Lompat ke isi

Taman Nasional Siberut: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
k t.u kategori
OrophinBot (bicara | kontrib)
 
(20 revisi perantara oleh 15 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
'''Taman Nasional Siberut''' adalah [[taman nasional]] yang terletak di [[Pulau Siberut]], [[Kabupaten Kepulauan Mentawai]], [[Sumatera Barat]]. Luas lahan yang ditempatinya adalah 190.500 [[hektare]]. Penetapannya sebagai taman nasional berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 407/Kpts-II/1993. Sebelum ditetapakan sebagai taman nasional, Pulau Siberut sudah ditetapkan sebagai [[cagar biosfer]] melalui Proyek Manusia dan Biosfer yang diadakan oleh [[Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa|UNESCO]] pada tahun 1981. [[Ekosistem]] di Taman Nasional Siberut sebagian besar merupakan [[hutan hujan]]. Kawasan zonasi di taman nasional ini ditetapkan pada tahun 2015 melalui Surat Keputusan Dirjen PHKA No. 32/IV- Set/2015. Taman Nasional Siberut secara umum terbagi menjadi zona inti, zona rimba, dan zona pemanfaatan. Di dalamnya hidup sedikitnya 896 [[spesies]] [[tumbuhan]] berkayu, 31 spesies [[mamalia]], dan 134 spesies [[burung]]. Ada empat [[primata]] [[Endemisme|endemik]] yang terancam [[Kepunahan|punah]] yaitu [[Owa siamang|siamang]], [[beruk]], [[simakobu]] dan [[lutung]].<ref>{{Cite journal|last=Desmiwati dan Surati|date=2017|title=Upaya Penyelesaian Masalah Pemantapan Kawasan Hutan pada Taman Nasional di Pulau Sumatra|url=https://media.neliti.com/media/publications/178811-ID-none.pdf|journal=Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea|volume=6|issue=2|pages=139|issn=2407-7860}}</ref>
'''Taman Nasional Siberut''' terletak di Pulau [[Siberut]], [[Kabupaten Kepulauan Mentawai]], [[Sumatera Barat]]. Taman Nasional dengan luas 190.500 hektar ini ditetapkan melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 407/Kpts-II/1993. Sebelumnya tahun [[1981]] pulau ini sudah ditetapkan sebagai cagar [[biosfer]] melalui projek ''Man and Biosphere'' [[UNESCO]].


== Pembentukan ==
Di Pulau Siberut tercatat antara lain 896 spesies tumbuhan berkayu, 31 spesies [[mamalia]], dan 134 spesies [[burung]]. Terdapat empat spesies endemik primata yang terancam punah. Keempat spesies endemik tersebut adalah [[siamang Mentawai]] ([[bilou]], ''Hilobates klosi''), [[lutung]] (joja, ''Presbytis potenziani''), [[monyet Mentawai]] (simakobu, ''Simias concolor''), dan [[beruk]] (bokoi, ''Macaca pagensis'').
Pulau Siberut merupakan salah satu pulau dari 4 [[pulau]] dalam wilayah Kabupaten Kepulauan Mentawai. [[Pemerintah Indonesia]] telah mengusulkan agar Pulau Siberut dijadikan sebagai [[cagar alam]]. Pengusulan diajukan ke UNSECO pada tahun 1981. Saat itu, Pulau Siberut masih masuk dalam wilayah [[Kabupaten Padang Pariaman]]. Kabupaten Kepulauan Mentawai baru berdiri pada tahun 1999. Pulau Siberut seluas 405.000 hektare dijadikan sebagai cagar biosfer karena memiliki keunikan [[flora]] dan 4 jenis primata endemik. Selain itu, [[Budaya|kebudayaan]] Mentawai juga merupakan peninggalan [[neolitikum]]. Penetapan Pulau Siberut sebagai taman nasional diberlakukan oleh [[Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia|Departemen Kehutanan]] pada tahun 1993. Wilayah yang ditetapkan seluas 190.000 hektare.<ref>{{Cite book|last=Wiratno|date=2012|title=Solusi Jalan Tengah: Esai-Esai Konservasi Alam|publisher=Direktorat Kawasan Konservasi dan Bina Hutan Lindung|isbn=978-602-19319-4-3|pages=33|url-status=live}}</ref>


== Keanekaragaman hayati ==
[http://tamannasionalsiberut.org/flora-taman-nasional-siberut.html FLORA TAMAN NASIONAL SIBERUT]
Taman Nasional Siberut mempunyai kawasan yang 60% merupakan [[hutan]]. Ekosistem hutannya terbagi-bagi menjadi [[hutan primer]] campuran, [[Hutan rawa air-tawar|hutan rawa]], [[hutan pantai]] dan [[hutan bakau]]. Kondisi hutan masih terlindungi dari kegiatan [[manusia]] yang merusak. Di Taman Nasional Siberut ada empat jenis primata endemik [[Kepulauan Mentawai|Mentawai]] yaitu siamang kecil, lutung, simakobu dan beruk. Flora yang hidup sebagian besar merupakan [[pohon]]-pohon berukuran besar dengan ketinggian 60 meter dan juga ada beragam jenis [[Orchidaceae|anggrek]].<ref>{{Cite book|last=Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti|date=2018|url=http://tfcasumatera.org/wp-content/uploads/2021/01/Ringkasan-Laporan-Studi-Potensi-Ekowisata-di-7-TN-Sumatera.pdf|title=Kajian Potensi Ekowisata di 7 (Tujuh) Taman Nasional Pulau Sumatera|publisher=Tropical Forest Conservation Action|pages=52-53|url-status=live}}</ref> Dalam Taman Nasional Siberut juga ada sedikitnya 106 jenis burung dengan sub-spesies pada 13 jenis (12%). Burung endemik yang ada yaitu [[celepuk]] mentawai. Di Taman Nasional Siberut juga ditemukan 20 jenis [[reptil]] dan 1 jenis [[Anura|katak]] endemik. [[Serangga]]-serangga ada 45 famili dengan 11 [[Ordo (biologi)|ordo]]. Jumlah famili [[kupu-kupu]] ada 12, dengan 45 [[Genus|marga]] dan 60 spesies.<ref>{{Cite web|title=Taman Nasional Siberut dan Kepulauan Mentawai - TFCA Sumatera|url=http://tfcasumatera.org/bentang_alam/siberut-dan-kepulauan-mentawai/|website=tfcasumatera.org|access-date=2021-06-14}}</ref>
Hutan hujan menyelimuti hampir 65 % Pulau Siberut. Hutan ini merupakan istana bagi kehidupan flora dan fauna dengan menyediakan sumber makanan dan tempat tinggal serta hutan ini juga berfungsi sebagai pendukung kehidupan tradisional masyarakat Mentawai terutama sebagai obat-obatan tradiosonal.


== Ekosistem ==
[http://tamannasionalsiberut.org/Fauna/ FAUNA TAMAN NASIONAL SIBERUT]
Taman Nasional Pulau Siberut mempunyai [[keanekaragaman hayati]] yang tinggi. Endemisme di taman nasional ini lebih tinggi dibandingkan dengan yang ada di [[Sumatra|Pulau Sumatera]]. Keseimbangan ekosistemnya merupakan akibat dari [[sumber daya alam]] hutan daerah setempat yang hanya dimanfaatkan secara [[Tradisi|tradisional]] oleh [[Pribumi|penduduk asli]] [[suku Mentawai]]. Mereka hanya memanfaatkan [[hasil hutan]] untuk keperluan hidup sehari-hari. Penduduk asli juga cenderung mengikuti proses perkembangan hutan secara wajar. Pemanfaatan hutan melalui tahap rumpang, perkembangan dan dewasa. Pohon-pohon yang tumbuh di hutan ditanam oleh penduduk asli. Setelah tumbuh besar, penduduk asli hanya mengambil [[buah]]<nowiki/>nya. [[Batang]] pohon tidak ditebang dan hanya dibiarkan begitu saja hingga tumbang secara alami lagi.<ref>{{Cite journal|last=Simbolon|first=Herwint|date=2001|title=Suksesi Pasca Tebang Pilih Hutan Pamah Dipterocarps di Desa Taileleu, Taman Nasional Pulau Siberut, Sumatera Barat|url=https://media.neliti.com/media/publications/69051-ID-none.pdf|journal=Berita Biologi|volume=5|issue=4|pages=405}}</ref>
Hylobates klossii (Bilou atau Siamang Kerdil)
Bilou merupakan jenis primata yang paling terkenal di Mentawai. Secara anatomis termasuk jenis ungko tertua yang masih hidup dengan bulu-bulu yang jarang berwarna hitam gelap dan selaput antara jari kedua dan ketiga. Pekik Bilou paling sederhana diantara pekikan ungko, lebih panjang, bervariasi dan dan tidak dilakukan oleh ungko lainnya.
Bilou hidup berkelompok yang terdiri dari induk jantan dan betina dengan anak-anaknya yang belum dewasa. Bilou termasuk hewan monogami dengan satu keluarga rata-rata tiga sampai empat individu, sedangkan jumlah anggota dalam satu kelompok dapat mencapai 11 individu.


== Pengelolaan ==
http://tamannasionalsiberut.org
[[Perubahan iklim]] mulai terjadi di Taman Nasional Siberut. Ini ditandai oleh adanya beberapa tanaman yang memiliki lingkar tumbuh. Jenis tanaman ini antara lain Alangium ridleyi, Anisoptera costata, Artocarpus lanceifolius, Eugenia cymosa, Nephelium cuspidatum dan Santiria sp.<ref>{{Cite journal|last=Mansyurdin, dkk.|date=2016|title=Studi Lingkar Tumbuh Pohon di Kawasan Hutan Taman Nasional Siberut Kepulauan Mentawai|url=https://ojs.unud.ac.id/index.php/metamorfosa/article/view/19331/12809|journal=Jurnal Metamorfosa|volume=III|issue=1|pages=13}}</ref> Pemerintah Indonesia dan UNSECO memberikan perhatian yang serius terhadap Taman Nasional Siberut. Pemanfaatannya sebagai wahana pelestarian ekosistem hutan hujan dan keanekaragaman hayati di dalamnya. Pendekatan yang digunakan untuk mengelolanya adalah sistem kawasan perlindungan terintegrasi. Tujuan sistem ini untuk memperbaiki lingkungan hidup dan mewujudukan pembangunan berkelanjutan.<ref>{{Cite journal|last=NRM/EPIQ PAF|date=1999|title=Kelembagaan Pengelolaan Taman Nasional|url=https://pdf.usaid.gov/pdf_docs/pnach574.pdf|journal=Pertemuan Regional: Pengelolaan Taman Nasional Kawasan Timur Indonesia|pages=C1-5}}</ref>


== Pranala luar ==
== Pranala luar ==
* {{id}} [http://www.beritabumi.or.id/artikel3.php?idartikel=264 Siberut, salah satu Cagar Biosfer di Indonesia yang semakin terancam kelestariannya]


* {{id}} [http://www.beritabumi.or.id/artikel3.php?idartikel=264 Siberut, salah satu Cagar Biosfer di Indonesia yang semakin terancam kelestariannya] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20070310230036/http://www.beritabumi.or.id/artikel3.php?idartikel=264|date=2007-03-10}}
{{Taman nasional di Indonesia}}
{{indo-stub}}


[[Kategori:Taman nasional di Sumatera Barat|Siberut]]
{{Taman nasional di Indonesia}}
[[Kategori:Sumatera]]


[[Kategori:Taman nasional di Indonesia|Siberut]]
[[en:Siberut National Park]]
[[Kategori:Sumatra]]
[[lt:Siberuto nacionalinis parkas]]
[[nl:Nationaal Park Siberut]]
[[vi:Vườn quốc gia Siberut]]

Revisi terkini sejak 29 September 2023 05.48

Taman Nasional Siberut adalah taman nasional yang terletak di Pulau Siberut, Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat. Luas lahan yang ditempatinya adalah 190.500 hektare. Penetapannya sebagai taman nasional berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 407/Kpts-II/1993. Sebelum ditetapakan sebagai taman nasional, Pulau Siberut sudah ditetapkan sebagai cagar biosfer melalui Proyek Manusia dan Biosfer yang diadakan oleh UNESCO pada tahun 1981. Ekosistem di Taman Nasional Siberut sebagian besar merupakan hutan hujan. Kawasan zonasi di taman nasional ini ditetapkan pada tahun 2015 melalui Surat Keputusan Dirjen PHKA No. 32/IV- Set/2015. Taman Nasional Siberut secara umum terbagi menjadi zona inti, zona rimba, dan zona pemanfaatan. Di dalamnya hidup sedikitnya 896 spesies tumbuhan berkayu, 31 spesies mamalia, dan 134 spesies burung. Ada empat primata endemik yang terancam punah yaitu siamang, beruk, simakobu dan lutung.[1]

Pembentukan

[sunting | sunting sumber]

Pulau Siberut merupakan salah satu pulau dari 4 pulau dalam wilayah Kabupaten Kepulauan Mentawai. Pemerintah Indonesia telah mengusulkan agar Pulau Siberut dijadikan sebagai cagar alam. Pengusulan diajukan ke UNSECO pada tahun 1981. Saat itu, Pulau Siberut masih masuk dalam wilayah Kabupaten Padang Pariaman. Kabupaten Kepulauan Mentawai baru berdiri pada tahun 1999. Pulau Siberut seluas 405.000 hektare dijadikan sebagai cagar biosfer karena memiliki keunikan flora dan 4 jenis primata endemik. Selain itu, kebudayaan Mentawai juga merupakan peninggalan neolitikum. Penetapan Pulau Siberut sebagai taman nasional diberlakukan oleh Departemen Kehutanan pada tahun 1993. Wilayah yang ditetapkan seluas 190.000 hektare.[2]

Keanekaragaman hayati

[sunting | sunting sumber]

Taman Nasional Siberut mempunyai kawasan yang 60% merupakan hutan. Ekosistem hutannya terbagi-bagi menjadi hutan primer campuran, hutan rawa, hutan pantai dan hutan bakau. Kondisi hutan masih terlindungi dari kegiatan manusia yang merusak. Di Taman Nasional Siberut ada empat jenis primata endemik Mentawai yaitu siamang kecil, lutung, simakobu dan beruk. Flora yang hidup sebagian besar merupakan pohon-pohon berukuran besar dengan ketinggian 60 meter dan juga ada beragam jenis anggrek.[3] Dalam Taman Nasional Siberut juga ada sedikitnya 106 jenis burung dengan sub-spesies pada 13 jenis (12%). Burung endemik yang ada yaitu celepuk mentawai. Di Taman Nasional Siberut juga ditemukan 20 jenis reptil dan 1 jenis katak endemik. Serangga-serangga ada 45 famili dengan 11 ordo. Jumlah famili kupu-kupu ada 12, dengan 45 marga dan 60 spesies.[4]

Ekosistem

[sunting | sunting sumber]

Taman Nasional Pulau Siberut mempunyai keanekaragaman hayati yang tinggi. Endemisme di taman nasional ini lebih tinggi dibandingkan dengan yang ada di Pulau Sumatera. Keseimbangan ekosistemnya merupakan akibat dari sumber daya alam hutan daerah setempat yang hanya dimanfaatkan secara tradisional oleh penduduk asli suku Mentawai. Mereka hanya memanfaatkan hasil hutan untuk keperluan hidup sehari-hari. Penduduk asli juga cenderung mengikuti proses perkembangan hutan secara wajar. Pemanfaatan hutan melalui tahap rumpang, perkembangan dan dewasa. Pohon-pohon yang tumbuh di hutan ditanam oleh penduduk asli. Setelah tumbuh besar, penduduk asli hanya mengambil buahnya. Batang pohon tidak ditebang dan hanya dibiarkan begitu saja hingga tumbang secara alami lagi.[5]

Pengelolaan

[sunting | sunting sumber]

Perubahan iklim mulai terjadi di Taman Nasional Siberut. Ini ditandai oleh adanya beberapa tanaman yang memiliki lingkar tumbuh. Jenis tanaman ini antara lain Alangium ridleyi, Anisoptera costata, Artocarpus lanceifolius, Eugenia cymosa, Nephelium cuspidatum dan Santiria sp.[6] Pemerintah Indonesia dan UNSECO memberikan perhatian yang serius terhadap Taman Nasional Siberut. Pemanfaatannya sebagai wahana pelestarian ekosistem hutan hujan dan keanekaragaman hayati di dalamnya. Pendekatan yang digunakan untuk mengelolanya adalah sistem kawasan perlindungan terintegrasi. Tujuan sistem ini untuk memperbaiki lingkungan hidup dan mewujudukan pembangunan berkelanjutan.[7]

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Desmiwati dan Surati (2017). "Upaya Penyelesaian Masalah Pemantapan Kawasan Hutan pada Taman Nasional di Pulau Sumatra" (PDF). Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea. 6 (2): 139. ISSN 2407-7860. 
  2. ^ Wiratno (2012). Solusi Jalan Tengah: Esai-Esai Konservasi Alam. Direktorat Kawasan Konservasi dan Bina Hutan Lindung. hlm. 33. ISBN 978-602-19319-4-3. 
  3. ^ Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti (2018). Kajian Potensi Ekowisata di 7 (Tujuh) Taman Nasional Pulau Sumatera (PDF). Tropical Forest Conservation Action. hlm. 52–53. 
  4. ^ "Taman Nasional Siberut dan Kepulauan Mentawai - TFCA Sumatera". tfcasumatera.org. Diakses tanggal 2021-06-14. 
  5. ^ Simbolon, Herwint (2001). "Suksesi Pasca Tebang Pilih Hutan Pamah Dipterocarps di Desa Taileleu, Taman Nasional Pulau Siberut, Sumatera Barat" (PDF). Berita Biologi. 5 (4): 405. 
  6. ^ Mansyurdin, dkk. (2016). "Studi Lingkar Tumbuh Pohon di Kawasan Hutan Taman Nasional Siberut Kepulauan Mentawai". Jurnal Metamorfosa. III (1): 13. 
  7. ^ NRM/EPIQ PAF (1999). "Kelembagaan Pengelolaan Taman Nasional" (PDF). Pertemuan Regional: Pengelolaan Taman Nasional Kawasan Timur Indonesia: C1–5.