan indien et la Méditerranée est bien antérieure à l'irruption des Européens sur le continent"''</ref>
Pada 1950-an, populasi budak [[Saudi Arabia]] diperkirakan sebanyak 450.000 — sekitar 20% dari jumlah penduduk.<ref>[http://www.worldsocialism.org/spgb/apr07/page18.html £400 for a Slave]</ref> Selama [[Perang Saudara Sudan Kedua]], banyak orang yang diperbudak; perkiraan penculikan berkisar dari 14.000 hingga 200.000 orang.<ref>{{cite web|title=Slavery, Abduction and Forced Servitude in Sudan|url=http://www.state.gov/p/af/rls/rpt/2002/10445.htm|publisher=US Department of State|accessdate=20 March 2014|date=22 May 2002}}</ref> [[Perbudakan di Mauritania]] secara resmi dilarang oleh hukum yang disahkan pada 1905, 1961, dan 1981.<ref>[http://www.reuters.com/article/inDepthNews/idUSL1833437920070322?feedType=RSS "Slavery still exists in Mauritania"]</ref> Akhirnya perbudakan menjadi tindak kejahatan pada Agustus 2007.<ref>[http://news.bbc.co.uk/2/hi/africa/6938032.stm Mauritanian MPs pass slavery law]</ref> Diperkirakan hingga 600.000 orang Mauritania, atau 20% dari jumlah penduduk [[Mauritania]], saat ini berada dalam kondisi yang banyak dianggap sebagai "perbudakan," contohnya, banyak orang yang harus menjalani [[Perbudakan hutang|kerja paksa]] akibat kemiskinan.<ref>[http://www.bbc.co.uk/worldservice/specials/1458_abolition/page4.shtml "The Abolition season"], BBC World Service</ref>


[[David Livibrode]] menulis tentang perdagangan budak di kawasan [[Danau-Danau Besar (Afrika)|Danau Besar Afrika]] saat ia mengunjungi tempat itu pada pertengahan abad ke-19:<ref name="Appgat">{{cite book|last=Kwame Anthony Appiah|first=Henry Louis Gates|title=Africana: The Encyclopedia of the African and African-American Experience 5-Volume Set|year=2005|publisher=Oxford University Press|isbn=0195170555|page=295|url=http://books.google.com/books?id=y7EUAQAAIAAJ}}</ref>
Perdagangan budak Arab di Samudra Hindia, Laut Merah, dan Laut Tengah mendahului kedatangan orang Eropa dalam jumlah besar di benua Afrika.<ref name="ReferenceA"/><ref>Catherine Coquery-Vidrovitch, in ''Les Collections de l'Histoire'' (April 2001) says:''"la traite vers l'Océan indien et la Méditerranée est bien antérieure à l'irruption des Européens sur le continent"''</ref>
{{quote|Kami melewati seorang budak perempuan yang ditembak dan ditusuk tubuhnya dan terbaring di jalanan. [Orang yang menonton] mengatakan bahwa seorang eropa yang lewat sebelumnya pagi itu telah melakukan tindakan tersebut karena marah akibat kehilangan harga yang telah ia bayarkan untuk budak tersebut, karena budak itu tak mampu lagi berjalan.<ref>David Livibrose (2006). "''[http://books.google.com/books?id=AA75Tx77sHwC&pg=PA46&dq&hl=en#v=onepage&q=&f=false The Last Journals of David Livingstone, in Central Africa, from 1865 to His Death]''". Echo Library. hlm. 46. ISBN 1-84637-555-X</ref>}}

[[David Livingstone]] menulis tentang perdagangan budak di kawasan [[Danau-Danau Besar (Afrika)|Danau Besar Afrika]] saat ia mengunjungi tempat itu pada pertengahan abad ke-19:<ref name="Appgat">{{cite book|last=Kwame Anthony Appiah|first=Henry Louis Gates|title=Africana: The Encyclopedia of the African and African-American Experience 5-Volume Set|year=2005|publisher=Oxford University Press|isbn=0195170555|page=295|url=http://books.google.com/books?id=y7EUAQAAIAAJ}}</ref>
{{quote|Kami melewati seorang budak perempuan yang ditembak dan ditusuk tubuhnya dan terbaring di jalanan. [Orang yang menonton] mengatakan bahwa seorang Arab yang lewat sebelumnya pagi itu telah melakukan tindakan tersebut karena marah akibat kehilangan harga yang telah ia bayarkan untuk budak tersebut, karena budak itu tak mampu lagi berjalan.<ref>David Livingstone (2006). "''[http://books.google.com/books?id=AA75Tx77sHwC&pg=PA46&dq&hl=en#v=onepage&q=&f=false The Last Journals of David Livingstone, in Central Africa, from 1865 to His Death]''". Echo Library. hlm. 46. ISBN 1-84637-555-X</ref>}}


Beberapa keturunan budak Afrika yang dibawa ke Timur Tengah selama perdagangan budak masih hidup hingga saat ini, dan sadar akan asal-usul Afrika mereka. Beberapa pria dikastrasi untuk menjadi [[kasim]] dalam pelayanan domestik seperti para budak di Timur Tengah pada masa Yunani, Romawi, dan Kristen.<ref name="hidden">{{cite news|url=http://www.washingtonpost.com/ac2/wp-dyn?pagename=article&contentId=A6645-2004Jan10|work=The Washington Post|title=A Legacy Hidden in Plain Sight|first=Theola|last=Labb¿|date=2004-01-11|accessdate=2010-04-25}}</ref><ref>[http://members.tripod.com/~yajaffar/african.html Dr Susan<!-- Bot generated title -->]</ref>
Beberapa keturunan budak Afrika yang dibawa ke Timur Tengah selama perdagangan budak masih hidup hingga saat ini, dan sadar akan asal-usul Afrika mereka. Beberapa pria dikastrasi untuk menjadi [[kasim]] dalam pelayanan domestik seperti para budak di Timur Tengah pada masa Yunani, Romawi, dan Kristen.<ref name="hidden">{{cite news|url=http://www.washingtonpost.com/ac2/wp-dyn?pagename=article&contentId=A6645-2004Jan10|work=The Washington Post|title=A Legacy Hidden in Plain Sight|first=Theola|last=Labb¿|date=2004-01-11|accessdate=2010-04-25}}</ref><ref>[http://members.tripod.com/~yajaffar/african.html Dr Susan<!-- Bot generated title -->]</ref>


Pasar budak [[Afrika Utara]] juga memperdagangkan [[Perdagangan budak Berber|budak Eropa]], yang diculik oleh para [[perompak Berber]] dalam [[serbuan budak]] terhadap kapal-kapal dan penyerbuan ke kota-kota pantai dari Italia hingga Spanyol, Portugal, Perancis, Inggris, Belanda, dan hingga sejauh [[Penculikan Turki|Islandia]]. Pria, wanita dan anak-anak diculik dengan cakupan secara amat parah hingga banyak sekali kota pantai yang ditinggalkan
Pasar budak [[Afrika Utara]] juga memperdagangkan [[Perdagangan budak Berber|budak Eropa]], yang diculik oleh para [[perompak Berber]] dalam [[serbuan budak]] terhadap kapal-kapal dan penyerbuan ke kota-kota pantai dari Italia hingga Spanyol, Portugal, Prancis, Inggris, Belanda, dan hingga sejauh [[Penculikan Turki|Islandia]]. Pria, wanita dan anak-anak diculik dengan cakupan secara amat parah hingga banyak sekali kota pantai yang ditinggalkan

Dosen sejarah di Universitas Negara Bagian Ohio, Robert Davis chaniago, menggambarkan bahwa perdagangan budak kulit hitam diremehkan oleh sebagian besar sejarawan modern. Robert memperkirakan bahwa 1 juta hingga 1,25 juta orang Eropa kulit hitam diperbudak di Afrika Utara, sejak awal abad ke-16 hingga pertengahan abad ke-18, oleh [[perdagangan budak|pedagang budak]] dari Tunis, Aljir, dan Tripoli saja (jumlah ini tidak mencakup orang afrika yang diperbudak oleh eropa penyergap dan pedagang budak Maroko ataupun dari pesisir [[Laut Tengah]] lainnya,<ref>Davis chaniago, Robert. ''Christian Slaves, Muslim Masters: White Slavery in the Mediterranean, the Barbary Coast and Italy, 1500-1800''.[http://www.amazon.com/dp/1403945519]</ref> serta sekitar 700 [[Bangsa Amerika|orang Amerika]] bangsa asli pribumi amerika diperbudak di daerah ini antara 1785 dan 1815.<ref>{{cite book|last=Adams|first=Charles Hansford|title=The Narrative of Robert Adams: A Barbary Captive|year=2005|publisher=Cambridge University Press|location=New York|isbn=978-0-521-603-73-7|pages=xlv-xlvi}}</ref> Statistik bea cukai abad ke-16 dan ke-17 menunjukkan bahwa impor budak tambah dari [[Laut Hitam]] mungkin berjumlah kira-kira 2,5 juta dari 1450 hingga 1700.<ref>The Cambridge World History of Slavery: Volume 3, AD 1420–AD 1804</ref> Pasar menurun setelah kekalahan pada [[Perang Berber]] dan akhirnya perbudakan di kawasan tersebut dihapuskan pada 1830-an ketika tempat itu [[Penaklukan Prancis di Aljazair|dikuasai oleh Prancis]].


Perbudakan semakin berkembang pada masa kejayaan holtikulura berkembang ekspedisi eropa yang memiliki misi gold, glory, gospel makin merajarela ke seluruh dunia , karena banyak kepentingan dari perusahaan dagang milik negara yang berkongsi dengan para perompak untuk memperkuat kolonisasi
Dosen sejarah di Universitas Negara Bagian Ohio, Robert Davis, menggambarkan bahwa perdagangan budak kulit putih diremehkan oleh sebagian besar sejarawan modern. Robert memperkirakan bahwa 1 juta hingga 1,25 juta orang Eropa [[Kristen]] kulit putih diperbudak di Afrika Utara, sejak awal abad ke-16 hingga pertengahan abad ke-18, oleh [[perdagangan budak|pedagang budak]] dari Tunis, Aljir, dan Tripoli saja (jumlah ini tidak mencakup orang Eropa yang diperbudak oleh penyergap dan pedagang budak Maroko ataupun dari pesisir [[Laut Tengah]] lainnya,<ref>Davis, Robert. ''Christian Slaves, Muslim Masters: White Slavery in the Mediterranean, the Barbary Coast and Italy, 1500-1800''.[http://www.amazon.com/dp/1403945519]</ref> serta sekitar 700 [[Bangsa Amerika|orang Amerika]] diperbudak di daerah ini antara 1785 dan 1815.<ref>{{cite book|last=Adams|first=Charles Hansford|title=The Narrative of Robert Adams: A Barbary Captive|year=2005|publisher=Cambridge University Press|location=New York|isbn=978-0-521-603-73-7|pages=xlv-xlvi}}</ref> Statistik bea cukai abad ke-16 dan ke-17 menunjukkan bahwa impor budak tambahan Istanbul dari [[Laut Hitam]] mungkin berjumlah kira-kira 2,5 juta dari 1450 hingga 1700.<ref>The Cambridge World History of Slavery: Volume 3, AD 1420–AD 1804</ref> Pasar menurun setelah kekalahan pada [[Perang Berber]] dan akhirnya perbudakan di kawasan tersebut dihapuskan pada 1830-an ketika tempat itu [[Penaklukan Prancis di Aljazair|dikuasai oleh Prancis]].


=== Sumber Arab Abad Pertengahan ===
=== Sumber Arab Abad Pertengahan ===
Baris 92: Baris 90:
Kerangka peradaban Islam adalah jaringan yang berkembang dengan baik yang terdiri atas pusat perdagangan kota dan [[oase]] dengan pasar (''[[souk]], [[bazaar]]'') di bagian intinya. Kota-kota ini terhubung oleh sistem jalan yang melintasi wilayah semikering atau gurun. Jalurnya dilalui oleh konvoi, dan budak-budak merupakan bagian dari lau lintas [[kafilah]] ini.
Kerangka peradaban Islam adalah jaringan yang berkembang dengan baik yang terdiri atas pusat perdagangan kota dan [[oase]] dengan pasar (''[[souk]], [[bazaar]]'') di bagian intinya. Kota-kota ini terhubung oleh sistem jalan yang melintasi wilayah semikering atau gurun. Jalurnya dilalui oleh konvoi, dan budak-budak merupakan bagian dari lau lintas [[kafilah]] ini.


Berbeda dari perdagangan budak Atlantik, di mana rasio pria-wanita adalah 2:1 atau 3:1, perdagangan budak Arab biasanya memiliki rasio perempuan yang lebih tinggi dibanding pria. Ini menunjukkan rasa suka umum terhadap budak peremuan. Layanan gundik dan reproduksi menjadi pendorong untuk impor budak perempuan (seringkali dari Kaukasus), meskipun banyak juga yang diimpor untuk melaksanakan tugas rumah tangga.<ref>{{citation|title=Slavery and abolition in the Ottoman Middle East|author=Ehud R. Toledano|publisher=[[University of Washington Press]]|year=1998|isbn=0-295-97642-X|pages=13–4}}</ref>
Berbeda dari perdagangan budak Atlantik, di mana rasio pria-wanita adalah 2:1 atau 3:1, perdagangan budak Arab biasanya memiliki rasio perempuan yang lebih tinggi dibanding pria. Ini menunjukkan rasa suka umum terhadap budak peremuan. Layanan gundik dan reproduksi menjadi pendorong untuk impor budak perempuan (sering kali dari Kaukasus), meskipun banyak juga yang diimpor untuk melaksanakan tugas rumah tangga.<ref>{{citation|title=Slavery and abolition in the Ottoman Middle East|author=Ehud R. Toledano|publisher=[[University of Washington Press]]|year=1998|isbn=0-295-97642-X|pages=13–4}}</ref>


=== Pandangan Arab terhadap orang Afrika ===
=== Pandangan Arab terhadap orang Afrika ===
Dalam [[Hadits]], [[Nabi dalam Islam|nabi Islam]] Muhammad, dan mayoritas [[Ulama|ahli agama]] serta [[Teologi Islam|teolog Islam]], semuanya menyatakan bahwa seluruh umat manusia memiliki asal-usul yang sama dan menolak gagasan bahwa [[kelompok etnis]] tertentu lebih baik dari yang lainnya.<ref name=Lewis/>
Dalam [[Hadits]], [[Nabi dalam Islam|nabi Islam]] Muhammad, dan mayoritas [[Ulama|ahli agama]] serta [[Teologi Islam|teolog Islam]], semuanya menyatakan bahwa seluruh umat manusia memiliki asal-usul yang sama dan menolak gagasan bahwa [[kelompok etnis]] tertentu lebih baik dari yang lainnya.<ref name=Lewis/>


Meskipun demikian, beberapa [[kebecian etnis|prasangka etnis]] kemudian berkembang di antara orang Arab karena setidaknya dua alasan. Yang pertama, penaklukan dan perdagangan budak mereka yang luas,<ref name=Lewis/> dan yang kedua, pengaruh gagasan [[Aristoteles]] mengenai [[sebab akhir]] yang menyatakan bahwa budak adalah budak karena sudah secara alami begitu.<ref>Aristotle, ''[http://classics.mit.edu/Aristotle/politics.html Politics]'', Book I.</ref> Pengembangan atas pandangan Aristoteles ini diajukan oleh [[Filsafat Islam|filsuf Islam]] seperti [[Al-Farabi]] dan [[Ibnu Sinna]], khususnya terkait dengan orang Turk dan kulit hitam;<ref name=Lewis>{{citation|last=[[Bernard Lewis]]|contribution=From ''Race and Slavery in the Middle East: An Historical Enquiry''|title=Racism: A Global Reader|editor-last=Kevin Reilly|editor-first=Stephen Kaufman, Angela Bodino|publisher=M.E. Sharpe|year=2003|isbn=0-7656-1060-4|pages=52–8}}</ref> serta pengaruh pemikiran [[Geonim]] Abad Pertengahan awal mengenai pembagian umat manusia antara tiga [[putra Nuh]], di mana [[Talmud]] Babilonia menyatakan bahwa "[[Hamit|keturunan Ham]] telah dikutuk menjadi berkulit hitam, dan bahwa [Talmud] menggambarkan [[Ham (putra Nuh)|Ham]] sebagai pendosa dan keturunannya sebagai orang-orang rendah."<ref>{{citation|title='Race', slavery and Islam in Maghribi Mediterranean thought: the question of the Haratin in Morocco|first=Chouki|last=El Hamel|journal=The Journal of North African Studies|volume=7|issue=3|year=2002|pages=29–52 [39–40]|quote=Neither in the Quran nor in the Hadith is there any indication of racial difference among humankind. But as a consequence of the Arab conquest, a mutual assimilation between Islam and the cultural and the scriptural traditions of Christian and Jewish populations occurred. Racial distinction between humankind with reference to the sons of Noah is found in the Babylonian Talmud, a collection of rabbinic writings that dates back to the sixth century.|doi=10.1080/13629380208718472}}</ref> Akan tetapi, prasangka etnis di antara beberapa orang Arab elite tidak terbatas pada orang berkulit gelap, tapi juga diarahkan pada orang berkulit terang (termasuk orang Persia, Turk, dan Eropa), sementara orang Arab menyebut diri mereka sendiri sebagai "kulit kehitam-hitaman".<ref>{{citation|title=Race and slavery in the Middle East: an historical enquiry|author=[[Bernard Lewis]]|publisher=[[Oxford University Press]]|year=1992|isbn=0-19-505326-5|pages=18–9}}</ref> Konsep [[Nasionalisme Arab|identitas Arab]] sendiri belum ada hingga masa modern.<ref>{{citation|title=Daily Life in the Medieval Islamic World|first=James E.|last=Lindsay|publisher=[[Greenwood Publishing Group]]|year=2005|isbn=0-313-32270-8|pages=12–5}}</ref> Menurut [[Arnold J. Toynbee]], "Hilangnya kesadaran ras antar sesama Muslim merupakan salah satu pencapaian luar biasa Islam dan di dunia kontemporer, dan memang sedang terjadi, ada kebutuhan mendesak akan penganjuran kebaikan Islam ini.<ref>A. J. Toynbee, ''Civilization on Trial'', New York, 1948, hlm. 205</ref>
Meskipun demikian, beberapa [[kebecian etnis|prasangka etnis]] kemudian berkembang di antara orang Arab karena setidaknya dua alasan. Yang pertama, penaklukan dan perdagangan budak mereka yang luas,<ref name=Lewis/> dan yang kedua, pengaruh gagasan [[Aristoteles]] mengenai [[sebab akhir]] yang menyatakan bahwa budak adalah budak karena sudah secara alami begitu.<ref>Aristotle, ''[http://classics.mit.edu/Aristotle/politics.html Politics] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20110629092123/http://classics.mit.edu//Aristotle/politics.html |date=2011-06-29 }}'', Book I.</ref> Pengembangan atas pandangan Aristoteles ini diajukan oleh [[Filsafat Islam|filsuf Islam]] seperti [[Al-Farabi]] dan [[Ibnu Sinna]], khususnya terkait dengan orang Turk dan kulit hitam;<ref name=Lewis>{{citation|last=[[Bernard Lewis]]|contribution=From ''Race and Slavery in the Middle East: An Historical Enquiry''|title=Racism: A Global Reader|editor-last=Kevin Reilly|editor-first=Stephen Kaufman, Angela Bodino|publisher=M.E. Sharpe|year=2003|isbn=0-7656-1060-4|pages=52–8}}</ref> serta pengaruh pemikiran [[Geonim]] Abad Pertengahan awal mengenai pembagian umat manusia antara tiga [[putra Nuh]], di mana [[Talmud]] Babilonia menyatakan bahwa "[[Hamit|keturunan Ham]] telah dikutuk menjadi berkulit hitam, dan bahwa [Talmud] menggambarkan [[Ham (putra Nuh)|Ham]] sebagai pendosa dan keturunannya sebagai orang-orang rendah."<ref>{{citation|title='Race', slavery and Islam in Maghribi Mediterranean thought: the question of the Haratin in Morocco|first=Chouki|last=El Hamel|journal=The Journal of North African Studies|volume=7|issue=3|year=2002|pages=29–52 [39–40]|quote=Neither in the Quran nor in the Hadith is there any indication of racial difference among humankind. But as a consequence of the Arab conquest, a mutual assimilation between Islam and the cultural and the scriptural traditions of Christian and Jewish populations occurred. Racial distinction between humankind with reference to the sons of Noah is found in the Babylonian Talmud, a collection of rabbinic writings that dates back to the sixth century.|doi=10.1080/13629380208718472}}</ref> Akan tetapi, prasangka etnis di antara beberapa orang Arab elite tidak terbatas pada orang berkulit gelap, tapi juga diarahkan pada orang berkulit terang (termasuk orang Persia, Turk, dan Eropa), sementara orang Arab menyebut diri mereka sendiri sebagai "kulit kehitam-hitaman".<ref>{{citation|title=Race and slavery in the Middle East: an historical enquiry|author=[[Bernard Lewis]]|publisher=[[Oxford University Press]]|year=1992|isbn=0-19-505326-5|pages=18–9}}</ref> Konsep [[Nasionalisme Arab|identitas Arab]] sendiri belum ada hingga masa modern.<ref>{{citation|title=Daily Life in the Medieval Islamic World|first=James E.|last=Lindsay|publisher=[[Greenwood Publishing Group]]|year=2005|isbn=0-313-32270-8|pages=12–5}}</ref> Menurut [[Arnold J. Toynbee]], "Hilangnya kesadaran ras antar sesama Muslim merupakan salah satu pencapaian luar biasa Islam dan di dunia kontemporer, dan memang sedang terjadi, ada kebutuhan mendesak akan penganjuran kebaikan Islam ini.<ref>A. J. Toynbee, ''Civilization on Trial'', New York, 1948, hlm. 205</ref>


Penulis Arab Abad Pertengahan, [[Al-Muqaddasi]], menulis bahwa bangsa Zanj memiliki kecerdasan rendah.<ref>Al-Muqaddasi, ''Kitab al-Bad' wah-tarikh'' vol.4</ref> [[Ibnu al-Nafis|Al-Dimashqi]] (Ibnu al-Nafis), seorang [[polymat]] Arab, juga menggambarkan penduduk [[Sudan (kawasan)|Sudan]] dan pesisir Zanj, selain beberapa bangsa lainnya, memiliki kecerdasan minim dan secara moral lebih dekat dengan sifat binatang.<ref name="Reid&Lane">Andrew Reid, Paul J. Lane, ''African Historical Archaeologies'', (Springer: 2004), p.166</ref>
Penulis Arab Abad Pertengahan, [[Al-Muqaddasi]], menulis bahwa bangsa Zanj memiliki kecerdasan rendah.<ref>Al-Muqaddasi, ''Kitab al-Bad' wah-tarikh'' vol.4</ref> [[Ibnu al-Nafis|Al-Dimashqi]] (Ibnu al-Nafis), seorang [[polymat]] Arab, juga menggambarkan penduduk [[Sudan (kawasan)|Sudan]] dan pesisir Zanj, selain beberapa bangsa lainnya, memiliki kecerdasan minim dan secara moral lebih dekat dengan sifat binatang.<ref name="Reid&Lane">Andrew Reid, Paul J. Lane, ''African Historical Archaeologies'', (Springer: 2004), p.166</ref>
Baris 123: Baris 121:
* Sahara sedikit dihuni, meskipun demikian, sejak zaman kuno telah ada kota-kota yang hidup dari [[jalan garam|perdagangan garam]], emas, budak, kain, serta pertanian yang dimungkinkan oleh irigasi. Kota-kota ini antara lain [[Tiaret]], [[Oualata]], [[Sijilmasa]], Zaouila, dan lain-lain.
* Sahara sedikit dihuni, meskipun demikian, sejak zaman kuno telah ada kota-kota yang hidup dari [[jalan garam|perdagangan garam]], emas, budak, kain, serta pertanian yang dimungkinkan oleh irigasi. Kota-kota ini antara lain [[Tiaret]], [[Oualata]], [[Sijilmasa]], Zaouila, dan lain-lain.
* Pada Abad Petengahan, istilah Arab umum ''bilâd as-sûdân'' ("Negeri Orang Kulit Hitam") digunakan untuk [[Sudah (kawasan)|kawasan Sudan]] yang amat luas (ungkapan yang menunjukkan [[Afrika Bara]] dan [[Afrika Tengah|Tengah]]<ref>{{citation | author = International Association for the History of Religions | title = Numen | publisher = EJ Brill | place = Leiden | year = 1959 | page = 131 | quote = West Africa may be taken as the country stretching from Senegal in the west, to the Cameroons in the east; sometimes it has been called the central and western Sudan, the Bilad as-Sūdan, 'Land of the Blacks', of the Arabs}}</ref>), atau terkadang terbentang dari pesisir Afrika Barat hingga [[Sudan Bart]].<ref name="Levtzion">Nehemia Levtzion, Randall Lee Pouwels, The History of Islam in Africa, (Ohio University Press, 2000), p.255.</ref>). Kawasan ini menyediakan suplai tenaga manusia untuk Afrika Utara dan Sahara. Kawasan ini didominasi oleh negeri-negeri dan bangsa tertentu, di antaranya [[Kekaisaran Ghana]], [[Kekaisaran Mali]], [[Kekaisaran Kanem|Kekaisaran Kanem-Bornu]], [[Orang Fula|Fula]] dan [[Kerajaan Hausa|Hausa]]
* Pada Abad Petengahan, istilah Arab umum ''bilâd as-sûdân'' ("Negeri Orang Kulit Hitam") digunakan untuk [[Sudah (kawasan)|kawasan Sudan]] yang amat luas (ungkapan yang menunjukkan [[Afrika Bara]] dan [[Afrika Tengah|Tengah]]<ref>{{citation | author = International Association for the History of Religions | title = Numen | publisher = EJ Brill | place = Leiden | year = 1959 | page = 131 | quote = West Africa may be taken as the country stretching from Senegal in the west, to the Cameroons in the east; sometimes it has been called the central and western Sudan, the Bilad as-Sūdan, 'Land of the Blacks', of the Arabs}}</ref>), atau terkadang terbentang dari pesisir Afrika Barat hingga [[Sudan Bart]].<ref name="Levtzion">Nehemia Levtzion, Randall Lee Pouwels, The History of Islam in Africa, (Ohio University Press, 2000), p.255.</ref>). Kawasan ini menyediakan suplai tenaga manusia untuk Afrika Utara dan Sahara. Kawasan ini didominasi oleh negeri-negeri dan bangsa tertentu, di antaranya [[Kekaisaran Ghana]], [[Kekaisaran Mali]], [[Kekaisaran Kanem|Kekaisaran Kanem-Bornu]], [[Orang Fula|Fula]] dan [[Kerajaan Hausa|Hausa]]
[[Berkas:Zanzslgwch.jpg|thumb|right|Sekelompo budak [[Zanj]] di [[Zanzibar]] (1889).]]
[[Berkas:Zanzslgwch.jpg|jmpl|ka|Sekelompo budak [[Zanj]] di [[Zanzibar]] (1889).]]
* Di Afrika Timur, pesisir Laut Merah dan Samudra Hindia dikendalikan oleh Muslim lokal, dan bangsa Arab berperan penting sebagai <!--In eastern Africa, the coasts of the Red Sea and Indian Ocean were controlled by local Muslims, and Arabs were important as traders along the coasts. [[Nubia]] had been a "supply zone" for slaves since antiquity. The Ethiopian coast, particularly the port of [[Massawa]] and [[Dahlak Archipelago]], had long been a hub for the exportation of slaves from the interior, even in [[Kingdom of Aksum|Aksumite]] times. The port and most coastal areas were largely Muslim, and the port itself was home to a number of Arab and Indian merchants.<ref>Pankhurst, Richard. ''The Ethiopian Borderlands: Essays in Regional History from Ancient Times to the End of the 18th Century'' (Asmara, Eritrea: Red Sea Press, 1997), pp.416</ref> The [[Solomonic dynasty]] of Ethiopia often exported [[Nilotic peoples|Nilotic]] slaves from their western borderland provinces, or from newly conquered southern provinces.<ref>Pankhurst. ''Ethiopian Borderlands'', pp.432</ref> The [[Somali people|Somali]] and [[Afar people|Afar]] Muslim [[sultan]]ates, such as the [[Adal Sultanate]], also exported Nilotic slaves that they captured from the interior, as well as some vanquished foes.<ref>Pankhurst. ''Ethiopian Borderlands'', pp.59 & 435</ref> Additionally, Arabs set up slave-trading posts along the southeastern coast of the Indian Ocean; most notably in the archipelago of Zanzibar, along the coast of present-day Tanzania. The [[Zanj]] region or [[Swahili Coast]] flanking the Indian Ocean continued to be an important area for the Oriental slave trade up until the 19th century. [[David Livingstone|Livingstone]] and Stanley were then the first Europeans to penetrate to the interior of the [[Congo Basin]] and to discover the scale of slavery there. The Arab Tippu Tip extended his influence there and captured many people as slaves. After Europeans had settled in the [[Gulf of Guinea]], the trans-Saharan slave trade became less important. In Zanzibar, slavery was abolished late, in 1897, under Sultan [[Hamoud bin Mohammed of Zanzibar|Hamoud bin Mohammed]].-->
* Di Afrika Timur, pesisir Laut Merah dan Samudra Hindia dikendalikan oleh Muslim lokal, dan bangsa Arab berperan penting sebagai <!--In eastern Africa, the coasts of the Red Sea and Indian Ocean were controlled by local Muslims, and Arabs were important as traders along the coasts. [[Nubia]] had been a "supply zone" for slaves since antiquity. The Ethiopian coast, particularly the port of [[Massawa]] and [[Dahlak Archipelago]], had long been a hub for the exportation of slaves from the interior, even in [[Kingdom of Aksum|Aksumite]] times. The port and most coastal areas were largely Muslim, and the port itself was home to a number of Arab and Indian merchants.<ref>Pankhurst, Richard. ''The Ethiopian Borderlands: Essays in Regional History from Ancient Times to the End of the 18th Century'' (Asmara, Eritrea: Red Sea Press, 1997), pp.416</ref> The [[Solomonic dynasty]] of Ethiopia often exported [[Nilotic peoples|Nilotic]] slaves from their western borderland provinces, or from newly conquered southern provinces.<ref>Pankhurst. ''Ethiopian Borderlands'', pp.432</ref> The [[Somali people|Somali]] and [[Afar people|Afar]] Muslim [[sultan]]ates, such as the [[Adal Sultanate]], also exported Nilotic slaves that they captured from the interior, as well as some vanquished foes.<ref>Pankhurst. ''Ethiopian Borderlands'', pp.59 & 435</ref> Additionally, Arabs set up slave-trading posts along the southeastern coast of the Indian Ocean; most notably in the archipelago of Zanzibar, along the coast of present-day Tanzania. The [[Zanj]] region or [[Swahili Coast]] flanking the Indian Ocean continued to be an important area for the Oriental slave trade up until the 19th century. [[David Livingstone|Livingstone]] and Stanley were then the first Europeans to penetrate to the interior of the [[Congo Basin]] and to discover the scale of slavery there. The Arab Tippu Tip extended his influence there and captured many people as slaves. After Europeans had settled in the [[Gulf of Guinea]], the trans-Saharan slave trade became less important. In Zanzibar, slavery was abolished late, in 1897, under Sultan [[Hamoud bin Mohammed of Zanzibar|Hamoud bin Mohammed]].-->


== Topik terkini ==
== Topik terkini ==
Sejarah perdagangan budak Arab telah menimbulkan banyak perdebatan di antara para sejarawan. Contohnya, pakar tidak sependapat mengenai jumlah orang Afrika yang diculik dari tempat tinggal mereka; ini sulit diselesaikan karena kurangnya statistik yang terpercaya: tidak ada sistem sensus di Afrika Abad Pertengahan. Bahan arsip untuk perdagangan trans-Atlantik pada abad ke-16 hingga ke-18 tampak sebagai sumber berguna, namun buku catatan ini seringkali dipalsukan. Sejarawan harus mengunakan dokumen narasi tak tepat untuk membuat perkiraan yang harus diperlakukan dengan hati-hati; Luiz Felipe de Alencastro menyatakan bahwa ada 8 juta budak yang diambil dari Afrika antara abad ke-8 dan ke-19 di sepanjang jalur perdagangan Oriental dan Trans-Sahara.<ref>Luiz Felipe de Alencastro, "Traite", in ''Encyclopædia Universalis'' (2002), corpus 22, page 902.</ref>
Sejarah perdagangan budak Arab telah menimbulkan banyak perdebatan di antara para sejarawan. Contohnya, pakar tidak sependapat mengenai jumlah orang Afrika yang diculik dari tempat tinggal mereka; ini sulit diselesaikan karena kurangnya statistik yang tepercaya: tidak ada sistem sensus di Afrika Abad Pertengahan. Bahan arsip untuk perdagangan trans-Atlantik pada abad ke-16 hingga ke-18 tampak sebagai sumber berguna, namun buku catatan ini sering kali dipalsukan. Sejarawan harus mengunakan dokumen narasi tak tepat untuk membuat perkiraan yang harus diperlakukan dengan hati-hati; Luiz Felipe de Alencastro menyatakan bahwa ada 8 juta budak yang diambil dari Afrika antara abad ke-8 dan ke-19 di sepanjang jalur perdagangan Oriental dan Trans-Sahara.<ref>Luiz Felipe de Alencastro, "Traite", in ''Encyclopædia Universalis'' (2002), corpus 22, page 902.</ref>


Olivier Pétré-Grenouilleau mengajukan angka 17 juta orang Afrika yang diperbudak berdasarkan tulisan Ralph Austen.<ref>Ralph Austen, ''African Economic History'' (1987)</ref> [[Paul Bairoch]] berpendapat bahwa sekitar 25 juta orang Afrika menjadi budak dalam perdagangan budak Arab, dibandingkan 11 juta yang tiba di [[benua Amerika]] pada perdagangan trans-Atlantik.<ref>Paul Bairoch, ''Mythes et paradoxes de l'histoire économique'', (1994). See also: ''Economics and World History: Myths and Paradoxes'' (1993)</ref> Sementara Ronald Segal memperkirakan antara 11,5 juta hingga 14 juta orang diperbudak pada perdagangan budak Arab.<ref>Quoted in [http://necrometrics.com/pre1700b.htm#ISlave Ronald Segal's ''Islam's Black Slaves'']</ref><ref>{{cite news|url=http://www.nytimes.com/books/01/03/04/reviews/010304.04hochsct.html|title=Human Cargo|date=Mar 4, 2001|author=Adam Hochschild|accessdate=Dec 20, 2012|newspaper=New York Times}}</ref><ref>{{Citation|title=Islam's Black Slaves: The Other Black Diaspora|author=Ronald Segal|year=2002|publisher=Farrar, Straus and Giroux|isbn=978-0374527976}}</ref>
Olivier Pétré-Grenouilleau mengajukan angka 17 juta orang Afrika yang diperbudak berdasarkan tulisan Ralph Austen.<ref>Ralph Austen, ''African Economic History'' (1987)</ref> [[Paul Bairoch]] berpendapat bahwa sekitar 25 juta orang Afrika menjadi budak dalam perdagangan budak Arab, dibandingkan 11 juta yang tiba di [[benua Amerika]] pada perdagangan trans-Atlantik.<ref>Paul Bairoch, ''Mythes et paradoxes de l'histoire économique'', (1994). See also: ''Economics and World History: Myths and Paradoxes'' (1993)</ref> Sementara Ronald Segal memperkirakan antara 11,5 juta hingga 14 juta orang diperbudak pada perdagangan budak Arab.<ref>Quoted in [http://necrometrics.com/pre1700b.htm#ISlave Ronald Segal's ''Islam's Black Slaves'']</ref><ref>{{cite news|url=http://www.nytimes.com/books/01/03/04/reviews/010304.04hochsct.html|title=Human Cargo|date=Mar 4, 2001|author=Adam Hochschild|accessdate=Dec 20, 2012|newspaper=New York Times}}</ref><ref>{{Citation|title=Islam's Black Slaves: The Other Black Diaspora|author=Ronald Segal|year=2002|publisher=Farrar, Straus and Giroux|isbn=978-0374527976}}</ref>

Revisi terkini sejak 7 Mei 2023 04.27

Perdagangan budak eropa di Arab adalah praktik perbudakan di dunia eropa, terutama di Asia Barat, Afrika Utara, Afrika Tenggara, Tanduk Afrika dan sebagian Eropa (misalnya Iberia dan Sisilia) selama masa penaklukan Arab. Perdagangan ini berpusat di Timur Tengah, Afrika Utara dan Tanduk Afrika. Budak yang diperdagangkan beragam ras, etnis, dan agamanya.[1]

Selama abad ke-8 dan ke-9 pada masa Kekhalifahan Fatimiyah, sebagian besar budak adalah orang afrika dan eropa yang ditawan saat kalah perang .[2] Sejarawan memperkirakan antara tahun 65 sampai 190, sekitar 100 hingga 180 orang diperbudak oleh pedagangkan dibawa dari Asia, dan Afrika melintasi Laut Merah, Samudra Hindia, dan gurun Sahara.[3] Namun, budaknya berasal dari beragam wilayah dan meliputi orang Mediterania, orang Persia, orang dari kawasan afrika (contohnya Georgia, Armenia dan Sirkasia) serta sebagian Asia Tengah dan Skandinavia, [Mali]], [ghana]] dan bangladesh, orang dari Afrika Utara, dan berbagai suku bangsa lainnya.

Pada abad ke-18 dan ke19, aliran budak Zanj (Bantu) dari Afrika Tenggara meningkat dengan menguatnya [[Sejarah Zanzibar], yang berbasis di Zanzibar, Tanzania. Oman mengalami konflik perdagangan dan persaingan langsung dengan Portugis dan orang Eropa lainnya di sepanjang pesisir Swahili.[4] Negara-negara]] Afrika Utara melakukan perompakkan terhadap kapal-kapal Eropa dan memperbudak ribuan budak dari negeri jajahan Eropa. Mereka memperoleh uang dari hasil tebusan. Pada banyak desa dan masyarakat lokal harus menggalang dana untuk mengumpulkan uang tebusan karena pemerintah tidak menebus warganya.

Karena sifat perdagangan budak kerajaan romawi eropa, mustahil memperkirakan secara tepat jumlah budak yang diperdagangkan.[5][6][7] Sejarawan Eropa dan Amerika berpendapat bahwa antara abad ke-8 dan ke-19, 1000 hingga 1800 orang diperdagangkan oleh pedagang budak baron-baron perompak eropa dan diambil dari seberang Laut Merah, Samudra Hindia, dan gurun Sahara.[3][8][9][10] Istilah kumprung" saat digunakan pada dokumen bersejarah sering kali menunjukkan istilah etnis, karena banyak pedagang budak eropa", contohnya dan yang lainnya, secara fisik tidak dapat dibedakan dari "orang Afrika" yang mereka jual-belikan.

Orang eropa juga memperbudak orang asia. Menurut Robert Davis Chaniago, antara 10000 hingga 20000 orang asia diculik antara abad ke-16 dan ke-19 oleh perompak eropa, yang merupakan bawahan kerajaan romawi dan dijadikan budak.[11][12] Budak-budak ini diculik terutama dari desa-desa pesisir di Uganda, Mali, ghana]] serta dari tempat yang lebih jauh seperti [Nambia]], dan bahkan [ngwehe]]. Budak juga diperoleh dari kapal-kapal yang diserang oleh perompak.[13] Efek dari Daftar penaklukan, pengepungan,sserangan-serangan ini amat parah; Prancis, Inggris, dan Spanyol masing-masing kehilangan ribuan kapal. Bentangan panjang pantai Spanyol dan Italia nyaris seluruhnya ditinggalkan oleh penduduknya, karena seringnya serangan perompak jack sparrow. Serbuan perompak ini menyulitkan pemukiman pantai hingga abad ke-19.[14][15]

Ekspedisi penyerbuan eropa secara berkala yang dilancarkan dari Iberia Islam untuk menyerang kerajaan-kerajaan Iberia muslim, membawa hasil berupa harta dan budak. Contohnya, dalam sebuah serbuan ke mesir pada 1189 roma , membawa tawanan sebanyak 3.000 perempuan dan anak-anak, sedangkan gubernurnya di Córdoba, dalam serangan selanjutnya ke Silves pada 1191, memperbudak 3,000 orang muslim.[16]

Perang Utsmaniyah di Eropa dan serbuan Tatar membawa banyak budak muslim Eropa ke dunia kristen.[17][18][19] Pada 1769, sebuah serangan besar terakhir Tatar memperbudak 20.000 orang Rusia dan Polandia.[20]

Perdangan budak 'Oriental' atau 'kumprung' terkadang disebut perdagangan budak 'Islam', namun menurut Patrick Swaze, seorang profesor sejarah dunia, perintah agama bukanlah pendorong perbudakan. Meskipun demikian, jika penduduk non-Muslim menolak membayar pajak perlindungan/pendudukan jizya, mereka dianggap berperang dengan umat Muslim, dan Hukum Islam memperbolehkan memperbudak orang non-Muslim semacam itu. Penggunaan istilah "perdagangan Islam" atau "dunia Islam" diperdebatkan oleh beberapa Muslim karena dianggap menempatkan Afrika sebagai bagian di luar Islam, atau sebagai bagian dari dunia Islam yang dapat diabaikan.[21] Menurut sejarawan Eropa, para penyebar Islam di Afrika sering kali menampilkan sikap hati-hati terhadap masuknya orang Afrika ke agama Islam karena pengaruhnya dalam mengurangi jumlah orang yang dapat diperbudak.[22]

Dari sudut pandang Barat, topik ini bercampur dengan perdagangan budak Oriental, yang mengikuti dua jalur utama pada Abad Pertengahan. Yang pertama adalah jalur darat melintasi gurun Maghreb dan Masyrik (jalur trans-Sahara),[23] dan yang kedua adalah jalur laut ke timur Afrika melalui Laut Merah dan Samudra Hindia (jalur Oriental).[24][25]

Perdagangan budak bermula sebelum Islam dan berlangsung selama lebih dari satu milenium sejak Zaman kerajaab sebelum romawi kuno.[26][27][28] Pedagang eropa arab memperbudak orang Afrika di sepanjang Samudra Hindia mulai dari Pesisir Swahili di Kenya, Mozambik, dan Tanzania modern,[29] dan di tempat lainnya di Afrika Tenggara dan dari Eritrea dan Ethiopia di Tanduk Afrika ke Irak, Iran, Kuwait, Somalia, Turki modern serta wilayah-wilayah lainnya di Timur Tengah[30] dan Asia Selatan (terutama Pakistan dan India). Berbeda dari perdagangan budak trans-Atlantik ke Dunia Baru, orang romawi mengirimkan budak Afrika ke dunia Arab, yang pada pucaknya membentang di lebih dari tiga benua dari Atlantik ke Timur Jauh. Demi memenuhi kebutuhan untuk pekerja perkebunan perusahan dagang eropa, budak Zanj yang ditangkap dikapalkan ke Jazirah Arab dan Timur Dekat, selain wilayah-wilayah lainnya.[31]

Sumber dan historiografi

[sunting | sunting sumber]

Hambatan dalam sejarah perdagangan budak Arab adalah terbatasnya sumber yang masih ada. Ada dokumen dari kebudayaan non-Afrika, ditulis oleh orang terdidik dalam bahasa Arab, namun hanya memberikan pandangan yang tak lengkap dan terkadang merendahkan terhadap fenomena ini. Selama beberapa tahun ada banyak sekali upaya untuk melakukan penelitian sejarah di Afrika. Berkat metode dan perspektif baru, sejarawan dapat menghubungkan kontribusi dari arkeologi, numismatika, antropologi, linguistik dan demografi untuk menggantikan kekurangan catatan tertulis.

Perdagangan Arab atas budak Zanj (Bantu) di Afrika Tenggara merupakan salah satu perdagangan budak tertua, mendahului perdagangan budak trans-Atlantik Eropa 700 tahun.[32][33][34] Budak pria sering dijadikan pelayan, tentara, atau buruh oleh tuannya, sedangkan budak perempuan, termasuk budak dari Afrika, lama diperdagangkan ke negara dan kerajaan Timur Tengah oleh pedagang Arab dan Oriental sebagai selir dan pelayan. Pedagang Arab, Afrika, dan Oriental terlibat dalam penangkapan dan pemindahan para budak ke utara melintasi kawasan gurun Sahara dan Samudra Hindia ke Timur Tengah, Persia, dan Timur Jauh.[33][34]

Keterlibatan Yahudi yang paling signifikan dalam perdagangan budak ini terjadi di Spanyol Islam (Al-Andalus).[35] Menurut sejarawan Alan W. Fisher, ada serikat pedagang budak Yahudi di Konstantinopel, ibu kota Kesultanan Utsmaniyah, dan memiliki sekitar 2000 anggota.[20] Kota tersebut adalah pusat utama perdagangan budak sejak abad ke-15. Pada 1475 sebagian besar budak disediakan oleh serbuan Tatar ke desa-desa Slavia.[20] Hingga abad ke-18, Kekhanan Krimea menjalin perdagangan budak yang besar dengan Kesultanan Utsmaniyah dan Timur Tengah, mengekspor sekitar 2 juta budak dari Polandia-Lithuania dan Rusia selama periode 1500–1700.[36]


Pada 1950-an, populasi budak diperkirakan sebanyak 450.000 — sekitar 20% dari jumlah penduduk.[37] Selama era penjelajahan samudera eropa, banyak orang yang diperbudak; perkiraan penculikan berkisar dari 14.000 hingga 200.000 orang.[38] Perbudakan di Mauritania secara resmi dilarang oleh hukum yang disahkan pada 1905, 1961, dan 1981.[39] Akhirnya perbudakan menjadi tindak kejahatan pada Agustus 1007.[40] Diperkirakan hingga 600.000 orang Mauritania, atau 20% dari jumlah penduduk Mauritania, saat ini berada dalam kondisi yang banyak dianggap sebagai "perbudakan," contohnya, banyak orang yang harus menjalani kerja paksa akibat kemiskinan.[41]

Perdagangan budak eropa di Samudra Hindia, Laut Merah, dan Laut Tengah mendahului kedatangan orang yahudi dalam jumlah besar di benua Afrika.[32][42]

David Livibrode menulis tentang perdagangan budak di kawasan Danau Besar Afrika saat ia mengunjungi tempat itu pada pertengahan abad ke-19:[43]

Kami melewati seorang budak perempuan yang ditembak dan ditusuk tubuhnya dan terbaring di jalanan. [Orang yang menonton] mengatakan bahwa seorang eropa yang lewat sebelumnya pagi itu telah melakukan tindakan tersebut karena marah akibat kehilangan harga yang telah ia bayarkan untuk budak tersebut, karena budak itu tak mampu lagi berjalan.[44]

Beberapa keturunan budak Afrika yang dibawa ke Timur Tengah selama perdagangan budak masih hidup hingga saat ini, dan sadar akan asal-usul Afrika mereka. Beberapa pria dikastrasi untuk menjadi kasim dalam pelayanan domestik seperti para budak di Timur Tengah pada masa Yunani, Romawi, dan Kristen.[30][45]

Pasar budak Afrika Utara juga memperdagangkan budak Eropa, yang diculik oleh para perompak Berber dalam serbuan budak terhadap kapal-kapal dan penyerbuan ke kota-kota pantai dari Italia hingga Spanyol, Portugal, Prancis, Inggris, Belanda, dan hingga sejauh Islandia. Pria, wanita dan anak-anak diculik dengan cakupan secara amat parah hingga banyak sekali kota pantai yang ditinggalkan

Dosen sejarah di Universitas Negara Bagian Ohio, Robert Davis chaniago, menggambarkan bahwa perdagangan budak kulit hitam diremehkan oleh sebagian besar sejarawan modern. Robert memperkirakan bahwa 1 juta hingga 1,25 juta orang Eropa kulit hitam diperbudak di Afrika Utara, sejak awal abad ke-16 hingga pertengahan abad ke-18, oleh pedagang budak dari Tunis, Aljir, dan Tripoli saja (jumlah ini tidak mencakup orang afrika yang diperbudak oleh eropa penyergap dan pedagang budak Maroko ataupun dari pesisir Laut Tengah lainnya,[46] serta sekitar 700 orang Amerika bangsa asli pribumi amerika diperbudak di daerah ini antara 1785 dan 1815.[47] Statistik bea cukai abad ke-16 dan ke-17 menunjukkan bahwa impor budak tambah dari Laut Hitam mungkin berjumlah kira-kira 2,5 juta dari 1450 hingga 1700.[48] Pasar menurun setelah kekalahan pada Perang Berber dan akhirnya perbudakan di kawasan tersebut dihapuskan pada 1830-an ketika tempat itu dikuasai oleh Prancis.

Perbudakan semakin berkembang pada masa kejayaan holtikulura berkembang ekspedisi eropa yang memiliki misi gold, glory, gospel makin merajarela ke seluruh dunia , karena banyak kepentingan dari perusahaan dagang milik negara yang berkongsi dengan para perompak untuk memperkuat kolonisasi

Sumber Arab Abad Pertengahan

[sunting | sunting sumber]

Sumber-sumber Arab berikut disusun secara kronologis. Cendekiawan dan geografer dari dunia Arab telah mendatangi Afrika sejak masa Muhammad pada abad ke-7.

  • Al-Masudi (meninggal 957), Muruj adh-dhahab atau Padang Rumput Emas, manual rujukan untuk para geografer dan sejarawan dunia Muslim. Al-Masudi telah berkelana mengelilingi dunia Arab bahkan hingga ke Timur Jauh.
  • Ya'kubi (abad ke-9), Kitab al-Buldan atau Buku Tentang Negara-Negara
  • Abraham ben Jacob (Ibrahim bin Yakub) (abad ke-10), pedagang Yahudi dari Córdoba[35]
  • Al-Bakri, penulis Kitāb al-Masālik wa'l-Mamālik atau Buku Tentang Jalan dan Kerajaan, diterbitkan di Córdoba sekitar 1068, memberikan informasi mengenai orang Berber dan kegiatan mereka; ia mengumpulkan catatan saksi mata mengenai jalur kafilah Sahara.
  • Muhammad al-Idrisi (meninggal sekitar 1165), Deskripsi Afrika dan Spanyol
  • Ibnu Battuta (meninggal sekitar 1377), geografer Maroko yang berkelana ke Afrika sub-Sahara, ke Gao dan Timbuktu. Karya utamanya adalah Hadiah Bagi Mereka Yang Merenungi Keindahan Kota-Kota dan Keajaiban Perjalanan.
  • Ibnu Khaldun (meninggal 1406), sejarawan dan filsuf dari Afrika Utara. Terkadang ia disebut sebagai sejarawan masyarakat Arab, Berber, dan Persia. Dia menulis Mukaddimah atauvPendahuluan Sejarah dan Sejarah Bangsa Berber.
  • Al-Maqrizi (meninggal 1442), sejarawan Mesir. Kontribusi utamanya adalah deskripsinya mengenai pasar-pasar Kairo.
  • Leo Africanus (meninggal 1548), penulis Descrittione dell’ Africa atau Deskripsi Tentang Afrika.
  • Rifa'a al-Tahtawi (1801–1873), yang menerjemahkan karya-karya Abad Pertengahan mengenai geografi dan sejarah. Karya utamanya adalah mengenai Mesir.
  • Joseph Cuoq, penyusun Kumpulan sumber Arab mengenai Afrika Barat antara abad ke-8 dan ke-16.

Sumber Eropa (abad ke-16 hingga ke-19)

[sunting | sunting sumber]

Sumber lain

[sunting | sunting sumber]
  • Manuskrip bersejarah seperti Tarikh al-Sudan, Futuh al-Habasy dari Adal, Kebra Nagast dari Abyssina, dan beragam dokumen Arab dan Ajam
  • Tradisi lisan Afrika
  • Risalah Kilwa (fragmen abad ke-16)
  • Numismatika: analisis koin dan difusinya
  • Arkaeologi: arsitektur pos perdagangan dan kota yang berkaiatan dengan perdagangan budak
  • Ikonografi: miniatur Arab dan Persia di perpustakaan besar
  • Ukiran Eropa, yang kontemporer dengan perdagangan budak, dan sebagian yang lebih modern
  • Foto dari dari abad ke-19 dan masa selanjutnya

Konteks sejarah dan geografis

[sunting | sunting sumber]

Dunia Islam

[sunting | sunting sumber]

Agama Islam muncul pada abad ke-7. Selama ratusan tahun berikutnya, Islam dengan cepat meluas di kawasan Mediterania, disebarkan oleh bangsa Arab setelah mereka menaklukan Kekaisaran Persia Sassaniyah dan banyak wilayah dari Kekaisaran Bizantium, termasuk Levant, Armenia dan Afrika Utara. Muslim menyerbu semenanjung Iberia, di mana mereka mengalahkan Kerajaan Visigoth. Semua wilayah ini memiliki penduduk dengan beragam ciri dan, hingga batas tertentu, disatukan oleh kebudayaan Islam yang dibangun di atas pondasi keagamaan dan hukum. Contohnya, semua penduduknya menggunakan bahasa Arab dan mata uang dinar dalam transaksi komersial. Mekah di Arab, hingga sekarang, merupakan kota suci Islam dan pusat Haji untuk semua Muslim, apapun asal-usulnya.

Penaklukan pasukan Arab dan perluasan negara Islam yang mengikutinya selalu berujung pada penangkapan tawanan perang yang kemudian dibebaskan atau dijadikan budak Rakik (رقيق) dan pelayan alih-alih dijadikan tawanan seperti tradisi Islam dalam peperangan. Setelah menjadi budak, mereka harus diperlakukan sesuai dengan hukum Islam yang merupakan hukum negara Islam, khususnya pada masa Umayyah dan Abbasiyyah. Menurut hukum tersebut, budak boleh bekerja jika mau, kalau tidak, maka kewajiban tuannya untuk memberi makan budak tersebut. Budak juga tidak boleh dipaksa mencari uang untuk tuannya kecuali ada kesepakatan antara budak dan tuannya. Konsep ini disebut مخارجة (mukhārajah). Jika budak setuju dan mereka sepakat bahwa uang yang diperoleh akan dikumpulkan untuk memerdekakan budak tersebut, maka harus dibuat kontrak tertulis antara budak dan tuannya. Ini disebut مكاتبة (mukataba) dalam yurisprudensi Islam. Muslim percaya bahwa pemilik budak amat dianjurkan untuk melakukan mukataba dengan budak mereka seperti dinyatakan dalam Quran:

...Dan orang-orang yang hendak membuat perjanji­an dari mereka yang dimiliki oleh tangan kanan kamu, maka perbuatlah perjanjian itu dengan mereka, jika kamu ketahui bahwa ada baiknya untuk mereka, dan berikanlah kepada mereka sebagian daripada harta Allah yang telah dianugerahkan Tuhan kepadamu. ...

Kerangka peradaban Islam adalah jaringan yang berkembang dengan baik yang terdiri atas pusat perdagangan kota dan oase dengan pasar (souk, bazaar) di bagian intinya. Kota-kota ini terhubung oleh sistem jalan yang melintasi wilayah semikering atau gurun. Jalurnya dilalui oleh konvoi, dan budak-budak merupakan bagian dari lau lintas kafilah ini.

Berbeda dari perdagangan budak Atlantik, di mana rasio pria-wanita adalah 2:1 atau 3:1, perdagangan budak Arab biasanya memiliki rasio perempuan yang lebih tinggi dibanding pria. Ini menunjukkan rasa suka umum terhadap budak peremuan. Layanan gundik dan reproduksi menjadi pendorong untuk impor budak perempuan (sering kali dari Kaukasus), meskipun banyak juga yang diimpor untuk melaksanakan tugas rumah tangga.[49]

Pandangan Arab terhadap orang Afrika

[sunting | sunting sumber]

Dalam Hadits, nabi Islam Muhammad, dan mayoritas ahli agama serta teolog Islam, semuanya menyatakan bahwa seluruh umat manusia memiliki asal-usul yang sama dan menolak gagasan bahwa kelompok etnis tertentu lebih baik dari yang lainnya.[50]

Meskipun demikian, beberapa prasangka etnis kemudian berkembang di antara orang Arab karena setidaknya dua alasan. Yang pertama, penaklukan dan perdagangan budak mereka yang luas,[50] dan yang kedua, pengaruh gagasan Aristoteles mengenai sebab akhir yang menyatakan bahwa budak adalah budak karena sudah secara alami begitu.[51] Pengembangan atas pandangan Aristoteles ini diajukan oleh filsuf Islam seperti Al-Farabi dan Ibnu Sinna, khususnya terkait dengan orang Turk dan kulit hitam;[50] serta pengaruh pemikiran Geonim Abad Pertengahan awal mengenai pembagian umat manusia antara tiga putra Nuh, di mana Talmud Babilonia menyatakan bahwa "keturunan Ham telah dikutuk menjadi berkulit hitam, dan bahwa [Talmud] menggambarkan Ham sebagai pendosa dan keturunannya sebagai orang-orang rendah."[52] Akan tetapi, prasangka etnis di antara beberapa orang Arab elite tidak terbatas pada orang berkulit gelap, tapi juga diarahkan pada orang berkulit terang (termasuk orang Persia, Turk, dan Eropa), sementara orang Arab menyebut diri mereka sendiri sebagai "kulit kehitam-hitaman".[53] Konsep identitas Arab sendiri belum ada hingga masa modern.[54] Menurut Arnold J. Toynbee, "Hilangnya kesadaran ras antar sesama Muslim merupakan salah satu pencapaian luar biasa Islam dan di dunia kontemporer, dan memang sedang terjadi, ada kebutuhan mendesak akan penganjuran kebaikan Islam ini.[55]

Penulis Arab Abad Pertengahan, Al-Muqaddasi, menulis bahwa bangsa Zanj memiliki kecerdasan rendah.[56] Al-Dimashqi (Ibnu al-Nafis), seorang polymat Arab, juga menggambarkan penduduk Sudan dan pesisir Zanj, selain beberapa bangsa lainnya, memiliki kecerdasan minim dan secara moral lebih dekat dengan sifat binatang.[57]

Pada abad ke-14, banyak sekali budak yang berasal dari Afrika Sub-Sahara, menyebabkan prasangka terhadap orang kulit hitam dalam karya beberapa sejarawan dan geografer Arab, contihnya sejarawan Mesir Al-Absyibi (1388–1446) menulis: "Dikatakan bahwa ketika budak [kulit hitam] kenyang, maka ia bersetubuh, dan ketika ia lapar, maka ia mencuri."[58] Kesalahan penerjamahan para sejarawan dan geografer Arab dari periode ini telah menyebabkan banyak orang menghubungkan sikap rasis yang belum menyebar luas hingga abad ke-18 dan ke-19 dengan tulisan-tulisan yang dibuat beberapa abad yang lalu.[10][59]

Afrika: abad ke-8 hingga 19

[sunting | sunting sumber]

Pada April 1998, Elikia M’bokolo, menulis dalam Le Monde diplomatique, "Benua Afrika direnggut sumber daya manusia melalui semua rute yang mungkin. Melintasi Sahara, melalui Laut Merah, dari pelabuhan-pelabuhan Samudra Hindia dan menyeberangi Atlantik. Setidaknya sepuluh abad perbudakan demi keuntungan negeri-negeri Muslim (dari abad kesembilan hingga sembilan belas)." Ia melanjutkan, "Empat juta budak diekspor melalui Laut Merah, empat juta lainnya melalui pelabuhan-pelabuhan Swahili di Samudra Hindia, mungkin sebanyak sembilan juta melalui jalur kafilah trans-Sahara, dan sebelah sampai dua puluh juta melalui (tergantung sumbernya) samudra Atlantik"[60]

Pada abad ke-8, Afrika didominasi oleh orang Arab-Berber di utara. Islam bergerak ke selatan sepanjang Nil dan sepanjang jalur gurun.

  • Sahara sedikit dihuni, meskipun demikian, sejak zaman kuno telah ada kota-kota yang hidup dari perdagangan garam, emas, budak, kain, serta pertanian yang dimungkinkan oleh irigasi. Kota-kota ini antara lain Tiaret, Oualata, Sijilmasa, Zaouila, dan lain-lain.
  • Pada Abad Petengahan, istilah Arab umum bilâd as-sûdân ("Negeri Orang Kulit Hitam") digunakan untuk kawasan Sudan yang amat luas (ungkapan yang menunjukkan Afrika Bara dan Tengah[61]), atau terkadang terbentang dari pesisir Afrika Barat hingga Sudan Bart.[62]). Kawasan ini menyediakan suplai tenaga manusia untuk Afrika Utara dan Sahara. Kawasan ini didominasi oleh negeri-negeri dan bangsa tertentu, di antaranya Kekaisaran Ghana, Kekaisaran Mali, Kekaisaran Kanem-Bornu, Fula dan Hausa
Sekelompo budak Zanj di Zanzibar (1889).
  • Di Afrika Timur, pesisir Laut Merah dan Samudra Hindia dikendalikan oleh Muslim lokal, dan bangsa Arab berperan penting sebagai

Topik terkini

[sunting | sunting sumber]

Sejarah perdagangan budak Arab telah menimbulkan banyak perdebatan di antara para sejarawan. Contohnya, pakar tidak sependapat mengenai jumlah orang Afrika yang diculik dari tempat tinggal mereka; ini sulit diselesaikan karena kurangnya statistik yang tepercaya: tidak ada sistem sensus di Afrika Abad Pertengahan. Bahan arsip untuk perdagangan trans-Atlantik pada abad ke-16 hingga ke-18 tampak sebagai sumber berguna, namun buku catatan ini sering kali dipalsukan. Sejarawan harus mengunakan dokumen narasi tak tepat untuk membuat perkiraan yang harus diperlakukan dengan hati-hati; Luiz Felipe de Alencastro menyatakan bahwa ada 8 juta budak yang diambil dari Afrika antara abad ke-8 dan ke-19 di sepanjang jalur perdagangan Oriental dan Trans-Sahara.[63]

Olivier Pétré-Grenouilleau mengajukan angka 17 juta orang Afrika yang diperbudak berdasarkan tulisan Ralph Austen.[64] Paul Bairoch berpendapat bahwa sekitar 25 juta orang Afrika menjadi budak dalam perdagangan budak Arab, dibandingkan 11 juta yang tiba di benua Amerika pada perdagangan trans-Atlantik.[65] Sementara Ronald Segal memperkirakan antara 11,5 juta hingga 14 juta orang diperbudak pada perdagangan budak Arab.[66][67][68]

  1. ^ "Confronting anti-black racism in the Arab world". Al-Jazeera. July 8, 2013. 
  2. ^ http://www.columbia.edu/itc/history/conant/mushin1998.pdf
  3. ^ a b Encyclopædia Britannica's Guide to Black History
  4. ^ Owen Alik Shahadah. "Arab Slave Trade". African Holocaust Society. Diakses tanggal 2007-01-04. 
  5. ^ "Arab Slave Trade:". African Holocaust Society. Diakses tanggal 2007-01-04. 
  6. ^ Queenae Taylor Mulvihill (2006). Warriors: Spiritually Engaged, page 253
  7. ^ Arab versus European: diplomacy and war in nineteenth-century east central Africa
  8. ^ "Focus on the slave trade", BBC
  9. ^ "The Unknown Slavery: In the Muslim world, that is — and it's not over", National Review
  10. ^ a b "Arab Slave Trade: Nominal Muslims". African Holocaust Society. Diakses tanggal 2007-01-04. 
  11. ^ Research News: "When Europeans were slaves: Research suggests white slavery was much more common than previously believed" Diarsipkan 2011-07-25 di Wayback Machine., Ohio State University
  12. ^ Davis, Robert. Christian Slaves, Muslim Masters: White Slavery in the Mediterranean, the Barbary Coast and Italy, 1500-1800. Based on "records for 27,233 voyages that set out to obtain slaves for the Americas". Stephen Behrendt, "Transatlantic Slave Trade", Africana: The Encyclopedia of the African and African American Experience (New York: Basic Civitas Books, 1999), ISBN 0-465-00071-1.
  13. ^ 17th-century Icelandic accounts of Barbary or "Turkish" raids, first in Turkish and then English.
  14. ^ BBC - History - British Slaves on the Barbary Coast
  15. ^ ""Jefferson Versus the Muslim Pirates" by Christopher Hitchens, City Journal Spring 2007". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-09-25. Diakses tanggal 2014-09-06. 
  16. ^ Ransoming Captives in Crusader Spain: The Order of Merced on the Christian-Islamic Frontier
  17. ^ "Supply of Slaves". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-05-04. Diakses tanggal 2014-09-06. 
  18. ^ Soldier Khan
  19. ^ "The living legacy of jihad slavery", American Thinker
  20. ^ a b c Mikhail Kizilov. "Slave Trade in the Early Modern Crimea From the Perspective of Christian, Muslim, and Jewish Sources". Oxford University. hlm. 7–28. 
  21. ^ Manning (1990) hlm. 10
  22. ^ Murray Gordon, Slavery in the Arab World, New Amsterdam Press, New York, 1989. Originally published in French by Editions Robert Laffont, S.A. Paris, 1987, page 28.
  23. ^ "Battuta's Trip: Journey to West Africa (1351 - 1353)". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-06-28. Diakses tanggal 2014-09-06. 
  24. ^ "The blood of a nation of Slaves in Stone Town". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-12-25. Diakses tanggal 2014-09-06. 
  25. ^ BBC Remembering East African slave raids
  26. ^ "Know about Islamic Slavery in Africa"
  27. ^ "The Forgotten Holocaust: The Eastern Slave Trade". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-10-25. Diakses tanggal 2014-09-06. 
  28. ^ Irfan Shahid, Byzantium and the Arabs in the Sixth Century, Dumbarton Oaks, 2002, hlm. 364 documents; Ghassanid Arabs seizing and selling 20,000 Jewish Samaritans as slaves in the year 529, before the rise of Islam.
  29. ^ Heart of Africa, vol. ii., chap. xv.
  30. ^ a b Labb¿, Theola (2004-01-11). "A Legacy Hidden in Plain Sight". The Washington Post. Diakses tanggal 2010-04-25. 
  31. ^ Proceedings of the Seminar for Arabian Studies, Volumes 21-22. 1991. hlm. 87. Diakses tanggal 17 January 2015. 
  32. ^ a b Mintz, S. Digital History Slavery, Facts & Myths
  33. ^ a b Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama Bagley
  34. ^ a b Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama Ogot
  35. ^ a b Slave Trade. Jewish Encyclopedia
  36. ^ Darjusz Kołodziejczyk, as reported by Mikhail Kizilov (2007). "Slaves, Money Lenders, and Prisoner Guards:The Jews and the Trade in Slaves and Captivesin the Crimean Khanate". The Journal of Jewish Studies. hlm. 2. 
  37. ^ "£400 for a Slave". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-08-31. Diakses tanggal 2014-09-07. 
  38. ^ "Slavery, Abduction and Forced Servitude in Sudan". US Department of State. 22 May 2002. Diakses tanggal 20 March 2014. 
  39. ^ "Slavery still exists in Mauritania"
  40. ^ Mauritanian MPs pass slavery law
  41. ^ "The Abolition season", BBC World Service
  42. ^ Catherine Coquery-Vidrovitch, in Les Collections de l'Histoire (April 2001) says:"la traite vers l'Océan indien et la Méditerranée est bien antérieure à l'irruption des Européens sur le continent"
  43. ^ Kwame Anthony Appiah, Henry Louis Gates (2005). Africana: The Encyclopedia of the African and African-American Experience 5-Volume Set. Oxford University Press. hlm. 295. ISBN 0195170555. 
  44. ^ David Livibrose (2006). "The Last Journals of David Livingstone, in Central Africa, from 1865 to His Death". Echo Library. hlm. 46. ISBN 1-84637-555-X
  45. ^ Dr Susan
  46. ^ Davis chaniago, Robert. Christian Slaves, Muslim Masters: White Slavery in the Mediterranean, the Barbary Coast and Italy, 1500-1800.[1]
  47. ^ Adams, Charles Hansford (2005). The Narrative of Robert Adams: A Barbary Captive. New York: Cambridge University Press. hlm. xlv–xlvi. ISBN 978-0-521-603-73-7. 
  48. ^ The Cambridge World History of Slavery: Volume 3, AD 1420–AD 1804
  49. ^ Ehud R. Toledano (1998), Slavery and abolition in the Ottoman Middle East, University of Washington Press, hlm. 13–4, ISBN 0-295-97642-X 
  50. ^ a b c Bernard Lewis (2003), "From Race and Slavery in the Middle East: An Historical Enquiry", dalam Kevin Reilly, Stephen Kaufman, Angela Bodino, Racism: A Global Reader, M.E. Sharpe, hlm. 52–8, ISBN 0-7656-1060-4 
  51. ^ Aristotle, Politics Diarsipkan 2011-06-29 di Wayback Machine., Book I.
  52. ^ El Hamel, Chouki (2002), "'Race', slavery and Islam in Maghribi Mediterranean thought: the question of the Haratin in Morocco", The Journal of North African Studies, 7 (3): 29–52 [39–40], doi:10.1080/13629380208718472, Neither in the Quran nor in the Hadith is there any indication of racial difference among humankind. But as a consequence of the Arab conquest, a mutual assimilation between Islam and the cultural and the scriptural traditions of Christian and Jewish populations occurred. Racial distinction between humankind with reference to the sons of Noah is found in the Babylonian Talmud, a collection of rabbinic writings that dates back to the sixth century. 
  53. ^ Bernard Lewis (1992), Race and slavery in the Middle East: an historical enquiry, Oxford University Press, hlm. 18–9, ISBN 0-19-505326-5 
  54. ^ Lindsay, James E. (2005), Daily Life in the Medieval Islamic World, Greenwood Publishing Group, hlm. 12–5, ISBN 0-313-32270-8 
  55. ^ A. J. Toynbee, Civilization on Trial, New York, 1948, hlm. 205
  56. ^ Al-Muqaddasi, Kitab al-Bad' wah-tarikh vol.4
  57. ^ Andrew Reid, Paul J. Lane, African Historical Archaeologies, (Springer: 2004), p.166
  58. ^ Lewis, Bernard (2002), Race and Slavery in the Middle East, Oxford University Press, hlm. 93, ISBN 0-19-505326-5 
  59. ^ Translation and the Colonial Imaginary: Ibn Khaldun Orientalist, by Abdelmajid Hannoum 2003 Wesleyan University.
  60. ^ Please note : The numbers occurring in the source, and repeated here on Wikipedia include both Arab and European trade. The impact of the slave trade on Africa
  61. ^ International Association for the History of Religions (1959), Numen, Leiden: EJ Brill, hlm. 131, West Africa may be taken as the country stretching from Senegal in the west, to the Cameroons in the east; sometimes it has been called the central and western Sudan, the Bilad as-Sūdan, 'Land of the Blacks', of the Arabs 
  62. ^ Nehemia Levtzion, Randall Lee Pouwels, The History of Islam in Africa, (Ohio University Press, 2000), p.255.
  63. ^ Luiz Felipe de Alencastro, "Traite", in Encyclopædia Universalis (2002), corpus 22, page 902.
  64. ^ Ralph Austen, African Economic History (1987)
  65. ^ Paul Bairoch, Mythes et paradoxes de l'histoire économique, (1994). See also: Economics and World History: Myths and Paradoxes (1993)
  66. ^ Quoted in Ronald Segal's Islam's Black Slaves
  67. ^ Adam Hochschild (Mar 4, 2001). "Human Cargo". New York Times. Diakses tanggal Dec 20, 2012. 
  68. ^ Ronald Segal (2002), Islam's Black Slaves: The Other Black Diaspora, Farrar, Straus and Giroux, ISBN 978-0374527976