Lompat ke isi

Badik: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
k clean up, removed stub tag
 
(46 revisi perantara oleh 12 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
[[Berkas:Sari 3.jpg|jmpl|Badik.]]
Badik adalah senjata tradisional yang berasal dari masyarakat etnis [[Suku Makassar]] di Sulawesi Selatan, hampir menyerupai di masyarakat [[Bugis]] yang bernama Gecong, Kawali oleh orang Luwu ataupun Rencong oleh orang Aceh. Bersisi tajam tunggal atau ganda, dengan panjang mencapai sekitar setengah 20-30 Cm.
'''Badik''' adalah [[pisau]] panjang dengan bentuk khas yang dikembangkan oleh [[masyarakat]] dari Sulawesi. Badik bersisi tajam tunggal atau ganda, dengan panjang mencapai sekitar setengah [[meter]]. Seperti [[keris]] Rakian Naga Batu Handak, bentuknya asimetris dan ulunya kerap kali dihiasi dengan [[pamor (logam)|pamor]]. Namun, berbeda dari keris, badik tidak pernah memiliki penyangga [[bilah]]. Nama "badi'" merupakan penyebutan dalam [[bahasa Makassar]] sedang dalam [[bahasa Bugis]] disebut sebagai "kawali". Badik memiliki konsep [[mistisisme]] serta bernilai secara [[ekonomi]] dan [[seni]] dengan tingkat yang tinggi.<ref>https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbjabar/sekelumit-tentang-badik-lampung/</ref>

Pada masa Raja Gowa ke-10 Daeng Bonto Karaeng Tunipallangga (1546-1565) kegiatan Padeddeq Bassi (Pandai Besi) benar-benar di akomodir oleh pemerintahan Kerajaan Gowa, hal ini untuk keperluan Perang dalam ekspansi perluasan wilayah kerajaan Gowa. Dimana pada masa ini, bukan hanya Badik namun juga pistol, Keris, Meriam dan jenis kapal Perang di perairan semacam Perahu Palari.



<ref>https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbjabar/sekelumit-tentang-badik-lampung/</ref>


== Badik Pada Masyarakat Sulawesi Selatan ==
== Badik Pada Masyarakat Sulawesi Selatan ==
Baris 15: Baris 10:
* fungsi badik sebagai pembela diri<ref>Diambil dari informasi di Museum La Galigo Makssar</ref>
* fungsi badik sebagai pembela diri<ref>Diambil dari informasi di Museum La Galigo Makssar</ref>


== Badik Dedde Taeng ==
== Masyarakat Suku Bugis ==
Menurut pandangan orang Suku Bugis, setiap jenis badik salah satunya Badik Gecong memiliki kekuatan sakti (gaib). Kekuatan ini dapat memengaruhi kondisi, keadaan, dan proses kehidupan pemiliknya. Sejalan dengan itu, terdapat kepercayaan bahwa badik Atau Kawali juga mampu menimbulkan ketenangan, kedamaian, kesejahteraan dan kemakmuran ataupun kemelaratan, kemiskinan dan penderitaan bagi yang menyimpannya.
[[Berkas:Badik Makassar.jpg|jmpl|<nowiki>Jenis Badik Makassar, koleksi ~~~~</nowiki>|258x258px]]
Badik Makassar memiliki kale (bilah) yang pipih, battang (perut) buncit dan tajam serta cappa’ (ujung) yang runcing. Badik yang berbentuk seperti ini disebut Badik Sari. Badik Sari terdiri atas bagian pangulu (gagang badik), sumpa’ kale (tubuh badik) dan banoang (sarung badik). Lain Makassar lain pula Bugis, di daerah ini senjata tradisionalnya disebut dengan Gecong (Bugis) dan Kawali oleh orang Luwu di Sulawesi Selatan.


Sejak ratusan tahun silam, badik dipergunakan bukan hanya sebagai senjata untuk membela diri dan berburu tetapi juga sebagai identitas diri dari suatu kelompok etnis atau kebudayaan. Badik ini tidak hanya terkenal di daerah Suku Bugis saja, tetapi juga Seluruh Indonesia
== Kawali Luwu ==
Kawali Luwu memiliki besi atau bilah yang pipih, ujung runcing dan bentuk agak melebar pada bagian ujung, sedangkan kawali Luwu memiliki bessi pipih dan berbentuk lurus. Kawali pun memiliki bagian-bagian, seperti pangulu (hulu), bessi (bilah) dan wanua (sarung). Seperti pada senjata tradisional lainnya, kawali juga dipercaya memiliki kekuatan sakti, baik itu yang dapat membawa keberuntungan ataupun kesialan.


Secara umum badik terdiri atas tiga bagian, yakni hulu (gagang) dan bilah (besi), serta sebagai pelengkap adalah wanua atau sarung badik. Disamping itu, terdapat pula pamor yang dipercaya dapat memengaruhi kehidupan pemiliknya.
Kawali adalah senjata tradisional jenis Pisau yang mempunyai motif kaitan pada bilahnya dan dipercaya sebagai senjata yang akan memberikan kekayaan bagi pemiliknya. Mempunyai motif berupa tiga noktah dalam posisi tungku dipercaya akan membawa keberuntungan bagi pemiliknya berupa tidak akan kekurangan makanan dan tidak akan mengalami duka nestapa. Itulah sebabnya, badik ini paling cocok digunakan bagi mereka yang berusaha di sektor pertanian.

== Badik Bugis ==
Badik Bugis memiliki cappa’ (ujung) yang cembung dan agak runcing. Badik yang berbentuk seperti ini disebut Badik Gecong. Badik gecong terdiri atas bagian pangulu (gagang badik), ale (tubuh badik) dan wanua (sarung badik). di beberapa daerah badik disebut dengan kawali, seperti Kawali Raja (Bone) dan Kawali Rongkong (Luwu).

Kawali merupakan nama senjata tradisional suku bugis, Sulawesi Selatan. Senjata badik memiliki makna mendalam dalam kebudayaan masyarakat Bugis


== Kul Buntet / Pusaran ==
== Kul Buntet / Pusaran ==
Baris 41: Baris 39:
Badik ini tidak hanya terkenal di daerah Makassar saja, tetapi juga terdapat di daerah Bugis dan Mandar dengan nama dan bentuk berbeda.Secara umum badik terdiri atas tiga bagian, yakni hulu (gagang) dan bilah (besi), serta sebagai pelengkap adalah warangka atau sarung badik. Disamping itu, terdapat pula pamor yang dipercaya dapat memengaruhi kehidupan pemiliknya.Badik Makassar memiliki kale (bilah) yang pipih, battang (perut) buncit dan tajam serta cappa’ (ujung) yang runcing. Badik yang berbentuk seperti ini disebut Badik Sari. Badik Sari terdiri atas bagian pangulu (gagang badik), sumpa’ kale (tubuh badik) dan banoang (sarung badik). Lain Makassar lain pula Bugis, di daerah ini badik disebut dengan kawali, seperti Kawali Raja (Bone) dan Kawali Rangkong (Luwu).
Badik ini tidak hanya terkenal di daerah Makassar saja, tetapi juga terdapat di daerah Bugis dan Mandar dengan nama dan bentuk berbeda.Secara umum badik terdiri atas tiga bagian, yakni hulu (gagang) dan bilah (besi), serta sebagai pelengkap adalah warangka atau sarung badik. Disamping itu, terdapat pula pamor yang dipercaya dapat memengaruhi kehidupan pemiliknya.Badik Makassar memiliki kale (bilah) yang pipih, battang (perut) buncit dan tajam serta cappa’ (ujung) yang runcing. Badik yang berbentuk seperti ini disebut Badik Sari. Badik Sari terdiri atas bagian pangulu (gagang badik), sumpa’ kale (tubuh badik) dan banoang (sarung badik). Lain Makassar lain pula Bugis, di daerah ini badik disebut dengan kawali, seperti Kawali Raja (Bone) dan Kawali Rangkong (Luwu).


Badik Taeng memiliki ciri khas memiliki perut yang lebar atau mirip dengan perut buncit, sementara Panjarungang memiliki perut yang tidak terlalu buncit.
== Badik Dedde Taeng ==

Badik Dedde Taeng adalah
"Kalau bicara badik Makassar maka cuma ada dua jenis yaitu Taeng dengan Panjarungang dan kedua jenis ini memiliki hubungan sejarah sehingga harus ditempa dari dua tempat yang berbeda.


== Cara Memegang Badik ==
== Cara Memegang Badik ==
Baris 49: Baris 48:
== Referensi ==
== Referensi ==
<references />{{senjata Indonesia}}
<references />{{senjata Indonesia}}

{{indo-stub}}
[https://beritapangkep.com/panre-beddu-sang-pembuat-badik-dari-segeri/338/ Panre Beddu, sang pembuat badik dari Segeri]


[[Kategori:Senjata]]
[[Kategori:Senjata]]
[[Kategori:Bugis]]
[[Kategori:Bugis]]
[[Kategori:Senjata tradisional Indonesia]]
[[Kategori:Senjata tradisional Indonesia]]
[[Kategori:Mitologi Makassar]]

Revisi terkini sejak 21 Juli 2024 15.50

Badik.

Badik adalah pisau panjang dengan bentuk khas yang dikembangkan oleh masyarakat dari Sulawesi. Badik bersisi tajam tunggal atau ganda, dengan panjang mencapai sekitar setengah meter. Seperti keris Rakian Naga Batu Handak, bentuknya asimetris dan ulunya kerap kali dihiasi dengan pamor. Namun, berbeda dari keris, badik tidak pernah memiliki penyangga bilah. Nama "badi'" merupakan penyebutan dalam bahasa Makassar sedang dalam bahasa Bugis disebut sebagai "kawali". Badik memiliki konsep mistisisme serta bernilai secara ekonomi dan seni dengan tingkat yang tinggi.[1]

Badik Pada Masyarakat Sulawesi Selatan

[sunting | sunting sumber]

Badik sebagai salah satu jenis benda hasil dari suatu proses kegiatan teknologi menempa logam adalah perwujudan dari kebudayaan materil masyarakat Sulawesi Selatan. Badik sebagai benda budaya, dipahami dan dipercaya oleh masyarakat memiliki berbagai fungsi dan kegunaan yang tidak terbatas hanya sebagai senjata tajam, masyarakat percaya bahwa badik mempunyai nilai dan makna tertentu.

Badik memiliki tiga fungsi dalam kehidupan masyarakat, yaitu:

  • Fungsi badik dalam keluarga
  • Fungsi badik dalam kegiatan ekonomi
  • fungsi badik sebagai pembela diri[2]

Masyarakat Suku Bugis

[sunting | sunting sumber]

Menurut pandangan orang Suku Bugis, setiap jenis badik salah satunya Badik Gecong memiliki kekuatan sakti (gaib). Kekuatan ini dapat memengaruhi kondisi, keadaan, dan proses kehidupan pemiliknya. Sejalan dengan itu, terdapat kepercayaan bahwa badik Atau Kawali juga mampu menimbulkan ketenangan, kedamaian, kesejahteraan dan kemakmuran ataupun kemelaratan, kemiskinan dan penderitaan bagi yang menyimpannya.

Sejak ratusan tahun silam, badik dipergunakan bukan hanya sebagai senjata untuk membela diri dan berburu tetapi juga sebagai identitas diri dari suatu kelompok etnis atau kebudayaan. Badik ini tidak hanya terkenal di daerah Suku Bugis saja, tetapi juga Seluruh Indonesia

Secara umum badik terdiri atas tiga bagian, yakni hulu (gagang) dan bilah (besi), serta sebagai pelengkap adalah wanua atau sarung badik. Disamping itu, terdapat pula pamor yang dipercaya dapat memengaruhi kehidupan pemiliknya.

Badik Bugis

[sunting | sunting sumber]

Badik Bugis memiliki cappa’ (ujung) yang cembung dan agak runcing. Badik yang berbentuk seperti ini disebut Badik Gecong. Badik gecong terdiri atas bagian pangulu (gagang badik), ale (tubuh badik) dan wanua (sarung badik). di beberapa daerah badik disebut dengan kawali, seperti Kawali Raja (Bone) dan Kawali Rongkong (Luwu).

Kawali merupakan nama senjata tradisional suku bugis, Sulawesi Selatan. Senjata badik memiliki makna mendalam dalam kebudayaan masyarakat Bugis

Kul Buntet / Pusaran

[sunting | sunting sumber]

Kawali Lade’ nateyai memiliki pamor berupa bulatan kecil pada bagian pangkal dan guratan berjajar pada bagian matanya. Badik ini dipercaya dapat mendatangkan rezeki yang melimpah bagi pemiliknya. Badik ini memiliki kemiripan fungsi dengan Kawali Lakadang yang memiliki motif berbentuk gala pada pangkalnya.

Salah satu badik yang dipercaya sangat ideal adalah Kawali Lagemme’ Silampa yang memiliki motif berupa urat yang membujur dari pangkal ke ujung. Dipercaya bahwa pemilik badik tersebut senantiasa akan mendapatkan keselamatan dan kesejahteraan dalam kehidupannya bersama dengan segenap kaum kerabatnya. Sedangkan untuk mendapatkan kesabaran, maka dipercaya harus memiliki Kawali Lasabbara.

Uladeddu, Jenis badik bugis yang khas segeri

Kawali Ilakkoajang adalah jenis badik yang dipercayai sebagai senjata yang mampu mendatangkan wibawa serta derajat yang tinggi.Badik ini memiliki motif guratan di seluruh tubuhnya. Sementara itu, bagi yang menginginkan kemenangan dalam setiap pertarungan hendaknya memiliki Kawali Latenriwale. Badik yang memiliki motif berupa bulatan oval pada bagian ujungnya ini dipercaya dapat membangkitkan sifat pantang mundur bagi pemiliknya dalam setiap pertempuran.

Bila dipercaya terdapat badik yang mengandung kebaikan, demikian pun sebaliknya terdapat badik yang mengandung kesialan. Kawali Lasukku Ja’na adalah badik yang dianggap amat buruk. Bagi siapapun, Kawali Latemmewa merupakan badik yang sangat tidak baik, karena dipercaya badik ini tidak dapat menjaga wibawa dan kehormatan pemiliknya. Menurut kepercayaan, pemilik badik ini tidak akan melakukan perlawanan kendati ditampar oleh orang lain.

Sejalan dengan kepercayaan tersebut, terdapat Kawali Lamalomo Malaweng Tappi’enngi yang memiliki motif berupa guratan tanda panah pada bagian pangkalnya. Dipercaya, pemilik badik ini sering kali terlibat dalam perbuatan zina. Badik ini memiliki kepercayaan yang berlawanan dengan Kawali Lamalomo Rialawengeng. Konon kabarnya pemilik badik seperti ini sering kali istrinya melakukan perzinahan dengan lelaki lain.

Apapun kekuatan sakti yang dipercaya dikandung oleh sebuah badik, badik tetaplah sebuah benda budaya yang akan meningkatkan identitas diri seseorang, terutama bagi kaum lelaki. Seperti kata orang Makassar mengenai badik “Teyai bura’ne punna tena ammallaki badik” (Bukan seorang lelaki jika tidak memiliki badik), begitupun dengan kata orang Bugis “Taniya ugi narekko de’na punnai kawali" (Bukan seorang Bugis jika tidak memiliki badik).

Menurut pandangan orang Bugis Makassar, setiap jenis badik memiliki kekuatan sakti (gaib). Kekuatan ini dapat memengaruhi kondisi, keadaan, dan proses kehidupan pemiliknya. Sejalan dengan itu, terdapat kepercayaan bahwa badik juga mampu menimbulkan ketenangan, kedamaian, kesejahteraan dan kemakmuran ataupun kemelaratan, kemiskinan dan penderitaan bagi yang menyimpannya.Sejak ratusan tahun silam, badik dipergunakan bukan hanya sebagai senjata untuk membela diri dan berburu tetapi juga sebagai identitas diri dari suatu kelompok etnis atau kebudayaan.

Badik ini tidak hanya terkenal di daerah Makassar saja, tetapi juga terdapat di daerah Bugis dan Mandar dengan nama dan bentuk berbeda.Secara umum badik terdiri atas tiga bagian, yakni hulu (gagang) dan bilah (besi), serta sebagai pelengkap adalah warangka atau sarung badik. Disamping itu, terdapat pula pamor yang dipercaya dapat memengaruhi kehidupan pemiliknya.Badik Makassar memiliki kale (bilah) yang pipih, battang (perut) buncit dan tajam serta cappa’ (ujung) yang runcing. Badik yang berbentuk seperti ini disebut Badik Sari. Badik Sari terdiri atas bagian pangulu (gagang badik), sumpa’ kale (tubuh badik) dan banoang (sarung badik). Lain Makassar lain pula Bugis, di daerah ini badik disebut dengan kawali, seperti Kawali Raja (Bone) dan Kawali Rangkong (Luwu).

Badik Taeng memiliki ciri khas memiliki perut yang lebar atau mirip dengan perut buncit, sementara Panjarungang memiliki perut yang tidak terlalu buncit.

"Kalau bicara badik Makassar maka cuma ada dua jenis yaitu Taeng dengan Panjarungang dan kedua jenis ini memiliki hubungan sejarah sehingga harus ditempa dari dua tempat yang berbeda.

Cara Memegang Badik

[sunting | sunting sumber]

Badik dipegang seperti memegang senjata api (pistol) hanya saja ini bukan senjata api. Badik dipegang dengan satu tangan dengan ke - empat jari (jari telunjuk, jari tengah, jari manis, dan jari kelingking) di bagian depan pegangannya dan jari jempol di bagian belakang pegangannya menyentuh jari telunjuk dan jari tengah.

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbjabar/sekelumit-tentang-badik-lampung/
  2. ^ Diambil dari informasi di Museum La Galigo Makssar

Panre Beddu, sang pembuat badik dari Segeri