Sunan Giri: Perbedaan antara revisi
Naval Scene (bicara | kontrib) kTidak ada ringkasan suntingan |
perbaikan kecil Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
||
(224 revisi antara oleh lebih dari 100 100 pengguna tak ditampilkan) | |||
Baris 1: | Baris 1: | ||
{{lindungidarianon2}} |
|||
[[Berkas:Sunan_giri.jpg|right|thumb|150px|Sunan Giri, ilustrasi artis]] |
|||
{{pp-protected|reason=vandals|small=yes}} |
|||
'''Sunan Giri''' adalah nama salah seorang [[Walisongo]] dan pendiri kerajaan [[Giri Kedaton]], yang berkedudukan di daerah [[Gresik]], [[Jawa Timur]]. Ia lahir di [[Blambangan]] tahun [[1442]]. Sunan Giri memiliki beberapa nama panggilan, yaitu '''Raden Paku''', '''Prabu Satmata''', '''Sultan Abdul Faqih''', '''Raden 'Ainul Yaqin''' dan '''Joko Samudra'''. Ia dimakamkan di desa Giri, [[Kebomas, Gresik|Kebomas]], [[Kabupaten Gresik|Gresik]]. |
|||
{{One source|date=Juli 2022}} |
|||
{{Infobox religious biography |
|||
| honorific-prefix =As-Syekh |
|||
| name = Muhammad 'Ainul Yaqin<br>( Raden Paku )<br>( Sunan Giri I )<br>( Prabu Satmata )<br>( Sang Hyang Giri Nata ) |
|||
| image =Sunan Giri, member of Walisongo.webp |
|||
| alt = |
|||
| caption =Lukisan potret Sunan Giri |
|||
| religion = [[Islam]] |
|||
| denomination = [[Sunni]] |
|||
| known_for = [[Wali Songo]] |
|||
| birth_name = Muhammad 'Ainul Yaqīn / Raden Paku |
|||
| birth_date = 1442 |
|||
| birth_place = [[Kerajaan Blambangan|Blambangan]], [[Majapahit]] |
|||
| death_date = 1506 |
|||
| death_place = [[Kedatuan Giri|Giri Kedaton]], [[Majapahit]] |
|||
| children = {{collapsible list|title=Pernikahan dengan Dewi Murtasiyah: |
|||
|Ratu Gede Kukusan |
|||
|[[Sunan Dalem]] |
|||
|Sunan Tegalwangi |
|||
|Nyai Ageng Selulur |
|||
|Sunan Kidul |
|||
|Nyai Ageng Sawo / Ratu Gede Saworasa |
|||
|Sunan Kulon |
|||
|Sunan Waruju |
|||
}} |
|||
{{collapsible list|title=Pernikahan dengan Dewi Wardah |
|||
|Pangeran Pasirbata |
|||
|Siti Rohbayat |
|||
}} |
|||
| father = [[Maulana Ishaq]] |
|||
| mother = [[Dewi Sekardadu]] |
|||
| spouse = {{unbulleted list |
|||
|*Dewi Murtasiyah <br> (Putri [[Sunan Ampel]]) |
|||
|*Dewi Wardah |
|||
}} |
|||
|predecessor=[[Maulana Ishaq]]|successor=[[Sunan Ampel II]] <br> |
|||
( Raden Faqih )|office1=Pendiri [[Giri Kedaton]]|term_start1=1481|term_end1=1506|predecessor1= Setelah [[Kertabhumi]] lengser, Giri Kedaton Lepas dari [[Majapahit]]|successor1=[[Sunan Dalem]]}} |
|||
'''Sunan Giri''' lahir di [[Kerajaan Blambangan|Blambangan]] tahun 1442 M dan meninggal tahun 1506 dimakamkan di desa Giri, [[Kebomas, Gresik|Kebomas Gresik]].<ref>{{Cite web|last=Liputan6.com|date=2022-06-19|title=Terungkap Nama Kecil Sunan Giri Hingga Cara Unik Mengajar Islam|url=https://www.liputan6.com/jatim/read/4990140/terungkap-nama-kecil-sunan-giri-hingga-cara-unik-mengajar-islam|website=liputan6.com|language=id|access-date=2023-12-29}}</ref> Adalah anggota [[Wali Sanga|Walisongo]] dan pendiri kerajaan [[Giri Kedaton]] yang berkedudukan di daerah [[Kabupaten Gresik]]. Sunan Giri membangun Giri Kedaton sebagai pusat penyebaran agama Islam di Pulau Jawa yang pengaruhnya sampai ke [[Pulau Madura|Madura]], [[Pulau Lombok|Lombok]], [[Kalimantan]], [[Sulawesi]] dan [[Maluku]].<ref>{{Cite web|last=Liputan6.com|date=2022-06-19|title=Terungkap Nama Kecil Sunan Giri Hingga Cara Unik Mengajar Islam|url=https://www.liputan6.com/jatim/read/4990140/terungkap-nama-kecil-sunan-giri-hingga-cara-unik-mengajar-islam|website=liputan6.com|language=id|access-date=2023-12-29}}</ref> |
|||
Nama Giri sendiri yang digunakan oleh Sunan Giri dalam menamakan tempat tinggalnya di Gresik itu diambil dari nama tempat ibukota Kerajaan Blambangan saat itu. Kota Giri saat ini menjadi sebuah kecamatan di [[Kabupaten Banyuwangi|Banyuwangi]], [[Jawa Timur]].<ref>{{Cite web|last=Riza|first=M. Fakhru|date=2020-01-24|title=Asal-Usul dan Nasab Sunan Giri; Cucu Raja Blambangan dan Anak dari Maulana Ishak|url=https://www.pecihitam.org/asal-usul-dan-nasab-sunan-giri/|website=Pecihitam.org|language=en-US|access-date=2023-12-29}}</ref> |
|||
== Silsilah == |
|||
Beberapa babad menceritakan pendapat yang berbeda mengenai silsilah Sunan Giri. Sebagian [[babad]] berpendapat bahwa ia adalah anak Maulana Ishaq, seorang mubaligh yang datang dari Asia Tengah. Maulana Ishaq diceritakan menikah dengan Dewi Sekardadu, yaitu putri dari Menak Sembuyu penguasa wilayah Blambangan pada masa-masa akhir kekuasaan Majapahit. |
|||
== Keluarga == |
|||
Pendapat lainnya yang menyatakan bahwa Sunan Giri juga merupakan keturunan Rasulullah SAW; yaitu melalui jalur keturunan [[Husain bin Ali]], [[Ali Zainal Abidin]], [[Muhammad al-Baqir]], [[Ja'far ash-Shadiq]], [[Ali Uraidhi|Ali al-Uraidhi]], Muhammad an-Naqib, Isa ar-Rumi, [[Ahmad al-Muhajir]], Ubaidullah, Alwi Awwal, Muhammad Sahibus Saumiah, Alwi ats-Tsani, Ali Khali' Qasam, [[Syekh Muhammad Shahib Mirbath|Muhammad Shahib Mirbath]], Alwi Ammi al-Faqih, Abdul Malik (Ahmad Khan), Abdullah (al-Azhamat) Khan, Ahmad Syah Jalal (Jalaluddin Khan), Jamaluddin Akbar al-Husaini (Maulana Akbar), Maulana Ishaq, dan 'Ainul Yaqin (Sunan Giri). Umumnya pendapat tersebut adalah berdasarkan riwayat pesantren-pesantren Jawa Timur, dan catatan nasab Sa'adah BaAlawi Hadramaut. |
|||
'''Sunan Giri''' memiliki beberapa nama lain yakni '''Raden Paku''', '''Prabu Satmata''', '''Sang Hyang Giri Nata, Sultan Abdul Faqih''', '''Raden 'Ainul Yaqin''' dan '''Jaka Samudra'''. |
|||
Sunan Giri merupakan buah pernikahan dari Maulana Ishaq, seorang mubaligh Islam dari Malaka, dengan [[Dewi Sekardadu]] atau Dewi Sabodi, putri Prabu Menak Sembuyu penguasa wilayah Blambangan pada masa-masa akhir Majapahit.<ref>{{Cite web|date=2023-05-24|title=KELUARGA BESAR BANI BATOKOLONG: SILSILAH SUNAN GIRI DAN ANAK ANAKNYA|url=https://banibatokolong.blogspot.com/2018/02/silsilah-sunan-giri-dan-anak-anaknya.html|website=KELUARGA BESAR BANI BATOKOLONG|access-date=2023-12-29}}</ref> |
|||
== Kisah == |
|||
Sunan Giri merupakan buah pernikahan dari Maulana Ishaq, seorang mubaligh Islam dari Asia Tengah, dengan Dewi Sekardadu, putri Menak Sembuyu penguasa wilayah Blambangan pada masa-masa akhir Majapahit. Namun kelahirannya dianggap telah membawa kutukan berupa wabah penyakit di wilayah tersebut. Dipaksa untuk membuang anaknya, Dewi Sekardadu menghanyutkannya ke laut. |
|||
Di saat kelahirannya bayi Sunan Giri dituduh sebagai biang keladi masalah atas wabah yang melanda Blambangan oleh Patih Bajul Sengata. Patih Bajul Sengata menyarankan Prabu Menak Sembuyu untuk membunuh putra dari Dewi Sekardadu. Namun upaya itu tidak terjadi, sebab Sunan Giri dilarung ke laut Blambangan oleh ibunya, sebagai aksi penyelamatan dari rencana pembunuhan dari Senopati Blambangan. |
|||
Kemudian, bayi tersebut ditemukan oleh sekelompok awak kapal (pelaut) dan dibawa ke Gresik. Di Gresik, dia diadopsi oleh seorang saudagar perempuan pemilik kapal, Nyai Gede Pinatih. Karena ditemukan di laut, dia menamakan bayi tersebut '''Joko Samudra'''. |
|||
Saat ditengah laut antara Blambangan dan Gili Manuk, bayi anak Dewi Sekardadu itu diselamatkan oleh awak kapal bernama Abu Hurairoh, anak buah dari Nyi Ageng Pinatih dari Gresik, janda kaya raya bekas istrinya Koja Mahdum Syahbandar. Peristiwa itu ditulis oleh [[Thomas Stamford Raffles]] dalam bukunya History of Java.<ref>{{Cite book|last=Raffles|first=Thomas Stamford|date=2019-01-01|url=https://books.google.com/books?id=JIG3EAAAQBAJ&newbks=0&hl=id|title=The History of Java|publisher=Media Pressindo|language=id}}</ref> |
|||
Ketika sudah cukup dewasa, Joko Samudra dibawa ibunya ke Surabaya untuk belajar agama kepada [[Sunan Ampel]]. Tak berapa lama setelah mengajarnya, Sunan Ampel mengetahui identitas sebenarnya dari murid kesayangannya itu. Kemudian, Sunan Ampel mengirimnya dan Makdhum Ibrahim ([[Sunan Bonang]]), untuk mendalami ajaran Islam di Pasai. Mereka diterima oleh Maulana Ishaq yang tak lain adalah ayah Joko Samudra. Di sinilah, Joko Samudra, yang ternyata bernama '''Raden Paku''', mengetahui asal-muasal dan alasan mengapa dia dulu dibuang. |
|||
Ini pula dikuatkan oleh catatan [[H.J. de Graaf|H.J. De Graaf]] dan [[Theodoor Gautier Thomas Pigeaud|Th. Pigeaud]] dalam buku Kerajaan-Kerajaan Islam di Jawa Peralihan dari Majapahit ke Mataram. Keduanya memastikan bahwa bayi anak Dewi Sekardadu yang diberi nama Jaka Samudra itu diselamatkan oleh Nyi Ageng Pinatih, setelah itu dari Jaka samudra dirubah namanya Raden Paku (sesuai pemberian nama dari ayahnya) lalu diganti dengan Maulana Ainul Yaqin oleh gurunya yaitu Syekh Sayyid Ali Rahmatullah atau [[Sunan Ampel]]. |
|||
== Dakwah dan kesenian == |
|||
== Asal Usul == |
|||
Setelah tiga tahun berguru kepada ayahnya, Raden Paku atau lebih dikenal dengan '''Raden 'Ainul Yaqin''' kembali ke Jawa. Ia kemudian mendirikan sebuah ''[[pesantren]] giri'' di sebuah perbukitan di desa Sidomukti, Kebomas. Dalam [[bahasa Jawa]], ''giri'' berarti gunung. Sejak itulah, ia dikenal masyarakat dengan sebutan '''Sunan Giri'''. |
|||
Ada Bukti Otentik tentang asal usul dari Sunan Giri baik nama ayah maupun kisah kisah yang berbeda-beda. Salah satu nya bisa dilihat pada manuskrip filologi yaitu Serat Walisana, dengan tulisan langgam Pucung, Pupuh V bait 20-25, menjelaskan asal usul Sunan Giri. |
|||
Berikut cuplikan bait di serat walisana ; |
|||
Pesantren Giri kemudian menjadi terkenal sebagai salah satu pusat penyebaran agama Islam di [[Jawa]], bahkan pengaruhnya sampai ke [[Madura]], [[Lombok]], [[Kalimantan]], [[Sulawesi]], dan [[Maluku]]. Pengaruh Giri terus berkembang sampai menjadi kerajaan kecil yang disebut ''Giri Kedaton'', yang menguasai Gresik dan sekitarnya selama beberapa generasi sampai akhirnya ditumbangkan oleh [[Sultan Agung]]. |
|||
''“Nateng Blambangan/ prabu Sadmudha wewamgi/rimangkana kataman sungkawa dahat/marma tyas duh margi saking Puterini pun/Nandang gerah barah/madal sanggayaning usadi/apanengeran sang Retno Sabodi Rara/Suwarna yu Samana sang nata ngerungu/lamun ing wuhara/wonten Janma nembe prapti/adedukuh mencil ahlul tapabrata /pan wus kabul mumpuni salwiring kawruh/dadya tinimbalan/prapta kinen ngusadani/katarima waluya grahe sang Retna/suka sukur ya ya wau sangha prabu/nenggih puteranira/pinaringaken tumuli/lajeng panggih lan Sayyid Yaqub Samana/atut runtut tan ana sangsayanipun/pinarengan nama maruwanira Ki/apanengeran pangeran Raden Wali Lanang/”.''<ref>{{Cite book|last=Giri II|first=Susuhunan Sunan|date=2020|url=https://yudhartapress.yudharta.ac.id/wp-content/uploads/2020/09/Serat-Wali-Sana-Babad-Parawali.pdf|title=SERAT WALI SANA (BABAD PARAWALI)|location=Pasuruan|publisher=Yudharta Press|isbn=978-623-7817-04-8|pages=Pupuh V bait 20-25|url-status=live}}</ref> |
|||
Terdapat beberapa karya [[seni tradisional]] Jawa yang sering dianggap berhubungkan dengan Sunan Giri, diantaranya adalah permainan-permainan anak seperti ''Jelungan'', ''Lir-ilir'' dan ''Cublak Suweng''; serta beberapa ''gending'' (lagu instrumental Jawa) seperti ''Asmaradana'' dan ''Pucung''. |
|||
Catatan dalam Serat Walisana tersebut menggunakan bahasa [[semiotika]], menunjukkan [[lambang]] yang punya makna, dan di setiap peristiwa dibahasakan dengan [[sengkala]] yang juga mengandung arti waktu peristiwa tersebut. |
|||
== Pranala luar == |
|||
*http://sunan-giri.blogspot.com |
|||
Dalam Babad Ing Giri kedhaton disebutkan : |
|||
{{Walisongo}} |
|||
{{indo-bio-stub}} |
|||
''"punika pretelan sejarahipun kanjeng nabi muhammad sallallahualaihi wasalam ,manka maulana ishaq apeputra kanjeng susuhunan prabu sadmata ingkang ndalem giri kedhaton ,manka susuhunan prabu satmata menggah garwa padminipun anenggih putrane pangeran ing bungkul negari surapringga (surabaya) ,manka susuhunan prabu satmata apeputra Sunan Dalem ,nuli apeputra mas Kartosuro" ( Babad giri Kedhaton : 113 - 116)'' |
|||
[[Kategori:Walisongo|Giri]] |
|||
[[Kategori:Tokoh penyebar Islam di Indonesia]] |
|||
[[Kategori:Tokoh dari Banyuwangi]] |
|||
[[Kategori:Kelahiran 1442]] |
|||
[[Kategori:Kematian 1506]] |
|||
Berbeda dengan di [[Babad Tanah Jawi]], dalam catatan Prof. Agus Sunyoto di bukunya Atlas Wali Songo ( hlm.172)<ref>{{Cite book|last=Sunyoto|first=Agus|date=2007|url=https://archive.org/details/atlaswalisongo|title=Atlas Wali Songo|location=Depok|publisher=Pustaka Ilman|isbn=9786028648097|pages=172|url-status=live}}</ref> menyebut nama ayah Sunan Giri adalah Maulana Ishaq, sedangkan di Serat Walisana disebutkan bahwa ayahnya Sunan Giri adalah Sayyid Yaqub atau Pangeran Raden Wali Lanang. Ibunya Sunan Giri yang ditulis dalam Serat Walisana adalah Retno Sabodi, sementara yang tertulis di Babad Tanah Jawi adalah Dewi Sekardadu. |
|||
[[en:Sunan Giri]] |
|||
[[jv:Sunan Giri]] |
|||
Perbedaan sebutan ini tidak berarti kerancuan, tetapi hanya beda panggilan saja, karena tetap merujuk pada satu orang perempuan ibu dari Sunan Giri yang valid sebagai anak dari Prabu Menak Sembuyu, seorang cucu Prabu Hayam Wuruk dari jalur selir. Ini tidak ada bantahan, bahwa betul Sunan Giri adalah anak dari pertemuan seorang keturunan Rosulullah Saw dengan anak keturunan [[Raja]] [[Majapahit]].<ref>{{Cite web|last=says|first=Abi Haila|date=2023-02-01|title=Tinjauan Filologis Sejarah Sunan Giri Sayyid Maulana Ainul Yaqin, Mursyid Tarekat Syattariyah Abad 15 Masehi|url=https://rminubanten.or.id/tinjauan-filologis-sejarah-sunan-giri-sayyid-maulana-ainul-yaqin-mursyid-tarekat-syattariyah-abad-15-masehi/|website=RMI PWNU Banten|language=id|access-date=2023-12-31}}</ref> |
|||
[[ms:Sunan Giri]] |
|||
Sementara itu dari data silsilah yang tersimpan di pesantren-pesantren Jawa Timur menyebutkan jika Sunan Giri adalah keturunan Nabi Muhammad SAW dari jalur Syekh Abdul Qadir al-Jailani. Silsilah ini bisa ditelusuri dari nasab para penguasa Kesultanan Samudera Pasai yang ternyata bersambung dengan penguasa Dinasti Ayubbiah. Dinasti Ayubbiyah sendiri mempunyai hubungan yang sangat erat dengan Syekh Abdul Qadir al-Jailani. Karena dari jalur Syekh Abdul Qadir al-Jailani maka Sunan Giri termasuk dalam bagian keluarga Al-Qadiri al Hasani. |
|||
== Pendidikan dan Pengembangan Keilmuan == |
|||
Bayi yang tersangkut di kapal itu diambil oleh awak kapal dan diserahkan kepada Nyai Pinatih yang kemudian memungutnya menjadi anak angkat. Karena ditemukan di laut, maka bayi itu dinamai Jaka Samudra. |
|||
Menurut [[Hoesein Djajadiningrat]] dalam ''Sadjarah Banten'' (1983), Nyai Pinatih adalah janda kaya raya di Gresik, bersuami Koja Mahdum Syahbandar, seorang asing di Majapahit. Nama Pinatih sendiri sejatinya berkaitan dengan nama keluarga dari Ksatria Manggis di Bali (Eiseman, 1988), yang merupakan keturunan penguasa Lumajang, Menak Koncar, salah seorang keluarga Maharaja Majapahit yang awal sekali memeluk Islam.<ref>Agus Sunyoto, ''Atlas Walisongo,'' Depok: Pustaka Iman, 2016, 206.</ref> |
|||
== Dakwah dan Kesenian == |
|||
Setelah tiga tahun berguru kepada ayahnya, Raden Paku atau lebih dikenal dengan Raden 'Ainul Yaqin kembali ke Giri. Dalam [[Babad Tanah Jawi]], dikisahkan bahwa Raden Paku dan Raden Mahdum Ibrahim pernah bermaksud pergi ke Mekkah untuk menuntut ilmu sekaligus berhaji. Namun, keduanya hanya sampai di Malaka dan bertemu dengan Maulana Ishak, ayah kandung Raden Paku. Keduanya diberi pelajaran tentang berbagai macam ilmu keislaman, termasuk ilmu tasawuf. |
|||
Di dalam sumber yang dicatat pada silsilah Bupati Gresik pertama bernama Kyai Tumenggung Pusponegoro, terdapat silsilah tarekat Syathariyah yang menyebut nama Syaikh Maulana Ishak dan Raden Paku Sunan Giri sebagai guru Tarekat Syathariyah, yang menunjuk bahwa aliran tasawuf yang diajarkan Maulana Ishak dan Raden Paku adalah Tarekat Syathariyah.udian mendirikan sebuah ''[[pesantren]] giri'' di sebuah perbukitan di [[Sidomukti, Kebomas, Gresik|desa Sidomukti]], Kebomas. Dalam [[bahasa Jawa]], ''giri'' berarti gunung. Sejak itulah, ia dikenal masyarakat dengan sebutan Sunan Giri. |
|||
Pesantren Giri kemudian menjadi terkenal sebagai salah satu pusat penyebaran agama Islam di [[Jawa]], bahkan pengaruhnya sampai ke [[Pulau Madura|Madura]], [[Lombok]], [[Kalimantan]], [[Sulawesi]], [[Sumatera]] (terutama bagian selatan) dan [[Maluku]]. Pengaruh Giri terus berkembang sampai menjadi kerajaan kecil yang disebut ''Giri Kedaton'', yang menguasai Gresik dan sekitarnya selama beberapa generasi sampai akhirnya ditumbangkan oleh [[Sultan Agung]]. |
|||
Terdapat beberapa karya [[seni tradisional]] Jawa yang sering dianggap berhubungkan dengan Sunan Giri, diantaranya adalah permainan-permainan anak seperti ''Jelungan'', dan ''Cublak Suweng''; serta beberapa ''gending'' (lagu instrumental Jawa) seperti ''Asmaradana'' dan ''Pucung''.<ref>{{Cite web|last=Liputan6.com|date=2022-06-19|title=Terungkap Nama Kecil Sunan Giri Hingga Cara Unik Mengajar Islam|url=https://www.liputan6.com/jatim/read/4990140/terungkap-nama-kecil-sunan-giri-hingga-cara-unik-mengajar-islam|website=liputan6.com|language=id|access-date=2023-12-29}}</ref> |
|||
== Referensi == |
|||
{{reflist}}{{S-start}} |
|||
{{s-reg}} |
|||
{{Succession box|before=<small>Kesunanan didirikan|title=[[Kesunanan Giri]]|years=1481–1506|after=[[Sunan Dalem]]}} |
|||
{{S-end}}{{Walisongo}} |
|||
[[Kategori:Tokoh penyebar Islam di Indonesia|Gresik]] |
|||
[[Kategori:Arab-Indonesia|Gresik]] |
|||
[[Kategori:Sunan|Gresik]] |
|||
[[Kategori:Wali Sanga]] |
|||
[[Kategori:Tokoh penyebar Islam di Indonesia|Sunan Giri]] |
|||
[[Kategori:Tokoh Jawa|Giri]] |
|||
[[Kategori:Tokoh Tuban|Giri]] |
|||
[[Kategori:Tokoh Gresik|Giri]] |
|||
[[Kategori:Sunan|Giri]] |
|||
[[Kategori:Tokoh Islam]] |
Revisi per 23 Juli 2024 12.40
Artikel ini sebagian besar atau seluruhnya berasal dari satu sumber. |
As-Syekh Muhammad 'Ainul Yaqin ( Raden Paku ) ( Sunan Giri I ) ( Prabu Satmata ) ( Sang Hyang Giri Nata ) | |
---|---|
Pendiri Giri Kedaton | |
Masa jabatan 1481–1506 | |
Informasi pribadi | |
Lahir | Muhammad 'Ainul Yaqīn / Raden Paku 1442 |
Meninggal | 1506 |
Agama | Islam |
Pasangan |
|
Anak | Pernikahan dengan Dewi Murtasiyah:
Pernikahan dengan Dewi Wardah
|
Orang tua |
|
Denominasi | Sunni |
Dikenal sebagai | Wali Songo |
Pemimpin Muslim | |
Pendahulu | Maulana Ishaq |
Penerus | Sunan Ampel II ( Raden Faqih ) |
Sunan Giri lahir di Blambangan tahun 1442 M dan meninggal tahun 1506 dimakamkan di desa Giri, Kebomas Gresik.[1] Adalah anggota Walisongo dan pendiri kerajaan Giri Kedaton yang berkedudukan di daerah Kabupaten Gresik. Sunan Giri membangun Giri Kedaton sebagai pusat penyebaran agama Islam di Pulau Jawa yang pengaruhnya sampai ke Madura, Lombok, Kalimantan, Sulawesi dan Maluku.[2]
Nama Giri sendiri yang digunakan oleh Sunan Giri dalam menamakan tempat tinggalnya di Gresik itu diambil dari nama tempat ibukota Kerajaan Blambangan saat itu. Kota Giri saat ini menjadi sebuah kecamatan di Banyuwangi, Jawa Timur.[3]
Keluarga
Sunan Giri memiliki beberapa nama lain yakni Raden Paku, Prabu Satmata, Sang Hyang Giri Nata, Sultan Abdul Faqih, Raden 'Ainul Yaqin dan Jaka Samudra.
Sunan Giri merupakan buah pernikahan dari Maulana Ishaq, seorang mubaligh Islam dari Malaka, dengan Dewi Sekardadu atau Dewi Sabodi, putri Prabu Menak Sembuyu penguasa wilayah Blambangan pada masa-masa akhir Majapahit.[4]
Di saat kelahirannya bayi Sunan Giri dituduh sebagai biang keladi masalah atas wabah yang melanda Blambangan oleh Patih Bajul Sengata. Patih Bajul Sengata menyarankan Prabu Menak Sembuyu untuk membunuh putra dari Dewi Sekardadu. Namun upaya itu tidak terjadi, sebab Sunan Giri dilarung ke laut Blambangan oleh ibunya, sebagai aksi penyelamatan dari rencana pembunuhan dari Senopati Blambangan.
Saat ditengah laut antara Blambangan dan Gili Manuk, bayi anak Dewi Sekardadu itu diselamatkan oleh awak kapal bernama Abu Hurairoh, anak buah dari Nyi Ageng Pinatih dari Gresik, janda kaya raya bekas istrinya Koja Mahdum Syahbandar. Peristiwa itu ditulis oleh Thomas Stamford Raffles dalam bukunya History of Java.[5]
Ini pula dikuatkan oleh catatan H.J. De Graaf dan Th. Pigeaud dalam buku Kerajaan-Kerajaan Islam di Jawa Peralihan dari Majapahit ke Mataram. Keduanya memastikan bahwa bayi anak Dewi Sekardadu yang diberi nama Jaka Samudra itu diselamatkan oleh Nyi Ageng Pinatih, setelah itu dari Jaka samudra dirubah namanya Raden Paku (sesuai pemberian nama dari ayahnya) lalu diganti dengan Maulana Ainul Yaqin oleh gurunya yaitu Syekh Sayyid Ali Rahmatullah atau Sunan Ampel.
Asal Usul
Ada Bukti Otentik tentang asal usul dari Sunan Giri baik nama ayah maupun kisah kisah yang berbeda-beda. Salah satu nya bisa dilihat pada manuskrip filologi yaitu Serat Walisana, dengan tulisan langgam Pucung, Pupuh V bait 20-25, menjelaskan asal usul Sunan Giri.
Berikut cuplikan bait di serat walisana ;
“Nateng Blambangan/ prabu Sadmudha wewamgi/rimangkana kataman sungkawa dahat/marma tyas duh margi saking Puterini pun/Nandang gerah barah/madal sanggayaning usadi/apanengeran sang Retno Sabodi Rara/Suwarna yu Samana sang nata ngerungu/lamun ing wuhara/wonten Janma nembe prapti/adedukuh mencil ahlul tapabrata /pan wus kabul mumpuni salwiring kawruh/dadya tinimbalan/prapta kinen ngusadani/katarima waluya grahe sang Retna/suka sukur ya ya wau sangha prabu/nenggih puteranira/pinaringaken tumuli/lajeng panggih lan Sayyid Yaqub Samana/atut runtut tan ana sangsayanipun/pinarengan nama maruwanira Ki/apanengeran pangeran Raden Wali Lanang/”.[6]
Catatan dalam Serat Walisana tersebut menggunakan bahasa semiotika, menunjukkan lambang yang punya makna, dan di setiap peristiwa dibahasakan dengan sengkala yang juga mengandung arti waktu peristiwa tersebut.
Dalam Babad Ing Giri kedhaton disebutkan :
"punika pretelan sejarahipun kanjeng nabi muhammad sallallahualaihi wasalam ,manka maulana ishaq apeputra kanjeng susuhunan prabu sadmata ingkang ndalem giri kedhaton ,manka susuhunan prabu satmata menggah garwa padminipun anenggih putrane pangeran ing bungkul negari surapringga (surabaya) ,manka susuhunan prabu satmata apeputra Sunan Dalem ,nuli apeputra mas Kartosuro" ( Babad giri Kedhaton : 113 - 116)
Berbeda dengan di Babad Tanah Jawi, dalam catatan Prof. Agus Sunyoto di bukunya Atlas Wali Songo ( hlm.172)[7] menyebut nama ayah Sunan Giri adalah Maulana Ishaq, sedangkan di Serat Walisana disebutkan bahwa ayahnya Sunan Giri adalah Sayyid Yaqub atau Pangeran Raden Wali Lanang. Ibunya Sunan Giri yang ditulis dalam Serat Walisana adalah Retno Sabodi, sementara yang tertulis di Babad Tanah Jawi adalah Dewi Sekardadu.
Perbedaan sebutan ini tidak berarti kerancuan, tetapi hanya beda panggilan saja, karena tetap merujuk pada satu orang perempuan ibu dari Sunan Giri yang valid sebagai anak dari Prabu Menak Sembuyu, seorang cucu Prabu Hayam Wuruk dari jalur selir. Ini tidak ada bantahan, bahwa betul Sunan Giri adalah anak dari pertemuan seorang keturunan Rosulullah Saw dengan anak keturunan Raja Majapahit.[8]
Sementara itu dari data silsilah yang tersimpan di pesantren-pesantren Jawa Timur menyebutkan jika Sunan Giri adalah keturunan Nabi Muhammad SAW dari jalur Syekh Abdul Qadir al-Jailani. Silsilah ini bisa ditelusuri dari nasab para penguasa Kesultanan Samudera Pasai yang ternyata bersambung dengan penguasa Dinasti Ayubbiah. Dinasti Ayubbiyah sendiri mempunyai hubungan yang sangat erat dengan Syekh Abdul Qadir al-Jailani. Karena dari jalur Syekh Abdul Qadir al-Jailani maka Sunan Giri termasuk dalam bagian keluarga Al-Qadiri al Hasani.
Pendidikan dan Pengembangan Keilmuan
Bayi yang tersangkut di kapal itu diambil oleh awak kapal dan diserahkan kepada Nyai Pinatih yang kemudian memungutnya menjadi anak angkat. Karena ditemukan di laut, maka bayi itu dinamai Jaka Samudra.
Menurut Hoesein Djajadiningrat dalam Sadjarah Banten (1983), Nyai Pinatih adalah janda kaya raya di Gresik, bersuami Koja Mahdum Syahbandar, seorang asing di Majapahit. Nama Pinatih sendiri sejatinya berkaitan dengan nama keluarga dari Ksatria Manggis di Bali (Eiseman, 1988), yang merupakan keturunan penguasa Lumajang, Menak Koncar, salah seorang keluarga Maharaja Majapahit yang awal sekali memeluk Islam.[9]
Dakwah dan Kesenian
Setelah tiga tahun berguru kepada ayahnya, Raden Paku atau lebih dikenal dengan Raden 'Ainul Yaqin kembali ke Giri. Dalam Babad Tanah Jawi, dikisahkan bahwa Raden Paku dan Raden Mahdum Ibrahim pernah bermaksud pergi ke Mekkah untuk menuntut ilmu sekaligus berhaji. Namun, keduanya hanya sampai di Malaka dan bertemu dengan Maulana Ishak, ayah kandung Raden Paku. Keduanya diberi pelajaran tentang berbagai macam ilmu keislaman, termasuk ilmu tasawuf.
Di dalam sumber yang dicatat pada silsilah Bupati Gresik pertama bernama Kyai Tumenggung Pusponegoro, terdapat silsilah tarekat Syathariyah yang menyebut nama Syaikh Maulana Ishak dan Raden Paku Sunan Giri sebagai guru Tarekat Syathariyah, yang menunjuk bahwa aliran tasawuf yang diajarkan Maulana Ishak dan Raden Paku adalah Tarekat Syathariyah.udian mendirikan sebuah pesantren giri di sebuah perbukitan di desa Sidomukti, Kebomas. Dalam bahasa Jawa, giri berarti gunung. Sejak itulah, ia dikenal masyarakat dengan sebutan Sunan Giri.
Pesantren Giri kemudian menjadi terkenal sebagai salah satu pusat penyebaran agama Islam di Jawa, bahkan pengaruhnya sampai ke Madura, Lombok, Kalimantan, Sulawesi, Sumatera (terutama bagian selatan) dan Maluku. Pengaruh Giri terus berkembang sampai menjadi kerajaan kecil yang disebut Giri Kedaton, yang menguasai Gresik dan sekitarnya selama beberapa generasi sampai akhirnya ditumbangkan oleh Sultan Agung.
Terdapat beberapa karya seni tradisional Jawa yang sering dianggap berhubungkan dengan Sunan Giri, diantaranya adalah permainan-permainan anak seperti Jelungan, dan Cublak Suweng; serta beberapa gending (lagu instrumental Jawa) seperti Asmaradana dan Pucung.[10]
Referensi
- ^ Liputan6.com (2022-06-19). "Terungkap Nama Kecil Sunan Giri Hingga Cara Unik Mengajar Islam". liputan6.com. Diakses tanggal 2023-12-29.
- ^ Liputan6.com (2022-06-19). "Terungkap Nama Kecil Sunan Giri Hingga Cara Unik Mengajar Islam". liputan6.com. Diakses tanggal 2023-12-29.
- ^ Riza, M. Fakhru (2020-01-24). "Asal-Usul dan Nasab Sunan Giri; Cucu Raja Blambangan dan Anak dari Maulana Ishak". Pecihitam.org (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2023-12-29.
- ^ "KELUARGA BESAR BANI BATOKOLONG: SILSILAH SUNAN GIRI DAN ANAK ANAKNYA". KELUARGA BESAR BANI BATOKOLONG. 2023-05-24. Diakses tanggal 2023-12-29.
- ^ Raffles, Thomas Stamford (2019-01-01). The History of Java. Media Pressindo.
- ^ Giri II, Susuhunan Sunan (2020). SERAT WALI SANA (BABAD PARAWALI) (PDF). Pasuruan: Yudharta Press. hlm. Pupuh V bait 20–25. ISBN 978-623-7817-04-8.
- ^ Sunyoto, Agus (2007). Atlas Wali Songo. Depok: Pustaka Ilman. hlm. 172. ISBN 9786028648097.
- ^ says, Abi Haila (2023-02-01). "Tinjauan Filologis Sejarah Sunan Giri Sayyid Maulana Ainul Yaqin, Mursyid Tarekat Syattariyah Abad 15 Masehi". RMI PWNU Banten. Diakses tanggal 2023-12-31.
- ^ Agus Sunyoto, Atlas Walisongo, Depok: Pustaka Iman, 2016, 206.
- ^ Liputan6.com (2022-06-19). "Terungkap Nama Kecil Sunan Giri Hingga Cara Unik Mengajar Islam". liputan6.com. Diakses tanggal 2023-12-29.
Gelar kebangsawanan | ||
---|---|---|
Didahului oleh: Kesunanan didirikan |
Kesunanan Giri 1481–1506 |
Diteruskan oleh: Sunan Dalem |