Lompat ke isi

Sin Po: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Borgx (bicara | kontrib)
k Suntingan 125.161.218.162 (bicara) dikembalikan ke versi terakhir oleh Robbot
Pratama26 (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
(47 revisi perantara oleh 27 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{untuk|jaringan televisi berita di Indonesia|Sin Po TV}}
'''''Sin Po''''' adalah nama sebuah [[surat kabar]] [[Tionghoa]] [[Bahasa Melayu|berbahasa Melayu]] yang terbit di [[Indonesia]] sejak zaman [[Hindia-Belanda]] hingga tahun [[1965]]. Pertama kali diterbitkan di [[Jakarta]] sebagai mingguan pada Oktober [[1910]],<ref>[http://www.kompas.com/kompas-cetak/0106/01/dikbud/pers39.htm "Pers Tionghoa, Sensibilitas Budaya, dan Pamali Politik"], ''[[KOMPAS]]'', 1 Juni 2001</ref> ''Sin Po'' berubah menjadi surat kabar harian dua tahun kemudian.<ref>[http://www.pikiran-rakyat.co.id/cetak/2006/022006/08/0901.htm "Seabad Pers Jawa Barat"], ''[[Pikiran Rakyat]]'', 8 Februari 2006</ref>
{{Infobox newspaper
| name = Sin Po/Pantjawarta/Warta Bhakti<br />{{Noitalic|新報}}
| school =
| logo = Sin Po 17 March 1923 (page 1 crop).jpg
| logo_size =
| logo_alt =
| image = Sin Po 9 June 1923.pdf
| image_size =
| image_alt =
| caption = Sin Po edisi mingguan 9 Juni 1923
| motto =
| type = Surat kabar mingguan (1910-1912)<br />Surat kabar harian (1912-1965)
| format = [[Lembar lebar]]
| owner = <!-- or |owners= -->
| founders = [[Lauw Giok Lan]] dan [[Yoe Sin Gie]]
| publisher =
| president =
| editor =
| chiefeditor =
| depeditor =
| assoceditor =
| maneditor =
| generalmanager =
| newseditor =
| managingeditordesign =
| dirinteractive =
| campuseditor =
| campuschief =
| metroeditor =
| metrochief =
| opeditor =
| sportseditor =
| photoeditor =
| staff =
| foundation = {{start date|1910|10|01}}
| political = [[Kebangkitan Nasional Indonesia]]
| language = [[Bahasa Indonesia|Indonesia]]
| ceased publication = 1942 (pertama)<br />{{end date|1965|10|01}} (kedua dan terakhir)
| relaunched = 1946 (kedua)
| headquarters = [[Jakarta]]
| publishing_city =
| publishing_country = [[Hindia Belanda]]<br />[[Indonesia]]
| circulation =
| circulation_date =
| circulation_ref =
| readership =
| sister newspapers =
| ISSN =
| eISSN =
| oclc =
| RNI =
| website =
| free =
}}
[[Berkas:IndonesiaRaya-SinPo1928.jpg|jmpl|lurus|Pada 10 November 1928, koran ''Sin Po'' menerbitkan syair lagu ''[[Indonesia Raya]]''.]]


'''''Sin Po''''' ([[Bahasa Mandarin|Mandarin]]: 新報 [[Hanyu Pinyin|Pīnyīn]]: ''Xīn bào'') adalah nama sebuah [[surat kabar]] [[Tionghoa]] [[Bahasa Melayu|berbahasa Melayu]] yang terbit di [[Hindia Belanda]] sejak tahun [[1910]] hingga era setelah kemerdekaan Indonesia tahun [[1965]]. Pertama kali diterbitkan di [[Batavia]] pada [[1 Oktober]] [[1910]] sebagai surat kabar mingguan.<ref>[http://www.kompas.com/kompas-cetak/0106/01/dikbud/pers39.htm "Pers Tionghoa, Sensibilitas Budaya, dan Pamali Politik"], ''[[KOMPAS]]'', 1 Juni 2001</ref> ''Sin Po'' berubah menjadi surat kabar harian pada [[1 April]] [[1912]].<ref>[http://www.pikiran-rakyat.co.id/cetak/2006/022006/08/0901.htm "Seabad Pers Jawa Barat"], ''[[Pikiran Rakyat]]'', 8 Februari 2006</ref>
Harian ini adalah harian pertama yang memuat teks lagu kebangsaan Indonesia, ''[[Indonesia Raya]]'', dan turut mempelopori penggunaan nama "Indonesia" untuk menggantikan "Hindia-Belanda" sejak [[Sumpah Pemuda]] pada [[28 Oktober]] [[1928]].<ref>[http://indonesiamedia.com/2002/december/tokoh-1202.htm "Bung Karno dan Etnis Tionghoa"], diakses 15 Februari 2006</ref> ''Sin Po'' berhenti terbit saat [[Jepang]] menduduki Indonesia pada tahun [[1942]], namun kembali terbit pada tahun [[1946]]. Pada tahun [[1962]] harian ini berganti nama menjadi ''Warta Bhakti'' sebelum akhirnya dibredel pemerintah pada tahun [[1965]] setelah kejadian [[Gerakan 30 September]].
<!-- ==Riwayat==
{{rapikan}}
I. Ide dari jiwie Siansing
Pemuda-pemuda zaman sekarang cuma bisa mengenal dan menyebut bahwa harian ''Sin Po'' adalah sebuah harian kepunyaan bangsa Tionghoa yang tertua serta besar oplagnya, yang diterbitken dialam kota jakarta-Raya. juga orang telah mengetahui kutika pemerentah Belanda berkuasa disini, harian „Sin Po”, oleh pemerentah itu dicap berhauluan „Kominis” tetapi oleh sebagian besar Hoakiauw yang berada di Indonesia anggep „Sin Po” adalah sebuah harian yang berhaluan Nasionalis Tionghoa.
Menurut pendapet kita, harian „Sin Po” menganut apa hauluan saja coraknya, tida perlu diperdebatken, tapi yang perlu, yalah guna menambah pengetahuan sejarah kota jakarta, harian Sin Po tida boleh katinggalan, kerna Sin Po punya sejarah tersendiri yang jangan sampe dilupaken oleh suatu warga negara Indonesia, terutama yang keturunan Tionghoa dikemudian hari, atawa bangsa apa saja yang menghendaki adanya kemajuan.
Kita menulis ini ada harepan semoga menjadi cermin bagi pemuda-pemudi yang menjadi pengharepan bangsa serta untuk tambah ia punya pengetahuan umum. Bagimana susah payahnya orang yang menerbitken harian „Sin Po” itu, yang sekarang menjadi kesayangan warga keturunan Tionghoa di jakarta. Inilah riwayat’nya „Sin Po”:
Dalem triewulan ke dua dari taon 1910, jiwie siansing Lauw Giok Lan dan Yu Sin Gi menjadi stafredactie dari harian „Perniagaan” (Siang Po); oleh satu hal dan laen sebab, ke dua siansing itu brenti bekerja pada harian tersebut, sebage mana pembaca telah mengetahuin, suatu orang yang pernah ceburken dirinya dalem kuali yournalistiek, tida gampang membuwang kesukaannya. Begitu juga telah dialamin oleh itu jiwie siansing Giok Lan dan Sin Gi.
Sekeluarnya dari harian Perniagaan (Siang Po), kedunya sepakat untuk menerbitken sebuah surat-kabar harian yang haluannya bertolak belakang dengen harian Perniagaan (Siang Po), maskipun saat itu harga kertas dan ongkos² percetakan sanget murah, tapi diantara mereka rupanya ada sangsi yang nantinya itu harian bisa hidup dengen subur, kerna di dalem kota jakarta, selaennya ada Perniagaan yang jadi miliknya bangsa Tionghoa, juga ada harian „Taman-Sari”, „Berita Betawi” dan „Pancaran-warta” yang diterbitken oleh bangsa Belanda dengen bahasa Melayu randah.
Dari itu kesangsian, ini jiwie siansing ambil putusan dengen jalan terbitken dulu weeblad (mingguan) terlebih dulu, jika berhasil, baru dagblad (harian) diterbitken. Dengen kerasnya ini kemauan dari jiwei siansing tersebut, maka tuan Tu Sin Gi ditugasken menyediaken nama guna dipake oleh „anaknya” yang sedeng dikandung oleh mereka.
Sesudahnya berpikir dan timbang masak², achirnya anak yang masih dalem kandungan oleh tuan Yu Sin Gi dinamaken „SIN PO!!”.


Harian ini terkenal dengan sikapnya yang mendukung nasionalisme Tiongkok dan perjuangan bumi putra.<ref>{{Cite news|url=https://tirto.id/sejarah-sin-po-koran-tionghoa-yang-menyuarakan-indonesia-merdeka-c8Vq|title=Sejarah Sin Po, Koran Tionghoa yang Menyuarakan Indonesia Merdeka|work=[[Tirto|Tirto.id]]|language=id|access-date=2020-01-21}}</ref> Sin Po merupakan harian pertama yang memuat teks lagu kebangsaan Indonesia, ''[[Indonesia Raya]]'', dan turut mempelopori penggunaan nama "Indonesia" untuk menggantikan "Hindia Belanda" sejak [[Sumpah Pemuda]] pada [[28 Oktober]] [[1928]].<ref>[http://indonesiamedia.com/2002/december/tokoh-1202.htm "Bung Karno dan Etnis Tionghoa"] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20100127182426/http://www.indonesiamedia.com/2002/december/tokoh-1202.htm |date=2010-01-27 }}, diakses 15 Februari 2006</ref> ''Sin Po'' berhenti terbit saat [[Jepang]] menduduki Indonesia pada tahun [[1942]], namun kembali terbit pada tahun [[1946]]. Pada tahun [[1962]] harian ini berganti nama menjadi ''Warta Bhakti'' sebelum akhirnya dibredel pemerintah pada tahun [[1965]] setelah kejadian [[Gerakan 30 September]].<ref>{{Cite news|url=https://nasional.kompas.com/read/2020/01/19/10001171/koran-sin-po-pelopor-istilah-indonesia-yang-hilang-dari-catatan-sejarah|title=Koran Sin Po, Pelopor Istilah "Indonesia" yang Hilang dari Catatan Sejarah...|last=Purnamasari|first=Deti Mega|work=[[Kompas.com]]|language=id|access-date=2020-01-21|editor-last=Rastika|editor-first=Icha}}</ref>


==Sejarah==
II. Bekakas Pertama.
===Lauw Giok Lan===
Tida ada seorang di jakarta yang bisa menduga, bahwa pada hari Saptu tanggal 1 Oktober 1910. Weekblad „Sin Po” telah lahir dan langsung menjerit; tuan Lauw Giok Lan redacteur’nya; tuan Yu Sin Gi sebage administrateur; dicitak oleh percetakan „Kho ceng Bie & Co” di Pancuran jakarta-Kota; harga abonnementnya cuma R 1,50 buat tiga bulan!
[[File:Toean Lauw Giok Lan.jpg|thumb|Lauw Giok Lan]]
Dalem permulaan kata dari redaksi weekblad „Sin Po” aken saya kutib dibawah ini:
Koran ini didirikan di [[Batavia, Hindia Belanda|Batavia]] pada tanggal 1 Oktober 1910 setelah [[Lauw Giok Lan]] memiliki ide dan mendekati [[Yoe Sin Gie]]. Keduanya pernah bekerja di [[Perniagaan (surat kabar)|Perniagaan]], sebuah koran Tionghoa konservatif yang berhubungan erat dengan sistem [[Kapitan Cina]] dan [[Tiong Hoa Hwee Koan]]. Setelah diluncurkan, Lauw menangani kegiatan editorial di ''Sin Po'', sementara Yoe menangani kegiatan administratif dan [[Hauw Tek Kong]] menjadi direktur.<ref name="Jubelium 3-9">{{cite book |title=Sin Po Jubileum Nummer 1910–1935 |date=1935 |publisher=Sin Po |location=Jakarta |pages=3–9 |language=id}}</ref> Pada awalnya, koran ini hanya terbit satu kali per minggu.<ref name="Jubelium 16-21">{{cite book |title=Sin Po Jubileum Nummer 1910–1935 |date=1935 |publisher=Sin Po |location=Jakarta |pages=3–9 |language=id}}</ref> Walaupun begitu, koran ini ternyata sangat laku.
„Kita herep orang² budiman dari segala bangsa – yang dengen ini lagi sekali ada diundang dengen hormat – nanti suka uraiken di ini surat-kabar minngguan segala pikirannya yang ada gunanya buat gerakan di ini zaman, supaia bisa terjadi perobahan dari perkara² yang sanget sesat, yang sampaiken dimasa ini masih banyak dalem ingatan’nya sebagian besar dari penduduk Hindia (Indonesia)”.
Lahirnya mingguan Sin Po mendapet sambutan hangat dari para pemuda-pemudi dan dari tuan² toko di Pasar Baru jakarta, kerna dalem mingguan Sin Po No: 4, tuan Gauw ceng Tin eigenaar toko „De Leeuw” di Pasar Baru 37 jakarta memasang advertentie dionslag muka seanteronya.
Begitulah sedikit demi sedikit migguan Sin Po telah menjadi mingguan yang populer dalem kalangan masyarakat umum; berhubung dengen kemajuan² yang di capai, maka oleh penerbit dirasa perlu mempunyai percitakan sendiri, kerna selaen ongkos citak jadi entengan, juga pekerja’an yang dilakuken oleh tenaga sendiri bisa berjalan lebih pasti.
Buat mencukupi keperluan ini maka sebuah percitakan telah dibeli oleh Sin Po. Maka mulai saat itu kantoor dan percitakan Sin Po didiriken disebuah rumah kecil yang sudah tua di jalan Asemka No 9 jakarta-kota.
Sementara itu, atas usaha pemimpin²nya yang bisa menyocoki dengen aliran zaman, tida heran apabila mingguan Sin Po telah mendapet kemajuan dengen cepet sekali, bukan saja abonnementnya bertambah, pun advertentie yang menjadi tulang belakangan dari suatu penerbitan tambah lama tambah banyak sekali.
Tentu pembaca aken heran, lalu menanya kenapa mingguan Sin Po begitu maju? untuk menjawab ini pertanya’an kita bisa menerangken, kerna Sin Po dilahirken justru Nasionalisme Hoakiauw sedeng mulai²nya berkembang di Indonesia serta sumanget Revolusi dari rakyat Tiongkok sedeng berkobar-kobar dengen keras sekali; oleh sebab mingguan Sin Po satu²nya surat-kabar yang bisa menerima atawa memuat perasaan hati bangsa Tionghoa yang berupa tulisan² tentang pergerakan Tiongkok. juga kebetulan taon berikutnya (10 Oktober 1911) di Wuchang telah pecah Revolusi Rakyat Tiongkok yang berkesudahan dengen runtuhnya Pemerintahan Boan di Tiongkok. Dengen adanya kejadian ini Hoakiauw yang berada di Indonesia telah berdiri dibelakangnya Sin Po, untuk mengobarken rasa Nasionalisme Tionghoa.
Sin Po yang terbit seminggu sekali, tida mencukupi, kerna selaennya hal² yang sudah disebutken diatas, juga masih ada sebab² seperti yang kita tuturken dibawah ini:


Lauw sebelumnya juga pernah bekerja di Van Dorp Co., yang menerbitkan ''[[Java Bode]]'' dan ''[[Bintang Betawi]]''.<ref name="Salmon 223">{{cite book |last1=Salmon |first1=Claudine |title=Literature in Malay by the Chinese of Indonesia : a provisional annotated bibliography |date=1981 |publisher=Editions de la Maison des sciences de l'homme |location=Paris |isbn=9780835705929 |page=223}}</ref> Ia kemudian menjadi editor di ''Perniagaan'' sejak tahun 1907.<ref name="Salmon 223" />


[[File:Front Covers of 1910 Sin Po newspaper issues.png|thumb|Halaman depan dari terbitan pertama dan keempat dari Sin Po pada bulan Oktober 1910]]
III. Insiden Bendera.
Hari minggu, tanggal 18 Februari 1912 adalah hari taon baru IMLEK. Bangsa Tionghoa yang berada di jakarta, merayaken itu Sincia dengen sanget gumbira sekali, kerna pemerentah Boan telah rubuh sebaliknya telah berdiri Republik Rakyat Tiongkok, dengen berbendera LIMA WARNA (Ngo Sek) berkibar-kibar dengen megahnya diangkasa Tiongkok. Berbarengan dengen hari taon baru itu, sesuatu bangsa Tionghoa di jakarta, juga kepingin mengibarken bendera negara leluhurnya yang baru itu dengen dibarengin membakar petasan.
Tetapi ketika itu, satu orang Tionghoa yang menaek-ken bendera Tiongkok LIMA WARNA, pertama oleh politie kamudian oleh pembesar² bangsa Belanda dan „tionghoa” dilarang, hingga achirnya terjadi insiden, untungnya dalem peristiwa ini tida ada korban manusia (laen waktu kita aken tulis insiden bendera ini, buntut dari pada kejadian ini, yalah ajunct hoofcommisaris politie Hinne kesalahan tembak agen).
Hanya „Sin Po” yang dengen lantang dan brani memuat artikel² penyesalan, tentang perbuatan² yang dilakuken oleh orang² yang menjadi kaki-tangan pemerentah Belanda itu, hingga mereka dikupas sampe licin, kerna Sin Po mengetahuin bahwa pemerentah Belanda di negri Belanda sendiri, sudah mengakui bahwa bendera Lima Warna itu adalah bendera Tiongkok yang sah dari Republiek Rakyat Tiongkok.


===J. R. Razoux Kühr===
Pada tahun 1912, saat mulai terbit tiap hari, ''Sin Po'' mempekerjakan seorang Eropa ([[Orang Indo|Indo]]), yakni [[J. R. Razoux Kühr]], sebagai kepala editor.<ref name="Jubelium 16-21" /> Status orang Eropa yang lebih tinggi di Hindia Belanda saat itu membuat koran berbahasa Melayu lainnya juga mempekerjakan orang Eropa, karena hukuman yang dikenakan kepada orang Eropa tidak terlalu berat.<ref name="Jubelium 3-9" /> Razoux Kühr sebelumnya bekerja sebagai pegawai pemerintah dan pernah menulis sebuah buku kecil berbahasa Inggris untuk mengkritik sistem hukum Belanda.<ref name="de loopbaan">{{cite news |title=Nederlandsch-Indië. DE LOOPBAAN VAN RAZOUX KüHR. |url=https://resolver.kb.nl/resolve?urn=MMKB08:000127982:mpeg21:a0016
|work=De Preanger-bode |date=1921-01-08 |language=nl}}</ref> Namun, ia memiliki hubungan yang baik dengan komunitas Peranakan Tionghoa dan dapat berbicara dalam beberapa bahasa.<ref name="Termorshuizen">{{cite journal |last1=Termorshuizen |first1=Gerard |title=Jack Razoux Kühr (1882-1958) Fragmenten uit het leven van een rebelse natuur |journal=Indische Letteren |date=2012 |volume=27 |pages=187–206 |url=https://www.mijnedlet.nl/tekst/_ind004201201_01/_ind004201201_01_0021.php |accessdate=16 November 2020 |archive-date=2020-11-16 |archive-url=https://web.archive.org/web/20201116050556/https://www.mijnedlet.nl/tekst/_ind004201201_01/_ind004201201_01_0021.php |dead-url=yes }}</ref>


Pada akhir tahun 1912, ia pun dibawa ke pengadilan karena mencetak artikel fitnah di ''Sin Po''. Artikel tersebut meliput pembunuhan seorang Tionghoa di [[Sukabumi]], dan dianggap menimbulkan kebencian kepada pemerintah Hindia Belanda.<ref>{{cite news |title=Een Drukpersdelict. |url=https://resolver.kb.nl/resolve?urn=MMKB19:002789076:mpeg21:a00039
IV. Lahirlah Dagblad Sin Po.
|work=De Expres |date=1912-11-02 |language=nl}}</ref>
Mulai 1 Apriel 1912, mingguan Sin Po telah berobah menjadi harian, bersama’an dengen ini percitakan perlu diperluas, lantas pula didiriken N.V. Perdagangan dan percitakan „Sin Po” dengen modal R 100.000.
Harian Sin Po memake hoofdredacteur seorang Belanda bekas controleur B.B. Bernama y.R. Rozoux Kuhr. Maka saya liat pembaca kombali heran, lantas tanya kenapa Sin Po yang berhaluan Nasional Tionghoa memake satu meneer sebage hoofdredacteur??
Disini aken saya terangken agar pembaca bisa mufakat yalah:
Pada saat itu satu jika orang Tionghoa yang tersangkut perkara, apalagi perkara persdelict, maka hukumannya yang diterima „Tida beda dengen satu orang PERAMPOK atawa penjahat” dan selama menjalanken hukuman di Glodok, kerap kali orang diperlakuken tida beda seperti anjing. upama Sin Po yang punya haluan Nasional Tionghoa, hm! Pasti gerak-geriknya diawasin tida brenti².
Dengen seringnya Sin Po muat artikel² yang pedes dan ditujuken pada bangsa Tionghoa yang mau atawa sudah menjadi kaki-tangannya bangsa Belanda, atawa pada orang² yang biasa pake pengaruh uwang dan pangkat untuk merugiken bangsa Tionghoa yang masih lemah sekali.
Dari sebab itu maka Sin po memake tuan Razoux kuhr sebage redactuer yang menanggung jawab atas semua tulisan² dalem Sin Po.
Tuan Lauw Giok Lan tetep sebage redacteur, tuan Tan Hoat Lay sebage penyalin kabar kawat dan tuan Tan Bun Kim sebage reporter kota; tuan Hauw Tek Kong yang dimasa itu masih bekerja disalah satu firma Barat, sebage pembantu Sin Po yang actief sekali.
Sebage reporter Sin Po tuan Tan Bun Kim sering sekali mendapet kehormatan yang berupa pukulan yang dilakuken dari belakang, bacokan dan sebagenya, ini semuanya adalah hasil dari pada pembongkaran kebusukan orang.
Dari sebab permusuhan ini, Sin po semakin mendapet sambutan hangat dari pembaca’nya, terutama Hoakiauw yang mempunyai angen² Nasional Tionghoa.
Tida bisa diterangken apa yang menjadi sebabnya, hingga Yu Sin Gi sebage direktuer meletaken jabatan, dan diganti oleh tuan uy cu Yong (mei 1912) seorang muda yang terkenal dalem masyarakat Tionghoa di Pasar Baru; tetapi juga tuan uy cu Yong memangku ini jabatan tida beberapa lama, maka tuan Hauw Tek Kong-lah yang mengantiken’nya. Selanjutnya kita aken bicara Hauw Tek Kong punya zaman di Sin Po.


Pada awal tahun 1913, ''Sin Po'' berkonflik dengan sejumlah Tionghoa konservatif, karena ''Sin Po'' mengkritik sistem [[Kapitan Cina]]. Konflik tersebut kemudian mengarah pada seruan untuk memboikot ''Sin Po''.<ref>{{cite news |title=Batavia, 4 Febr. |url=https://resolver.kb.nl/resolve?urn=MMKB19:000539030:mpeg21:a00005
|work=De nieuwe vorstenlanden |date=1913-02-05 |language=nl}}</ref> Koran ini terutama menyerang dua orang Kapitan Cina, yakni [[Phoa Keng Hek]] dan [[Khouw Kim An]], dengan menuduh mereka melakukan korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan.<ref>{{cite news |title=De Ruzie in het Chineesche Kamp. |url=https://resolver.kb.nl/resolve?urn=ddd:011036206:mpeg21:a0003
|work=Bataviaasch Nieuwsblad |date=1913-02-05 |language=nl}}</ref> Satu orang editor ''Sin Po'' lalu dikeluarkan dari [[Tiong Hoa Hwee Koan]].<ref>{{cite news |title=De "Sin Po"-campagne. |url=https://resolver.kb.nl/resolve?urn=ddd:010167363:mpeg21:a0011
|work=Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indië |date=1913-04-15 |language=nl}}</ref>


Pada tahun 1915, ''Perniagaan'' mengobarkan perang terhadap ''Sin Po''. Perniagaan menuduh koran ini, di bawah kepemimpinan Razoux Kühr, menerima bayaran untuk mengirimkan jurnalisnya. Satu bukti yang dikemukakan oleh Perniagaan adalah nota pembayaran untuk seorang jurnalis ''Sin Po'' ke [[Garut]], di mana jurnalis tersebut kemudian dijamu oleh komunitas Tionghoa setempat dan diarahkan untuk menginvestigasi seorang kepala distrik yang telah menganiaya mereka.<ref>{{cite news |title=Van den dag. |url=https://resolver.kb.nl/resolve?urn=MMKB08:000129417:mpeg21:a0002
V. Krisis dan Rintangan laen yang musti dihadapi.
|work=De Preanger-bode |date=1915-04-22 |language=nl}}</ref> Karena Razoux Kühr saat itu telah menjadi [[paria]] di komunitas Eropa, hal tersebut pun menambah kecurigaan Perniagaan bahwa ia adalah orang yang tidak bermoral.<ref name="de loopbaan" />
Sin Po dibawah pimpinan tuan Hauw Tek Kong mengalami crisis heibat. Orang hartawan dan orang² yang punya pengaruh di-kalangan pemerentah Hindia Belanda di jakarta telah melakuken pemboycottan terhedep Sin Po, bukan saja penduduk kota jakarta yang menjadi pembaca Sin Po, juga tuan² toko yang biasa memasang advertentie’nya dalem Sin Po tida pasang advertentienya, kerna „Phaysengki” (malu-ati), pada sobat²nya yang sedeng melakuken pemboycottan terhadep Sin PO, serta orang yang mengetahuin andil²nya Sin Po sebagian besar ditangan’nya tuan ci Eng Hok, seorang pemuda hartawan yang sanget terkenal dalem kota jakarta, disaat itu.
Kalu tida salah inget „Perniagaan” (siang Po) telah memuat advertentie dari tuan ci Eng Hok, dengen gambar ci Eng Hok besar sedeng memegang andil² Sin Po yang besar jumlahnya, hendak dijual dibawah harga.
yang kita harus puji, adalah keuletan’nya pegawe² Sin Po yang rela (bergajih kecil), diantaranya sudara Bachrim Bin Rachman meskipun krisis keuwangannya Sin Po ia rela begitu heibat mereka ber-rame² Ikat Pinggangnya Kenceng², agar bisa mengatasi kesukaran uwang. Menurut kabar yang kita dapet, kalu mereka sudah berbuat begitu nekat, makan nasi separo kenyang; kerna mereka berpendapet serta percaya, bahwa harian Sin Po aken bisa mencapai tujuan diwaktunya mereka sudah tua (tida aken mati ditengah jalan).
Di boycott sampe segitu rupa, Hauw Tek Kong sebage pemimpin Sin Po tida lantas brenti menulis artikel, ia menyerang terus orang² yang mengunaken pengaruh uwang atawa pangkat untuk membikin Sin Po bungkem tida bernyali atawa tegesnya tutup mulut.
Oleh kerna tujuan yang dikemukaken oleh Sin Po untuk membela keadilan dan kebenaran bagi si lemah, maka salah satu sobat dari orang yang sedeng memboycott Sin Po, kabarnya dari keluarga Khu, dengen memake akal „lempar emas senbunyi tangan” telah menolong Sin Po, yang saat itu sanget terlunta-lunta bage orang sekarat tunggu masuk lobang kubur.
Sesudahnya kesulitan uwang Sin Po diatasi, maka bage burung yang baru sembuh, mulai kepaken sayap’nya lagi dengen gagah dan kasih denger ia punya suara’nya; pun tida segen buka kedoknya satu demi satu orang yang memboycot Sin Po. Akibatnya bukan tida mungkin, bagi yang merasa kebakaran jenggot yang disebabken suara’nya Sin Po telah menyewa „buaya-darat” guna membikin susah tuan Hauw Tek Kong.
Pada suatu sore, selagi tuan Hauw sedeng tunggu tram hendak pulang kerumah, dengen mendadak diserang oleh „buaya-darat”, dan itu serangan mengena pada leher’nya tun Hauw, kontan tuan Hauw jatoh mengelosor. Penyerang lantas melariken diri kejurusan jembatan Batu, zonder ada orang yang brani beri pertuleongan atawa menangkep itu „buaya-darat”, padahal saat itu banyak orang yang sedeng menunggu datengnya tram.
Perbutan orang² secara pengecut ini, dengen sungguh harus mendapet kecaman masyarakat, kerna apakah mereka lupa dimana Sin Po sudah berbuat begitu bukan bermaksud laen, hanya untuk perbaiki masyarakat seumum’nya, yang ketika itu sanget buruk.
Baru saja Sin Po berusia beberapa taon sudah kenyang mengalami beberapa kejadian antara laen Boycoot yang sanget heibat, Tan Bun Kim di Bonggol, dikemplang orang, di Bacok dari belakang dan sebagenya, yang membikin sampe sekarang kuping’nya tuan Tan Bun Kim menjadi tuli; tuan Hauw Tek Kong diserang dengen tangan kosong (thiam), yang membikin sampe sekarang tangan tuan Hauw lumpuh sebelah.
Ini semua, orang menduga telah dilakuken oleh orang² yang tida suka pada harian Sin Po yang berhaluan progresif ketika itu. Dari ini akibat² yang musti ditelen oleh tuan Hauw dan tuan Tan, masyarakat mulai insyaf bahwa „Sin Po” sudah berbuat begitu bukannya untuk kepentingan’nya Sin Po sendiri, tapi untuk kepentingan masyarakat.
Dari disebabken ini kebiasaan bukan tida mungkin Sin Po sanget berpengalaman aken hal² seperti ini.


Pada bulan Maret 1916, Razoux Kühr mengundurkan diri dari jabatannya karena alasan kesehatan. Koran ini kemudian menunjuk editor Tionghoa pertamanya, yakni [[Kwee Hing Tjiat]].<ref>{{cite news |title=Journalistiek. |url=https://resolver.kb.nl/resolve?urn=ddd:011037525:mpeg21:a0005
|work=Bataviaasch nieuwsblad |date=1916-04-04 |language=nl}}</ref> Razoux Kühr lalu sempat menjadi kepala editor di [[Perniagaan (surat kabar)|Perniagaan]] pada tahun 1918, tetapi tidak berlangsung lama.<ref>{{cite news |title=Journalistiek. |url=https://resolver.kb.nl/resolve?urn=ddd:011037844:mpeg21:a0030
|work=Bataviaasch nieuwsblad |date=1918-01-05 |language=nl}}</ref>


===Kwee Hing Tjiat===
VI. Sang Naga tetepken Haluan dan Pondasi Sin Po.
[[File:Toean Kwee Hing Tjiat.jpg|thumb|Kwee Hing Tjiat]]
Dalem triwulan ke dua dari taon 1916, tuan y.R. Razoux Kuhr telah brenti sebage hoofdredacteur dan kedudukannya diganti oleh seorang Tionghoa peranakan yang nanti’nya aken punya julukan „Naga yournalist Melayu-Tionghoa” siapa dia tida laen dan tida bukan tuan Kwee Hing ciat. yang merupaken orang Tionghoa pertama dalem Sin Po yang pegang jabatan hoofdredacteur, rupanya bintangnya Sin Po makin jelas arahnya yang hendak dicapai dibawah kepemimpinannya Sang Naga ini. Ini bisa terliat dalem actienya Sin Po yang sanget menggeparken. Apa kiranya pembaca tau actienya itu? bener! Sin Po lah yang pertama brani „Membrantas Comite Indie Weerbaar” yang di-bentuk oleh kaki-tangan pemerentah hindia Belanda, akibatnya berdirilah Hoakiauw dibelakang Sin Po yang dipimpin oleh Sang Naga untuk tida mau turut campur dalem urusan Politik dari ini negri dan boycott sekalian majelis perwakilan.
Kwee Hing Tjiat adalah seorang jurnalis senior yang pada tahun 1916 telah menjadi editor di ''Bok Tok'' dan [[Tjhoen Tjhioe]] di [[Surabaya]] serta di ''Palita'' di [[Yogyakarta]].<ref name="Salmon 201">{{cite book |last1=Salmon |first1=Claudine |title=Literature in Malay by the Chinese of Indonesia : a provisional annotated bibliography |date=1981 |publisher=Editions de la Maison des sciences de l'homme |location=Paris |isbn=9780835705929 |page=201}}</ref> Di bawah kepemimpinannya, koran ini mengambil sudut pandang nasionalis Tionghoa yang lebih agresif. Koran ini tetap mengembangkan sudut pandang pro-Peking dan pro-[[Tionghoa Totok]] serta sangat mengkritik sistem Kapitan Cina.<ref name="Seabad Pers 63-5">{{cite book |last1=Hartanto |first1=Agung Dwi |title=Seabad pers kebangsaan, 1907-2007 |date=2007 |publisher=I:Boekoe |location=Jakarta |isbn=9789791436021 |pages=63–5 |url=https://books.google.com/books?id=docLAQAAMAAJ
Kiranya cukup dua taon lebih pondasi dan haleoan Sin Po yang sampe achir hayatnya tetep sama, maka pada taon 1918 Sang Naga mengembara ke Berlin. Dan pengantinya hoofdredacteur, Kwee Hing ciat sendiri yang pilih orangnya, dan pilihan jatoh pada tuan cu Bou San yang sudah dikenal luar-dalemnya oleh sang Naga agar pondasi dan haluan’nya Sin Po tetep teguh, rupanya pilihan sang Naga ini tida melesat, bahken Sin Po lebih garang dan sengit kalu dengerken ia punya suara dan tulisan Sang Naga kerap muncul walaupon nun jauh di Berlin sana.
|language=id}}</ref> Persaingan antara koran ini dengan ''Perniagaan'' pun tetap berlanjut di bawah kepemimpinan Kwee.<ref>{{cite news |title=Groote delning in de Chineesche wereld. |url=https://resolver.kb.nl/resolve?urn=ddd:010333845:mpeg21:a0054
Ini pengantian dilakoken pada triwulan pertama dari taon 1919.
|work=De Sumatra Post |date=1917-09-28 |language=nl}}</ref> Sejarawan [[Leo Suryadinata]] mencatat bahwa Sin Po kemudian secara tidak sengaja membentuk sebuah kelompok yang ia sebut sebagai ''kelompok Sin Po''. Ia menyatakan bahwa kelompok tersebut percaya pada persatuan [[Peranakan]]-[[Totok]], pendidikan bahasa Mandarin untuk [[Peranakan]], dan non-partisipasi di politik lokal Hindia Belanda.<ref name="Su 70-2">{{cite book |last1=Suryadinata |first1=Leo |title=Peranakan Chinese politics in Java, 1917-1942 |date=2005 |publisher=Marshall Cavendish Academic |location=Singapore |isbn=9789812103604 |pages=70–2}}</ref> Pada tahun 1918, Kwee mengundurkan diri dari jabatannya dan kemudian bekerja di sebuah perusahaan bernama ''Hoo Tik Thay''.<ref name="Salmon 201" />


===Tjoe Bou San===
[[File:Toean Tjoe Bou San.jpg|thumb|Tjoe Bou San]]
Pada tahun 1919, Tjoe Bou San, yang sebelumya pernah menjadi kepala editor di ''Tjhoen Tjhioe'' dan ''Hoa Tok Po'', mulai menjabat sebagai kepala editor di ''Sin Po''.<ref name="Salmon 360-1">{{cite book |last1=Salmon |first1=Claudine |title=Literature in Malay by the Chinese of Indonesia : a provisional annotated bibliography |date=1981 |publisher=Editions de la Maison des sciences de l'homme |location=Paris |isbn=9780835705929 |pages=360–1}}</ref> Ia sebenarnya telah bekerja di ''Sin Po'' sejak kembali dari Tiongkok pada tahun 1918.<ref name="Salmon 360-1" /> Pada saat yang hampir bersamaan, mantan kepala editor koran ini, Razoux Kühr, yang kemudian menjadi kepala editor di ''Perniagaan'', terlibat kasus hukum dengan direktur ''Sin Po'', Hauw Tek Kong.<ref>{{cite news |title=Persdelict. |url=https://resolver.kb.nl/resolve?urn=ddd:010179721:mpeg21:a0017
|work=Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indië |date=1919-04-28 |language=nl}}</ref> Tidak jelas apa yang menjadi inti dari kasus tersebut.


Saat [[Hauw Tek Kong]] dilarang masuk ke Hindia Belanda setelah berkunjung ke Tiongkok, Tjoe sempat menjadi direktur dan kepala editor dari koran ini.<ref name="Jubelium 3-9" /> Di bawah kepemimpinannya, ''Sin Po'' meluncurkan edisi [[bahasa Mandarin]] pada bulan Februari 1920.<ref name="Jubelium 16-21" /> [[Lie Chen Fu]] menjadi kepala editor pertama dari versi tersebut, lalu digantikan oleh [[Chuang Yu Lin]] mulai tahun 1921 hingga 1927 dan [[Hsieh Tso Yi]] mulai tahun 1927 hingga 1929.<ref name="Jubelium 3-9" /> Edisi tersebut kemudian menjadi koran berbahasa Tiongkok paling berpengaruh di Hindia Belanda.<ref name="Salmon 360-1" />
VII. Sin Po ditengah Tionghoa Peranakan dan Totok.
Achir taon 1919, tuan Hauw Tek Kong dengen seantero keluaganya berangkat ke Tiongkok, dengen maksud buat pindah dan tinggal berumah disana, maka tuan Hauw Tek Kong meletaken jabatan sebage directuer „Sin Po”, maka otomatis tuan cu Bou San pegang Directuer-hoofdredacteur Sin Po.
Berbarengan dengen itu bapak pendiri Sin Po tuan Lauw Giok Lan pun mengundurken diri sebage redacteur Sin Po, dan ia bermaksud menjadi orang dagang yang tinggal di Bandung. (membuka toko prabot rumah tangga bermerk „Marie”)
Bisa diterangken disini, bahwa maskipun Sin Po sudah tuker bolak-balik pemimpin, tapi sebalik’nya haluan Sin Po tetap tida berobah yaitu mengobarken Nasionalisme Tionghoa, agar Hoakiauw tida melinyapken sentimen perbedaan Provincie, yang sanget terutama sekali antara Peranakan dan Tionghoa totok yang sudah menjadi terpecah belah, boleh diupamaken seperti „minyak dan aer”.


Pada tahun 1922, [[Ang Jan Goan]] bergabung ke dewan editorial dari koran ini. Salah satu inovasi pertamanya adalah meluncurkan edisi [[Jawa Timur]] di [[Surabaya]] pada tahun 1922, dengan [[Lim Bok Sioe]] sebagai kepala editor, serta meluncurkan koran baru bernama ''Bin Seng'' di Batavia.<ref name="Jubelium 3-9" /><ref name="Jubelium 16-21" /> Tujuan dari ''Bin Seng'' adalah untuk meliput berita lokal di Batavia.<ref name="Jubelium 3-9" /> Kepala editor ''Bin Seng'' juga Tjoe Bou San yang memakai [[pseudonim]] Oen Tjip Tiong. Sayangnya koran tersebut tidak bertahan lama.<ref name="Salmon 360-1" /> Koran ini juga meluncurkan koran mingguan pada bulan April 1923.<ref name="Jubelium 16-21" />


===Kwee Kek Beng===
VIII. Sin Po dan Perkembangan’nya.
Setelah [[Tjoe Bou San]] meninggal pada tahun 1925, [[Kwee Kek Beng]] menjadi kepala editor, sementara Ang Jan Goan dipromosikan menjadi direktur. Keduanya memegang jabatan tersebut selama beberapa dekade<ref name="Suryadinata 1995">{{cite book |last1=Suryadinata |first1=Leo |title=Prominent Indonesian Chinese : biographical sketches |date=1995 |publisher=Institute of Southeast Asian Studies |location=Singapore |isbn=9789813055032 |pages=3–4 |edition=[3rd.] |url=https://books.google.com/books?id=ch7pIrYoF3kC&q=%22Ang+Jan+Goan%22&pg=PA3
Taon terus berjalan, guna kepentingan pembaca yang kurang mampu, dalem bulan yanuari 1922 Sin Po telah terbitken pula sebuah harian, yang ia beri nama „Bin Seng”. untuk mendongkrak, tuan Hauw Tek Kong yang sudah kembali lagi dari Tiongkok (?) dipasang oleh Sin Po untuk pimpin Bin Seng, dimana kita semua tau siapa itu tuan Hauw! yang dikalangan pesurat-kabaran ada orang yang sanget terkenal, tapi anehnya kutika ia pimpin Bin Seng tida dapet sambutan hangat, suatu keanehan yang sulit untuk dipikirken. Hingga achirnya Sin Po (grup) ambil ketetepan untuk brentiken saja Seng Bin.
}}</ref>
Oleh kerna masyarakat Tionghoa di jawa Wetan merasa perlu mempunyai surat-kabar harian yang sedikit-dikitnya mirip Sin Po di jakarta, maka sebagian pemimpin Tionghoa disana (jawa timur) menganjurken pada pemimpin „Sin Po” di jakarta, agar di Surabaia Sin Po mengadaken edisi jawa Timur, hal ini dilulusken maka pada bulan yuli dari taon 1922, „Sin Po” mempunyai edisi jawa Timur dengen berkedudukan di Surabaia. umur’nya „Sin Po” edisi jawa Timur ada lumayan lama sebelon diambil over oleh tuan Lim Bok Siu dengen ditukar namanya menjadi „Sin yit Po”, dan berkat jasanya tuan Lim Kun Hian diperkokoh menjadi „Sin Tit Po” dan hingga dewasa menjadi koran ternama di jawa Timur.


Kwee Kek Beng dulu adalah seorang guru berpendidikan Belanda yang juga berkontribusi ke ''Bin Seng'' dan ''Java Bode'', dan kemudian dipekerjakan sebagai editor junior di ''Sin Po'' mulai tahun 1922.<ref name="Salmon 202">{{cite book |last1=Salmon |first1=Claudine |title=Literature in Malay by the Chinese of Indonesia : a provisional annotated bibliography |date=1981 |publisher=Editions de la Maison des sciences de l'homme |location=Paris |isbn=9780835705929 |page=202}}</ref> Seperti pendahulunya, ia adalah seorang nasionalis Tionghoa.<ref name="Salmon 202" /><ref name="tirto kwee bio">{{cite web |title=Kwee Kek Beng, Sang Pendekar Pena dari Batavia |url=https://tirto.id/kwee-kek-beng-sang-pendekar-pena-dari-batavia-ddvu
|website=tirto.id |publisher=Tirto |accessdate=21 November 2020 |language=id}}</ref>


Pada paruh kedua dekade 1920-an, dengan makin kuatnya [[Kebangkitan Nasional Indonesia|gerakan nasionalis Indonesia]], ''Sin Po'' memoderasi sudut pandang Pro-Tiongkok dan menjadi lebih simpatik pada sudut pandang Indonesia.<ref name="Seabad Pers 63-5" /> Kwee sendiri merupakan teman dekat dari [[Sukarno]] dan pemipin-pemimpin lain dari gerakan tersebut.<ref name="tirto kwee bio" /> Koran lain yang sudut pandangnya serupa dengan koran ini, seperti [[Djawa Tengah]] di [[Semarang]], juga menjadi lebih berorientasi pada Hindia Belanda. Sejumlah anggota kelompok Sin Po yang mendorong agar [[Peranakan Tionghoa]] 'kembali' ke Tiongkok untuk belajar dan bekerja pun mengalah pada kampanye tersebut.<ref name="Su 70-2" />
IX. Achir dan Maksud ini Tulisan.
Kutika tanggal 3 November 1925, tuan cu Bou San meninggal dunia, sejak waktu itu tuan Ang Yan Goan menjadi directuer „Sin Po”, sementara redactie dipimpin oleh dua orang yaitu tuan Kwee Kek Beng dan tuan Go Tiau Goan.
Waktu berjalan terus hingga tibalah saat’nya jepang duduki ini kepulauan, seperti juga surat² kabar Tionghoa-Melayu laennya, seperti Thian Sung, yit Pao, ca Pao, Siang Po, Keng Po, Kong Hwa Po (*ini semua di jakarta) dan sebage’nya.
Sin Po juga di-beslag jepang. Seantero redactie’nya surat-kabar itu diintenir, cuma boleh di-bilang sanget untung tuan Kwee Kek Beng yang dicari jepang tida ketangkep.
Dalem bulan Augustus 1945 jepang telah tekut lutut, mereka yang di-intenier jepang telah dimerdekaken, percetakan Sin Po yang di rampas jepang telah dikembaliken, cuma kertas koran yang Sin Po beli, habis dipake atawa digedor „Kung Yung Pao” surat-kabar yang diterbitken di zaman itu, yang menjadi suaranya jepang.
Oktober 1945 tentara serikat (Belanda) menduduki kombali kota jakarta, keada’an kota masih sanget kacau-balau.
untuk kepentingan masyarakat „Sin Po” telah diterbitken secara „Darurat” dengen berhaluan „Brani kerna Benar!” dengen haluan yang sekarang ini Sin Po bisa disebutken yang sekarang ini (*1951) adalah salah satu surat-kabar yang terbesar oplaagnya diseluruh Indonesia.(*sekarang 2006 jelas kalah sama kompa(s))
Dalem bulan yuli 1947 pembaca Sin Po jadi terperanjat karena tuan Kwee Kek Beng telah brenti dari Sin Po. Menurut kabar angin brenti’nya tuan Kwee Kek Beng lantaran berebutan mobil (model terbaru).
Sin Po tetep berjalan menembus alam kemerdekaan bangsa Indonesia dan sampe sejarah ini ditulis 1951 tuan Go Tiauw Goan yang pegang ini estafet kepemimpinan redactie Sin Po.
Kita tulis Sejarah „Sin Po” ini bukan bermaksud untuk mencela atawa memuji siapa juga, tapi maksud kita yang sebenernya untuk anak cucu kita turut mengetahuin apa yang pernah diperbuat oleh pendahulunya. Dan ini dirasa berguna bagi bangsa apa saja yang hendak tambahken kepingan dari sejarah kota jakarta yang tercita.
jakarta 1939
cambuk Berduri -->


Pada bulan Januari 1927, koran ini meluncurkan jurnal mingguan ''De Chineesche Revue''.<ref name="Jubelium 16-21" /> Jurnal tersebut diterbitkan dalam bahasa asal Eropa, seperti [[bahasa Belanda]]. Di jurnal tersebut, kaum intelektual Tionghoa dapat mendiskusikan isu harian dengan lebih serius.<ref name="Jubelium 3-9" /> Kwee adalah pendorong peluncuran jurnal tersebut, karena ia melihat ada banyak jurnal intelektual yang diterbitkan di Belanda dan ia percaya bahwa orang Tionghoa di Hindia Belanda juga dapat menulis dengan tingkat yang sama.<ref name="tirto kwee bio" /> [[Henri Borel]], seorang [[Sinolog|sinolog]], adalah salah satu kontributor paling berpengaruh di jurnal tersebut.<ref name="Jubelium 3-9" />
==Referensi==
<references/>


Pada akhir dekade 1930-an, Sin Po menggeser kampanyenya ke pengumpulan dana untuk Tiongkok dan penyebaran pesan anti-Jepang. Koran ini pun berhasil mengumpulkan dana sebanyak 1,7&nbsp;juta [[Gulden Belanda|gulden]] mulai tahun 1937 hingga 1942 untuk membantu upaya perang Tiongkok terhadap Jepang.<ref name="Su 70-2" /> Komik ''[[Put On (komik)|Put On]]'', karya [[Kho Wan Gie]], juga ditampilkan di ''Sin Po'' mulai tahun 1931.<ref name=Agus>{{cite web|author=Agus Dernawan T.|url=https://www.thejakartapost.com/life/2019/02/06/kho-wan-gie-and-goei-kwat-siong-chinese-indonesian-artists-behind-legendary-comic-strips.html
[[Kategori:Surat kabar nasional Indonesia]]
|title=Kho Wan Gie and Goei Kwat Siong Chinese-Indonesian artists behind legendary comic strips|work=[[The Jakarta Post]]|date=February 6, 2019|accessdate=14 February 2019}}</ref>
[[File:N.V. Handel Mij & Drukkery Sin Po.jpg|thumb|Kantor Sin Po di Batavia, Hindia Belanda c.1935]]
Selama [[pendudukan Jepang di Indonesia]], Kwee berhasil menghindari penangkapan dan bersembunyi di [[Bandung]] mulai tahun 1942 hingga 1945.<ref name="Salmon 202" /> Walaupun begitu, ''Sin Po'' tetap terbit dalam bentuk terbatas, tanpa kepala editor, dan dibatasi oleh peraturan sensor yang ketat.<ref name="tirto kwee bio" /> Koran lain bernama ''Kung Yung Pao'', dengan [[Oey Tiang Tjoei]] sebagai kepala editornya, pun sempat mengambil alih posisi ''Sin Po'' di Batavia selama periode ini.<ref name="Salmon 278">{{cite book |last1=Salmon |first1=Claudine |title=Literature in Malay by the Chinese of Indonesia : a provisional annotated bibliography |date=1981 |publisher=Editions de la Maison des sciences de l'homme |location=Paris |isbn=9780835705929 |page=278}}</ref> Setelah perang berakhir, koran ini kembali diterbitkan dan Kwee kembali menjadi kepala editor. Kwee lalu berselisih dengan Ang Jan Goan, dan akhirnya mengundurkan diri dari jabatan kepala editor pada tahun 1947.<ref name="Salmon 202" />


===Gouw Tiauw Goan===
[[ms:Sin Po]]
Setelah Kwee mengundurkan diri, ia digantikan oleh Thio In Lok yang hanya menjabat selama sembilan bulan.<ref name="tirto kwee bio" /> This lalu digantikan oleh seorang jurnalis veteran bernama [[Gouw Tiauw Goan]].<ref name="Suryadinata 4th 42">{{cite book |last1=Suryadinata |first1=Leo |title=Prominent Indonesian Chinese : Biographical Sketches (4th edition). |date=2015 |publisher=ISEAS - Yusof Ishak Institute |location=Singapore |isbn=9789814620512 |page=42 |edition=4th}}</ref> Gouw berpendidikan Tiongkok dan pernah ditahan oleh Jepang selama perang. Kontribusi Gouw di koran ini lebih fokus pada Tiongkok.<ref name="Suryadinata 4th 42" />

Pada tahun 1958, sesuai aturan pemerintah saat itu, koran ini dipaksa mengubah namanya menjadi ''[[Pantjawarta]]'' dan kemudian kembali diubah menjadi ''[[Warta Bhakti]]''. Pada periode ini, koran ini mengambil sudut pandang pro-[[Partai Komunis Indonesia|PKI]], sehingga akhirnya dilarang untuk terbit pasca terjadinya [[Gerakan 30 September]] pada tahun 1965.

== Warisan ==
PT Catra Media Nusantara menggunakan ''Sin Po'' sebagai nama media beritanya, berupa situs web ''SinPo.id'' dan saluran televisi [[Sin Po TV]].<ref>{{cite web|url=https://www.sinpo.id/statis/10/tentang-kami|title=Tentang Kami|publisher=SinPo.id|date=|accessdate=1 November 2023}}</ref>

== Lihat pula ==
{{wikisource}}
* [[Medan Prijaji]]
* [[Kwee Kek Beng]]
* [[Lauw Giok Lan]]
* [[Tirto Utomo]]
* [[Wage Rudolf Supratman]]
* [[Tirto Adhi Soerjo|Tirto Adi Soerjo]]

== Referensi ==
{{reflist}}

== Pranala luar ==
* [https://repository.monash.edu/collections/show/117 Digitized collection of Sin Po weekly magazine issues] (1923–1941) in the [[Monash University]] online collection
{{Tionghoa Indonesia}}

[[Kategori:Sejarah pers Indonesia]]
[[Kategori:Surat kabar Melayu-Tionghoa]]
[[Kategori:Surat kabar nasional Indonesia]]
[[Kategori:Sejarah Tionghoa-Indonesia]]
[[Kategori:Sumpah Pemuda]]
[[Kategori:Indonesia Raya]]

Revisi per 24 Juli 2024 00.50

Sin Po/Pantjawarta/Warta Bhakti
新報
Sin Po edisi mingguan 9 Juni 1923
TipeSurat kabar mingguan (1910-1912)
Surat kabar harian (1912-1965)
FormatLembar lebar
PendiriLauw Giok Lan dan Yoe Sin Gie
Didirikan01 Oktober 1910 (1910-10-01)
Pandangan politikKebangkitan Nasional Indonesia
BahasaIndonesia
Berhenti publikasi1942 (pertama)
01 Oktober 1965 (1965-10-01) (kedua dan terakhir)
Diluncurkan kembali1946 (kedua)
PusatJakarta
NegaraHindia Belanda
Indonesia
Pada 10 November 1928, koran Sin Po menerbitkan syair lagu Indonesia Raya.

Sin Po (Mandarin: 新報 Pīnyīn: Xīn bào) adalah nama sebuah surat kabar Tionghoa berbahasa Melayu yang terbit di Hindia Belanda sejak tahun 1910 hingga era setelah kemerdekaan Indonesia tahun 1965. Pertama kali diterbitkan di Batavia pada 1 Oktober 1910 sebagai surat kabar mingguan.[1] Sin Po berubah menjadi surat kabar harian pada 1 April 1912.[2]

Harian ini terkenal dengan sikapnya yang mendukung nasionalisme Tiongkok dan perjuangan bumi putra.[3] Sin Po merupakan harian pertama yang memuat teks lagu kebangsaan Indonesia, Indonesia Raya, dan turut mempelopori penggunaan nama "Indonesia" untuk menggantikan "Hindia Belanda" sejak Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928.[4] Sin Po berhenti terbit saat Jepang menduduki Indonesia pada tahun 1942, namun kembali terbit pada tahun 1946. Pada tahun 1962 harian ini berganti nama menjadi Warta Bhakti sebelum akhirnya dibredel pemerintah pada tahun 1965 setelah kejadian Gerakan 30 September.[5]

Sejarah

Lauw Giok Lan

Lauw Giok Lan

Koran ini didirikan di Batavia pada tanggal 1 Oktober 1910 setelah Lauw Giok Lan memiliki ide dan mendekati Yoe Sin Gie. Keduanya pernah bekerja di Perniagaan, sebuah koran Tionghoa konservatif yang berhubungan erat dengan sistem Kapitan Cina dan Tiong Hoa Hwee Koan. Setelah diluncurkan, Lauw menangani kegiatan editorial di Sin Po, sementara Yoe menangani kegiatan administratif dan Hauw Tek Kong menjadi direktur.[6] Pada awalnya, koran ini hanya terbit satu kali per minggu.[7] Walaupun begitu, koran ini ternyata sangat laku.

Lauw sebelumnya juga pernah bekerja di Van Dorp Co., yang menerbitkan Java Bode dan Bintang Betawi.[8] Ia kemudian menjadi editor di Perniagaan sejak tahun 1907.[8]

Halaman depan dari terbitan pertama dan keempat dari Sin Po pada bulan Oktober 1910

J. R. Razoux Kühr

Pada tahun 1912, saat mulai terbit tiap hari, Sin Po mempekerjakan seorang Eropa (Indo), yakni J. R. Razoux Kühr, sebagai kepala editor.[7] Status orang Eropa yang lebih tinggi di Hindia Belanda saat itu membuat koran berbahasa Melayu lainnya juga mempekerjakan orang Eropa, karena hukuman yang dikenakan kepada orang Eropa tidak terlalu berat.[6] Razoux Kühr sebelumnya bekerja sebagai pegawai pemerintah dan pernah menulis sebuah buku kecil berbahasa Inggris untuk mengkritik sistem hukum Belanda.[9] Namun, ia memiliki hubungan yang baik dengan komunitas Peranakan Tionghoa dan dapat berbicara dalam beberapa bahasa.[10]

Pada akhir tahun 1912, ia pun dibawa ke pengadilan karena mencetak artikel fitnah di Sin Po. Artikel tersebut meliput pembunuhan seorang Tionghoa di Sukabumi, dan dianggap menimbulkan kebencian kepada pemerintah Hindia Belanda.[11]

Pada awal tahun 1913, Sin Po berkonflik dengan sejumlah Tionghoa konservatif, karena Sin Po mengkritik sistem Kapitan Cina. Konflik tersebut kemudian mengarah pada seruan untuk memboikot Sin Po.[12] Koran ini terutama menyerang dua orang Kapitan Cina, yakni Phoa Keng Hek dan Khouw Kim An, dengan menuduh mereka melakukan korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan.[13] Satu orang editor Sin Po lalu dikeluarkan dari Tiong Hoa Hwee Koan.[14]

Pada tahun 1915, Perniagaan mengobarkan perang terhadap Sin Po. Perniagaan menuduh koran ini, di bawah kepemimpinan Razoux Kühr, menerima bayaran untuk mengirimkan jurnalisnya. Satu bukti yang dikemukakan oleh Perniagaan adalah nota pembayaran untuk seorang jurnalis Sin Po ke Garut, di mana jurnalis tersebut kemudian dijamu oleh komunitas Tionghoa setempat dan diarahkan untuk menginvestigasi seorang kepala distrik yang telah menganiaya mereka.[15] Karena Razoux Kühr saat itu telah menjadi paria di komunitas Eropa, hal tersebut pun menambah kecurigaan Perniagaan bahwa ia adalah orang yang tidak bermoral.[9]

Pada bulan Maret 1916, Razoux Kühr mengundurkan diri dari jabatannya karena alasan kesehatan. Koran ini kemudian menunjuk editor Tionghoa pertamanya, yakni Kwee Hing Tjiat.[16] Razoux Kühr lalu sempat menjadi kepala editor di Perniagaan pada tahun 1918, tetapi tidak berlangsung lama.[17]

Kwee Hing Tjiat

Kwee Hing Tjiat

Kwee Hing Tjiat adalah seorang jurnalis senior yang pada tahun 1916 telah menjadi editor di Bok Tok dan Tjhoen Tjhioe di Surabaya serta di Palita di Yogyakarta.[18] Di bawah kepemimpinannya, koran ini mengambil sudut pandang nasionalis Tionghoa yang lebih agresif. Koran ini tetap mengembangkan sudut pandang pro-Peking dan pro-Tionghoa Totok serta sangat mengkritik sistem Kapitan Cina.[19] Persaingan antara koran ini dengan Perniagaan pun tetap berlanjut di bawah kepemimpinan Kwee.[20] Sejarawan Leo Suryadinata mencatat bahwa Sin Po kemudian secara tidak sengaja membentuk sebuah kelompok yang ia sebut sebagai kelompok Sin Po. Ia menyatakan bahwa kelompok tersebut percaya pada persatuan Peranakan-Totok, pendidikan bahasa Mandarin untuk Peranakan, dan non-partisipasi di politik lokal Hindia Belanda.[21] Pada tahun 1918, Kwee mengundurkan diri dari jabatannya dan kemudian bekerja di sebuah perusahaan bernama Hoo Tik Thay.[18]

Tjoe Bou San

Tjoe Bou San

Pada tahun 1919, Tjoe Bou San, yang sebelumya pernah menjadi kepala editor di Tjhoen Tjhioe dan Hoa Tok Po, mulai menjabat sebagai kepala editor di Sin Po.[22] Ia sebenarnya telah bekerja di Sin Po sejak kembali dari Tiongkok pada tahun 1918.[22] Pada saat yang hampir bersamaan, mantan kepala editor koran ini, Razoux Kühr, yang kemudian menjadi kepala editor di Perniagaan, terlibat kasus hukum dengan direktur Sin Po, Hauw Tek Kong.[23] Tidak jelas apa yang menjadi inti dari kasus tersebut.

Saat Hauw Tek Kong dilarang masuk ke Hindia Belanda setelah berkunjung ke Tiongkok, Tjoe sempat menjadi direktur dan kepala editor dari koran ini.[6] Di bawah kepemimpinannya, Sin Po meluncurkan edisi bahasa Mandarin pada bulan Februari 1920.[7] Lie Chen Fu menjadi kepala editor pertama dari versi tersebut, lalu digantikan oleh Chuang Yu Lin mulai tahun 1921 hingga 1927 dan Hsieh Tso Yi mulai tahun 1927 hingga 1929.[6] Edisi tersebut kemudian menjadi koran berbahasa Tiongkok paling berpengaruh di Hindia Belanda.[22]

Pada tahun 1922, Ang Jan Goan bergabung ke dewan editorial dari koran ini. Salah satu inovasi pertamanya adalah meluncurkan edisi Jawa Timur di Surabaya pada tahun 1922, dengan Lim Bok Sioe sebagai kepala editor, serta meluncurkan koran baru bernama Bin Seng di Batavia.[6][7] Tujuan dari Bin Seng adalah untuk meliput berita lokal di Batavia.[6] Kepala editor Bin Seng juga Tjoe Bou San yang memakai pseudonim Oen Tjip Tiong. Sayangnya koran tersebut tidak bertahan lama.[22] Koran ini juga meluncurkan koran mingguan pada bulan April 1923.[7]

Kwee Kek Beng

Setelah Tjoe Bou San meninggal pada tahun 1925, Kwee Kek Beng menjadi kepala editor, sementara Ang Jan Goan dipromosikan menjadi direktur. Keduanya memegang jabatan tersebut selama beberapa dekade[24]

Kwee Kek Beng dulu adalah seorang guru berpendidikan Belanda yang juga berkontribusi ke Bin Seng dan Java Bode, dan kemudian dipekerjakan sebagai editor junior di Sin Po mulai tahun 1922.[25] Seperti pendahulunya, ia adalah seorang nasionalis Tionghoa.[25][26]

Pada paruh kedua dekade 1920-an, dengan makin kuatnya gerakan nasionalis Indonesia, Sin Po memoderasi sudut pandang Pro-Tiongkok dan menjadi lebih simpatik pada sudut pandang Indonesia.[19] Kwee sendiri merupakan teman dekat dari Sukarno dan pemipin-pemimpin lain dari gerakan tersebut.[26] Koran lain yang sudut pandangnya serupa dengan koran ini, seperti Djawa Tengah di Semarang, juga menjadi lebih berorientasi pada Hindia Belanda. Sejumlah anggota kelompok Sin Po yang mendorong agar Peranakan Tionghoa 'kembali' ke Tiongkok untuk belajar dan bekerja pun mengalah pada kampanye tersebut.[21]

Pada bulan Januari 1927, koran ini meluncurkan jurnal mingguan De Chineesche Revue.[7] Jurnal tersebut diterbitkan dalam bahasa asal Eropa, seperti bahasa Belanda. Di jurnal tersebut, kaum intelektual Tionghoa dapat mendiskusikan isu harian dengan lebih serius.[6] Kwee adalah pendorong peluncuran jurnal tersebut, karena ia melihat ada banyak jurnal intelektual yang diterbitkan di Belanda dan ia percaya bahwa orang Tionghoa di Hindia Belanda juga dapat menulis dengan tingkat yang sama.[26] Henri Borel, seorang sinolog, adalah salah satu kontributor paling berpengaruh di jurnal tersebut.[6]

Pada akhir dekade 1930-an, Sin Po menggeser kampanyenya ke pengumpulan dana untuk Tiongkok dan penyebaran pesan anti-Jepang. Koran ini pun berhasil mengumpulkan dana sebanyak 1,7 juta gulden mulai tahun 1937 hingga 1942 untuk membantu upaya perang Tiongkok terhadap Jepang.[21] Komik Put On, karya Kho Wan Gie, juga ditampilkan di Sin Po mulai tahun 1931.[27]

Kantor Sin Po di Batavia, Hindia Belanda c.1935

Selama pendudukan Jepang di Indonesia, Kwee berhasil menghindari penangkapan dan bersembunyi di Bandung mulai tahun 1942 hingga 1945.[25] Walaupun begitu, Sin Po tetap terbit dalam bentuk terbatas, tanpa kepala editor, dan dibatasi oleh peraturan sensor yang ketat.[26] Koran lain bernama Kung Yung Pao, dengan Oey Tiang Tjoei sebagai kepala editornya, pun sempat mengambil alih posisi Sin Po di Batavia selama periode ini.[28] Setelah perang berakhir, koran ini kembali diterbitkan dan Kwee kembali menjadi kepala editor. Kwee lalu berselisih dengan Ang Jan Goan, dan akhirnya mengundurkan diri dari jabatan kepala editor pada tahun 1947.[25]

Gouw Tiauw Goan

Setelah Kwee mengundurkan diri, ia digantikan oleh Thio In Lok yang hanya menjabat selama sembilan bulan.[26] This lalu digantikan oleh seorang jurnalis veteran bernama Gouw Tiauw Goan.[29] Gouw berpendidikan Tiongkok dan pernah ditahan oleh Jepang selama perang. Kontribusi Gouw di koran ini lebih fokus pada Tiongkok.[29]

Pada tahun 1958, sesuai aturan pemerintah saat itu, koran ini dipaksa mengubah namanya menjadi Pantjawarta dan kemudian kembali diubah menjadi Warta Bhakti. Pada periode ini, koran ini mengambil sudut pandang pro-PKI, sehingga akhirnya dilarang untuk terbit pasca terjadinya Gerakan 30 September pada tahun 1965.

Warisan

PT Catra Media Nusantara menggunakan Sin Po sebagai nama media beritanya, berupa situs web SinPo.id dan saluran televisi Sin Po TV.[30]

Lihat pula

Referensi

  1. ^ "Pers Tionghoa, Sensibilitas Budaya, dan Pamali Politik", KOMPAS, 1 Juni 2001
  2. ^ "Seabad Pers Jawa Barat", Pikiran Rakyat, 8 Februari 2006
  3. ^ "Sejarah Sin Po, Koran Tionghoa yang Menyuarakan Indonesia Merdeka". Tirto.id. Diakses tanggal 2020-01-21. 
  4. ^ "Bung Karno dan Etnis Tionghoa" Diarsipkan 2010-01-27 di Wayback Machine., diakses 15 Februari 2006
  5. ^ Purnamasari, Deti Mega. Rastika, Icha, ed. "Koran Sin Po, Pelopor Istilah "Indonesia" yang Hilang dari Catatan Sejarah..." Kompas.com. Diakses tanggal 2020-01-21. 
  6. ^ a b c d e f g h Sin Po Jubileum Nummer 1910–1935. Jakarta: Sin Po. 1935. hlm. 3–9. 
  7. ^ a b c d e f Sin Po Jubileum Nummer 1910–1935. Jakarta: Sin Po. 1935. hlm. 3–9. 
  8. ^ a b Salmon, Claudine (1981). Literature in Malay by the Chinese of Indonesia : a provisional annotated bibliography. Paris: Editions de la Maison des sciences de l'homme. hlm. 223. ISBN 9780835705929. 
  9. ^ a b "Nederlandsch-Indië. DE LOOPBAAN VAN RAZOUX KüHR". De Preanger-bode (dalam bahasa Belanda). 1921-01-08. 
  10. ^ Termorshuizen, Gerard (2012). "Jack Razoux Kühr (1882-1958) Fragmenten uit het leven van een rebelse natuur". Indische Letteren. 27: 187–206. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-11-16. Diakses tanggal 16 November 2020. 
  11. ^ "Een Drukpersdelict". De Expres (dalam bahasa Belanda). 1912-11-02. 
  12. ^ "Batavia, 4 Febr". De nieuwe vorstenlanden (dalam bahasa Belanda). 1913-02-05. 
  13. ^ "De Ruzie in het Chineesche Kamp". Bataviaasch Nieuwsblad (dalam bahasa Belanda). 1913-02-05. 
  14. ^ "De "Sin Po"-campagne". Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indië (dalam bahasa Belanda). 1913-04-15. 
  15. ^ "Van den dag". De Preanger-bode (dalam bahasa Belanda). 1915-04-22. 
  16. ^ "Journalistiek". Bataviaasch nieuwsblad (dalam bahasa Belanda). 1916-04-04. 
  17. ^ "Journalistiek". Bataviaasch nieuwsblad (dalam bahasa Belanda). 1918-01-05. 
  18. ^ a b Salmon, Claudine (1981). Literature in Malay by the Chinese of Indonesia : a provisional annotated bibliography. Paris: Editions de la Maison des sciences de l'homme. hlm. 201. ISBN 9780835705929. 
  19. ^ a b Hartanto, Agung Dwi (2007). Seabad pers kebangsaan, 1907-2007. Jakarta: I:Boekoe. hlm. 63–5. ISBN 9789791436021. 
  20. ^ "Groote delning in de Chineesche wereld". De Sumatra Post (dalam bahasa Belanda). 1917-09-28. 
  21. ^ a b c Suryadinata, Leo (2005). Peranakan Chinese politics in Java, 1917-1942. Singapore: Marshall Cavendish Academic. hlm. 70–2. ISBN 9789812103604. 
  22. ^ a b c d Salmon, Claudine (1981). Literature in Malay by the Chinese of Indonesia : a provisional annotated bibliography. Paris: Editions de la Maison des sciences de l'homme. hlm. 360–1. ISBN 9780835705929. 
  23. ^ "Persdelict". Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indië (dalam bahasa Belanda). 1919-04-28. 
  24. ^ Suryadinata, Leo (1995). Prominent Indonesian Chinese : biographical sketches (edisi ke-[3rd.]). Singapore: Institute of Southeast Asian Studies. hlm. 3–4. ISBN 9789813055032. 
  25. ^ a b c d Salmon, Claudine (1981). Literature in Malay by the Chinese of Indonesia : a provisional annotated bibliography. Paris: Editions de la Maison des sciences de l'homme. hlm. 202. ISBN 9780835705929. 
  26. ^ a b c d e "Kwee Kek Beng, Sang Pendekar Pena dari Batavia". tirto.id. Tirto. Diakses tanggal 21 November 2020. 
  27. ^ Agus Dernawan T. (February 6, 2019). "Kho Wan Gie and Goei Kwat Siong Chinese-Indonesian artists behind legendary comic strips". The Jakarta Post. Diakses tanggal 14 February 2019. 
  28. ^ Salmon, Claudine (1981). Literature in Malay by the Chinese of Indonesia : a provisional annotated bibliography. Paris: Editions de la Maison des sciences de l'homme. hlm. 278. ISBN 9780835705929. 
  29. ^ a b Suryadinata, Leo (2015). Prominent Indonesian Chinese : Biographical Sketches (4th edition) (edisi ke-4th). Singapore: ISEAS - Yusof Ishak Institute. hlm. 42. ISBN 9789814620512. 
  30. ^ "Tentang Kami". SinPo.id. Diakses tanggal 1 November 2023. 

Pranala luar