Maria Ulfah Santoso: Perbedaan antara revisi
k menambahkan Kategori:Tokoh Orde Lama menggunakan HotCat |
k Perempuan |
||
(32 revisi perantara oleh 19 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1: | Baris 1: | ||
{{Infobox |
{{Infobox orang}} |
||
⚫ | '''[[Meester in de Rechten|Mr.]] [[Hajjah|Hj.]] Raden Ayu Maria Ulfah''' atau Maria Ulfah Santoso atau Maria Ulfah Soebadio Sastrosatomo ({{lahirmati|[[Serang]], [[Banten]]|18|8|1911|[[Jakarta]]|15|4|1988}}) atau dahulu dikenal sebagai ''Maria Ulfah Santoso'' adalah salah satu mantan Menteri Sosial pada [[Kabinet Sjahrir II]]. Nama Santoso diambil dari nama suami pertama dan nama Soebadio Sastrosatomo diambil dari nama suami kedua setelah suami pertama meninggal dunia. |
||
|honorific-prefix = [[Mr.]] [[Hj.]] [[RA]] |
|||
|name = Maria Ulfah |
|||
|image = Maria Ulfah Subadio.jpg |
|||
|imagesize = |
|||
|caption = |
|||
|office = Menteri Sosial Republik Indonesia|Menteri Sosial |
|||
|order = 4 |
|||
|term_start = [[12 Maret]] [[1946]] |
|||
|term_end = [[26 Juni]] [[1947]] |
|||
|president = [[Soekarno]] |
|||
|predecessor = [[A.D. Tjokronegoro]] |
|||
|successor = [[Soeparjo]] |
|||
|birth_date = {{birth date|1911|8|18}} |
|||
|birth_place = {{negara|Hindia Belanda}} [[Serang]], [[Banten]], [[Indonesia]] |
|||
|death_date = {{death date|1988|4|15|1911|8|18}} |
|||
|death_place = {{negara|Indonesia}} [[Jakarta]], [[Indonesia]] |
|||
|party = |
|||
|spouse = Santoso, Subadio Sastrosatomo |
|||
|nationality = Indonesia |
|||
|ethnicity = [[Suku Sunda|Sunda]] |
|||
|other_names = Maria Ulfah Santoso, Maria Ulfah Subadio Sastrosatomo |
|||
|children = |
|||
|residence = |
|||
|alma_mater = Universitas Leiden |
|||
|occupation = Menteri Sosial Republik Indonesia|Menteri Sosial |
|||
|religion = Islam |
|||
}} |
|||
⚫ | '''[[Meester in de Rechten|Mr.]] Hajjah Raden Ayu Maria Ulfah''' atau Maria Ulfah Santoso atau Maria Ulfah Soebadio Sastrosatomo ({{lahirmati|[[Serang]], [[Banten]]|18|8|1911|[[Jakarta]]|15|4|1988}}) atau dahulu dikenal sebagai ''Maria Ulfah Santoso'' adalah salah satu mantan Menteri Sosial pada [[Kabinet Sjahrir II]]. Nama Santoso diambil dari nama suami pertama dan nama Soebadio Sastrosatomo diambil dari nama suami kedua setelah suami pertama meninggal dunia. |
||
Ia adalah perempuan [[Indonesia]] pertama yang meraih gelar sarjana [[hukum]], memangku jabatan menteri dan anggota [[Dewan Pertimbangan Agung]].<ref name="Ens">{{id}}Hassan Shadily & Redaksi Ensiklopedi Indonesia (Red & Peny)., Ensiklopedi Indonesia Jilid 6 (SHI-VAJ). Jakarta: Ichtiar Baru-van Hoeve, hal. 3317</ref> Ia memulai |
Ia adalah perempuan [[Indonesia]] pertama yang meraih gelar sarjana [[hukum]], memangku jabatan menteri dan anggota [[Dewan Pertimbangan Agung]].<ref name="Ens">{{id}}Hassan Shadily & Redaksi Ensiklopedi Indonesia (Red & Peny)., Ensiklopedi Indonesia Jilid 6 (SHI-VAJ). Jakarta: Ichtiar Baru-van Hoeve, hal. 3317</ref> Ia memulai kariernya sebagai tenaga honorer bagian perundang-undangan Kabupaten [[Cirebon]].<ref name="Ens" /> Ia juga menjadi guru AMS [[Muhammadiyah]] Jakarta pada tahun 1943.<ref name="Ens" /> |
||
Selama pendudukan Jepang ia bekerja di [[Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Indonesia|Departemen Kehakiman]], kemudian pindah ke [[Kementerian Luar Negeri Indonesia|Departemen Luar Negeri]].<ref name="Ens" /> Pada tahun 1946, setahus setelah Deklarasi Kemerdekaan Republik Indonesia, Subadio diangkat menjadi [[Menteri Sosial]] dalam [[Kabinet Sjahrir]].<ref name="Ens" /> Pada tahun 1946- |
Selama pendudukan Jepang ia bekerja di [[Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Indonesia|Departemen Kehakiman]], kemudian pindah ke [[Kementerian Luar Negeri Indonesia|Departemen Luar Negeri]].<ref name="Ens" /> Pada tahun 1946, setahus setelah Deklarasi Kemerdekaan Republik Indonesia, Subadio diangkat menjadi [[Menteri Sosial]] dalam [[Kabinet Sjahrir]].<ref name="Ens" /> Pada tahun 1946-1947, ia menjabat sebagai sekretaris Perdana Menteri/Dewan Menteri di Jakarta.<ref name="Ens" /> Pada tahun 1950-1961, Subadio menjadi ketua Panitia Sensor [[Film]] di Jakarta. |
||
Selain jabatan tetapnya itu, ia aktif dalam mengikuti kongres-kongres yang diselenggarakan baik di dalam negeri maupun di luar negeri.<ref name="Ens" /> Pada tahun 1968, ia menjabat sebagai anggota [[Dewan Pertimbangan Agung]] (DPA).<ref name="Ens" /> Untuk jasa-jasanya, Maria Ulfah Subadio dianugerahi penghargaan Satya Lencana Karya Satya Tingkat II pada tahun 1961; Bintang Maha Putera Utama (1973).<ref name="Ens" /> |
Selain jabatan tetapnya itu, ia aktif dalam mengikuti kongres-kongres yang diselenggarakan baik di dalam negeri maupun di luar negeri.<ref name="Ens" /> Pada tahun 1968, ia menjabat sebagai anggota [[Dewan Pertimbangan Agung]] (DPA).<ref name="Ens" /> Untuk jasa-jasanya, Maria Ulfah Subadio dianugerahi penghargaan Satya Lencana Karya Satya Tingkat II pada tahun 1961; Bintang Maha Putera Utama (1973).<ref name="Ens" /> |
||
Baris 38: | Baris 11: | ||
== Riwayat == |
== Riwayat == |
||
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM In juni 1950 organiseerde de leiding van de KOWANI (Kongres Wanita Indonesia) in Djakarta een congres dat door alle afdelingen in Indonesië werd bijgewoond TMnr 10000217.jpg|jmpl|259x259px|Maria Ulfah pada [[Kongres Wanita Indonesia]] (KOWANI) pada Juni 1950 di [[Jakarta]].]] |
|||
⚫ | |||
Maria Ulfah lahir dari pasangan Raden [[Mochammad Achmad]] dan Raden Ayu [[Chadidjah Djajadiningrat]] yakni saudara dari Prof. Dr. [[Hoesein Djajadiningrat]] dan [[Achmad Djajadiningrat]]. Mochammad Achmad adalah seorang dari beberapa saja orang Indonesia yang pada awal abad ke |
Maria Ulfah lahir dari pasangan Raden [[Mochammad Achmad]] dan Raden Ayu [[Chadidjah Djajadiningrat]] yakni saudara dari Prof. Dr. [[Hoesein Djajadiningrat]] dan [[Achmad Djajadiningrat]]. Mochammad Achmad adalah seorang dari beberapa saja orang Indonesia yang pada awal abad ke-20 selesai menempuh pendidikan di HBS (setingkat SMA). Mochammad Achmad kemudian menjabat sebagai Bupati [[Kuningan, Kuningan|Kuningan]]. |
||
Tahun 1929 Maria Ulfah pergi ke [[Belanda]] bersama ayahnya, adik perempuannya, Iwanah dan adik laki-lakinya Hatnan. Ibunya pada waktu itu sudah meninggal. Di Belanda Maria Ulfah memilih studi hukum di [[Leiden]]. Pilihan itu jatuh, karena menurutnya, kedudukan wanita secara hukum masih sangat lemah sehingga perlu diperbaiki. |
Tahun 1929 Maria Ulfah pergi ke [[Belanda]] bersama ayahnya, adik perempuannya, Iwanah dan adik laki-lakinya Hatnan. Ibunya pada waktu itu sudah meninggal. Di Belanda Maria Ulfah memilih studi hukum di [[Leiden]]. Pilihan itu jatuh, karena menurutnya, kedudukan wanita secara hukum masih sangat lemah sehingga perlu diperbaiki. |
||
Di [[Belanda]], ia menjadi anggota perhimpunan mahasiswa/ |
Di [[Belanda]], ia menjadi anggota perhimpunan mahasiswa/i Leiden, ''Vereeniging van Vrouwelijke Studenten Leiden'' (VVSL). Keinginan untuk ikut serta dalam gerakan emansipasi wanita berubah menjadi perjuangan menuju emansipasi dan kemerdekaan bagi seluruh bangsa [[Indonesia]]. |
||
Tokoh-tokoh nasional kerapkali ia jumpai di [[Belanda]]. Maria Ulfah sering ikut terlibat percakapan ayahnya dengan [[Haji Agus Salim]] yang untuk beberapa lamanya pernah tinggal di [[Belanda]]. Perbincangan mereka berkisar sekitar perkoperasian dan soal buruh. [[Muhammad Hatta]] juga sering hadir di sana. |
Tokoh-tokoh nasional kerapkali ia jumpai di [[Belanda]]. Maria Ulfah sering ikut terlibat percakapan ayahnya dengan [[Haji Agus Salim]] yang untuk beberapa lamanya pernah tinggal di [[Belanda]]. Perbincangan mereka berkisar sekitar perkoperasian dan soal buruh. [[Muhammad Hatta]] juga sering hadir di sana. |
||
Di [[Belanda]] Maria Ulfah mengenal [[Sjahrir]] lewat iparnya, [[Djoehana Wiradikarta]]. Sjahrir begitu banyak memberikan pengaruh secara ideologis kepada Maria Ulfah. Ia pernah meminjamkan buku karangan seorang gadis pengikut [[Mao Zedong]]. Maria Ulfah juga membaca buku pembelaan |
Di [[Belanda]] Maria Ulfah mengenal [[Sjahrir]] lewat iparnya, [[Djoehana Wiradikarta]]. Sjahrir begitu banyak memberikan pengaruh secara ideologis kepada Maria Ulfah. Ia pernah meminjamkan buku karangan seorang gadis pengikut [[Mao Zedong]]. Maria Ulfah juga membaca buku pembelaan “''Indonesie klaagt aan''" (Indonesia Menggugat). Bersama [[Sjahrir]] Maria Ulfah mengikuti rapat-rapat politik. |
||
Sjahrir juga merencanakan akan membuat wisma buruh seperti di [[Belanda]] saat nanti ia kembali ke [[Indonesia]]. Ide [[Sjahrir]] rupanya paralel dengan keinginan Maria Ulfah yang hendak mengangkat derajat wanita. Sesudah empat tahun belajar, tahun 1933 ia pun menjadi wanita [[Indonesia]] pertama yang memperoleh gelar ''[[Meester in de Rechten|Mesteer]]''/Mr. ([[sarjana hukum]]). |
Sjahrir juga merencanakan akan membuat wisma buruh seperti di [[Belanda]] saat nanti ia kembali ke [[Indonesia]]. Ide [[Sjahrir]] rupanya paralel dengan keinginan Maria Ulfah yang hendak mengangkat derajat wanita. Sesudah empat tahun belajar, tahun 1933 ia pun menjadi wanita [[Indonesia]] pertama yang memperoleh gelar ''[[Meester in de Rechten|Mesteer]]''/Mr. ([[sarjana hukum]]).<ref>{{Cite web|title=HARUS KAMU TAHU : Maria Ulfah menjadi perempuan Indonesia pertama yang meraih gelar Sarjana Hukum|url=https://munasprok.go.id/Web/baca/562#:~:text=HARUS%20KAMU%20TAHU%20:%20Maria%20Ulfah,yang%20meraih%20gelar%20Sarjana%20Hukum&text=Maria%20Ulfah%20lahir%20di%20Serang,dan%20Raden%20Ayu%20Chadidjah%20Djajadiningrat.|website=munasprok.go.id|access-date=2023-11-14}}</ref> |
||
Di Indonesia [[Sjahrir]] mendirikan Partai Sosialis. Belum ditemukan data apakah Maria Ulfah juga ikut bergabung dengan [[Sjahrir]]. Namun yang jelas, oleh Presiden [[Soekarno]] Maria Ulfah diangkat sebagai Menteri Sosial pertama RI. |
|||
Di Indonesia [[Sjahrir]] mendirikan [[Partai Sosialis Indonesia|Partai Sosialis]]. Belum ditemukan data apakah Maria Ulfah juga ikut bergabung dengan [[Sjahrir]]. Namun yang jelas, oleh Presiden [[Soekarno]] Maria Ulfah diangkat sebagai Menteri Sosial pertama RI.<ref>{{Cite book|last=Penerangan|first=Indonesia Departemen|date=1955|url=https://books.google.co.id/books?id=eL7lAAAAMAAJ&pg=PA153&lpg=PA153&dq=Mr.+Raden+Djody+Gondokusumo&source=bl&ots=_KUMCGYoMW&sig=ACfU3U2rTqAdIsLRIGA6rKbkDmB8ZdLpnA&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwjkgMyMxdbzAhUSfisKHbkiDGQQ6AF6BAgoEAM#v=onepage&q=Mr.%20Raden%20Djody%20Gondokusumo&f=false|title=Tjalon-tjalon Dewan Perwakilan Rakjat untuk pemilihan umum I 1955|publisher=Kementerian Penerangan, Bag. Dokumentasi|language=id}}</ref> |
|||
⚫ | |||
Maria Ulfah sangat memiliki ikatan emosional dengan [[Kuningan]] dan Linggarjati tentunya. Kalau foto Maria Ulfah terpampang di [[Gedung Perundingan Linggarjati]], sudah pasti karena ia memiliki peran, meski bukan dalam kapasitas sebagai juru runding. Dalam perundingan Linggarjati sendiri [[Sjahrir]] yang ditunjuk menjadi pimpinan delegasi. |
Maria Ulfah sangat memiliki ikatan emosional dengan [[Kuningan]] dan Linggarjati tentunya. Kalau foto Maria Ulfah terpampang di [[Gedung Perundingan Linggarjati]], sudah pasti karena ia memiliki peran, meski bukan dalam kapasitas sebagai juru runding. Dalam perundingan Linggarjati sendiri [[Sjahrir]] yang ditunjuk menjadi pimpinan delegasi. |
||
Peran Maria Ulfah ada pada pilihan ia untuk menjadikan Linggarjati sebagai tempat perundingan. Maria Ulfah mengusulkan Linggarjati kepada [[Sjahrir]]. Mungkin saja ada keinginan Maria Ulfah untuk bernostalgia dengan kota dimana ia dibesarkan. Tapi yang jelas, Maria Ulfah menganggap Linggarjati secara geografis bisa menjadi alternatif tempat karena baik pihak [[Indonesia]] dan [[Belanda]] sempat menemui jalan buntu. |
Peran Maria Ulfah ada pada pilihan ia untuk menjadikan Linggarjati sebagai tempat perundingan. Maria Ulfah mengusulkan Linggarjati kepada [[Sjahrir]]. Mungkin saja ada keinginan Maria Ulfah untuk bernostalgia dengan kota dimana ia dibesarkan. Tapi yang jelas, Maria Ulfah menganggap Linggarjati secara geografis bisa menjadi alternatif tempat karena baik pihak [[Indonesia]] dan [[Belanda]] sempat menemui jalan buntu. |
||
[[Soekarno]] dan Hatta yang saat itu berkedudukan di [[Yogyakarta]] (sebagai ibu kota sementara), menawarkan |
[[Soekarno]] dan Hatta yang saat itu berkedudukan di [[Yogyakarta]] (sebagai ibu kota sementara), menawarkan Yogyakarta sebagai tempat perundingan. Sudah pasti pilihan itu ditolak mentah-mentah oleh Belanda karena mereka justru menginginkan perundingan dilaksanakan di [[Jakarta]] yang saat itu mereka kuasai. |
||
Disamping itu, Maria Ulfah bisa memberikan jaminan dari sisi keamanan. Ini bisa dimengerti karena Residen [[Cirebon]], Hamdani maupun Bupati Cirebon [[Makmun Sumadipradja]], kebetulan berasal dari Partai Sosialis. Artinya mereka adalah “anak buah” Sjahrir. Saat perundingan, Sjahrir menginap di Gedung Sjahrir di dekat kolam renang |
Disamping itu, Maria Ulfah bisa memberikan jaminan dari sisi keamanan. Ini bisa dimengerti karena Residen [[Cirebon]], Hamdani maupun Bupati Cirebon [[Makmun Sumadipradja]], kebetulan berasal dari Partai Sosialis. Artinya mereka adalah “anak buah” Sjahrir. Saat perundingan, Sjahrir menginap di Gedung Sjahrir di dekat kolam renang Linggajati, sementara Soekarno-Hatta bermalam di pendopo [[Kabupaten Kuningan]]. Pendek cerita, dilaksanakanlah [[Perundingan Linggarjati|Perundingan Linggajati]] yang Draftnya ditandatangani pada 15 November 1946 di Jl Pegangsaan Timur 56, Jakarta. Sementara penandatanganan resmi dilakukan pada 25 Maret 1947. |
||
== |
== Meninggal dunia == |
||
[[Berkas:Ny. H. Maria Ulfah Subadio SH - TMPNU Kalibata.jpg|jmpl|Makam Maria Ulfah Subadio di Taman Makam Pahlawan Nasional Utama Kalibata Jakarta|310x310px]] |
|||
* [[HBS V]] (1929) |
|||
Maria Ulfah Santoso menghembuskan napas terakhir pada [[15 April]] [[1988]]. Ia dikebumikan di [[Taman Makam Pahlawan Nasional Utama Kalibata]], [[Jakarta]].<ref>{{Cite web|last=PROKLAMASI|first=MUSEUM PERUMUSAN NASKAH|date=2017-12-22|title=Maria Ulfah: Tokoh Pejuang Kemerdekaan Wanita dan Bangsa|url=https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/mpnp/maria-ulfah-tokoh-pejuang-kemerdekaan-wanita-dan-bangsa/|website=Museum Perumusan Naskah Proklamasi|language=id|access-date=2023-11-14}}</ref> |
|||
* Rechtshogeschool [[Universitas Leiden]], [[Belanda]] (1933) |
|||
== |
== Pranala luar == |
||
* Guru Sekolah Menengah [[Muhammadiyah]]/Perguruan Rakyat (1934-1942) |
|||
* Anggota [[BPUPKI]]/Perumus Batang Tubuh UUD (1945) |
|||
* Anggota [[KNIP]] |
|||
* Pegawai Kementerian Kehakiman |
|||
* Mensos RI (1946-1947) |
|||
* Sekretaris PM/Dewan Menteri/Direktur Kabinet Perdana Menteri RI (1947-1962) |
|||
* Ketua [[BSF]] (1950-1961) |
|||
* Pegawai Tinggi di Sekretariat Negara (1962-1967) |
|||
* Ketua Dewan Film Nasional (1970-1976) |
|||
* Anggota [[DPA]] (1968-1973) |
|||
* {{id}} [http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2006/122006/30/khazanah/sundapedia.htm Itje dari Serang] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20070929102905/http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2006/122006/30/khazanah/sundapedia.htm |date=2007-09-29 }} |
|||
== Kegiatan Lain == |
|||
⚫ | |||
* Anggota Pengurus Yayasan [[TKI]] (1968) |
|||
* Ketua III Dekopin |
|||
* Penasihat [[Kowani]] (Kongres Wanita Indonesia) |
|||
== |
== Referensi == |
||
* {{id}} [http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2006/122006/30/khazanah/sundapedia.htm Itje dari Serang] |
|||
⚫ | |||
==Referensi== |
|||
{{reflist}} |
{{reflist}} |
||
Baris 96: | Baris 53: | ||
{{DEFAULTSORT:Ulfah, Maria}} |
{{DEFAULTSORT:Ulfah, Maria}} |
||
[[Kategori: |
[[Kategori:Aktivis hak perempuan Indonesia]] |
||
[[Kategori: |
[[Kategori:Aktivis perempuan Sunda]] |
||
⚫ | |||
⚫ | |||
[[Kategori:Politikus Partai Sosialis Indonesia]] |
|||
[[Kategori:Politikus perempuan Indonesia]] |
|||
⚫ | |||
⚫ | |||
⚫ | |||
[[Kategori:Tokoh politik Sunda]] |
|||
[[Kategori:Tokoh Banten]] |
|||
[[Kategori:Tokoh dari Kuningan]] |
|||
[[Kategori:Tokoh dari Serang]] |
|||
[[Kategori:Anggota BPUPKI]] |
|||
[[Kategori:Anggota Dewan Pertimbangan Agung]] |
|||
[[Kategori:Menteri Sosial Indonesia]] |
|||
[[Kategori:Menteri Kabinet Sjahrir II]] |
[[Kategori:Menteri Kabinet Sjahrir II]] |
||
[[Kategori:Menteri Kabinet Sjahrir III]] |
[[Kategori:Menteri Kabinet Sjahrir III]] |
||
[[Kategori: |
[[Kategori:Alumni Universitas Leiden]] |
||
[[Kategori:Tokoh |
[[Kategori:Tokoh Hindia Belanda]] |
||
⚫ | |||
⚫ | |||
⚫ | |||
⚫ | |||
⚫ | |||
[[Kategori:Tokoh Orde Lama]] |
[[Kategori:Tokoh Orde Lama]] |
Revisi terkini sejak 31 Juli 2024 01.47
Biografi | |
---|---|
Kelahiran | (id) Hajjah Raden Ayu Maria Ulfah 18 Agustus 1911 Serang (Hindia Belanda) |
Kematian | 15 April 1988 (76 tahun) Jakarta |
Tempat pemakaman | Taman Makam Pahlawan Nasional Utama Kalibata Galat: Kedua parameter tahun harus terisi! |
Menteri Sosial | |
12 Maret 1946 – 26 Juni 1947 Bagian dari kabinet: Kabinet Sjahrir II | |
Data pribadi | |
Agama | Islam |
Pendidikan | Universitas Leiden |
Kegiatan | |
Pekerjaan | politikus, aktivis hak asasi manusia, aktivis hak wanita |
Partai politik | Socialist Party (en) Partai Sosialis Indonesia |
18 April 1955 | Konferensi Asia–Afrika |
Penghargaan |
Mr. Hj. Raden Ayu Maria Ulfah atau Maria Ulfah Santoso atau Maria Ulfah Soebadio Sastrosatomo (18 Agustus 1911 – 15 April 1988) atau dahulu dikenal sebagai Maria Ulfah Santoso adalah salah satu mantan Menteri Sosial pada Kabinet Sjahrir II. Nama Santoso diambil dari nama suami pertama dan nama Soebadio Sastrosatomo diambil dari nama suami kedua setelah suami pertama meninggal dunia.
Ia adalah perempuan Indonesia pertama yang meraih gelar sarjana hukum, memangku jabatan menteri dan anggota Dewan Pertimbangan Agung.[1] Ia memulai kariernya sebagai tenaga honorer bagian perundang-undangan Kabupaten Cirebon.[1] Ia juga menjadi guru AMS Muhammadiyah Jakarta pada tahun 1943.[1]
Selama pendudukan Jepang ia bekerja di Departemen Kehakiman, kemudian pindah ke Departemen Luar Negeri.[1] Pada tahun 1946, setahus setelah Deklarasi Kemerdekaan Republik Indonesia, Subadio diangkat menjadi Menteri Sosial dalam Kabinet Sjahrir.[1] Pada tahun 1946-1947, ia menjabat sebagai sekretaris Perdana Menteri/Dewan Menteri di Jakarta.[1] Pada tahun 1950-1961, Subadio menjadi ketua Panitia Sensor Film di Jakarta.
Selain jabatan tetapnya itu, ia aktif dalam mengikuti kongres-kongres yang diselenggarakan baik di dalam negeri maupun di luar negeri.[1] Pada tahun 1968, ia menjabat sebagai anggota Dewan Pertimbangan Agung (DPA).[1] Untuk jasa-jasanya, Maria Ulfah Subadio dianugerahi penghargaan Satya Lencana Karya Satya Tingkat II pada tahun 1961; Bintang Maha Putera Utama (1973).[1]
Semasa hidupnya Subadio menikah dua kali, yang pertama dengan Mr. Santoso (1848), dan dengan Soebadio Sastrosatomo yang aktif dalam gerakan kemerdekaan Republik Indonesia, anggota KNIP, Parlemen Republik Indonesia Sementara, Dewan Perwakilan Rakyat Sementara, dan DPR hasil Pemilu I (1955).[1]
Riwayat
[sunting | sunting sumber]Maria Ulfah lahir dari pasangan Raden Mochammad Achmad dan Raden Ayu Chadidjah Djajadiningrat yakni saudara dari Prof. Dr. Hoesein Djajadiningrat dan Achmad Djajadiningrat. Mochammad Achmad adalah seorang dari beberapa saja orang Indonesia yang pada awal abad ke-20 selesai menempuh pendidikan di HBS (setingkat SMA). Mochammad Achmad kemudian menjabat sebagai Bupati Kuningan.
Tahun 1929 Maria Ulfah pergi ke Belanda bersama ayahnya, adik perempuannya, Iwanah dan adik laki-lakinya Hatnan. Ibunya pada waktu itu sudah meninggal. Di Belanda Maria Ulfah memilih studi hukum di Leiden. Pilihan itu jatuh, karena menurutnya, kedudukan wanita secara hukum masih sangat lemah sehingga perlu diperbaiki.
Di Belanda, ia menjadi anggota perhimpunan mahasiswa/i Leiden, Vereeniging van Vrouwelijke Studenten Leiden (VVSL). Keinginan untuk ikut serta dalam gerakan emansipasi wanita berubah menjadi perjuangan menuju emansipasi dan kemerdekaan bagi seluruh bangsa Indonesia.
Tokoh-tokoh nasional kerapkali ia jumpai di Belanda. Maria Ulfah sering ikut terlibat percakapan ayahnya dengan Haji Agus Salim yang untuk beberapa lamanya pernah tinggal di Belanda. Perbincangan mereka berkisar sekitar perkoperasian dan soal buruh. Muhammad Hatta juga sering hadir di sana.
Di Belanda Maria Ulfah mengenal Sjahrir lewat iparnya, Djoehana Wiradikarta. Sjahrir begitu banyak memberikan pengaruh secara ideologis kepada Maria Ulfah. Ia pernah meminjamkan buku karangan seorang gadis pengikut Mao Zedong. Maria Ulfah juga membaca buku pembelaan “Indonesie klaagt aan" (Indonesia Menggugat). Bersama Sjahrir Maria Ulfah mengikuti rapat-rapat politik.
Sjahrir juga merencanakan akan membuat wisma buruh seperti di Belanda saat nanti ia kembali ke Indonesia. Ide Sjahrir rupanya paralel dengan keinginan Maria Ulfah yang hendak mengangkat derajat wanita. Sesudah empat tahun belajar, tahun 1933 ia pun menjadi wanita Indonesia pertama yang memperoleh gelar Mesteer/Mr. (sarjana hukum).[2]
Di Indonesia Sjahrir mendirikan Partai Sosialis. Belum ditemukan data apakah Maria Ulfah juga ikut bergabung dengan Sjahrir. Namun yang jelas, oleh Presiden Soekarno Maria Ulfah diangkat sebagai Menteri Sosial pertama RI.[3]
Maria Ulfah sangat memiliki ikatan emosional dengan Kuningan dan Linggarjati tentunya. Kalau foto Maria Ulfah terpampang di Gedung Perundingan Linggarjati, sudah pasti karena ia memiliki peran, meski bukan dalam kapasitas sebagai juru runding. Dalam perundingan Linggarjati sendiri Sjahrir yang ditunjuk menjadi pimpinan delegasi.
Peran Maria Ulfah ada pada pilihan ia untuk menjadikan Linggarjati sebagai tempat perundingan. Maria Ulfah mengusulkan Linggarjati kepada Sjahrir. Mungkin saja ada keinginan Maria Ulfah untuk bernostalgia dengan kota dimana ia dibesarkan. Tapi yang jelas, Maria Ulfah menganggap Linggarjati secara geografis bisa menjadi alternatif tempat karena baik pihak Indonesia dan Belanda sempat menemui jalan buntu.
Soekarno dan Hatta yang saat itu berkedudukan di Yogyakarta (sebagai ibu kota sementara), menawarkan Yogyakarta sebagai tempat perundingan. Sudah pasti pilihan itu ditolak mentah-mentah oleh Belanda karena mereka justru menginginkan perundingan dilaksanakan di Jakarta yang saat itu mereka kuasai.
Disamping itu, Maria Ulfah bisa memberikan jaminan dari sisi keamanan. Ini bisa dimengerti karena Residen Cirebon, Hamdani maupun Bupati Cirebon Makmun Sumadipradja, kebetulan berasal dari Partai Sosialis. Artinya mereka adalah “anak buah” Sjahrir. Saat perundingan, Sjahrir menginap di Gedung Sjahrir di dekat kolam renang Linggajati, sementara Soekarno-Hatta bermalam di pendopo Kabupaten Kuningan. Pendek cerita, dilaksanakanlah Perundingan Linggajati yang Draftnya ditandatangani pada 15 November 1946 di Jl Pegangsaan Timur 56, Jakarta. Sementara penandatanganan resmi dilakukan pada 25 Maret 1947.
Meninggal dunia
[sunting | sunting sumber]Maria Ulfah Santoso menghembuskan napas terakhir pada 15 April 1988. Ia dikebumikan di Taman Makam Pahlawan Nasional Utama Kalibata, Jakarta.[4]
Pranala luar
[sunting | sunting sumber]- (Indonesia) Itje dari Serang Diarsipkan 2007-09-29 di Wayback Machine.
- (Indonesia) Maria Ulfa,Sjahrir dan Kuningan[pranala nonaktif permanen]
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ a b c d e f g h i j (Indonesia)Hassan Shadily & Redaksi Ensiklopedi Indonesia (Red & Peny)., Ensiklopedi Indonesia Jilid 6 (SHI-VAJ). Jakarta: Ichtiar Baru-van Hoeve, hal. 3317
- ^ "HARUS KAMU TAHU : Maria Ulfah menjadi perempuan Indonesia pertama yang meraih gelar Sarjana Hukum". munasprok.go.id. Diakses tanggal 2023-11-14.
- ^ Penerangan, Indonesia Departemen (1955). Tjalon-tjalon Dewan Perwakilan Rakjat untuk pemilihan umum I 1955. Kementerian Penerangan, Bag. Dokumentasi.
- ^ PROKLAMASI, MUSEUM PERUMUSAN NASKAH (2017-12-22). "Maria Ulfah: Tokoh Pejuang Kemerdekaan Wanita dan Bangsa". Museum Perumusan Naskah Proklamasi. Diakses tanggal 2023-11-14.
Didahului oleh: A.D. Tjokronegoro |
Menteri Sosial 1946–1947 |
Diteruskan oleh: Soeparjo |
- Kelahiran 1911
- Kematian 1988
- Meninggal usia 77
- Anggota BPUPKI
- Aktivis hak perempuan Indonesia
- Aktivis perempuan Sunda
- Intelektual Sunda
- Pejuang HAM Indonesia
- Politikus Partai Sosialis Indonesia
- Politikus perempuan Indonesia
- Tokoh hukum Indonesia
- Tokoh hukum Sunda
- Tokoh pergerakan Sunda
- Tokoh politik Sunda
- Tokoh Banten
- Tokoh dari Kuningan
- Tokoh dari Serang
- Anggota Dewan Pertimbangan Agung
- Menteri Sosial Indonesia
- Menteri Kabinet Sjahrir II
- Menteri Kabinet Sjahrir III
- Alumni Universitas Leiden
- Tokoh Hindia Belanda
- Tokoh Orde Lama