Baju lamina

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Sketsa dari sebuah baju lamina

Baju lamina (juga dikenal sebagai lamena oleh orang Bugis, sa 'dan oleh orang Toraja, lamina atau laminah oleh orang Melayu)[1][2] adalah sejenis zirah rantai dan lempeng dari kepulauan Nusantara (Indonesia, Malaysia, Brunei, dan Filipina).

Deskripsi[sunting | sunting sumber]

Baju lamina adalah baju besi rantai yang dibentuk menjadi bentuk rompi. Bagian belakang terdiri dari pelat kuningan persegi panjang kecil, bagian depan terdiri dari cincin kuningan. Beberapa pelat kuningan persegi panjang melekat pada cincin kuningan, yang membentang dari ketinggian tulang selangka ke sekitar tepi bawah tulang rusuk terakhir. Pelat kuningan berfungsi untuk memperkuat rantai baju besi di bagian dada dan panggul yang lebih rentan. Baju lamina tidak memiliki lengan atau kerah.[1] Salah satu referensi paling awal untuk baju besi ini ada setelah penaklukan Malaka oleh Portugis (1511). Putra Afonso de Albuquerque menyebutkan persenjataan Malaka: Ada senapan matchlock besar (arquebus Jawa), sumpitan beracun, busur, panah, baju berlapis besi (laudeis de laminas), tombak Jawa, dan jenis senjata lainnya.[3][4] Tidak diketahui apakah baju berlapis besi Malaka memang digunakan dalam pertempuran, atau hanya digunakan oleh kaum elit dan bangsawan, atau apakah itu murni pakaian upacara.[5] Rui de Araújo melaporkan bahwa sangat sedikit prajurit Malaka yang menggunakan baju zirah.[6]:376

Sekitar abad ke-17, orang Bugis mulai menggunakan baju besi rantai dan lempeng dan masih digunakan sampai abad ke-19.[7]

Galeri[sunting | sunting sumber]

Lihat pula[sunting | sunting sumber]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b Albert G. van Zonneveld: Traditional weapons of the Indonesian archipelago. C. Zwartenkot Art Books, Leiden 2001, ISBN 90-5450-004-2, hlm. 28.
  2. ^ Klinkert, Hillebrandus Cornelius (1926). Nieuw Nederlandsch-maleisch Woordenboek. N. v. boekhandel en drukkerij voorheen E. J. Brill. hlm. 546. 
  3. ^ The son of Afonso de Albuquerque (1774). Commentários do Grande Afonso Dalbuquerque parte III. Lisboa: Na Regia Officina Typografica. hlm. 144. 
  4. ^ Birch, Walter de Gray (1875). The Commentaries of the Great Afonso Dalboquerque, Second Viceroy of India, translated from the Portuguese edition of 1774 volume III. London: The Hakluyt Society. hlm. 127. 
  5. ^ Charney, Michael (2012). Iberians and Southeast Asians at War: the Violent First Encounter at Melaka in 1511 and After. In Waffen Wissen Wandel: Anpassung und Lernen in transkulturellen Erstkonflikten. Hamburger Edition. hlm 2.
  6. ^ Wijaya, Daya Negri (2022). Malacca Beyond European Colonialism (15th–17th centuries) (Tesis). Universidade do Porto. https://hdl.handle.net/10216/141531. 
  7. ^ Pelras, Christian (1996). The Bugis. Blackwell Publishers. hlm. 122. ISBN 0-631-17231-9. OCLC 503182095. 

Bacaan lanjutan[sunting | sunting sumber]

  • Russell Jones (Hrsg.): Loan-words in Indonesian and Malay. KITLV-Jakarta – Yayasan Obor Indonesia, Jakarta 2008, ISBN 978-979-461-701-4.

Pranala luar[sunting | sunting sumber]