Lompat ke isi

Limbo: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Wagino Bot (bicara | kontrib)
k top: Bot: Merapikan artikel
 
(30 revisi perantara oleh 10 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
[[Berkas:Follower of Jheronimus Bosch Christ in Limbo.jpg|jmpl|275px|''Christ in Limbo'' ({{circa}} 1575), karya seorang pengikut [[Hieronymus Bosch]]<ref>{{en}} {{citation |url=http://www.imamuseum.org/collections/artwork/christ-limbo-bosch-hieronymus |title=Christ in Limbo |publisher=Indianapolis Museum of Art}}</ref>]]
[[File:Domenico Beccafumi 018.jpg|225px|right|thumb|''Jesus in Limbo'' oleh [[Domenico Beccafumi]]]]
'''Limbo''' ({{lang-la|[[wikt:en:limbus|limbus]]}}, artinya: tepi atau batas, merujuk pada "tepi" neraka), dalam [[Teologi Katolik|teologi Gereja Katolik]], adalah suatu gagasan spekulatif mengenai kondisi [[kehidupan setelah kematian]] bagi mereka yang meninggal karena [[dosa asal]]nya tanpa ditetapkan untuk masuk dalam kutukan [[neraka]]. Para [[teolog]] abad pertengahan dari [[Eropa]] barat menjelaskan bahwa "[[dunia bawah]]" (neraka, ''[[hades]]'', ''infernum'') dibagi menjadi 4 bagian yang berbeda: neraka terkutuk (sebagian menyebutnya [[Gehenna]]), [[purgatorium]], Limbo para Bapa (''limbus patrum''), Limbo para Bayi (''limbus infantium''). Namun Limbo para Bayi <u>bukanlah</u> [[doktrin]] resmi [[Gereja Katolik]].
'''Limbo''' ([[bahasa Latin]]: ''limbo''; arti: pinggir) adalah tempat atau keadaan orang mati yang tidak masuk surga atau pun neraka.<ref name="Wellem">F.D.Wellem. Kamus Sejarah Gereja. Jakarta: BPK Gunung Mulia 2009.</ref> Ajaran mengenai Limbo didasarkan pada ajaran [[Gereja Katolik Roma]].<ref name="Wellem" /> Orang-orang berada di Limbo dikatakan sedang menunggu di [[pinggir surga]] atau [[neraka]].<ref name="Wellem" /> Orang [[saleh]] menunggu di sana hingga kedatangan [[Kristus]] yang kedua kalinya.<ref name="Wellem" />


== Limbo para Bapa ==
Pandangan [[Augustine]] bahwa orang yang meninggal di dalam [[dosa asal]]nya adalah terkutuk.<ref name="Lynch">Joseph H.Lynch. The Medieval Church: A Brief History. New York: Longman Publishing 1943.</ref> Hal ini menjadi tekanan bagi [[umat Kristen]] saat itu.<ref name="Lynch" /> Pada [[abad ke-13]], beberapa [[teolog]] mengajukan ide mengenai Limbo, yang merupakan [[tempat di bawah bumi]] untuk menampung orang-orang yang meninggal, baik itu bayi yang baru lahir hingga orang dewasa yang belum dibaptis.<ref name="Lynch" /> Di Limbo, mereka tidak menderita dan tidak mendapat belas kasih serta kemuliaan dari Tuhan.<ref name="Lynch" /> Baptisan adalah praktik yang lazim dan ideal.<ref name="Lynch" />
[[Berkas:Chora Anastasis1.jpg|kiri|250px|jmpl|Kebangkitan Kristus juga membangkitkan [[Adam dan Hawa]] dari Limbo ([[ikonografi]] Ortodoks Timur di [[:en:Chora Church|Chora Church]], [[Istanbul]])]]
"Limbo para Bapa" ({{lang-en|Limbo of the Fathers}}, {{lang-la|limbus patrum}}) dipandang sebagai [[keadaan antara|keadaan sementara]] bagi mereka, terlepas dari [[Dosa (Kristen)|dosa-dosa]] yang telah mereka lakukan, yang [[meninggal]] dunia dalam persahabatan dengan [[Allah]] namun belum dapat masuk dalam [[surga]] sampai dengan penebusan oleh [[Yesus Kristus]] (lihat: [[Kebangkitan Yesus]]). Istilah ini merupakan sebuah nama pada [[abad pertengahan]] untuk menyebut satu bagian dari [[dunia bawah]] (''underwold''), yaitu ''hades'' ({{lang-he|[[sheol]]}}), dimana para bapa atau orang benar dari [[Perjanjian Lama]] diyakini berada di sana menantikan turunnya roh [[Kristus]] kepada mereka melalui [[Kematian Yesus|kematian-Nya]] untuk membebaskan mereka.<ref>{{en}} {{citation |title=Summa Theologica |chapter=Question 52. Christ's descent into hell |author=St. [[Thomas Aquinas]] |edition=1920, Second and Revised Edition |others=Literally translated by Fathers of the English Dominican Province |publisher=New Advent |url=http://www.newadvent.org/summa/4052.htm}}</ref> [[Katekismus Gereja Katolik]] (KGK) 632-633 menjelaskan bahwa Kristus turun ke 'neraka' (bedakan dengan "neraka terkutuk") untuk membebaskan orang-orang benar yang meninggal dunia sebelum Dia. Hal ini merupakan arti pertama atas apa yang diberitakan oleh pewartaan [[Keduabelas rasul|para rasul]] mengenai turunnya [[Kristus]] ke tempat penantian orang mati: "Yesus, layaknya semua manusia, mengalami kematian dan jiwa-Nya masuk ke tempat perhentian orang mati. Namun Ia turun ke sana sebagai [[Juru selamat]], memaklumkan Kabar Gembira kepada jiwa-jiwa yang tertahan di sana." KGK tidak menggunakan kata "Limbo".<ref>{{en}} {{citation |url=http://www.vatican.va/archive/ENG0015/__P1R.HTM |title=Catechism of the Catholic Church |chapter=Paragraph 1. Christ Descended into Hell |publisher=Libreria Editrice Vaticana}}</ref>

[[Lukas 16]]:22 berbicara tentang "[[pangkuan Abraham]]", di mana [[Gereja Katolik Roma]] dan [[Gereja Ortodoks Timur]] mengikuti para penulis [[Kristen]] awal, yang memahaminya sebagai suatu keadaan sementara bagi [[jiwa|jiwa-jiwa]] yang menanti untuk masuk [[surga]].
Akhir keadaan tersebut adalah [[Kebangkitan orang mati|Kebangkitan Orang Mati]] (penafsiran umum di [[Gereja Timur]]) atau turunnya Kristus ke tempat penantian ({{lang-la|Descensus Christi ad Inferos}}), yang merupakan penafsiran paling umum di [[Gereja Barat]] dan diadopsi juga oleh sebagian kalangan di Timur.<ref>{{en}} {{citation |url=http://orthodoxeurope.org/page/11/1/5.aspx |title=Christ the Conqueror of Hell - The Descent of Christ into Hades in Eastern and Western Theological Traditions |author=Bishop Hilarion Alfeyev |publisher=Department for External Church Relations of the Moscow Patriarchate}}</ref>

Doktrin yang dinyatakan dengan istilah "Limbo para Bapa" pernah diajarkan, misalnya oleh [[Klemens dari Aleksandria]], seorang [[Bapa Gereja]] Timur, yang menuliskan mengenai ''hades'' (''The Stromata'', Buku VI - Bab VI).<ref>{{en}} {{citation |url=http://www.earlychristianwritings.com/text/clement-stromata-book6.html |author=Clement of Alexandria |chapter=The Stromata, or Miscellanies |title=Historical Jesus Theories |editor=Peter Kirby |publisher=Early Christian Writings}}</ref>

== Limbo para Bayi ==
Limbo para Bayi ({{lang-la|limbus infantium, limbus puerorum}}) adalah suatu [[hipotesis]] tentang status permanen dari [[bayi|bayi-bayi]] yang meninggal sebelum di[[baptis]]; mereka terlalu kecil untuk dapat melakukan [[Dosa (Kristen)|dosa-dosa]] pribadi, tetapi belum dibebaskan dari [[dosa asal]]. Spekulasi teologis Katolik baru-baru ini cenderung menekankan pada [[Harapan (kebajikan)|pengharapan]], walau tidak secara pasti, bahwa bayi-bayi ini mungkin mencapai surga, bukan keadaan yang semestinya di Limbo.<ref name="ITC">{{en}} {{citation |url=http://www.vatican.va/roman_curia/congregations/cfaith/cti_documents/rc_con_cfaith_doc_20070419_un-baptised-infants_en.html |title=The Hope of Salvation for Infants Who Die Without Being Baptised |author=International Theological Commission |publisher=Holy See}}</ref> Meskipun Gereja Katolik memiliki satu doktrin yang telah [[Infalibilitas kepausan|didefinisikan secara dogmatis]] pada dosa asal, tetapi tidak dijelaskan perihal nasib bayi-bayi yang belum dibaptis; para teolog diberi kebebasan untuk mengusulkan berbagai teori menyangkut hal ini, dimana [[magisterium]] Gereja pun bebas untuk menerima atau menolaknya. Limbo adalah salah satu teori ini.<ref name="ITC"/><ref>{{en}} {{citation |url=http://www.vatican.va/archive/ENG0015/__P3M.HTM |title=Catechism of the Catholic Church |chapter=VI. The Necessity of Baptism |publisher=Libreria Editrice Vaticana}}</ref>

=== Bapa Gereja Latin ===
Dalam usahanya melawan [[Pelagius]], yang menyangkal adanya dosa asal, [[Santo]] [[Agustinus dari Hippo]] dibuatnya menyatakan bahwa karena adanya dosa asal, "[jiwa-jiwa] para bayi yang meninggalkan tubuhnya tanpa dibaptis akan mengalami hukuman yang paling ringan di antara semuanya. Orang tersebut, oleh karena itu, sangatlah menipu baik dirinya sendiri dan juga orang lain, dengan mengajarkan bahwa mereka tidak akan menerima hukuman; sedangkan [[Paulus dari Tarsus|sang rasul]] mengatakan: 'Penghakiman atas satu pelanggaran itu telah mengakibatkan penghukuman' ([[Roma 5]]:16), dan juga sedikit yang berikutnya: 'Oleh satu pelanggaran semua orang beroleh penghukuman' (Roma 5:18)."<ref name="ITC"/><ref>{{en}} {{citation |chapter=On Merit and the Forgiveness of Sins, and the Baptism of Infants (Book I) |author=St. Augustine |others=Translated by Peter Holmes and Robert Ernest Wallis, and revised by Benjamin B. Warfield |title=Nicene and Post-Nicene Fathers, First Series, Vol. 5 |editor=Philip Schaff |location=Buffalo, NY |publisher=Christian Literature Publishing Co. (retrieved from New Advent) |edition=1887 |url=http://www.newadvent.org/fathers/15011.htm}}</ref>

[[Konsili]] para [[uskup]] Afrika Utara, termasuk Agustinus dari Hippo, yang diadakan di [[Kartago]] pada tahun [[418]] tidak mengesahkan secara eksplisit semua aspek dari pandangan tegas Agustinus mengenai nasib para bayi yang meninggal tanpa dibaptis, tetapi dikatakan dalam suatu bagian dari satu kanon (tidak ditemukan pada semua naskah) bahwa tidaklah ada "tempat kediaman bahagia di tengah-tengah atau lainnya bagi anak-anak yang telah meninggalkan kehidupan ini tanpa Pembaptisan, yang mana tanpanya mereka tidak dapat masuk dalam kerajaan surga, yaitu kehidupan [[abadi]]".<ref name="ITC"/><ref>{{en}} {{citation |others=Translated by Henry Percival |chapter=Council of Carthage (A.D. 419) |title=Nicene and Post-Nicene Fathers, Second Series, Vol. 14 |editor=Philip Schaff and Henry Wace |location=Buffalo, NY |publisher=Christian Literature Publishing Co. (retrieved from New Advent) |edition=1900 |url=http://www.newadvent.org/fathers/3816.htm}}</ref> Pengaruh Agustinus yang besar di dunia Barat, bagaimanapun, membuat beberapa Bapa Gereja [[Gereja Latin|Latin]] dari abad ke-5 dan 6 (seperti St. [[Hieronimus]] dan St. [[Gregorius Agung]]) mengadopsi opininya.<ref name="ITC"/>

=== Teolog abad pertengahan ===
Pada abad pertengahan, beberapa teolog masih menggunakan pandangan St Agustinus. Kemudian pada abad ke-12, [[Petrus Abelardus]] mengatakan bahwa para bayi ini tidak mengalami [[siksa dosa|siksaan]] fisik atau hukuman positif, hanya siksaan karena tidak dapat mengalami "tatap muka" langsung dengan Allah ([[visiun beatifika]]). Dalam perkembangan doktrin pada abad pertengahan, kehilangan visiun beatifika (''poena damni'') dianggap sebagai hukuman atas dosa asal, sedangkan "siksaan neraka abadi" merupakan hukuman atas [[Dosa (Kristen)#Dosa berat|dosa berat]] yang benar-benar dilakukan. Yang lain lagi berpendapat bahwa bayi yang tidak dibaptis tidak mengalami siksaan sama sekali: tiada kesadaran akan hilangnya visiun beatifika, mereka menikmati suatu keadaan kebahagiaan yang alamiah atau natural, bukan [[supernatural]]. Istilah "Limbo para Bayi" terbentuk sekitar abad ke-12 dan 13 untuk menamakan "tempat peristirahatan" para bayi.<ref name="ITC"/>

Jika surga adalah suatu keadaan kebahagiaan supernatural (adikodrati) dan persatuan dengan Tuhan, dan neraka dipahami sebagai suatu keadaan penyiksaan dan keterpisahan dari Tuhan maka — menurut pandangan ini — Limbo para Bayi, meski secara teknis merupakan bagian dari neraka (bagian terluar, "limbo" berarti tepi luar atau pinggir) dianggap semacam keadaan di antara keduanya. Pertanyaan mengenai Limbo tidak termasuk bagian dari [[Summa Theologica]] yang ditulis oleh St. [[Thomas Aquinas]] sendiri, tetapi dibahas dalam Lampiran I dari Suplemen bagian III yang ditambahkan setelah kematiannya oleh [[Pastor|Fra]] Rainaldo da Piperino, yaitu teman dan pendampingnya, dan kemungkinan diambil dari komentar St. Thomas atas ''[[Sentences]]'' Buku IV karya [[Petrus Lombardus]].<ref>{{en}} {{citation |title=The Summa Theologica of St. Thomas Aquinas |chapter=Supplement to the Third Part (Supplementum Tertiæ Partis) |edition=1920, Second and Revised Edition |others=Literally translated by Fathers of the English Dominican Province |url=http://www.newadvent.org/summa/5.htm |publisher=New Advent (Online Edition)}}</ref> Pada bagian tersebut, Limbo para Bayi digambarkan sebagai suatu keadaan sukacita alami yang abadi, tanpa merasa kehilangan akan betapa besarnya sukacita yang seharusnya mereka rasakan seandainya mereka dibaptis. Dalam penjelasan itu dikaitkan juga dengan perbedaan antara mereka yang diberi kesempatan untuk menggunakan [[kehendak bebas]]nya dan mereka yang tidak memiliki kesempatan itu (termasuk para bayi).<ref>{{en}} {{citation |url=http://www.newadvent.org/summa/6001.htm |title=The Summa Theologica of St. Thomas Aquinas - Supplement (Appendix I) |chapter=Question 1. The Quality of Those Souls Who Depart This Life With Original Sin Only |edition=1920, Second and Revised Edition |others=Literally translated by Fathers of the English Dominican Province |publisher=New Advent (Online Edition)}}</ref>

Kebahagiaan alamiah yang dialami pada keadaan ini terdiri dalam pandangan akan Allah melalui perantaraan ciptaan-ciptaan-Nya.<ref>{{en}} {{citation |author=Lawrence Feingold |title=The Natural Desire to See God According to St. Thomas and His Interpreters |edition=2nd |publisher=Sapientia Press of Ave Maria University |year=2010}}</ref> [[Komisi Teologi Internasional]] dalam dokumennya menjelaskan bahwa karena anak-anak di bawah umur, yang belum dapat menggunakan [[akal]] budinya, tidak melakukan [[Dosa (Kristen)|dosa]] pribadi atau dosa yang sebenarnya, para teolog (seperti St. Thomas Aquinas dan [[Beato]] [[Duns Scotus]]) sampai pada pandangan umum bahwa anak-anak yang belum dibaptis itu tidak merasakan sakit sama sekali atau bahkan mereka menikmati suatu kebahagian sepenuhnya melalui persatuan mereka dengan Allah dalam segala ciptaan alamiah.<ref name="ITC"/>

=== Perkembangan selanjutnya ===
[[Konsili Ekumenis]] di [[Konsili Florence|Florence]] pada tahun [[1442]] berbicara mengenai pentingnya baptisan bahkan untuk anak-anak dan perlunya mereka dibaptis sesegera mungkin setelah lahir.<ref name="florence">{{citation |url=http://www.ewtn.com/library/COUNCILS/FLORENCE.HTM#5 |title=Ecumenical Council of Florence (1438-1445) |chapter=Session 11—4 February 1442 |others=Introduction and translation taken from Decrees of the Ecumenical Councils |editor=Norman P. Tanner |publisher=Eternal Word Television Network |accessdate=2015-06-27 |archive-date=2009-04-25 |archive-url=https://web.archive.org/web/20090425150516/http://www.ewtn.com/library/COUNCILS/FLORENCE.HTM#5 |dead-url=yes }}</ref> Hal ini sebelumnya telah ditegaskan juga pada konsili lokal di [[Konsili Kartago|Kartago]] pada tahun [[417]]. Konsili Florence juga menyatakan bahwa mereka yang meninggal akibat dosa asal saja masuk dalam 'neraka', tetapi dengan penderitaan yang tidak sama dengan mereka yang benar-benar melakukan dosa berat.<ref name="florence"/> Penentangan [[John Wycliffe]] atas perlunya baptisan bayi dikutuk oleh konsili ekumenis lainnya, yaitu [[Konsili Konstanz]].<ref>Session 15, 6 July 1415</ref> [[Konsili Trente]] tahun [[1547]] menyatakan secara ekslipisit bahwa baptisan (ataupun [[baptisan keinginan]]) adalah sarana dimana seseorang dialihkan dari keadaan dimana ia telah dilahirkan sebagai anak [[Adam]], ke dalam keadaan rahmat melalui Adam kedua, yakni [[Yesus Kristus]].<ref>{{en}} {{citation |url=https://history.hanover.edu/texts/trent/ct06.html |title=The Council of Trent - The Sixth Session |others=Trans. J. Waterworth |location=London |publisher=Dolman (retrieved from Hanover College) |edition=1848}}</ref>

Sepanjang abad ke-18 dan 19, berbagai teolog (Bianchi pada 1768, H. Klee pada 1835, Caron pada 1855, H. Schell pada 1893) terus melanjutkan usaha untuk merumuskan teori mengenai bagaimana anak-anak yang meninggal tanpa dibaptis mungkin masih bisa diselamatkan. Pada tahun 1952 [[Ludwig Ott]], seorang teolog yang tulisannya telah digunakan secara luas dan cukup dihormati, mengajarkan secara terbuka mengenai kemungkinan bahwa anak-anak yang meninggal tanpa dibaptis mungkin diselamatkan dan masuk surga. Ia juga mengutip pandangan [[Kardinal]] [[Thomas Cajetan]], seorang teolog abad ke-16, bahwa anak tersebut mungkin terselamatkan melalui keinginan ibunya untuk membaptisnya atau melalui [[doa]] [[Gereja]].<ref>{{en}} [[Denzinger]] 712." Ludwig Ott, ''Fundamentals of Catholic Dogma'', Book 2, Section 2, § 25 (p. 114 of the 1963 edition)</ref> Dalam panduan ''Pastoralis Actio'' yang dikeluarkan pada 20 Oktober 1980, [[Kongregasi bagi Doktrin Iman]] menyatakan bahwa "berkenaan dengan anak-anak yang meninggal tanpa dibaptis, Gereja hanya dapat mempercayakan mereka pada kerahiman Tuhan, sebagaimana yang dilakukan Gereja dalam [[ritus]] pemakaman yang disediakan bagi mereka",<ref>{{en}} {{citation |url=http://www.catholicculture.org/culture/library/view.cfm?id=7521#1c |title=Pastoralis Actio |chapter=The Church's Mission |author=Congregation for the Doctrine of the Faith |publisher=CatholicCulture.org |date=October 20, 1980}}</ref>{{rp|13}} dan membiarkan semua teori yang ada, termasuk "Limbo", sebagai kemungkinan yang layak.

Ajaran Gereja Katolik diungkapkan pada tahun 1992 melalui [[Katekismus Gereja Katolik]] (KGK) #1257-1260 bahwa "Pembaptisan adalah perlu demi keselamatan mereka, kepada siapa [[Injil]] telah diwartakan dan yang memiliki kemungkinan untuk memohon [[Sakramen (Katolik)|sakramen]] ini". Selanjutnya dikatakan: "Allah telah mengikatkan keselamatan pada Sakramen Baptisan, tetapi Ia sendiri tidaklah terikat pada sakramen-sakramen-Nya". Hal ini mengingatkan bahwa, terlepas dari sakramen tersebut, "baptisan darah" (seperti dalam kasus para [[martir]]) dan "baptisan kerinduan" (dalam kasus para [[katekumen]] yang meninggal sebelum dibaptis) bersama-sama dengan pertobatan dan kasih, memastikan keselamatan. Dinyatakan juga bahwa karena Kristus telah mati untuk semua orang dan semuanya dipanggil pada tujuan ilahi yang sama, "setiap orang yang tidak mengenal Injil Kristus dan Gereja-Nya, tapi mencari kebenaran dan melakukan kehendak Allah sesuai dengan pemahamannya, dapat diselamatkan", sehingga diandaikan bahwa jika orang-orang tersebut mengetahui perlunya pembaptisan, mereka tentu akan menginginkannya.<ref name="p2s2c1a1">{{en}} {{citation |url=http://www.vatican.va/archive/ccc_css/archive/catechism/p2s2c1a1.htm |title=Catechism of the Catholic Church |chapter=Article 1: The Sacrament of Baptism |publisher=Holy See}}</ref>

Lalu KGK #1261 menyatakan: "Mengenai anak-anak yang meninggal tanpa Baptisan, Gereja hanya dapat mempercayakan mereka pada belas kasihan Allah, seperti yang dilakukan Gereja dalam ritus pemakaman bagi mereka. Belas kasih Allah yang amat besar yang menghendaki semua orang terselamatkan, dan kelembutan hati Yesus pada anak-anak yang menyebabkan-Nya berkata: 'Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan menghalang-halangi mereka' ([[Markus 10]]:14), memungkinkan kita untuk berharap bahwa ada suatu jalan keselamatan bagi anak-anak yang meninggal tanpa Pembaptisan."<ref name="p2s2c1a1"/>

Tanggal 20 April 2007 [[Komisi Teologi Internasional]] menerbitkan suatu dokumen yang pada awalnya disusun atas permintaan [[Paus (Katolik Roma)|Paus]] [[Yohanes Paulus II]], dan telah memperoleh persetujuan untuk diterbitkan oleh Paus [[Benediktus XVI]] pada 19 Februari 2007, dengan judul "Harapan atas Keselamatan bagi Bayi-bayi yang Meninggal tanpa Dibaptis".<ref name="ITC"/><ref name="CNS">{{en}} {{citation |url=http://www.catholicnews.com/data/stories/cns/0702216.htm |title=Vatican commission: Limbo reflects 'restrictive view of salvation' |author=John Thavis |date=April 20, 2007 |publisher=Catholic News Service / USCCB}}</ref> Setelah menelusuri sejarah dari berbagai pendapat yang ada perihal nasib para bayi yang tidak dibaptis dalam kehidupan [[abadi]], termasuk yang berhubungan dengan teori Limbo para Bayi dan kajian berbagai argumen teologis, dokumen tersebut menyimpulkan:<ref name="ITC"/>
<blockquote>"Kesimpulan kami adalah banyak faktor yang telah kami bahas di atas memberikan dasar teologis dan liturgis yang serius bagi harapan bahwa bayi-bayi tak terbaptis yang meninggal akan diselamatkan dan menikmati visiun beatifika. Kami menekankan bahwa ada alasan-alasan untuk berpengharapan dalam doa, daripada mendasarkan pada kepastian pengetahuan. Ada banyak hal yang sama sekali belum terungkap bagi kita ([[Yohanes 16]]:12). Kita hidup dengan iman dan pengharapan dalam Allah yang penuh kerahiman dan cinta yang telah terungkap bagi kita dalam Kristus, dan Roh menggerakkan kita untuk berdoa dalam sukacita dan rasa syukur senantiasa ([[1 Tesalonika 5]]:18)."</blockquote>
<blockquote>"Apa yang telah diungkapkan kepada kita adalah bahwa cara normal untuk meraih keselamatan yakni melalui Sakramen Pembaptisan. Seharusnya tidak ada satu pun dari berbagai pertimbangan di atas yang diambil sebagai penilaian akan perlunya baptisan atau membenarkan penundaan penerimaan sakramen tersebut. Sebaliknya, sebagaimana kami ingin tegaskan kembali dalam kesimpulan, mereka memberikan dasar-dasar kuat bagi harapan bahwa Allah akan menyelamatkan bayi-bayi pada saat dimana kita belum dapat melakukan bagi mereka apa yang kita ingin lakukan, yaitu membaptis bayi-bayi itu dalam iman dan kehidupan Gereja."</blockquote>

Berita di media cetak bahwa melalui dokumen tersebut "Paus menutup Limbo"<ref>{{en}} {{citation |url=http://www.nytimes.com/2007/04/21/world/europe/21briefs-limbo.html |title=Vatican City: Pope Closes Limbo |author=Ian Fisher |publisher=The New York Times |date=April 21, 2007}}</ref> tidaklah berdasar. Pada kenyataannya, pada awal pembukaan paragraf kedua dokumen tersebut dinyatakan secara eksplisit bahwa "Teori ''limbo'', dipahami sebagai suatu keadaan yang meliputi jiwa-jiwa para bayi yang meninggal karena dosa asal dan tanpa baptisan, dan yang oleh karenanya tidak menikmati visiun beatifika dan tidak dikenakan hukuman apapun, karena mereka tidak bersalah atas dosa pribadi apapun. Teori ini, yang diuraikan oleh para teolog pada awal abad pertengahan, tidak pernah dimasukkan dalam pernyataan [[dogma]]tis [[Magisterium]]. Namun Magisterium yang sama berkali-kali menyebutkan teori tersebut dalam pengajaran umum sampai dengan [[Konsili Vatikan II]]. Oleh sebab itu teori ini tetap merupakan sebuah hipotesis teologis yang memungkinkan."; dan dalam paragraf 41 diulang kembali bahwa teori Limbo "tetap sebuah opini teologis yang memungkinkan".<ref name="ITC"/> Dokumen tersebut dengan demikian memungkinkan hipotesis "Limbo para Bayi" dipertahankan sebagai salah satu teori yang ada mengenai nasib anak-anak yang meninggal tanpa dibaptis, sebuah pertanyaan yang mana "tidak ada jawaban eksplisit" dari [[Kitab Suci]] ataupun [[Tradisi Suci]].<ref name="CNS"/>

== Lihat pula ==
* [[Firdaus (Surga)|Firdaus]]
* [[Hades dalam Kekristenan]]
* [[Keadaan antara]]
* [[Pangkuan Abraham]]
* [[Sheol]]


== Referensi ==
== Referensi ==
{{Reflist}}
{{reflist|2}}

{{Kristen-stub}}
== Pranala luar ==
{{Commons category|Limbo (afterlife)}}
{{Wiktionary|limbo|en:limbo}}
* {{CathEncy|wstitle=Limbo}}
* {{en}} [http://www.vatican.va/roman_curia/congregations/cfaith/cti_documents/rc_con_cfaith_doc_20070419_un-baptised-infants_en.html ''The Hope of Salvation for Infants Who Die Without Being Baptized''] (document of the International Theological Commission)
* {{en}} [http://www.romancatholicism.org/jansenism/limbo-pelagianism.htm ''Unbaptized Infants Suffer Fire and Limbo is a Heretical Pelagian Fable''] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20060806095620/http://www.romancatholicism.org/jansenism/limbo-pelagianism.htm |date=2006-08-06 }} (a Traditionalist Catholic sedevacantist perspective)


{{Neraka}}
[[kategori:Kehidupan setelah kematian]]
{{Authority control}}
[[kategori:Kosmologi Kristen]]
[[kategori:Eskatologi Kristen]]
[[kategori:Istilah Katolik]]
[[kategori:Kekristenan dan Kematian]]


[[Kategori:Kehidupan setelah kematian]]
[[ca:Llimbs]]
[[Kategori:Kosmologi Kristen]]
[[cs:Limbus (náboženství)]]
[[Kategori:Eskatologi Kristen]]
[[de:Limbus (Theologie)]]
[[Kategori:Istilah dalam Gereja Katolik Roma]]
[[en:Limbo]]
[[Kategori:Kekristenan dan Kematian]]
[[eo:Limbo (religio)]]
[[es:Limbo (teología)]]
[[fa:برزخ]]
[[fi:Limbus]]
[[fr:Limbes]]
[[he:לימבו]]
[[hy:Լիմբոս]]
[[ia:Limbo]]
[[it:Limbo]]
[[ja:辺獄]]
[[ko:고성소]]
[[lt:Pragarai]]
[[nl:Voorgeborchte]]
[[no:Limbo]]
[[pl:Otchłań]]
[[pt:Limbo]]
[[ru:Лимб (религия)]]
[[sl:Predpekel]]
[[sr:Лимбо (теологија)]]
[[sv:Limbo (religion)]]
[[tg:Limbo]]
[[uk:Лімб (релігія)]]
[[vi:Lâm bô]]
[[vls:Vôorgeborchte]]
[[zh:靈薄獄]]

Revisi terkini sejak 30 Agustus 2023 10.17

Christ in Limbo (ca 1575), karya seorang pengikut Hieronymus Bosch[1]

Limbo (bahasa Latin: limbus, artinya: tepi atau batas, merujuk pada "tepi" neraka), dalam teologi Gereja Katolik, adalah suatu gagasan spekulatif mengenai kondisi kehidupan setelah kematian bagi mereka yang meninggal karena dosa asalnya tanpa ditetapkan untuk masuk dalam kutukan neraka. Para teolog abad pertengahan dari Eropa barat menjelaskan bahwa "dunia bawah" (neraka, hades, infernum) dibagi menjadi 4 bagian yang berbeda: neraka terkutuk (sebagian menyebutnya Gehenna), purgatorium, Limbo para Bapa (limbus patrum), Limbo para Bayi (limbus infantium). Namun Limbo para Bayi bukanlah doktrin resmi Gereja Katolik.

Limbo para Bapa

[sunting | sunting sumber]
Kebangkitan Kristus juga membangkitkan Adam dan Hawa dari Limbo (ikonografi Ortodoks Timur di Chora Church, Istanbul)

"Limbo para Bapa" (bahasa Inggris: Limbo of the Fathers, bahasa Latin: limbus patrum) dipandang sebagai keadaan sementara bagi mereka, terlepas dari dosa-dosa yang telah mereka lakukan, yang meninggal dunia dalam persahabatan dengan Allah namun belum dapat masuk dalam surga sampai dengan penebusan oleh Yesus Kristus (lihat: Kebangkitan Yesus). Istilah ini merupakan sebuah nama pada abad pertengahan untuk menyebut satu bagian dari dunia bawah (underwold), yaitu hades (bahasa Ibrani: sheol‎), dimana para bapa atau orang benar dari Perjanjian Lama diyakini berada di sana menantikan turunnya roh Kristus kepada mereka melalui kematian-Nya untuk membebaskan mereka.[2] Katekismus Gereja Katolik (KGK) 632-633 menjelaskan bahwa Kristus turun ke 'neraka' (bedakan dengan "neraka terkutuk") untuk membebaskan orang-orang benar yang meninggal dunia sebelum Dia. Hal ini merupakan arti pertama atas apa yang diberitakan oleh pewartaan para rasul mengenai turunnya Kristus ke tempat penantian orang mati: "Yesus, layaknya semua manusia, mengalami kematian dan jiwa-Nya masuk ke tempat perhentian orang mati. Namun Ia turun ke sana sebagai Juru selamat, memaklumkan Kabar Gembira kepada jiwa-jiwa yang tertahan di sana." KGK tidak menggunakan kata "Limbo".[3]

Lukas 16:22 berbicara tentang "pangkuan Abraham", di mana Gereja Katolik Roma dan Gereja Ortodoks Timur mengikuti para penulis Kristen awal, yang memahaminya sebagai suatu keadaan sementara bagi jiwa-jiwa yang menanti untuk masuk surga. Akhir keadaan tersebut adalah Kebangkitan Orang Mati (penafsiran umum di Gereja Timur) atau turunnya Kristus ke tempat penantian (bahasa Latin: Descensus Christi ad Inferos), yang merupakan penafsiran paling umum di Gereja Barat dan diadopsi juga oleh sebagian kalangan di Timur.[4]

Doktrin yang dinyatakan dengan istilah "Limbo para Bapa" pernah diajarkan, misalnya oleh Klemens dari Aleksandria, seorang Bapa Gereja Timur, yang menuliskan mengenai hades (The Stromata, Buku VI - Bab VI).[5]

Limbo para Bayi

[sunting | sunting sumber]

Limbo para Bayi (bahasa Latin: limbus infantium, limbus puerorum) adalah suatu hipotesis tentang status permanen dari bayi-bayi yang meninggal sebelum dibaptis; mereka terlalu kecil untuk dapat melakukan dosa-dosa pribadi, tetapi belum dibebaskan dari dosa asal. Spekulasi teologis Katolik baru-baru ini cenderung menekankan pada pengharapan, walau tidak secara pasti, bahwa bayi-bayi ini mungkin mencapai surga, bukan keadaan yang semestinya di Limbo.[6] Meskipun Gereja Katolik memiliki satu doktrin yang telah didefinisikan secara dogmatis pada dosa asal, tetapi tidak dijelaskan perihal nasib bayi-bayi yang belum dibaptis; para teolog diberi kebebasan untuk mengusulkan berbagai teori menyangkut hal ini, dimana magisterium Gereja pun bebas untuk menerima atau menolaknya. Limbo adalah salah satu teori ini.[6][7]

Bapa Gereja Latin

[sunting | sunting sumber]

Dalam usahanya melawan Pelagius, yang menyangkal adanya dosa asal, Santo Agustinus dari Hippo dibuatnya menyatakan bahwa karena adanya dosa asal, "[jiwa-jiwa] para bayi yang meninggalkan tubuhnya tanpa dibaptis akan mengalami hukuman yang paling ringan di antara semuanya. Orang tersebut, oleh karena itu, sangatlah menipu baik dirinya sendiri dan juga orang lain, dengan mengajarkan bahwa mereka tidak akan menerima hukuman; sedangkan sang rasul mengatakan: 'Penghakiman atas satu pelanggaran itu telah mengakibatkan penghukuman' (Roma 5:16), dan juga sedikit yang berikutnya: 'Oleh satu pelanggaran semua orang beroleh penghukuman' (Roma 5:18)."[6][8]

Konsili para uskup Afrika Utara, termasuk Agustinus dari Hippo, yang diadakan di Kartago pada tahun 418 tidak mengesahkan secara eksplisit semua aspek dari pandangan tegas Agustinus mengenai nasib para bayi yang meninggal tanpa dibaptis, tetapi dikatakan dalam suatu bagian dari satu kanon (tidak ditemukan pada semua naskah) bahwa tidaklah ada "tempat kediaman bahagia di tengah-tengah atau lainnya bagi anak-anak yang telah meninggalkan kehidupan ini tanpa Pembaptisan, yang mana tanpanya mereka tidak dapat masuk dalam kerajaan surga, yaitu kehidupan abadi".[6][9] Pengaruh Agustinus yang besar di dunia Barat, bagaimanapun, membuat beberapa Bapa Gereja Latin dari abad ke-5 dan 6 (seperti St. Hieronimus dan St. Gregorius Agung) mengadopsi opininya.[6]

Teolog abad pertengahan

[sunting | sunting sumber]

Pada abad pertengahan, beberapa teolog masih menggunakan pandangan St Agustinus. Kemudian pada abad ke-12, Petrus Abelardus mengatakan bahwa para bayi ini tidak mengalami siksaan fisik atau hukuman positif, hanya siksaan karena tidak dapat mengalami "tatap muka" langsung dengan Allah (visiun beatifika). Dalam perkembangan doktrin pada abad pertengahan, kehilangan visiun beatifika (poena damni) dianggap sebagai hukuman atas dosa asal, sedangkan "siksaan neraka abadi" merupakan hukuman atas dosa berat yang benar-benar dilakukan. Yang lain lagi berpendapat bahwa bayi yang tidak dibaptis tidak mengalami siksaan sama sekali: tiada kesadaran akan hilangnya visiun beatifika, mereka menikmati suatu keadaan kebahagiaan yang alamiah atau natural, bukan supernatural. Istilah "Limbo para Bayi" terbentuk sekitar abad ke-12 dan 13 untuk menamakan "tempat peristirahatan" para bayi.[6]

Jika surga adalah suatu keadaan kebahagiaan supernatural (adikodrati) dan persatuan dengan Tuhan, dan neraka dipahami sebagai suatu keadaan penyiksaan dan keterpisahan dari Tuhan maka — menurut pandangan ini — Limbo para Bayi, meski secara teknis merupakan bagian dari neraka (bagian terluar, "limbo" berarti tepi luar atau pinggir) dianggap semacam keadaan di antara keduanya. Pertanyaan mengenai Limbo tidak termasuk bagian dari Summa Theologica yang ditulis oleh St. Thomas Aquinas sendiri, tetapi dibahas dalam Lampiran I dari Suplemen bagian III yang ditambahkan setelah kematiannya oleh Fra Rainaldo da Piperino, yaitu teman dan pendampingnya, dan kemungkinan diambil dari komentar St. Thomas atas Sentences Buku IV karya Petrus Lombardus.[10] Pada bagian tersebut, Limbo para Bayi digambarkan sebagai suatu keadaan sukacita alami yang abadi, tanpa merasa kehilangan akan betapa besarnya sukacita yang seharusnya mereka rasakan seandainya mereka dibaptis. Dalam penjelasan itu dikaitkan juga dengan perbedaan antara mereka yang diberi kesempatan untuk menggunakan kehendak bebasnya dan mereka yang tidak memiliki kesempatan itu (termasuk para bayi).[11]

Kebahagiaan alamiah yang dialami pada keadaan ini terdiri dalam pandangan akan Allah melalui perantaraan ciptaan-ciptaan-Nya.[12] Komisi Teologi Internasional dalam dokumennya menjelaskan bahwa karena anak-anak di bawah umur, yang belum dapat menggunakan akal budinya, tidak melakukan dosa pribadi atau dosa yang sebenarnya, para teolog (seperti St. Thomas Aquinas dan Beato Duns Scotus) sampai pada pandangan umum bahwa anak-anak yang belum dibaptis itu tidak merasakan sakit sama sekali atau bahkan mereka menikmati suatu kebahagian sepenuhnya melalui persatuan mereka dengan Allah dalam segala ciptaan alamiah.[6]

Perkembangan selanjutnya

[sunting | sunting sumber]

Konsili Ekumenis di Florence pada tahun 1442 berbicara mengenai pentingnya baptisan bahkan untuk anak-anak dan perlunya mereka dibaptis sesegera mungkin setelah lahir.[13] Hal ini sebelumnya telah ditegaskan juga pada konsili lokal di Kartago pada tahun 417. Konsili Florence juga menyatakan bahwa mereka yang meninggal akibat dosa asal saja masuk dalam 'neraka', tetapi dengan penderitaan yang tidak sama dengan mereka yang benar-benar melakukan dosa berat.[13] Penentangan John Wycliffe atas perlunya baptisan bayi dikutuk oleh konsili ekumenis lainnya, yaitu Konsili Konstanz.[14] Konsili Trente tahun 1547 menyatakan secara ekslipisit bahwa baptisan (ataupun baptisan keinginan) adalah sarana dimana seseorang dialihkan dari keadaan dimana ia telah dilahirkan sebagai anak Adam, ke dalam keadaan rahmat melalui Adam kedua, yakni Yesus Kristus.[15]

Sepanjang abad ke-18 dan 19, berbagai teolog (Bianchi pada 1768, H. Klee pada 1835, Caron pada 1855, H. Schell pada 1893) terus melanjutkan usaha untuk merumuskan teori mengenai bagaimana anak-anak yang meninggal tanpa dibaptis mungkin masih bisa diselamatkan. Pada tahun 1952 Ludwig Ott, seorang teolog yang tulisannya telah digunakan secara luas dan cukup dihormati, mengajarkan secara terbuka mengenai kemungkinan bahwa anak-anak yang meninggal tanpa dibaptis mungkin diselamatkan dan masuk surga. Ia juga mengutip pandangan Kardinal Thomas Cajetan, seorang teolog abad ke-16, bahwa anak tersebut mungkin terselamatkan melalui keinginan ibunya untuk membaptisnya atau melalui doa Gereja.[16] Dalam panduan Pastoralis Actio yang dikeluarkan pada 20 Oktober 1980, Kongregasi bagi Doktrin Iman menyatakan bahwa "berkenaan dengan anak-anak yang meninggal tanpa dibaptis, Gereja hanya dapat mempercayakan mereka pada kerahiman Tuhan, sebagaimana yang dilakukan Gereja dalam ritus pemakaman yang disediakan bagi mereka",[17]:13 dan membiarkan semua teori yang ada, termasuk "Limbo", sebagai kemungkinan yang layak.

Ajaran Gereja Katolik diungkapkan pada tahun 1992 melalui Katekismus Gereja Katolik (KGK) #1257-1260 bahwa "Pembaptisan adalah perlu demi keselamatan mereka, kepada siapa Injil telah diwartakan dan yang memiliki kemungkinan untuk memohon sakramen ini". Selanjutnya dikatakan: "Allah telah mengikatkan keselamatan pada Sakramen Baptisan, tetapi Ia sendiri tidaklah terikat pada sakramen-sakramen-Nya". Hal ini mengingatkan bahwa, terlepas dari sakramen tersebut, "baptisan darah" (seperti dalam kasus para martir) dan "baptisan kerinduan" (dalam kasus para katekumen yang meninggal sebelum dibaptis) bersama-sama dengan pertobatan dan kasih, memastikan keselamatan. Dinyatakan juga bahwa karena Kristus telah mati untuk semua orang dan semuanya dipanggil pada tujuan ilahi yang sama, "setiap orang yang tidak mengenal Injil Kristus dan Gereja-Nya, tapi mencari kebenaran dan melakukan kehendak Allah sesuai dengan pemahamannya, dapat diselamatkan", sehingga diandaikan bahwa jika orang-orang tersebut mengetahui perlunya pembaptisan, mereka tentu akan menginginkannya.[18]

Lalu KGK #1261 menyatakan: "Mengenai anak-anak yang meninggal tanpa Baptisan, Gereja hanya dapat mempercayakan mereka pada belas kasihan Allah, seperti yang dilakukan Gereja dalam ritus pemakaman bagi mereka. Belas kasih Allah yang amat besar yang menghendaki semua orang terselamatkan, dan kelembutan hati Yesus pada anak-anak yang menyebabkan-Nya berkata: 'Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan menghalang-halangi mereka' (Markus 10:14), memungkinkan kita untuk berharap bahwa ada suatu jalan keselamatan bagi anak-anak yang meninggal tanpa Pembaptisan."[18]

Tanggal 20 April 2007 Komisi Teologi Internasional menerbitkan suatu dokumen yang pada awalnya disusun atas permintaan Paus Yohanes Paulus II, dan telah memperoleh persetujuan untuk diterbitkan oleh Paus Benediktus XVI pada 19 Februari 2007, dengan judul "Harapan atas Keselamatan bagi Bayi-bayi yang Meninggal tanpa Dibaptis".[6][19] Setelah menelusuri sejarah dari berbagai pendapat yang ada perihal nasib para bayi yang tidak dibaptis dalam kehidupan abadi, termasuk yang berhubungan dengan teori Limbo para Bayi dan kajian berbagai argumen teologis, dokumen tersebut menyimpulkan:[6]

"Kesimpulan kami adalah banyak faktor yang telah kami bahas di atas memberikan dasar teologis dan liturgis yang serius bagi harapan bahwa bayi-bayi tak terbaptis yang meninggal akan diselamatkan dan menikmati visiun beatifika. Kami menekankan bahwa ada alasan-alasan untuk berpengharapan dalam doa, daripada mendasarkan pada kepastian pengetahuan. Ada banyak hal yang sama sekali belum terungkap bagi kita (Yohanes 16:12). Kita hidup dengan iman dan pengharapan dalam Allah yang penuh kerahiman dan cinta yang telah terungkap bagi kita dalam Kristus, dan Roh menggerakkan kita untuk berdoa dalam sukacita dan rasa syukur senantiasa (1 Tesalonika 5:18)."

"Apa yang telah diungkapkan kepada kita adalah bahwa cara normal untuk meraih keselamatan yakni melalui Sakramen Pembaptisan. Seharusnya tidak ada satu pun dari berbagai pertimbangan di atas yang diambil sebagai penilaian akan perlunya baptisan atau membenarkan penundaan penerimaan sakramen tersebut. Sebaliknya, sebagaimana kami ingin tegaskan kembali dalam kesimpulan, mereka memberikan dasar-dasar kuat bagi harapan bahwa Allah akan menyelamatkan bayi-bayi pada saat dimana kita belum dapat melakukan bagi mereka apa yang kita ingin lakukan, yaitu membaptis bayi-bayi itu dalam iman dan kehidupan Gereja."

Berita di media cetak bahwa melalui dokumen tersebut "Paus menutup Limbo"[20] tidaklah berdasar. Pada kenyataannya, pada awal pembukaan paragraf kedua dokumen tersebut dinyatakan secara eksplisit bahwa "Teori limbo, dipahami sebagai suatu keadaan yang meliputi jiwa-jiwa para bayi yang meninggal karena dosa asal dan tanpa baptisan, dan yang oleh karenanya tidak menikmati visiun beatifika dan tidak dikenakan hukuman apapun, karena mereka tidak bersalah atas dosa pribadi apapun. Teori ini, yang diuraikan oleh para teolog pada awal abad pertengahan, tidak pernah dimasukkan dalam pernyataan dogmatis Magisterium. Namun Magisterium yang sama berkali-kali menyebutkan teori tersebut dalam pengajaran umum sampai dengan Konsili Vatikan II. Oleh sebab itu teori ini tetap merupakan sebuah hipotesis teologis yang memungkinkan."; dan dalam paragraf 41 diulang kembali bahwa teori Limbo "tetap sebuah opini teologis yang memungkinkan".[6] Dokumen tersebut dengan demikian memungkinkan hipotesis "Limbo para Bayi" dipertahankan sebagai salah satu teori yang ada mengenai nasib anak-anak yang meninggal tanpa dibaptis, sebuah pertanyaan yang mana "tidak ada jawaban eksplisit" dari Kitab Suci ataupun Tradisi Suci.[19]

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ (Inggris) Christ in Limbo, Indianapolis Museum of Art 
  2. ^ (Inggris) St. Thomas Aquinas, "Question 52. Christ's descent into hell", Summa Theologica, Literally translated by Fathers of the English Dominican Province (edisi ke-1920, Second and Revised Edition), New Advent 
  3. ^ (Inggris) "Paragraph 1. Christ Descended into Hell", Catechism of the Catholic Church, Libreria Editrice Vaticana 
  4. ^ (Inggris) Bishop Hilarion Alfeyev, Christ the Conqueror of Hell - The Descent of Christ into Hades in Eastern and Western Theological Traditions, Department for External Church Relations of the Moscow Patriarchate 
  5. ^ (Inggris) Clement of Alexandria, "The Stromata, or Miscellanies", dalam Peter Kirby, Historical Jesus Theories, Early Christian Writings 
  6. ^ a b c d e f g h i j (Inggris) International Theological Commission, The Hope of Salvation for Infants Who Die Without Being Baptised, Holy See 
  7. ^ (Inggris) "VI. The Necessity of Baptism", Catechism of the Catholic Church, Libreria Editrice Vaticana 
  8. ^ (Inggris) St. Augustine, "On Merit and the Forgiveness of Sins, and the Baptism of Infants (Book I)", dalam Philip Schaff, Nicene and Post-Nicene Fathers, First Series, Vol. 5, Translated by Peter Holmes and Robert Ernest Wallis, and revised by Benjamin B. Warfield (edisi ke-1887), Buffalo, NY: Christian Literature Publishing Co. (retrieved from New Advent) 
  9. ^ (Inggris) Philip Schaff and Henry Wace (ed.), "Council of Carthage (A.D. 419)", Nicene and Post-Nicene Fathers, Second Series, Vol. 14, Translated by Henry Percival (edisi ke-1900), Buffalo, NY: Christian Literature Publishing Co. (retrieved from New Advent) 
  10. ^ (Inggris) "Supplement to the Third Part (Supplementum Tertiæ Partis)", The Summa Theologica of St. Thomas Aquinas, Literally translated by Fathers of the English Dominican Province (edisi ke-1920, Second and Revised Edition), New Advent (Online Edition) 
  11. ^ (Inggris) "Question 1. The Quality of Those Souls Who Depart This Life With Original Sin Only", The Summa Theologica of St. Thomas Aquinas - Supplement (Appendix I), Literally translated by Fathers of the English Dominican Province (edisi ke-1920, Second and Revised Edition), New Advent (Online Edition) 
  12. ^ (Inggris) Lawrence Feingold (2010), The Natural Desire to See God According to St. Thomas and His Interpreters (edisi ke-2nd), Sapientia Press of Ave Maria University 
  13. ^ a b Norman P. Tanner (ed.), "Session 11—4 February 1442", Ecumenical Council of Florence (1438-1445), Introduction and translation taken from Decrees of the Ecumenical Councils, Eternal Word Television Network, diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-04-25, diakses tanggal 2015-06-27 
  14. ^ Session 15, 6 July 1415
  15. ^ (Inggris) The Council of Trent - The Sixth Session, Trans. J. Waterworth (edisi ke-1848), London: Dolman (retrieved from Hanover College) 
  16. ^ (Inggris) Denzinger 712." Ludwig Ott, Fundamentals of Catholic Dogma, Book 2, Section 2, § 25 (p. 114 of the 1963 edition)
  17. ^ (Inggris) Congregation for the Doctrine of the Faith (October 20, 1980), "The Church's Mission", Pastoralis Actio, CatholicCulture.org 
  18. ^ a b (Inggris) "Article 1: The Sacrament of Baptism", Catechism of the Catholic Church, Holy See 
  19. ^ a b (Inggris) John Thavis (April 20, 2007), Vatican commission: Limbo reflects 'restrictive view of salvation', Catholic News Service / USCCB 
  20. ^ (Inggris) Ian Fisher (April 21, 2007), Vatican City: Pope Closes Limbo, The New York Times 

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]