Lompat ke isi

Amahusu, Nusaniwe, Ambon: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Menghapus Pantai-Amahusu.jpg karena telah dihapus dari Commons oleh P199; alasan: per c:Commons:Deletion requests/Files uploaded by Angel Keleyan.
 
(8 revisi perantara oleh pengguna yang sama tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{desa
{{Negeri
|nama = Amahusu<br>''Harmalakkabessy''<br />
| foto =
|peta =
|foto =
|nama =Amahusu
|peta =
|provinsi =Maluku
|provinsi = Maluku
|dati2 =Kota
|dati2 = Kota
|nama dati2 =Ambon
|nama dati2 = Ambon
|kecamatan =Nusaniwe
|kecamatan = Nusaniwe
|nama pemimpin = Raja
|nama pemimpin =
|kode pos =
|luas =... km²
|luas =... km²
|penduduk =... jiwa
|penduduk =... jiwa
|kepadatan =... jiwa/km²
|kepadatan =... jiwa/km²
}}
}}
'''Amahusu''' adalah sebuah [[desa]] yang ada di [[kecamatan]] [[Nusaniwe, Ambon|Nusaniwe]], [[Kota Ambon]], [[Maluku]], [[Indonesia]].
'''Amahusu''' adalah [[Negeri (Maluku)|negeri]] di [[kecamatan]] [[Nusaniwe, Ambon|Nusaniwe]], [[Kota Ambon]], [[Maluku]], [[Indonesia]].


== Etimologi ==
Di desa ini lahir Zeth Lekatompessy, salah seorang seniman legendaris Maluku, memiliki warna suara yang mendunia, dan akan mengingatkan kita pada warna suara Oscar Harris, Nat King Cole, Pat Boone dan Mat Monroe. Semua menjadi satu dalam warna suara Zeth.
Penamaan Amahusu setidaknya memiliki dua versi. Versi pertama, kata ''ama'' bermakna "bapak" dan kata ''husu'' bermakna "lebih muda". Versi kedua, kata ''ama'' artinya "negeri" (desa), sementara ''husu'' artinya "berburu".{{sfn|Jansen|1939|pp=326}} Amahusu memiliki [[teun]] ''Harmalakkabessy''.{{sfn|Dieter Bartels|2017|pp=509}} Teun Amahusu menunjukkan posisi mereka sebagai sekutu laki-laki dan perlambang maskulinitas dalam hubungan [[pela]] dengan Hatalai. Hatalai sendiri ber-teun ''Silawanabessy'' yang menunjukkan bahwa negeri itu adalah sekutu perempuan dan perlambang femininitas.{{sfn|Dieter Bartels|2017|pp=509}}

== Hubungan sosial ==
Pada masa lalu, antara Amahusu dengan [[Lilibooi, Leihitu Barat, Maluku Tengah|Lilibooi]] dan [[Hitumessing, Leihitu, Maluku Tengah|Hitumessing]] terdapat hubungan adat melalui ikrar [[matakau]]. Namun, dewasa ini hubungan adat antara ketiga negeri sudah punah dan terlupakan. Amahusu juga dikenang oleh kalangan Muslim di Kota Ambon sebagai negeri Kristen yang membantu dalam pembangunan [[Masjid Raya Al-Fatah]],<ref>{{cite web |url=https://cahayaguru.or.id/kabar-terbaru/443 |title=Bedah Buku Guru Bacarita: Narasi Damai dari Maluku untuk Indonesia |author=<!--Not stated--> |date=19 Januari 2022 |website= |publisher=Yayasan Cahaya Guru |access-date=30 Mei 2024 |quote=Yusuf mengisahkan bagaimana K.H. Hassanusi mengenang kebaikan saudara mereka dari Amahusu (negeri Kristen) dalam pembangunan Masjid Al-Fattah.}}</ref> masjid utama dan terbesar di Kota Ambon.

=== Pela ===
Amahusu terikat [[pela]] minum darah dengan [[Hatalai, Leitimur Selatan, Ambon|Hatalai]].{{sfn|Dieter Bartels|2017|pp=509}} Pada masa lalu, Kapitan Sau Nusa dari matarumah Mainake di Amahusu berjumpa dengan seorang kapitan perempuan asal Hatalai, Nene Ahun. Mereka bertempur, tetapi tidak ada yang kalah dan menang. Kemudian, diadakan perdamaian antara keduanya di dekat kebun milik Kapitan Ilan Trete dari Negeri [[Soya, Sirimau, Ambon|Soya]]. Kapitan Sau Nusa menangkap putri Ilan Trete, memenggalnya, dan meminum darahnya bersama Kapitan Nene Ahun seraya mengikrarkan pela antara kedua negeri.{{sfn|Dieter Bartels|2017|pp=509}} Sekitar kebun Ilan Trete yang menjadi tempat diikrarkannya pela Hatalai dan Amahusu saat ini masuk ke dalam [[pertuanan (Maluku)|pertuanan]] [[Negeri Urimessing, Nusaniwe, Ambon|Urimessing]] dan dulu di sana ada pisau yang terbuat dari batu, wujud sisa peninggalan [[megalitikum]]. Namun, pisau yang dimaksud saat ini sudah tidak ada lagi.{{sfn|Proyek Pengembangan Media Kebudayaan|1984|pp=6}} Disebutkan pula bahwa Amahusu ber-pela dengan [[Hualoy, Amalatu, Seram Bagian Barat|Hualoy]].

=== ''Gandong'' ===
Hubungan ''gandong'' diikat dengan dua negeri Muslim di [[Leihitu (geografi)|Jazirah Leihitu]], [[Laha, Teluk Ambon, Ambon|Laha]] dan [[Tial, Salahutu, Maluku Tengah|Tial]].

== Tokoh terkenal ==
[[Zeth Lekatompessy]], dikenal sebagai Bapak Teka, adalah salah seorang musisi legendaris Maluku. Bapak Teka wafat pada 11 Februari 2022 dan dikebumikan di Amahusu, kampung halamannya.<ref>{{cite news |author=Penina Fiolana Mayaut |editor=Agus Salim |date=11 Februari 2022 |title=Musisi Maluku Zeth Lekatompessy tutup usia |url=https://www.antaranews.com/berita/2697933/musisi-maluku-zeth-lekatompessy-tutup-usia |work=Antara |location=Jakarta |access-date=11 April 2024}}</ref><ref>{{cite web |url=https://ambon.go.id/wali-kota-akui-sumbangsih-almarhum-zeth-lekatompessy-bagi-acom/ |title=Walikota Akui Sumbangsih Almarhum Zeth Lekatompessy bagi ACOM |author=<!--Not stated--> |date=11 Februari 2022 |website=ambon.go.id |publisher=Pemkot Ambon |access-date=11 April 2024 |quote=}}</ref>

== Referensi ==
{{reflist}}

== Daftar pustaka ==
* {{Cite book
|author = Dieter Bartels
|authorlink =
|title = Di Bawah Naungan Gunung Nunusaku: Muslim Kristen Hidup Berdampingan di Maluku Tengah, Jilid II: Sejarah
|publisher = Kepustakaan Populer Gramedia (KPG)
|year = 2017
|page = 508-509
|isbn = 9786024241513
|ref= harv}}
* {{cite journal |last1=H. J. |first1=Jansen |last2= |first2= |date=1939 |title=Ethnographische Bijzonderheden van Enkele Ambonsche Negorijen (± 1930) |url=http://www.jstor.org/stable/2077044 |journal=Bijdragen Tot de Taal-, Land- En Volkenkunde van Nederlandsch-Indië |volume=98 |issue=3 |pages=325-368 |doi= |access-date=11 April 2024}}


== Pranala luar ==
== Pranala luar ==
Baris 24: Baris 53:
{{Authority control}}
{{Authority control}}


{{negeri-stub}}

{{Kelurahan-stub}}

Revisi terkini sejak 27 Juni 2024 03.24

Amahusu
Harmalakkabessy
Negara Indonesia
ProvinsiMaluku
KotaAmbon
KecamatanNusaniwe
Luas... km²
Jumlah penduduk... jiwa
Kepadatan... jiwa/km²

Amahusu adalah negeri di kecamatan Nusaniwe, Kota Ambon, Maluku, Indonesia.

Etimologi

[sunting | sunting sumber]

Penamaan Amahusu setidaknya memiliki dua versi. Versi pertama, kata ama bermakna "bapak" dan kata husu bermakna "lebih muda". Versi kedua, kata ama artinya "negeri" (desa), sementara husu artinya "berburu".[1] Amahusu memiliki teun Harmalakkabessy.[2] Teun Amahusu menunjukkan posisi mereka sebagai sekutu laki-laki dan perlambang maskulinitas dalam hubungan pela dengan Hatalai. Hatalai sendiri ber-teun Silawanabessy yang menunjukkan bahwa negeri itu adalah sekutu perempuan dan perlambang femininitas.[2]

Hubungan sosial

[sunting | sunting sumber]

Pada masa lalu, antara Amahusu dengan Lilibooi dan Hitumessing terdapat hubungan adat melalui ikrar matakau. Namun, dewasa ini hubungan adat antara ketiga negeri sudah punah dan terlupakan. Amahusu juga dikenang oleh kalangan Muslim di Kota Ambon sebagai negeri Kristen yang membantu dalam pembangunan Masjid Raya Al-Fatah,[3] masjid utama dan terbesar di Kota Ambon.

Amahusu terikat pela minum darah dengan Hatalai.[2] Pada masa lalu, Kapitan Sau Nusa dari matarumah Mainake di Amahusu berjumpa dengan seorang kapitan perempuan asal Hatalai, Nene Ahun. Mereka bertempur, tetapi tidak ada yang kalah dan menang. Kemudian, diadakan perdamaian antara keduanya di dekat kebun milik Kapitan Ilan Trete dari Negeri Soya. Kapitan Sau Nusa menangkap putri Ilan Trete, memenggalnya, dan meminum darahnya bersama Kapitan Nene Ahun seraya mengikrarkan pela antara kedua negeri.[2] Sekitar kebun Ilan Trete yang menjadi tempat diikrarkannya pela Hatalai dan Amahusu saat ini masuk ke dalam pertuanan Urimessing dan dulu di sana ada pisau yang terbuat dari batu, wujud sisa peninggalan megalitikum. Namun, pisau yang dimaksud saat ini sudah tidak ada lagi.[4] Disebutkan pula bahwa Amahusu ber-pela dengan Hualoy.

Hubungan gandong diikat dengan dua negeri Muslim di Jazirah Leihitu, Laha dan Tial.

Tokoh terkenal

[sunting | sunting sumber]

Zeth Lekatompessy, dikenal sebagai Bapak Teka, adalah salah seorang musisi legendaris Maluku. Bapak Teka wafat pada 11 Februari 2022 dan dikebumikan di Amahusu, kampung halamannya.[5][6]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Jansen 1939, hlm. 326.
  2. ^ a b c d Dieter Bartels 2017, hlm. 509.
  3. ^ "Bedah Buku Guru Bacarita: Narasi Damai dari Maluku untuk Indonesia". Yayasan Cahaya Guru. 19 Januari 2022. Diakses tanggal 30 Mei 2024. Yusuf mengisahkan bagaimana K.H. Hassanusi mengenang kebaikan saudara mereka dari Amahusu (negeri Kristen) dalam pembangunan Masjid Al-Fattah. 
  4. ^ Proyek Pengembangan Media Kebudayaan 1984, hlm. 6.
  5. ^ Penina Fiolana Mayaut (11 Februari 2022). Agus Salim, ed. "Musisi Maluku Zeth Lekatompessy tutup usia". Antara. Jakarta. Diakses tanggal 11 April 2024. 
  6. ^ "Walikota Akui Sumbangsih Almarhum Zeth Lekatompessy bagi ACOM". ambon.go.id. Pemkot Ambon. 11 Februari 2022. Diakses tanggal 11 April 2024. 

Daftar pustaka

[sunting | sunting sumber]

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]