Keluarga: Perbedaan antara revisi
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler Suntingan aplikasi Android |
Menambahkan dan merapikan Tag: halaman dengan galat kutipan VisualEditor |
||
(45 revisi perantara oleh 36 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1: | Baris 1: | ||
{{Untuk| |
{{Untuk|keluarga dalam konteks biologi|Famili (biologi)}} |
||
[[Berkas:Muslim Couple.jpg|jmpl|249x249px|Potret keluarga]] |
|||
{{Hubungan Dekat}} |
{{Hubungan Dekat}} |
||
'''Keluarga''' atau '''famili''' adalah sekelompok orang yang terikat dengan hubungan darah, ikatan kelahiran, hubungan khusus, pernikahan, atau yang lainnya. Keluarga merupakan unit terkecil dari [[masyarakat]] yang terdiri atas [[kepala keluarga]] dan beberapa orang yang terkumpul dan serta orang orang yang selalu menerima kekurangan dan kelebihan orang yang ada di sekitarnya baik buruknya anggota keluarga, tetap tidak bisa mengubah kodrat yang ada, garis besarnya yang baik diarahkan dan yang buruk diperbaiki tanpa harus menghakimi.<ref>[http://www.poltekkes-malang.ac.id/DATA%20JPEG/ANAK%20DLM%20KELUARGA.pdf Sugeng Iwan, “Pengasuhan Anak dalam Keluarga”]{{Pranala mati|date=Februari 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref> |
|||
[[Berkas:Familia 3510.jpg|jmpl|400px|Potret sebuah keluarga yang terdiri dari [[ayah]], [[ibu]], [[anak]], [[menantu]], dan [[cucu]].]] |
|||
Menurut Salvicion dan Celis (1998) di dalam keluarga terdapat dua atau lebih dari dua pribadi yang tergabung karena hubungan [[darah]], hubungan perkawinan atau pengangkatan, di hidupnya dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan di dalam perannya masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu [[kebudayaan]].<ref>Baron, R. A dan Donn Byrne. 2003. Psikologi Sosial. Jakarta: Erlangga</ref> |
|||
'''Keluarga''' adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan.<ref>[http://www.poltekkes-malang.ac.id/DATA%20JPEG/ANAK%20DLM%20KELUARGA.pdf Sugeng Iwan, “Pengasuhan Anak dalam Keluarga”]</ref> |
|||
Berdasar Undang-Undang 52 tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, Bab I pasal 1 ayat 6 pengertian. |
|||
Menurut Salvicion dan Celis (1998) di dalam keluarga terdapat dua atau lebih dari dua pribadi yang tergabung karena hubungan [[darah]], hubungan perkawinan atau pengangkatan, di hidupnya dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan di dalam perannya masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu [[kebudayaan]].<ref> Baron, R. A dan Donn Byrne. 2003. Psikologi Sosial. Jakarta: Erlangga</ref> |
|||
Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri; atau suami (Kepala keluarga), istri dan anaknya yang di sebut dengan Rumah Tangga atau dengan sebutan lainnya ialah keluarga kecil; sedangkan yang disebut dengan keluarga besar selain suami, istri dan anak-anaknya dirumah tangga tersebut terdapat orang tua atau disebut ayah dan ibu dari pihak suami dan juga terdapat anak-anaknya orang tua yang lain termasuk orang tua dari ayah (Kakek dan nenek), Menurut Paul B. Horton bahwa Masyarakat adalah kumpulan manusia yang memiliki kemandirian dengan bersama-sama untuk jangka waktu yang lama dan juga mendiami suatu daerah atau wilayah tertentu. Di mana dalam wilayah tersebut memiliki kebudayaan yang tidak namun memiliki adat yang berbeda di dalam wilayah, daerah tersebut<ref>https://www.merdeka.com/jateng/mengenal-pengertian-masyarakat-beserta-fungsinya-perlu-diketahui-kln.html</ref>. |
|||
Berdasar Undang-Undang 52 tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, Bab I pasal 1 ayat 6 pengertian |
|||
== Jenis Keluarga == |
|||
Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri; atau suami, istri dan anaknya; atau ayah dan anaknya (duda), atau ibu dan anaknya (janda). |
|||
[[Berkas:Familia 3510.jpg|jmpl|250x250px|Potret sebuah keluarga yang terdiri dari [[ayah]], [[ibu]], [[anak]], [[menantu]], dan [[cucu]].]]Ada beberapa jenis keluarga, yakni: |
|||
*Keluarga inti atau keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari suami, istri, dan anak. |
|||
== Jenis == |
|||
*Keluarga Dyadic adalah keluarga yang terdiri dari suami dan istri, tetapi tidak memiliki anak. |
|||
Ada beberapa jenis keluarga, yakni: |
|||
* |
*Keluarga besar adalah keluarga yang terdiri dari keluarga inti dan keluarga lainnya garis keturunan dari suami termasuk kakek dan nenek. |
||
*Keluarga Kitnetwork, beberapa keluarga tinggal bersama dan menggunakan layanan bersama. |
|||
* [[Keluarga konjugal]] yang terdiri dari pasangan dewasa (ibu dan ayah) dan anak mereka yang terdapat interaksi dengan kerabat dari salah satu atau dua pihak orang tua.<ref name="ric">Richard R Clayton. 2003. The Family, Mariage and Social Change. hal. 58</ref> |
|||
*Keluarga orang tua-anak yang belum menikah (Unmarried parent and child family) yaitu keluarga yang terdiri dari orang tua dan anak yang belum menikah. |
|||
* [[Keluarga luas]] yang ditarik atas dasar garis keturunan di atas keluarga aslinya.<ref>Anita L. Vangelis.2004.Handbook of Family Comunication.USA:Lawrence Elbraum Press. hal 349.</ref> Keluarga luas meliputi hubungan antara paman, bibi, keluarga kakek, dan keluarga nenek.<ref name="Jhonson">Jhonson, C.L. 1988. ''Ex Familia''. New Brunswick: Rutger University Press.</ref> |
|||
Kita dapat mengamati bahwa anak mengalami proses pertumbuhan dan perkembangannya akan dipengaruhi oleh lingkungan dan pergaulannya, termasuk tipe keluarganya. Dalam tinjauan terhadap psikologi perkembangan, pandangan tentang hubungan orangtua-anak umumnya terkait dengan teori keterikatan yang pertama kali dikemukakan oleh John Bowlby. Ia kemudian mengidentifikasi dampak perilaku pengasuhan sebagai faktor penting dalam hubungan orangtua-anak yang telah terbentuk sejak masa kanak-kanak.<ref>{{Cite web|last=Halodoc|first=Redaksi|title=Serba-serbi Fungsi Keluarga yang Perlu Diketahui|url=https://www.halodoc.com/artikel/serba-serbi-fungsi-keluarga-yang-perlu-diketahui|website=halodoc|language=id|access-date=2024-01-16}}</ref> |
|||
=== Keluarga inti === |
=== Keluarga inti === |
||
Keluarga inti atau disebut juga dengan keluarga batih ialah yang terdiri atas ayah, ibu, dan anak. Keluarga inti merupakan bagian dari lembaga sosial yang ada pada masyarakat. Bagi masyarakat primitif yang mata pencahariaannya adalah berburu dan bertani, keluarga sudah merupakan struktur yang cukup memadai untuk menangani produksi dan konsumsi. Keluarga merupakan lembaga sosial dasar dari mana semua lembaga lainnya berkegsdmbang karena kebudayaan yang makin kompleks menjadikan lembaga-lembaga itu penting.<ref name="Horton">Paul B. Horton. 1987.''Sosiologi''. Jakarta:Erlangga. Hal 266</ref> |
|||
Eyang Amad adalah adalah sesepuh Galunggung yang bernama Ahmad. Jaman dulu Eyang Amad Terkenal dengan Ilmu dan Peralatan bela diri. Jenis. |
|||
Beliau dimakamkan di Ci curug 3 |
|||
Beliau Mempunyai anak yaitu: |
|||
Emi, yang bernama Hatami |
|||
1. Wajahidi |
|||
Suwarta |
|||
Udin |
|||
Engkos |
|||
Acik |
|||
Ateng |
|||
Eutik |
|||
Mutiara x Mad Karta (Mama Ajengan) |
|||
Emik |
|||
Anas x ...... |
|||
Euis |
|||
Dasep |
|||
Anas x Etih |
|||
Imas |
|||
Fikri |
|||
Fahmi Assalam |
|||
Syifa |
|||
Ai |
|||
Dudin |
|||
Sahrial |
|||
Rahma |
|||
Fardan |
|||
Atep |
|||
Hilmi |
|||
Darin |
|||
Deden |
|||
Pa Aan |
|||
Ad |
|||
Yudi |
|||
Anah x Shodiqin |
|||
Ooh x Udin |
|||
Mamat |
|||
Ida x Cepi |
|||
Muhammad Ramdhan |
|||
Siti Fauziah |
|||
Zahra |
|||
Muslih x Rohayati |
|||
Agus x Tatik Yuningsih |
|||
Nazwa Nuralifah |
|||
Muhammad Syarif Hidayatullah |
|||
Nayla Syafiyya |
|||
Al Fauzan Abdurrahman |
|||
Dian |
|||
Putri Sukma Diana Putri |
|||
Dedi Taufik |
|||
Budi |
|||
Ai Heni |
|||
Ai Evi |
|||
Atep |
|||
Wawan x Kiah |
|||
Ahen |
|||
Nita Musita |
|||
Otang |
|||
Deni Misbah |
|||
Ai |
|||
Afif |
|||
Deki |
|||
Enok x Sadik |
|||
Lina |
|||
Ai Shopi |
|||
Endang |
|||
Intan |
|||
Dase |
|||
Fahmi |
|||
Omay x Entoh |
|||
Jaja |
|||
Wawan |
|||
Safitri |
|||
Rizal /Ijam |
|||
Nenah |
|||
Hendri |
|||
Ai R |
|||
Meulis |
|||
Asep |
|||
Nyannyang |
|||
Sari |
|||
Yuli |
|||
Isan |
|||
Aam |
|||
Seni |
|||
Lilis |
|||
Sahrul |
|||
Muhammad Husen |
|||
Nana |
|||
Syarif |
|||
Juju |
|||
Apong |
|||
Manah |
|||
omfai.com |
|||
== Peranan == |
== Peranan == |
||
[[Berkas:Foto Keluarga Husin Ut Algaus.jpg|jmpl|249x249px|Potret keluarga di [[indonesia]]]] |
|||
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku antar pribadi, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan pribadi dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan pribadi dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, [[kelompok]] dan [[masyarakat]].<ref name="Jhonson"/> |
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku antar pribadi, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan pribadi dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan pribadi dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, [[kelompok]] dan [[masyarakat]].<ref name="Jhonson"/> |
||
Berbagai peranan yang terdapat dalam keluarga adalah sebagai berikut: |
Berbagai peranan yang terdapat dalam keluarga adalah sebagai berikut: |
||
# [[Ayah]] sebagai [[suami]] dari [[istri]] dan ayah dari [[anak]]-anaknya, berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai [[kepala]] keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.<ref name="Jhonson" /> |
# [[Ayah]] sebagai [[suami]] dari [[istri]] dan ayah dari [[anak]]-anaknya, berperan sebagai pencari nafkah yang halal, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai [[kepala]] keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.<ref name="Jhonson" /> |
||
# [[Ibu]] sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peran untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, di samping itu |
# [[Ibu]] sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peran untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, di samping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya jika di restui oleh suami.<ref name="Jhonson" /> |
||
# [[Anak-anak]] melaksanakan peranan psikosial sesuai dengan tingkat perkembangannya baik [[fisik]], [[mental]], [[sosial]], dan spiritual.<ref name="Jhonson" /> |
# [[Anak-anak]] melaksanakan peranan psikosial sesuai dengan tingkat perkembangannya baik [[fisik]], [[mental]], [[sosial]], dan spiritual.<ref name="Jhonson" /> |
||
Baris 228: | Baris 47: | ||
* Fungsi [[Pendidikan]] dilihat dari bagaimana keluarga mendidik dan menyekolahkan anak untuk mempersiapkan kedewasaan dan masa depan anak.<ref name="ric"/> |
* Fungsi [[Pendidikan]] dilihat dari bagaimana keluarga mendidik dan menyekolahkan anak untuk mempersiapkan kedewasaan dan masa depan anak.<ref name="ric"/> |
||
* Fungsi Sosialisasi anak dilihat dari bagaimana keluarga mempersiapkan anak menjadi anggota masyarakat yang baik.<ref name="ric"/> |
* Fungsi Sosialisasi anak dilihat dari bagaimana keluarga mempersiapkan anak menjadi anggota masyarakat yang baik.<ref name="ric"/> |
||
* Fungsi |
* Fungsi Perasaan dilihat dari bagaimana keluarga secara instuitif merasakan perasaan dan suasana anak dan anggota yang lain dalam berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama anggota keluarga. Sehing |
||
* Fungsi Perasaan dilihat dari bagaimana keluarga secara instuitif merasakan perasaan dan suasana anak dan anggota yang lain dalam berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama anggota keluarga. Sehingga saling pengertian satu sama lain dalam menumbuhkan keharmonisan dalam keluarga.<ref name="ric"/> |
|||
Faatga saling pengertian satu sama lain dalam menumbuhkan keharmonisan dalam keluarga.<ref name="ric"/> |
|||
* Fungsi [[Agama]] dilihat dari bagaimana keluarga memperkenalkan dan mengajak anak dan anggota keluarga lain melalui kepala keluarga menanamkan keyakinan yang mengatur kehidupan kini dan kehidupan lain setelah dunia.<ref name="ric"/> |
* Fungsi [[Agama]] dilihat dari bagaimana keluarga memperkenalkan dan mengajak anak dan anggota keluarga lain melalui kepala keluarga menanamkan keyakinan yang mengatur kehidupan kini dan kehidupan lain setelah dunia.<ref name="ric"/> |
||
* Fungsi [[Ekonomi]] dilihat dari bagaimana kepala keluarga mencari penghasilan, mengatur penghasilan sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi rkebutuhan-kebutuhan keluarga.<ref name="ric"/> |
* Fungsi [[Ekonomi]] dilihat dari bagaimana kepala keluarga mencari penghasilan, mengatur penghasilan sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi rkebutuhan-kebutuhan keluarga.<ref name="ric"/> |
||
Baris 237: | Baris 57: | ||
== Bentuk keluarga == |
== Bentuk keluarga == |
||
Ada dua macam bentuk keluarga dilihat dari bagaimana keputusan diambil, yaitu |
Ada dua macam bentuk keluarga dilihat dari bagaimana keputusan diambil, yaitu berdasarkas |
||
lokasi dan berdasarkan pola otoritas.<ref>Fr Tderique Holdert dan Gerrit Antonides, “Family Type Effects on Household Members Decision Making”, ''Advances in Consumer Research Volume 24'' (1997), eds. Merrie Brucks and Deborah J. MacInnis, Provo, UT: Association for Consumer Research, Pages: 48-54</ref> |
|||
=== Berdasarkan lokasi === |
=== Berdasarkan lokasi === |
||
Baris 254: | Baris 75: | ||
== Subsistem sosial == |
== Subsistem sosial == |
||
Terdapat tiga jenis subsistem dalam keluarga, yakni subsistem suami-istri, subsistem orang tua-anak, dan subsitem sibling (kakak-adik).<ref name="Minuchin">{{cite book|last =Minuchin|first =S|authorlink =|coauthors =|title =Families and Family Therapy|publisher =Harvard University Press|date =1974|location = Cambridge, MA|pages =|url =|doi =|id = |isbn = }}</ref> Subsistem suami-istri terdiri dari seorang laki-laki dan perempuan yang hidup bersama dengan tujuan eksplisit dalam membangun keluarga.<ref name="Minuchin"/> Pasangan ini menyediakan dukungan mutual satu dengan yang lain dan membangun sebuah ikatan yang melindungi subsistem tersebut dari gangguan yang ditimbulkan oleh kepentingan maupun kebutuhan darti subsistem-subsistem lain.<ref name="Minuchin"/> Subsistem orang tua-anak terbentuk sejak kelahiran seorang anak dalam keluarga, subsistem ini meliputi transfer nilai dan pengetahuan dan pengenalan akan tanggungjawab terkait dengan relasi orang tua dan anak.<ref name="Minuchin"/> |
Terdapat tiga jenis subsistem dalam keluarga, yakni subsistem suami-istri, subsistem orang tua-anak, dan subsitem sibling (kakak-adik).<ref name="Minuchin">{{cite book|last =Minuchin|first =S|authorlink =|coauthors =|title =Families and Family Therapy|publisher =Harvard University Press|date =1974|location = Cambridge, MA|pages =|url =https://archive.org/details/familiesfamilyth00minu|doi =|id = |isbn = }}</ref> Subsistem suami-istri terdiri dari seorang laki-laki dan perempuan yang hidup bersama dengan tujuan eksplisit dalam membangun keluarga.<ref name="Minuchin"/> Pasangan ini menyediakan dukungan mutual satu dengan yang lain dan membangun sebuah ikatan yang melindungi subsistem tersebut dari gangguan yang ditimbulkan oleh kepentingan maupun kebutuhan darti subsistem-subsistem lain.<ref name="Minuchin"/> Subsistem orang tua-anak terbentuk sejak kelahiran seorang anak dalam keluarga, subsistem ini meliputi transfer nilai dan pengetahuan dan pengenalan akan tanggungjawab terkait dengan relasi orang tua dan anak.<ref name="Minuchin"/> |
||
== Keluarga Sejahtera == |
|||
Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat terdiri atas suami-istri atau suami-istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya. Keluarga sejahtera adalah dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah mampu memenuhikebutuhan hidup spiritual dan materiil yang layak, bertakwa kepada tuhan yang maha esa,memiliki hubungan yang sama, selaras, seimbang antara anggota keluarga dengan masyarakat dan lingkungan. |
|||
=== Tahapan keluarga === |
|||
;Keluarga Pra Sejahtera |
|||
Keluarga-keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasar secara minimal seperti pengajaran, agama, sandang, pangan, papan, kesehatan. |
|||
;Keluarga Sejahtera Tahap جرمب |
|||
1 |
|||
Keluarga dapat memenuhi kebutuhan dasar secara minimal ( sesuai kebutuha ndasar pada keluarga pra sejahtera) tetapi belum dapat memenuhi keseluruhan kebutuhan sosial psikologis keluarga seperti pendidkan, KB, interaksi dalamkeluarga, interaksi dengan lingkungan |
|||
; Keluarga Sejahtera Tahap 2 |
|||
Keluarga-keluarga yang dapat memenuhi kebutuhan dasar, kebutuhan psikologis tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan perkembangan (menabung dan memperoleh informasi). |
|||
;Keluarga Sejahtera Tahap 3 |
|||
Keluarga-keluarga yang dapat memenuhi kebutuhan pada tahapan keluarga 1 dan 2 namun belum dapat memberikan sumbangan (kontribusi) maksimal terhadap masyarakat dan berperan secara aktif dalam masyarakat. |
|||
;Keluarga Sejahtera Tahap 3 Plus |
|||
Keluarga-keluarga yang dapat memenuhi kebutuhan semua kebutuhan keluarga pada tahap 1 sampai dengan 3. Pelaksanaan pembangunan dalam keluarga sejahtera. Dalam PP No. 21 Th 1994, pasal 2: pembangunan keluarga sejahtera diwujudkan melalui pengembangan kualitas keluarga diselenggarakan secaramenyeluruh, terpadu oleh masyarakat dan keluarga.Tujuan Mewujudkan keluarga kecil bahagia, dejahtera bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, produktif, mandiri dan memiliki kemampuan untuk membangun dirisendiri dan lingkungannya. |
|||
=== Pokok-pokok kegiatan pembangunan keluarga sejahtera === |
|||
* Pembinaan ketahanan fisik keluarga |
|||
keluargaKegiatan-kegiatan yang bersifat meningkatkan ketahanan fisik keluarga.Contoh: pembinaan gizi keluarga termasuk gizi ibu hamil, stimulasi pertumbuhanbalita, pembinaan kesehatan lingkungan keluarga, usaha tanaman obat keluarga,dan lain-lain. |
|||
* Pembinaan ketahanan non fisik keluarga |
|||
Kegiatan-kegiatan yang bersifat meningkatkan ketahanan non fisik keluarga.Contoh: pembinaan kesehatan mental keluarga, stimulasi perkembangan balita,konseling keluarga, dan lain-lain. |
|||
== Tahapan keluarga == |
|||
=== Pembinaan Keluarga Sejahtera === |
|||
Menurut [[Koentjaraningrat]] keluarga berkembang melalui empat tahapan, yaitu: <ref> {{cite book|title= Pengantar Antropologi: Sebuah Ikhtisar Mengenal Antropologi|authors= Gunsu Nurmansyah, Nunung Rodliyah, Recca Ayu Hapsari|publisher= Aura Publisher|isbn= 978-623-211-107-3|pages= 99-100|year= 2019|url= http://ubl.ac.id/monograph-ubl/index.php/Monograf/catalog/download/35/60/295-1?inline=1}} </ref> |
|||
Pembinaan Keluarga Sejahtera Dalam Aspek Agama, Pendidikan, Sosial, Budaya,dan Ekonomi. |
|||
;Aspek agama |
|||
Agama memiliki peran penting dalam membina keluarga sejahtera. Agama yangmerupakan jawaban dan penyelesaian terhadap fungsi kehidupan manusia adalah ajaranatau system yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada TuhanYang Maha Esa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia danmanusia serta lingkungannya. Oleh karena itu, sebuah keluarga haruslah memiliki danberpegang pada suatu agama yang diyakininya agar pembinaan keluarga sejahtera dapat terwujud sejalan dengan apa yang diajarkan oleh agama |
|||
;Aspek pendidikan |
|||
Pendidikan keluarga sangat penting namun seringkali dianggap tidak penting.Etika yang benar harus diajarkan kepada anak semenjak kecil, sehingga ketika seoranganak menjadi dewasa, ia akan berperilaku baik. Tentu saja perilaku orang tua juga harusbaik dan benar sebagai contoh untuk anaknya. Jikalau semenjak kecil seorang anak diajarkan dengan baik dan benar maka keluarga tersebut akan harmonis. Dan seandainya setiap keluarga mengajarkan nilai-nilai etika yang benar maka semua manusia akan hidupberdampingan dan damai. Keluarga merupakan wahana pertama dan utama dalam pendidikan karakter anak.Apabila keluarga gagal melakukan pendidikan karakter pada anak-anaknya, maka akansulit bagi institusi-institusi lain di luar keluarga (sekolah) untuk memperbaikinya.Kegagalan keluarga dalam membentuk karakter anak akan berakibat pada tumbuhnyamasyarakat yang tidak berkarakter. Oleh karena itu, setiap keluarga harus memilkikesadaran bahwa karakter bangsa sangat tergantung pada pendidikan karakter anak dirumah.Keberhasilan keluarga dalam menanamkan nilai-nilai kebajikan (karakter) pada anak sangat tergantung pada jenis pola asuh yang diterapkan orang tua pada anaknya. Polaasuh dapat didefinisikan sebagai pola interaksi antara anak dan orang tua yang meliputipemenuhan kebutuhan fisik (seperti makan, minum, dll) dan kebutuhan psikologis(seperti rasa aman, kasih sayang, dll), serta sosialisasi norma-norma yang berlaku dimasyarakat agar anak dapat hidup selaras dengan lingkungannya. Dengan kata lain, polaasuh juga meliputi pola interaksi orang tua dengan anak dalam rangka pendidikankarakter anak |
|||
;Aspek ekonomi |
|||
pemerintah mengelompokkan keluarga diIndonesia ke dalam dua tipe: |
|||
keluarga pra-sejahtera |
|||
Yang kita bayangkan ketika mendengar keluarga tipe ini adalah keluarga yang masih mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan dasar hidupnya berupa sandang, pangan, danpapan. Keluarga pra-sejahtera identik dengan keluarga yang anaknya banyak, tidak dapatmenempuh pendidikan secara layak, tidak memiliki penghasilan tetap, belummemperhatikan masalah kesehatan lingkungan, rentan terhadap penyakit, mempunyaimasalah tempat tinggal dan masih perlu mendapat bantuan sandang dan pangan. |
|||
tipe keluarga sejahtera |
|||
Yang terbayang ketika mendengar keluarga tipe ini adalahsebuah keluarga yang sudah tidak mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan dasar hidupnya. Keluarga sejahtera identik dengan keluarga yang anaknya dua atau tiga,mampu menempuh pendidikan secara layak, memiliki penghasilan tetap, sudah menaruhperhatian terhadap masalah kesehatan lingkungan, rentan terhadap penyakit, mempunyaitempat tinggal dan tidak perlu mendapat bantuan sandang dan pangan.Selama ini konsentrasi pembinaan terhadap keluarga yang dilakukan oleh pemerintahadalah menangani keluarga pra-sejahtera. Hal itu terlihat dari program-program dasar pembinaan keluarga seperti perencanaan kelahiran (KB), Pos Pelayanan Terpadu (POSYANDU), pelayanan kesehatan gratis, pembinaan lansia, pengadaan rumah khususkeluarga pra-sejahtera dan sejenisnya |
|||
;Aspek sosial budaya |
|||
Perkembangan anak pada usia antara tiga-enam tahun adalah perkembangan sikapsosialnya. Konsep perkembangan sosial mengacu pada perilaku anak dalam hubungannyadengan lingkungan sosial untuk mandiri dan dapat berinteraksi atau untuk menjadimanusia sosial. Interaksi adalah komunikasi dengan manusia lain, suatu hubungan yangmenimbulkan perasaan sosial yang mengikatkan individu dengan sesama manusia,perasaan hidup bermasyarakat seperti tolong menolong, saling memberi dan menerima,simpati dan empati, rasa setia kawan dan sebagainya. |
|||
=== |
=== Tahapan promiskuitas === |
||
Tahap ini adalah tahap dimana manusia hidup serupa sekawan binatang berkelompok, laki-laki dan wanita berhubungan bebas sehingga melahirkan keturunan tanpa ada ikatan, pada tahapan ini kehidupan manusia sama dengan kehidupan binatang yang hidup berkelompok. Pada tahapan ini, laki-laki dan perempuan bebas melakukan hubungan perkawinan dengan yang lain tanpa ada ikatan keluarga dan menghasilkan keturunan tanpa ada terjadi ikatan keluarga seperti sekarang ini. |
|||
Terdapat tiga elemen utama dalam struktur internal keluarga: |
|||
* Status social |
|||
dimana dalam keluarga distrukturkan oleh tiga struktur utama, yaitubapak/suami, ibu/istri dan anak-anak. Sehingga keberadaan status sosial menjadi pentingkarena dapat memberikan identitas kepada individu serta memberikan rasa memiliki,karena ia merupakan bagian dari sistem tersebut |
|||
* Peran social |
|||
yang menggambarkan peran dari masing-masing individu atau kelompok menurut status sosialnya |
|||
* Norma social |
|||
yaitu standar tingkah laku berupa sebuah peraturan yangmenggambarkan sebaiknya seseorang bertingkah laku dalam kehidupan social |
|||
=== |
=== Tahap matriarkat === |
||
Pada tahap ini lambat laun manusia semakin sadar akan hubungan ibu dan anak, tetapi anak belum mengenal ayahnya melainkan hanya masih mengenal ibunya. Dalam keluarga inti, ibulah yang menjadi kepala keluarga dan yang mewarisi garis [[keturunan]]. Pada tahapan ini disebut tahapan matriarkat. Pada tahapan ini perkawinan ibu dan anak dihindari sehingga munculah adat [[eksogami]]. |
|||
Ciri-ciri keluarga sejahtera adalah sebagai berikut: |
|||
* saling terbuka antar anggota keluarga |
|||
* terciptanya rasa saling percaya |
|||
* terpenuhinya segala kebutuhan |
|||
* adanya saling kerja sama antar keluarga |
|||
* adanya keseimbangan dalam memberikan pendidikan untuk bekal didunia dan akhirat |
|||
* terciptanya keharmonisan dalam keluarga |
|||
* terjalinnya komunikasi yang baik antar keluarga.s |
|||
=== Tahap patriarkat === |
|||
Faktor Yang perlu diberikan orang tua kepada anak agar anak mencapai dewasa yang bertanggung jawab moral: |
|||
Pada tahap ini ayah yang menjadi kepala keluarga serta ayah yang mewarisi garis keturunan. Perubahan dari matriarkat ke tingkat patriarkat terjadi karena laki-laki merasa tidak puas dengan situasi keadaan sosial yang menjadikan wanita sebagai kepala keluarga. Sehingga para pria mengambil calon istrinya dari kelompok-kelompok yang lain dan dibawanya ke kelompoknya sendiri serta menetap di sana. Sehingga keturunannya pun tetap menetap bersama mereka. |
|||
* Aktif melakukan komunikasi dengan anak |
|||
* Memberikan teladan |
|||
* Melakukan sesuatu atas dorongan diri sendiri |
|||
* Mengejar prestasi |
|||
* Mengerjakan sesuatu tanpa bantuan orang lain |
|||
* Mampu berpikir |
|||
* Kreatif dan penuh inisiatif |
|||
* Mampu mengatasi masalah yang dihadapi |
|||
* Mampu mengendalikan tindakan-tindakan |
|||
* Mampu mempengaruhi lingkungan |
|||
* Percaya kepada diri sendiri |
|||
* Menghargai keadaan dirinya |
|||
* Memperoleh kepuasan dari usahanya |
|||
=== Tahap parental === |
|||
Selain itu agar anak dapat bertanggung jawab moral, maka orang tua dapat melakukan: |
|||
Pada tahapan yang terakhir, patriarkat lambat laun hilang dan berubah menjadi susunan kekerabatan yang disebut Bachofen susunan parental. Pada tingkat terakhir ini perkawinan tidak selalu dari luar kelompok (eksogami) tetapi juga dari dalam kelompok yang sama ([[endogami]]). Hal ini menjadikan anak-anak bebas berhubungan langsung dengan keluarga ibu maupun ayah. |
|||
* Biarkan anak-anak membuat pilihan-pilihan masukan sendiri |
|||
* Tunjukkan rasa hormat terhadap upaya anak |
|||
* Jangan mengajukan terlalu banyak pertanyaan |
|||
* Jangan langsung menjawab pertanyaan anak |
|||
* Dorong anak-anak menggunakan sesuatu/bahan dari luar rumah |
|||
* Jangan menyirnakan harapan anak. |
|||
== Referensi == |
== Referensi == |
||
{{reflist}} |
{{reflist}} |
||
* [http://gloriabetsy.blogspot.co.id/2012/12/konsep-keluarga-sejahterah.html Konsep Keluarga Sejahterah ] |
|||
* [http://www.damandiri.or.id/detail.php?id=396 www.damandiri.or.id Konsep Keluarga Sejahtera] |
|||
{{Kekerabatan}} |
{{Kekerabatan}} |
||
[[Kategori:Keluarga| ]] |
[[Kategori:Keluarga| ]] |
||
[[Kategori:Sosiologi]] |
Revisi terkini sejak 11 Maret 2024 17.03
Hubungan pribadi |
---|
Jenis hubungan |
Duda · Istri · Janda · Keluarga · Kumpul kebo · Monogami · Nikah siri · Pacar lelaki · Pacar perempuan · Perkawinan · Poligami · Saudara · Sahabat · Selir · Suami · Wanita simpanan |
Peristiwa dalam hubungan |
Cinta · Ciuman · Kasih sayang · Pacaran · Persahabatan · Pernikahan · Perselingkuhan · Perceraian · Percumbuan · Perjantanan · Persetubuhan · Perzinaan |
Keluarga atau famili adalah sekelompok orang yang terikat dengan hubungan darah, ikatan kelahiran, hubungan khusus, pernikahan, atau yang lainnya. Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan serta orang orang yang selalu menerima kekurangan dan kelebihan orang yang ada di sekitarnya baik buruknya anggota keluarga, tetap tidak bisa mengubah kodrat yang ada, garis besarnya yang baik diarahkan dan yang buruk diperbaiki tanpa harus menghakimi.[1]
Menurut Salvicion dan Celis (1998) di dalam keluarga terdapat dua atau lebih dari dua pribadi yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan, di hidupnya dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan di dalam perannya masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan.[2]
Berdasar Undang-Undang 52 tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, Bab I pasal 1 ayat 6 pengertian.
Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri; atau suami (Kepala keluarga), istri dan anaknya yang di sebut dengan Rumah Tangga atau dengan sebutan lainnya ialah keluarga kecil; sedangkan yang disebut dengan keluarga besar selain suami, istri dan anak-anaknya dirumah tangga tersebut terdapat orang tua atau disebut ayah dan ibu dari pihak suami dan juga terdapat anak-anaknya orang tua yang lain termasuk orang tua dari ayah (Kakek dan nenek), Menurut Paul B. Horton bahwa Masyarakat adalah kumpulan manusia yang memiliki kemandirian dengan bersama-sama untuk jangka waktu yang lama dan juga mendiami suatu daerah atau wilayah tertentu. Di mana dalam wilayah tersebut memiliki kebudayaan yang tidak namun memiliki adat yang berbeda di dalam wilayah, daerah tersebut[3].
Jenis Keluarga
[sunting | sunting sumber]Ada beberapa jenis keluarga, yakni:
- Keluarga inti atau keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari suami, istri, dan anak.
- Keluarga Dyadic adalah keluarga yang terdiri dari suami dan istri, tetapi tidak memiliki anak.
- Keluarga besar adalah keluarga yang terdiri dari keluarga inti dan keluarga lainnya garis keturunan dari suami termasuk kakek dan nenek.
- Keluarga Kitnetwork, beberapa keluarga tinggal bersama dan menggunakan layanan bersama.
- Keluarga orang tua-anak yang belum menikah (Unmarried parent and child family) yaitu keluarga yang terdiri dari orang tua dan anak yang belum menikah.
Kita dapat mengamati bahwa anak mengalami proses pertumbuhan dan perkembangannya akan dipengaruhi oleh lingkungan dan pergaulannya, termasuk tipe keluarganya. Dalam tinjauan terhadap psikologi perkembangan, pandangan tentang hubungan orangtua-anak umumnya terkait dengan teori keterikatan yang pertama kali dikemukakan oleh John Bowlby. Ia kemudian mengidentifikasi dampak perilaku pengasuhan sebagai faktor penting dalam hubungan orangtua-anak yang telah terbentuk sejak masa kanak-kanak.[4]
Keluarga inti
[sunting | sunting sumber]Keluarga inti atau disebut juga dengan keluarga batih ialah yang terdiri atas ayah, ibu, dan anak. Keluarga inti merupakan bagian dari lembaga sosial yang ada pada masyarakat. Bagi masyarakat primitif yang mata pencahariaannya adalah berburu dan bertani, keluarga sudah merupakan struktur yang cukup memadai untuk menangani produksi dan konsumsi. Keluarga merupakan lembaga sosial dasar dari mana semua lembaga lainnya berkegsdmbang karena kebudayaan yang makin kompleks menjadikan lembaga-lembaga itu penting.[5]
Peranan
[sunting | sunting sumber]Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku antar pribadi, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan pribadi dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan pribadi dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat.[6]
Berbagai peranan yang terdapat dalam keluarga adalah sebagai berikut:
- Ayah sebagai suami dari istri dan ayah dari anak-anaknya, berperan sebagai pencari nafkah yang halal, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.[6]
- Ibu sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peran untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, di samping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya jika di restui oleh suami.[6]
- Anak-anak melaksanakan peranan psikosial sesuai dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.[6]
Tugas
[sunting | sunting sumber]Pada dasarnya tugas keluarga ada delapan tugas pokok sebagai berikut:[butuh rujukan]
- Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya.
- Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga.
- Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan kedudukannya masing-masing.
- Sosialisasi antar anggota keluarga.
- Pengaturan jumlah anggota keluarga.
- Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga.
- Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih luas.
- Membangkitkan dorongan dan semangat para anggotanya.
Fungsi
[sunting | sunting sumber]Fungsi yang dijalankan keluarga adalah:
- Fungsi Pendidikan dilihat dari bagaimana keluarga mendidik dan menyekolahkan anak untuk mempersiapkan kedewasaan dan masa depan anak.[7]
- Fungsi Sosialisasi anak dilihat dari bagaimana keluarga mempersiapkan anak menjadi anggota masyarakat yang baik.[7]
* Fungsi Perasaan dilihat dari bagaimana keluarga secara instuitif merasakan perasaan dan suasana anak dan anggota yang lain dalam berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama anggota keluarga. Sehing
Faatga saling pengertian satu sama lain dalam menumbuhkan keharmonisan dalam keluarga.[7]
- Fungsi Agama dilihat dari bagaimana keluarga memperkenalkan dan mengajak anak dan anggota keluarga lain melalui kepala keluarga menanamkan keyakinan yang mengatur kehidupan kini dan kehidupan lain setelah dunia.[7]
- Fungsi Ekonomi dilihat dari bagaimana kepala keluarga mencari penghasilan, mengatur penghasilan sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi rkebutuhan-kebutuhan keluarga.[7]
- Fungsi Rekreatif dilihat dari bagaimana menciptakan suasana yang menyenangkan dalam keluarga, seperti acara nonton TV bersama, bercerita tentang pengalaman masing-masing, dan lainnya.[7]
- Fungsi Biologis dilihat dari bagaimana keluarga meneruskan keturunan sebagai generasi selanjutnya.[7]
- Memberikan kasih sayang, perhatian, dan rasa aman di antara keluarga, serta membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga.[7]
Bentuk keluarga
[sunting | sunting sumber]Ada dua macam bentuk keluarga dilihat dari bagaimana keputusan diambil, yaitu berdasarkas
lokasi dan berdasarkan pola otoritas.[8]
Berdasarkan lokasi
[sunting | sunting sumber]- Adat utrolokal, yaitu adat yang memberi kebebasan kepada sepasang suami istri untuk memilih tempat tinggal, baik itu di sekitar kediaman kaum kerabat suami ataupun di sekitar kediamanan kaum kerabat istri;
- Adat virilokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang suami istri diharuskan menetap di sekitar pusat kediaman kaum kerabat suami;
- Adat uxurilokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang suami istri harus tinggal di sekitar kediaman kaum kerabat istri;
- Adat bilokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang suami istri dapat tinggal di sekitar pusat kediaman kerabat suami pada masa tertentu, dan di sekitar pusat kediaman kaum kerabat istri pada masa tertentu pula (bergantian);
- Adat neolokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang suami istri dapat menempati tempat yang baru, dalam arti kata tidak berkelompok bersama kaum kerabat suami maupun istri;
- Adat avunkulokal, yaitu adat yang mengharuskan sepasang suami istri untuk menetap di sekitar tempat kediaman saudara laki-laki ibu (avunculus) dari pihak suami;
- Adat natalokal, yaitu adat yang menentukan bahwa suami dan istri masing-masing hidup terpisah, dan masing-masing dari mereka juga tinggal di sekitar pusat kaum kerabatnya sendiri .
Berdasarkan pola otoritas
[sunting | sunting sumber]- Patriarkal, yakni otoritas di dalam keluarga dimiliki oleh laki-laki (laki-laki tertua, umumnya ayah)
- Matriarkal, yakni otoritas di dalam keluarga dimiliki oleh perempuan (perempuan tertua, umumnya ibu)
- Equalitarian, yakni suami dan istri berbagi otoritas secara seimbang.
Subsistem sosial
[sunting | sunting sumber]Terdapat tiga jenis subsistem dalam keluarga, yakni subsistem suami-istri, subsistem orang tua-anak, dan subsitem sibling (kakak-adik).[9] Subsistem suami-istri terdiri dari seorang laki-laki dan perempuan yang hidup bersama dengan tujuan eksplisit dalam membangun keluarga.[9] Pasangan ini menyediakan dukungan mutual satu dengan yang lain dan membangun sebuah ikatan yang melindungi subsistem tersebut dari gangguan yang ditimbulkan oleh kepentingan maupun kebutuhan darti subsistem-subsistem lain.[9] Subsistem orang tua-anak terbentuk sejak kelahiran seorang anak dalam keluarga, subsistem ini meliputi transfer nilai dan pengetahuan dan pengenalan akan tanggungjawab terkait dengan relasi orang tua dan anak.[9]
Tahapan keluarga
[sunting | sunting sumber]Menurut Koentjaraningrat keluarga berkembang melalui empat tahapan, yaitu: [10]
Tahapan promiskuitas
[sunting | sunting sumber]Tahap ini adalah tahap dimana manusia hidup serupa sekawan binatang berkelompok, laki-laki dan wanita berhubungan bebas sehingga melahirkan keturunan tanpa ada ikatan, pada tahapan ini kehidupan manusia sama dengan kehidupan binatang yang hidup berkelompok. Pada tahapan ini, laki-laki dan perempuan bebas melakukan hubungan perkawinan dengan yang lain tanpa ada ikatan keluarga dan menghasilkan keturunan tanpa ada terjadi ikatan keluarga seperti sekarang ini.
Tahap matriarkat
[sunting | sunting sumber]Pada tahap ini lambat laun manusia semakin sadar akan hubungan ibu dan anak, tetapi anak belum mengenal ayahnya melainkan hanya masih mengenal ibunya. Dalam keluarga inti, ibulah yang menjadi kepala keluarga dan yang mewarisi garis keturunan. Pada tahapan ini disebut tahapan matriarkat. Pada tahapan ini perkawinan ibu dan anak dihindari sehingga munculah adat eksogami.
Tahap patriarkat
[sunting | sunting sumber]Pada tahap ini ayah yang menjadi kepala keluarga serta ayah yang mewarisi garis keturunan. Perubahan dari matriarkat ke tingkat patriarkat terjadi karena laki-laki merasa tidak puas dengan situasi keadaan sosial yang menjadikan wanita sebagai kepala keluarga. Sehingga para pria mengambil calon istrinya dari kelompok-kelompok yang lain dan dibawanya ke kelompoknya sendiri serta menetap di sana. Sehingga keturunannya pun tetap menetap bersama mereka.
Tahap parental
[sunting | sunting sumber]Pada tahapan yang terakhir, patriarkat lambat laun hilang dan berubah menjadi susunan kekerabatan yang disebut Bachofen susunan parental. Pada tingkat terakhir ini perkawinan tidak selalu dari luar kelompok (eksogami) tetapi juga dari dalam kelompok yang sama (endogami). Hal ini menjadikan anak-anak bebas berhubungan langsung dengan keluarga ibu maupun ayah.
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ Sugeng Iwan, “Pengasuhan Anak dalam Keluarga”[pranala nonaktif permanen]
- ^ Baron, R. A dan Donn Byrne. 2003. Psikologi Sosial. Jakarta: Erlangga
- ^ https://www.merdeka.com/jateng/mengenal-pengertian-masyarakat-beserta-fungsinya-perlu-diketahui-kln.html
- ^ Halodoc, Redaksi. "Serba-serbi Fungsi Keluarga yang Perlu Diketahui". halodoc. Diakses tanggal 2024-01-16.
- ^ Paul B. Horton. 1987.Sosiologi. Jakarta:Erlangga. Hal 266
- ^ a b c d Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernamaJhonson
- ^ a b c d e f g h Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernamaric
- ^ Fr Tderique Holdert dan Gerrit Antonides, “Family Type Effects on Household Members Decision Making”, Advances in Consumer Research Volume 24 (1997), eds. Merrie Brucks and Deborah J. MacInnis, Provo, UT: Association for Consumer Research, Pages: 48-54
- ^ a b c d Minuchin, S (1974). Families and Family Therapy. Cambridge, MA: Harvard University Press.
- ^ Gunsu Nurmansyah, Nunung Rodliyah, Recca Ayu Hapsari (2019). Pengantar Antropologi: Sebuah Ikhtisar Mengenal Antropologi. Aura Publisher. hlm. 99–100. ISBN 978-623-211-107-3.