Lompat ke isi

Mahākassapa: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tjmoel (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Faredoka (bicara | kontrib)
k Faredoka memindahkan halaman Mahakassapa ke Mahākassapa dengan menimpa pengalihan lama
(48 revisi perantara oleh 24 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{Infobox Buddhist biography
Mahakassapa (Pali:Mahākāśyapa) atau Kāśyapa, adalah seorang brahmana dari Magadha, yang menjadi salah satu murid utama Sakyamuni Buddha. Ia juga penyelenggara dan penuntun Sidang Agung Pertama. Mahakassapa adalah salah murid awal yang sering diperkenalkan. Ia juga sering digambarkan mendampingi Sang Buddha bersama-sama dengan Ananda, masing-masing di sisi Sang Buddha.
| name = Yang Agung Mahakassapa
| img = Mahakashyapa.JPG
| img_size = 200px
| img_capt =
| landscape =
| birth_name =
| other_names = Mahākāśyapa
| dharma_name =
| birth_date =
| birth_place =
| death_date =
| death_place =
| nationality =
| denomination =
| school =
| lineage =
| title =
| workplace =
| education =
| occupation = [[Bhikkhu]]
| teacher = [[Gautama Buddha]]
| reincarnation_of =
| predecessor =
| successor =
| student =
| spouse =
| partner =
| children =
| website =
}}
{{Buddhisme|sangha}}
'''Mahākassapa''' (Pali; Sanskerta: '''Mahākāśyapa''') atau '''Kāśyapa''', adalah seorang [[brahmana]] dari [[Magadha]] di sebuah desa bernama Mahatittha, yang menjadi salah satu murid utama yang sering diperkenalkan oleh [[Buddha Sakyamuni]]. Seperti murid-murid Utama Sang Buddha ([[Sariputta]] dan [[Mahamoggallana]]), Kasyapa juga berasal dari keluarga Brahmana (ayahnya bernama Brahmana [[Kapila]] dan ibunya bernama [[Sumanadevi]]). Ia juga penyelenggara dan penuntun [[Sidang_Buddhis#Sidang_Pertama_(sekitar_543_SM)|Sidang Agung Pertama]]. Ia juga sering digambarkan mendampingi Sang Buddha bersama-sama dengan [[Ananda]], masing-masing di sisi Sang Buddha. Ia juga dipanggil dengan panggilan "Pipphali".


Menurut legenda, suatu hari Sang Buddha sedang menyampaikan "Khotbah Bunga" di Puncak Burung Hering, ia menaiki tahtanya, memetik setangkai bunga<ref>Berdasarkan legenda, bunga yang dimaksud adalah [[Udumbara]], bunga langka seperti yang digambarkan dalam [[Sutra Teratai]]</ref>, dan menunjukkan kepada yang hadir. Tidak seorang pun memahami maknanya, kecuali Mahakasyapa, yang menanggapinya dengan tersenyum. Sang Buddha memilihnya sebagai seseorang yang mengerti sepenuhnya dan merupakan seseorang yang pantas menjadi penerusnya. Sang Buddha kemudian berkata<ref name="Karakteristik dan Esensi"/>
Menurut legenda, suatu hari Sang Buddha sedang menyampaikan "Khotbah Bunga" di [[Puncak Burung Nasar|Puncak Burung Hering]], ia menaiki tahtanya, memetik setangkai bunga,<ref>Berdasarkan legenda, bunga yang dimaksud adalah [[Udumbara]], bunga langka seperti yang digambarkan dalam [[Sutra Teratai]]</ref> dan menunjukkan kepada yang hadir. Tidak seorang pun memahami maknanya, kecuali Mahakasyapa, yang menanggapinya dengan tersenyum. Sang Buddha memilihnya sebagai seseorang yang mengerti sepenuhnya dan merupakan seseorang yang pantas menjadi penerusnya. Sang Buddha kemudian berkata:<ref name="Karakteristik dan Esensi"/>
{{cquote|''Aku memiliki mata Dharma dari doktrin yang benar dan pikiran yang indah akan Nirvana. Bentuk sejati sebenarnya adalah kekosongan dan pintu Dharm yang halus. Semua ini telah aku wariskan kepada Mahakasyapa.''

{{cquote|Aku memiliki mata Dharma dari doktrin yang benar dan pikiran yang indah akan Nirvana. Bentuk sejati sebenarnya adalah kekosongan dan pintu Dharm yang halus. Semua ini telah aku wariskan kepada Mahakasyapa."
|4=Karakteristik dan Esensi Ajaran Zen
|4=Karakteristik dan Esensi Ajaran Zen
|5=<ref name="Karakteristik dan Esensi">Karakteristik dan Esensi Ajaran Zen, "Two Talks on Ch'an", Ven. Master Hsing Yun, Penerjemah: Vimuttaguna Lenny Wijaya, Penerbit: Yayasan Karaniya, Juni 1994 </ref>}}
|5=<ref name="Karakteristik dan Esensi">Karakteristik dan Esensi Ajaran Zen, "Two Talks on Ch'an", Ven. Master Hsing Yun, Penerjemah: Vimuttaguna Lenny Wijaya, Penerbit: Yayasan Karaniya, Juni 1994</ref>}}


[[Berkas:Pipphali.jpg|jmpl|kiri|Gua Pipphali di [[Rajgir]], tempat di mana Mahakassapa menetap.]]
Peristiwa tersebut menandai awal dari garis silsilah Ch'an ([[Zen]]) dan penerusan guru ke murid yang berlanjut sampai kini. Ada dua-puluh delapan generasi penerus sejak Mahakasyapa sampai kepada Bodhidharma - yang dianggap sebagai Patriak pertama Ch'an (Zen) di Cina. Selanjutnya ajaran Ch'an (Zen) diteruskan lewat jalur tunggal selama lima generasi sampai masa Patriak Keenam, Hui Neng (慧能)(638-713).
Peristiwa tersebut menandai awal dari garis silsilah Ch'an ([[Zen]]) dan penerusan guru ke murid yang berlanjut sampai kini. Ada dua-puluh delapan generasi penerus sejak Mahakasyapa sampai kepada [[Bodhidharma]] - yang dianggap sebagai Patriak pertama Ch'an (Zen) di [[Cina]]. Selanjutnya ajaran Ch'an (Zen) diteruskan lewat jalur tunggal selama lima generasi sampai masa Patriak Keenam, [[Hui Neng]] ([[Hanyu]]:慧能)([[638]]-[[713]]).


Menurut legenda Cina, bhikkhu [[Ji Gong]] adalah reinkarnasi dari Mahakasyapa (yang dikenal sebagai [[Arahat]] Penjinak Naga). Dalam [[Sutra Teratai]] Bab VI (Ramalan Tentang Yang Akan Terjadi),<ref>{{cite web|url=http://www.nshi.org/Lotus_Sutra/Saddharma_Pundarika_Sutra_Edisi_Indonesia/index_indonesia.htm|title=Saddharma Pundarika Sutra, Edisi Indonesia|accessdate=31-07-2009}}{{Pranala mati|date=Mei 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref> Sang Buddha meramalkan pencerahan sempurna dari murid-muridnya: Mahakasyapa, Subhuti, Maha Katyayana, dan Mahamoggallana.
Thus, a way within Buddhism developed which concentrated on direct experience rather than on rational creeds or revealed scriptures. Zen is a method of meditative religion which seeks to enlighten people in the manner that the Mahākāśyapa experienced.[2]


== Pranala luar ==
In the Song of Enlightenment (證道歌 Zhèngdào gē) of Yǒngjiā Xuánjué (665-713)[4]—one of the chief disciples of Huìnéng, the 6th patriarch of Chan Buddhism—it is written that Bodhidharma was the 28th patriarch in a line of descent from Mahākāśyapa, a disciple of Śākyamuni Buddha, and the first patriarch of Chan Buddhism:
* {{en}} [http://accesstoinsight.org/lib/bps/wheels/wheel345.html ''Maha Kassapa''] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20050207050616/http://www.accesstoinsight.org/lib/bps/wheels/wheel345.html |date=2005-02-07 }} (subtitle) ''Father of the Sangha'', Hellmuth Hecker, biography based on the [[Tipitaka|Pali Canon]], revised and enlarged translation from Wissen und Wandel volume XXI number 6, 1975, (German) by [[Nyanaponika]] Thera, The Wheel Publication No. 345, ISBN 955-24-0026-0
* {{en}} [http://www.palikanon.com/english/pali_names/maha/maha_kassapa_th.htm Entry on '''Maha Kassapa Thera''' in the Buddhist Dictionary of Pali Proper Name]
* {{en}} [http://www.international-zen-temple.de/smile.html "Mahakasyapa's smile"] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20060720130230/http://www.international-zen-temple.de/smile.html |date=2006-07-20 }} Master Young San Seong Do Snim


== Referensi ==
Mahākāśyapa was the first, leading the line of transmission;
{{reflist}}


{{Topik Buddhisme}}
Twenty-eight Fathers followed him in the West;
The Lamp was then brought over the sea to this country;
And Bodhidharma became the First Father here:
His mantle, as we all know, passed over six Fathers,
And by them many minds came to see the Light.[5]


[[Kategori:Buddhisme]]
Menurut legenda Cina, bhikkhu Ji Gong adalah reinkarnasi dari Mahakasyapa (yang dikenal sebagai Arahat Penjinak Naga). Dalam Sutra Teratai Bab VI (Ramalan Tentang Yang Akan Terjadi)<ref> {{cite web|url=http://www.nshi.org/Lotus_Sutra/Saddharma_Pundarika_Sutra_Edisi_Indonesia/index_indonesia.htm|title=Saddharma Pundarika Sutra, Edisi Indonesia|accessdate=31-07-2009}}</ref>, Sang Buddha meramalkan pencerahan sempurna dari murid-muridnya: Mahakasyapa, Subhuti, Maha Katyayana, dan Mahamoggallana.
[[Kategori:Tokoh Buddha]]


== Pranala luar ==


{{buddhisme-stub}}
* Maha Kassapa (subtitle) Father of the Sangha, Hellmuth Hecker, biography based on the Pali Canon, revised and enlarged translation from Wissen und Wandel volume XXI number 6, 1975, (German) by Nyanaponika Thera, The Wheel Publication No. 345, ISBN 955-24-0026-0
* Entry on Maha Kassapa Thera in the Buddhist Dictionary of Pali Proper Names
* "Mahakasyapa's smile" Master Young San Seong Do Snim

== Referensi ==
{{reflist}}

Revisi per 3 Juli 2024 09.55

Yang Agung Mahakassapa

Informasi
Nama lainnya: Mahākāśyapa
Pekerjaan: Bhikkhu
Guru: Gautama Buddha
Website

Mahākassapa (Pali; Sanskerta: Mahākāśyapa) atau Kāśyapa, adalah seorang brahmana dari Magadha di sebuah desa bernama Mahatittha, yang menjadi salah satu murid utama yang sering diperkenalkan oleh Buddha Sakyamuni. Seperti murid-murid Utama Sang Buddha (Sariputta dan Mahamoggallana), Kasyapa juga berasal dari keluarga Brahmana (ayahnya bernama Brahmana Kapila dan ibunya bernama Sumanadevi). Ia juga penyelenggara dan penuntun Sidang Agung Pertama. Ia juga sering digambarkan mendampingi Sang Buddha bersama-sama dengan Ananda, masing-masing di sisi Sang Buddha. Ia juga dipanggil dengan panggilan "Pipphali".

Menurut legenda, suatu hari Sang Buddha sedang menyampaikan "Khotbah Bunga" di Puncak Burung Hering, ia menaiki tahtanya, memetik setangkai bunga,[1] dan menunjukkan kepada yang hadir. Tidak seorang pun memahami maknanya, kecuali Mahakasyapa, yang menanggapinya dengan tersenyum. Sang Buddha memilihnya sebagai seseorang yang mengerti sepenuhnya dan merupakan seseorang yang pantas menjadi penerusnya. Sang Buddha kemudian berkata:[2]

Aku memiliki mata Dharma dari doktrin yang benar dan pikiran yang indah akan Nirvana. Bentuk sejati sebenarnya adalah kekosongan dan pintu Dharm yang halus. Semua ini telah aku wariskan kepada Mahakasyapa.

— Karakteristik dan Esensi Ajaran Zen, [2]
Gua Pipphali di Rajgir, tempat di mana Mahakassapa menetap.

Peristiwa tersebut menandai awal dari garis silsilah Ch'an (Zen) dan penerusan guru ke murid yang berlanjut sampai kini. Ada dua-puluh delapan generasi penerus sejak Mahakasyapa sampai kepada Bodhidharma - yang dianggap sebagai Patriak pertama Ch'an (Zen) di Cina. Selanjutnya ajaran Ch'an (Zen) diteruskan lewat jalur tunggal selama lima generasi sampai masa Patriak Keenam, Hui Neng (Hanyu:慧能)(638-713).

Menurut legenda Cina, bhikkhu Ji Gong adalah reinkarnasi dari Mahakasyapa (yang dikenal sebagai Arahat Penjinak Naga). Dalam Sutra Teratai Bab VI (Ramalan Tentang Yang Akan Terjadi),[3] Sang Buddha meramalkan pencerahan sempurna dari murid-muridnya: Mahakasyapa, Subhuti, Maha Katyayana, dan Mahamoggallana.

Pranala luar

Referensi

  1. ^ Berdasarkan legenda, bunga yang dimaksud adalah Udumbara, bunga langka seperti yang digambarkan dalam Sutra Teratai
  2. ^ a b Karakteristik dan Esensi Ajaran Zen, "Two Talks on Ch'an", Ven. Master Hsing Yun, Penerjemah: Vimuttaguna Lenny Wijaya, Penerbit: Yayasan Karaniya, Juni 1994
  3. ^ "Saddharma Pundarika Sutra, Edisi Indonesia". Diakses tanggal 31-07-2009.  [pranala nonaktif permanen]