Hippias: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
HsfBot (bicara | kontrib)
k +{{Authority control}}
Fitur saranan suntingan: 3 pranala ditambahkan.
 
Baris 3: Baris 3:
== Riwayat Hidup ==
== Riwayat Hidup ==
[[Berkas:Elis.jpg|jmpl|200px|Peta Elis]]
[[Berkas:Elis.jpg|jmpl|200px|Peta Elis]]
Hippias berasal dari kota [[Elis]] namun berkarya di [[Athena]].<ref name="Bertens"/><ref name="Avey"/> Hippias hidup sekitar abad ke-5 M dan mulai dikenal sekitar tahun 430 M.<ref name="Avey"/> Ia hidup sezaman dengan [[Sokrates]].<ref name="Bertens"/> Sama seperti [[Prodikos]] dan [[Gorgias]], Hippias juga menjadi duta dari Elis ke kota-kota lain, seperti Sparta dan Athena.<ref name="Zeller"/><ref name="Avey"/> Ia pernah memberikan ceramah di [[Olimpia]] yang diikuti dengan tanya-jawab.<ref>{{en}}John Gibert. 2003. "The Sofists". In ''The Blackwell Companion to Ancient Philosophy''. Christopher Shields, ed. 27-50. Malden: Blackwell.</ref>
Hippias berasal dari kota [[Elis]] namun berkarya di [[Athena]].<ref name="Bertens"/><ref name="Avey"/> Hippias hidup sekitar abad ke-5 M dan mulai dikenal sekitar tahun 430 M.<ref name="Avey"/> Ia hidup sezaman dengan [[Sokrates]].<ref name="Bertens"/> Sama seperti [[Prodikos]] dan [[Gorgias]], Hippias juga menjadi duta dari Elis ke kota-kota lain, seperti [[Sparta]] dan Athena.<ref name="Zeller"/><ref name="Avey"/> Ia pernah memberikan ceramah di [[Olimpia]] yang diikuti dengan tanya-jawab.<ref>{{en}}John Gibert. 2003. "The Sofists". In ''The Blackwell Companion to Ancient Philosophy''. Christopher Shields, ed. 27-50. Malden: Blackwell.</ref>


Hippias memiliki kepribadian yang angkuh dan selalu berpenampilan rapi.<ref name="Avey"/> Ia memberikan pengajaran kepada murid-muridnya dalam hal retorika supaya mereka tidak kalah dalam berdebat.<ref name="Avey"/> Selain itu, ia juga mengembangkan sistem untuk menambah daya ingat manusia.<ref name="Avey"/>
Hippias memiliki kepribadian yang angkuh dan selalu berpenampilan rapi.<ref name="Avey"/> Ia memberikan pengajaran kepada murid-muridnya dalam hal retorika supaya mereka tidak kalah dalam berdebat.<ref name="Avey"/> Selain itu, ia juga mengembangkan sistem untuk menambah daya ingat manusia.<ref name="Avey"/>
Baris 9: Baris 9:
== Pemikiran ==
== Pemikiran ==
=== Kodrat ===
=== Kodrat ===
Seperti banyak kaum sofis lain, Hippias mencurahkan perhatian terhadap pertanyaan, "Apakah yang menentukan tingkah laku manusia? Adat kebiasaan dan undang-undang (''nomos'') atau kodrat manusia?" <ref name="Bertens"/> Ia menjawab bahwa kodrat manusia adalah dasar bagi tingkah laku manusia dan susunan masyarakat.<ref name="Bertens"/> Argumentasi yang diberikan Hippias adalah mengenai undang-undang yang harus berkali-kali diubah dan dikoreksi.<ref name="Bertens"/> Karena itu, undang-undang bukanlah norma terakhir untuk menentukan yang baik dan yang jahat, bahkan undang-undang dapat merendahkan kodrat manusia.<ref name="Bertens"/> Misalnya saja, undang-undang menggolongkan manusia ke dalam kategori budak dan orang bebas.<ref name="Bertens"/> Hal itu bertentangan dengan prinsip persamaan derajat semua manusia.<ref name="Bertens"/>
Seperti banyak kaum sofis lain, Hippias mencurahkan perhatian terhadap pertanyaan, "Apakah yang menentukan tingkah laku manusia? Adat kebiasaan dan undang-undang (''nomos'') atau kodrat manusia?" <ref name="Bertens"/> Ia menjawab bahwa kodrat manusia adalah dasar bagi tingkah laku manusia dan susunan masyarakat.<ref name="Bertens"/> [[Argumentasi]] yang diberikan Hippias adalah mengenai undang-undang yang harus berkali-kali diubah dan dikoreksi.<ref name="Bertens"/> Karena itu, undang-undang bukanlah norma terakhir untuk menentukan yang baik dan yang jahat, bahkan undang-undang dapat merendahkan kodrat manusia.<ref name="Bertens"/> Misalnya saja, undang-undang menggolongkan manusia ke dalam kategori budak dan orang bebas.<ref name="Bertens"/> Hal itu bertentangan dengan prinsip persamaan derajat semua manusia.<ref name="Bertens"/>


=== Hukum Alam ===
=== Hukum Alam ===
Berdasarkan penuturan Xenophon, Hippias juga memegang doktrin tentang hukum alam.<ref name="Ted"/> Pemujaan terhadap dewa-dewi dan penghormatan terhadap orang tua dipandang sebagai contohnya.<ref name="Ted"/> Kedua hal itu terdapat secara umum di semua negeri sehingga dipandang sebagai hukum alam.<ref name="Ted">{{en}}Ted Honderich (ed.). 1995. The Oxford Companion to Philosophy. Oxford, New York: Oxford University Press. P. 338.</ref>
Berdasarkan penuturan [[Xenofon|Xenophon]], Hippias juga memegang doktrin tentang hukum alam.<ref name="Ted"/> Pemujaan terhadap dewa-dewi dan penghormatan terhadap orang tua dipandang sebagai contohnya.<ref name="Ted"/> Kedua hal itu terdapat secara umum di semua negeri sehingga dipandang sebagai hukum alam.<ref name="Ted">{{en}}Ted Honderich (ed.). 1995. The Oxford Companion to Philosophy. Oxford, New York: Oxford University Press. P. 338.</ref>


=== Puisi ===
=== Puisi ===

Revisi terkini sejak 21 Mei 2023 07.16

Hippias adalah salah seorang filsuf yang termasuk golongan kaum sofis.[1] Selain filsafat, ia juga menguasai keahlian di dalam bidang-bidang lain, seperti matematika, astronomi, retorika, musik, mitologi, dan sejarah.[2] Selain itu, ia juga memiliki jasa besar di dalam bidang ilmu ukur.[1][3] Hippias dibicarakan oleh Plato di dalam dua karyanya, Hippias Maior dan Hippias Minor.[1]

Riwayat Hidup[sunting | sunting sumber]

Peta Elis

Hippias berasal dari kota Elis namun berkarya di Athena.[1][3] Hippias hidup sekitar abad ke-5 M dan mulai dikenal sekitar tahun 430 M.[3] Ia hidup sezaman dengan Sokrates.[1] Sama seperti Prodikos dan Gorgias, Hippias juga menjadi duta dari Elis ke kota-kota lain, seperti Sparta dan Athena.[2][3] Ia pernah memberikan ceramah di Olimpia yang diikuti dengan tanya-jawab.[4]

Hippias memiliki kepribadian yang angkuh dan selalu berpenampilan rapi.[3] Ia memberikan pengajaran kepada murid-muridnya dalam hal retorika supaya mereka tidak kalah dalam berdebat.[3] Selain itu, ia juga mengembangkan sistem untuk menambah daya ingat manusia.[3]

Pemikiran[sunting | sunting sumber]

Kodrat[sunting | sunting sumber]

Seperti banyak kaum sofis lain, Hippias mencurahkan perhatian terhadap pertanyaan, "Apakah yang menentukan tingkah laku manusia? Adat kebiasaan dan undang-undang (nomos) atau kodrat manusia?" [1] Ia menjawab bahwa kodrat manusia adalah dasar bagi tingkah laku manusia dan susunan masyarakat.[1] Argumentasi yang diberikan Hippias adalah mengenai undang-undang yang harus berkali-kali diubah dan dikoreksi.[1] Karena itu, undang-undang bukanlah norma terakhir untuk menentukan yang baik dan yang jahat, bahkan undang-undang dapat merendahkan kodrat manusia.[1] Misalnya saja, undang-undang menggolongkan manusia ke dalam kategori budak dan orang bebas.[1] Hal itu bertentangan dengan prinsip persamaan derajat semua manusia.[1]

Hukum Alam[sunting | sunting sumber]

Berdasarkan penuturan Xenophon, Hippias juga memegang doktrin tentang hukum alam.[5] Pemujaan terhadap dewa-dewi dan penghormatan terhadap orang tua dipandang sebagai contohnya.[5] Kedua hal itu terdapat secara umum di semua negeri sehingga dipandang sebagai hukum alam.[5]

Puisi[sunting | sunting sumber]

Hippias melakukan studi terhadap tulisan-tulisan sastra pada masanya.[2] Di situ, ia membuat kategori berdasarkan tema terhadap karya-karya sastra tersebut.[6] Kemudian ia juga membuat pemisahan antara pengarang yang dapat dikatakan sebagai filsuf dan sebagai penyair.[6] Hal itu dilakukan Hippias dengan tujuan memperkuat pengetahuan retorika.[6] Apa yang dilakukan oleh Hippias ini dilanjutkan oleh Plato dan Aristoteles.[6]

Matematika[sunting | sunting sumber]

Quadratriks temuan Hippias

Di dalam bidang matematika, Hippias menemukan sebuah kurva pertama sebab selama ini baru lingkaran yang dikenal.[7] Kurva tersebut bernama quadratriks.[7] Melalui penemuan ini, Hippias memberikan jalan bagi penemuan-penemuan lain dalam bidang geometri pada masa selanjutnya.[2]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b c d e f g h i j k K. Bertens. 1990. Sejarah Filsafat Yunani. Yogyakarta: Kanisius. Hal. 74-75.
  2. ^ a b c d (Inggris)Edward Zeller. 1957. Outlines of the History of Greek Philosophy. New York: Meridian Books. P. 102-104.
  3. ^ a b c d e f g (Inggris)Albert A. Avey. 1954. Handbook in the History of Philosophy. New York: Barnes & Noble. P.18-19.
  4. ^ (Inggris)John Gibert. 2003. "The Sofists". In The Blackwell Companion to Ancient Philosophy. Christopher Shields, ed. 27-50. Malden: Blackwell.
  5. ^ a b c (Inggris)Ted Honderich (ed.). 1995. The Oxford Companion to Philosophy. Oxford, New York: Oxford University Press. P. 338.
  6. ^ a b c d (Inggris)Jaap Mansfeld. 1999. "Sources". In The Cambridge Companion to Early Philosophy, ed. A.A. Long ed., 22-44. London: Cambridge University Press.
  7. ^ a b (Inggris)Harry A. Ide. 1999. "Sophist". In The Cambridge Dictionary of Philosophy. Robert Audi, ed. 752-753. London: Cambridge University Press.

Pranala[sunting | sunting sumber]