Tionghoa Bukittinggi: Perbedaan antara revisi
Rahmatdenas (bicara | kontrib) k Mengembalikan suntingan oleh Visnu92 (bicara) ke revisi terakhir oleh OrophinBot Tag: Pengembalian |
|||
(28 revisi perantara oleh 8 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1: | Baris 1: | ||
[[Berkas:Landscape dari atas jembatan Limpapeh.jpg|jmpl|260x260px|Gedung perkumpulan [[Himpunan Bersatu Teguh]] di Kota Bukittinggi]] |
|||
'''Tionghoa Bukittinggi''' adalah orang-orang dengan etnis Tionghoa yang bertempat tinggal di Kota [[Kota Bukittinggi|Bukittingi]], [[Sumatera Barat |
'''Tionghoa Bukittinggi''' adalah orang-orang dengan [[Tionghoa-Indonesia|etnis Tionghoa]] yang bertempat tinggal di Kota [[Kota Bukittinggi|Bukittingi]], [[Sumatera Barat]]. Kota Bukittinggi sendiri memiliki penduduk dengan beragam etnis seperti Minangkabau, Tionghoa, India, Jawa dan Batak. |
||
== Sejarah == |
== Sejarah == |
||
Awal kedatangan masyarakat Tionghoa di Bukittinggi belum diketahui tahun pastinya, tetapi pada masa |
Awal kedatangan masyarakat Tionghoa di Bukittinggi belum diketahui tahun pastinya, tetapi pada masa pemerintahan kolonial Belanda sudah ditetapkan perkampungan untuk etnis Tionghoa, tepatnya di [[Benteng Pasar Atas, Guguk Panjang, Bukittinggi|Kelurahan Benteng Pasar Atas]]. Penetapan tempat tinggal masyarakat Tionghoa di Bukittinggi oleh pemerintah kolonial diatur dalam peraturan ''wijkenstelsel'' yang dikeluarkan oleh Belanda pada 1856. Sejak saat itu, masyarakat Tionghoa mulai menetap di Bukittinggi. Masyarakat Tionghoa diberi hak untuk membangun toko dan rumah mereka sehingga perkampungan Tionghoa menjadi lokasi berdagang dan juga tempat tinggal mereka. Sebagian besar dari masyarakat Tionghoa Bukittinggi berprofesi sebagai pedagang, disamping bergerak di bidang jasa dan pegawai negeri.<ref name=":0">{{Cite thesis|last=Rhahima Khaidir|first=Rhahima|title=Etnis Tionghoa di Bukittinggi|date=2014|degree=|publisher=|url=|doi=}}</ref> |
||
== |
== Kebudayaan == |
||
Lokasi tempat tinggal masyarakat Tionghoa di Bukittinggi dikenal dengan nama |
Lokasi tempat tinggal masyarakat Tionghoa di Bukittinggi dikenal dengan nama Kampung Cina. Bentuk tempat tinggal etnis Tionghoa di Kampung Cina hampir sama. Terdiri dari dua atau tiga tingkat dan dibangun secara berderet memanjang dan terletak di jalan pusat kota pertokoan. Lantai dasar digunakan sebagai tempat berdagang dan lantai atas sebagai tempat tinggal. |
||
Keberadaan perkumpulan etnis Tionghoa di Kota Bukittinggi cenderung menciptakan kultur tersendiri. Aktivitas sosial budaya, sistem sosial dan karakteristik masyarakat berbeda dengan etnis lainnya. Keberadaan etnis Tionghoa di Kota Bukittinggi sudah lama, tetapi perjuangan mereka untuk terus bisa beradapatasi dengan penduduk lokal tetap berlangsung. Sosial budaya masyarakat etnis Tionghoa yang beraneka ragam menjadi sumbangan besar bagi pengembangan budaya Indonesia khususnya Kota Bukittinggi<ref |
Keberadaan perkumpulan etnis Tionghoa di Kota Bukittinggi cenderung menciptakan kultur tersendiri. Aktivitas sosial budaya, sistem sosial dan karakteristik masyarakat berbeda dengan etnis lainnya. Keberadaan etnis Tionghoa di Kota Bukittinggi sudah lama, tetapi perjuangan mereka untuk terus bisa beradapatasi dengan penduduk lokal tetap berlangsung. Sosial budaya masyarakat etnis Tionghoa yang beraneka ragam menjadi sumbangan besar bagi pengembangan budaya Indonesia khususnya Kota Bukittinggi.<ref name=":0" /> |
||
== |
== Sosial ekonomi == |
||
Kehidupan sosial ekonomi pedagang etnis Tionghoa Bukittinggi menunjukkan peningkatan tiap tahunnya. Hal itu dapat dilihat dari segi fasilitas hidup yang dari sebagian besar mereka memiliki kemajuan gaya hidup dibandingkan dengan masyarakat pribumi. Selain itu, dalam bidang pendidikan, anak-anak mereka disekolahkan sampai ke tingkat perguruan tinggi di luar Sumatera Barat. Perekonomian Tionghoa semakin berkembang dan memuncak pada awal abad ke-19. Keberhasilan etnis Tionghoa di bidang ekonomi dan perdagangan dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya adalah etos kerja etnis Tionghoa yang berdasarkan kepada kepercayaan mereka, kebijakan pemerintahan Belanda pada masa |
Kehidupan sosial ekonomi pedagang etnis Tionghoa Bukittinggi menunjukkan peningkatan tiap tahunnya. Hal itu dapat dilihat dari segi fasilitas hidup yang dari sebagian besar mereka memiliki kemajuan gaya hidup dibandingkan dengan masyarakat pribumi. Selain itu, dalam bidang pendidikan, anak-anak mereka disekolahkan sampai ke tingkat perguruan tinggi di luar Sumatera Barat. Perekonomian Tionghoa semakin berkembang dan memuncak pada awal abad ke-19. Keberhasilan etnis Tionghoa di bidang ekonomi dan perdagangan dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya adalah etos kerja etnis Tionghoa yang berdasarkan kepada kepercayaan mereka, kebijakan pemerintahan Belanda pada masa penjajahan, kebijakan pemerintah Indonesia pada zaman setelah kemerdekaan, serta kondisi lingkungan setempat.<ref name=":0" /> |
||
== |
== Referensi == |
||
{{reflist}} |
|||
{{Cite thesis|last=Rhahima Khaidir|first=Rhahima|title=Etnis Tionghoa di Bukittinggi|date=2014|degree=|publisher=|url=|doi=}} |
|||
{{Tionghoa Indonesia}} |
|||
[[Kategori:Tionghoa-Indonesia]] |
|||
[[Kategori:Kota Bukittinggi]] |
|||
[[Kategori:Kebudayaan]] |
Revisi terkini sejak 29 Mei 2024 10.06
Tionghoa Bukittinggi adalah orang-orang dengan etnis Tionghoa yang bertempat tinggal di Kota Bukittingi, Sumatera Barat. Kota Bukittinggi sendiri memiliki penduduk dengan beragam etnis seperti Minangkabau, Tionghoa, India, Jawa dan Batak.
Sejarah
[sunting | sunting sumber]Awal kedatangan masyarakat Tionghoa di Bukittinggi belum diketahui tahun pastinya, tetapi pada masa pemerintahan kolonial Belanda sudah ditetapkan perkampungan untuk etnis Tionghoa, tepatnya di Kelurahan Benteng Pasar Atas. Penetapan tempat tinggal masyarakat Tionghoa di Bukittinggi oleh pemerintah kolonial diatur dalam peraturan wijkenstelsel yang dikeluarkan oleh Belanda pada 1856. Sejak saat itu, masyarakat Tionghoa mulai menetap di Bukittinggi. Masyarakat Tionghoa diberi hak untuk membangun toko dan rumah mereka sehingga perkampungan Tionghoa menjadi lokasi berdagang dan juga tempat tinggal mereka. Sebagian besar dari masyarakat Tionghoa Bukittinggi berprofesi sebagai pedagang, disamping bergerak di bidang jasa dan pegawai negeri.[1]
Kebudayaan
[sunting | sunting sumber]Lokasi tempat tinggal masyarakat Tionghoa di Bukittinggi dikenal dengan nama Kampung Cina. Bentuk tempat tinggal etnis Tionghoa di Kampung Cina hampir sama. Terdiri dari dua atau tiga tingkat dan dibangun secara berderet memanjang dan terletak di jalan pusat kota pertokoan. Lantai dasar digunakan sebagai tempat berdagang dan lantai atas sebagai tempat tinggal.
Keberadaan perkumpulan etnis Tionghoa di Kota Bukittinggi cenderung menciptakan kultur tersendiri. Aktivitas sosial budaya, sistem sosial dan karakteristik masyarakat berbeda dengan etnis lainnya. Keberadaan etnis Tionghoa di Kota Bukittinggi sudah lama, tetapi perjuangan mereka untuk terus bisa beradapatasi dengan penduduk lokal tetap berlangsung. Sosial budaya masyarakat etnis Tionghoa yang beraneka ragam menjadi sumbangan besar bagi pengembangan budaya Indonesia khususnya Kota Bukittinggi.[1]
Sosial ekonomi
[sunting | sunting sumber]Kehidupan sosial ekonomi pedagang etnis Tionghoa Bukittinggi menunjukkan peningkatan tiap tahunnya. Hal itu dapat dilihat dari segi fasilitas hidup yang dari sebagian besar mereka memiliki kemajuan gaya hidup dibandingkan dengan masyarakat pribumi. Selain itu, dalam bidang pendidikan, anak-anak mereka disekolahkan sampai ke tingkat perguruan tinggi di luar Sumatera Barat. Perekonomian Tionghoa semakin berkembang dan memuncak pada awal abad ke-19. Keberhasilan etnis Tionghoa di bidang ekonomi dan perdagangan dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya adalah etos kerja etnis Tionghoa yang berdasarkan kepada kepercayaan mereka, kebijakan pemerintahan Belanda pada masa penjajahan, kebijakan pemerintah Indonesia pada zaman setelah kemerdekaan, serta kondisi lingkungan setempat.[1]