Anicca: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Faredoka (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Faredoka (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
 
(4 revisi perantara oleh 2 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{Buddhisme}}
{{Buddhisme|dhamma}}
'''Ketidakkekalan''' ([[Pali|Pāli]]: अनिच्चा ''anicca''; [[bahasa Sanskerta|Sanskerta]]: अनित्य ''anitya''; [[Cina]]: 無常 [[Pinyin]]: ''wúcháng''; [[Bahasa Jepang|Jepang]]: 無常 [[Romaji]] ''mujō''; [[Bahasa Thailand|Thai]]: อนิจจัง anitchang) adalah salah-satu ajaran terpenting dan merupakan satu dari [[Tiga Corak Umum]] dalam [[Agama Buddha]], dua yang lainnya adalah Ketidakpuasan (''[[Dukkha]]'') dan Tanpa-Roh (''[[Anatta]]''). Istilah ini menggambarkan pendapat Agama Buddha bahwa segala keberadaan yang berkondisi, tanpa pengecualian, berada dalam perubahan terus menerus. Tidak kekal.
'''Ketidakkekalan''' ([[Pali|Pāli]]: ''anicca''; [[bahasa Sanskerta|Sanskerta]]: अनित्य ''anitya''; [[Bahasa Tionghoa|Tionghoa]]: 無常 [[Pinyin]]: ''wúcháng''; [[Bahasa Jepang|Jepang]]: 無常 [[Romaji]] ''mujō''; [[Bahasa Thailand|Thai]]: อนิจจัง anitchang) adalah salah-satu ajaran terpenting dan merupakan satu dari [[Tiga Karakteristik]] dalam [[Agama Buddha]], dua yang lainnya adalah Ketidakpuasan (''[[Dukkha]]'') dan Tanpa-Roh (''[[Anatta]]''). Istilah ini menggambarkan pendapat Agama Buddha bahwa segala keberadaan yang berkondisi, tanpa pengecualian, berada dalam perubahan terus menerus. Tidak kekal.


== Ketidakkekalan ==
== Ketidakkekalan ==
Baris 9: Baris 9:
Ketidak-kekalan secara bersamaan dihubungkan dekat dengan pengertian akan anatta, yang mana segala sesuatu tidak memiliki sifat alami, asal usul atau diri.
Ketidak-kekalan secara bersamaan dihubungkan dekat dengan pengertian akan anatta, yang mana segala sesuatu tidak memiliki sifat alami, asal usul atau diri.


== Kutipan ==
== Pañcakkhandha ==
{{Main|Khandha}}

{{cquote|''Lima kelompok, o bhikkhu, adalah anicca, ketidak kekalan.{{br}}
Lima agregat atau [[Khandha|pāncakkhandha]] juga tunduk pada corak ketidakkekalan, sebagaimana Buddha sampaikan pada kitab suci [[Tipiṭaka]] bagian [[Saṁyutta Nikāya]].{{cquote|"Lima agregat, o bhikkhu, adalah anicca, ketidak kekalan.{{br}}
Semuanya adalah tidak kekal. Dan apa yang semuanya adalah tidak kekal ? mata adalah tidak kekal, penglihatan akan benda (rupa) .. kesadadaran visual ... tatapan mata (cakku-samphassa) .. apapun yang dirasakan (vedayita) baik menyenangkan atau tidak atau tidak-menyenangkan-atau-menyenangkan, terlahir dari pandangan mata adalah tidak kekal. (Demikian pula dengan telinga, hidung, lidah, tubuh, dan pikiran)''
Semuanya adalah tidak kekal. Dan apa yang semuanya adalah tidak kekal ? mata adalah tidak kekal, penglihatan akan benda (rupa) .. kesadadaran visual ... tatapan mata (cakku-samphassa) .. apapun yang dirasakan (vedayita) baik menyenangkan atau tidak atau tidak-menyenangkan-atau-menyenangkan, terlahir dari pandangan mata adalah tidak kekal. (Demikian pula dengan telinga, hidung, lidah, tubuh, dan pikiran)''
|4=[[Samyutta Nikaya]] 35.43
|4=[[Samyutta Nikaya]] 35.43
Baris 30: Baris 30:


[[Kategori:Buddhisme]]
[[Kategori:Buddhisme]]
[[Kategori:Istilah Buddhis]]

Revisi terkini sejak 28 Februari 2024 12.43

Ketidakkekalan (Pāli: anicca; Sanskerta: अनित्य anitya; Tionghoa: 無常 Pinyin: wúcháng; Jepang: 無常 Romaji mujō; Thai: อนิจจัง anitchang) adalah salah-satu ajaran terpenting dan merupakan satu dari Tiga Karakteristik dalam Agama Buddha, dua yang lainnya adalah Ketidakpuasan (Dukkha) dan Tanpa-Roh (Anatta). Istilah ini menggambarkan pendapat Agama Buddha bahwa segala keberadaan yang berkondisi, tanpa pengecualian, berada dalam perubahan terus menerus. Tidak kekal.

Ketidakkekalan[sunting | sunting sumber]

Menurut ajaran ketidak-kekalan, tubuh manusia mengalami perubahan terus menerus dalam proses penambahan usia, lingkaran lahir dan kelahiran kembali (samsara), dan pada kesempatan tertentu akan kematian. Hal ini mencakup seluruh mahluk hidup dan lingkungan mereka termasuk dewa-dewi. Sang Buddha mengajarkan bahwa semua gejala yang bersyarat tidaklah kekal, keterikatan akan hal ini menjadi penyebab akan penderitaan (dukkha) dimasa mendatang.

Kejadian yang bersyarat dapat pula digunakan selayaknya; dikomposisi, dibangun, atau dibuat (diproduksi). Hal ini bertentangan dengan tidak bersyarat, tidak dikomposisi dan tidak dibuat (diproduksi) mengenai Nirwana, kenyataan yang mengenal tanpa perubahan, tanpa pembusukan atau kematian.

Ketidak-kekalan secara bersamaan dihubungkan dekat dengan pengertian akan anatta, yang mana segala sesuatu tidak memiliki sifat alami, asal usul atau diri.

Pañcakkhandha[sunting | sunting sumber]

Lima agregat atau pāncakkhandha juga tunduk pada corak ketidakkekalan, sebagaimana Buddha sampaikan pada kitab suci Tipiṭaka bagian Saṁyutta Nikāya.

Dalam Seni dan Kebudayaan[sunting | sunting sumber]

  • Penulis Film Agama Buddha - "Mujo" (atau yang juga dikenal dengan judul "This Transient Life") Akio Jissoji menggunakan pemahaman "Ketidak-Kekalan" dalam pemberian judul film ini.

Lihat pula[sunting | sunting sumber]

Pranala luar[sunting | sunting sumber]