Lompat ke isi

Azwar Anas: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Idris qudus (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
cleanup: - fixed infobox;
 
(34 revisi perantara oleh 18 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{untuk|[[Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Indonesia]] ke-20|Abdullah Azwar Anas}}{{recent death}} {{Infobox Officeholder
{{untuk|[[Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Indonesia]] ke-20|Abdullah Azwar Anas}}
{{Infobox Officeholder
|honorific-prefix =
|honorific-prefix =
|name = {{PAGENAME}}
|name = {{PAGENAME}}
Baris 8: Baris 9:
|order = ke-8
|order = ke-8
|term_start = 17 Maret 1993
|term_start = 17 Maret 1993
|term_end = Januari 1998
|term_end = 14 Maret 1998
|president = [[Soeharto]]
|president = [[Soeharto]]
|predecessor = [[Soepardjo Rustam]]
|predecessor = [[Soepardjo Rustam]]
|successor = [[Haryono Suyono]]
|successor = [[Haryono Suyono]]
|office2 = Menteri Perhubungan Indonesia
|office2 = Menteri Perhubungan Indonesia
|order2 = ke-27
|order2 = ke-22
|term_start2 = 23 Maret 1988
|term_start2 = 23 Maret 1988
|term_end2 = 17 Maret 1993
|term_end2 = 17 Maret 1993
|president2 = [[Soeharto]]
|president2 = Soeharto
|predecessor2 = [[Rusmin Nuryadin]]
|predecessor2 = [[Rusmin Nuryadin]]
|successor2 = [[Haryanto Dhanutirto]]
|successor2 = [[Haryanto Dhanutirto]]
|birth_date = {{birth date|1933|8|2}}
|birth_date = {{birth date|1933|8|2}}
|birth_place = [[Mato Aie, Padang Selatan, Padang]], [[Hindia Belanda]]
|birth_place = [[Mato Aie, Padang Selatan, Padang]], [[Hindia Belanda]]
|office3 = Gubernur Sumatra Barat
|office3 = Gubernur Sumatera Barat
|order3 = ke-3
|order3 = ke-3
|term_start3 = 18 Oktober 1977
|term_start3 = 18 Oktober 1977
Baris 28: Baris 29:
|predecessor3 = [[Harun Zain]]
|predecessor3 = [[Harun Zain]]
|successor3 = [[Hasan Basri Durin]]
|successor3 = [[Hasan Basri Durin]]
|allegiance = [[Indonesia]]
|allegiance = [[Indonesia]]
|rank = [[Berkas:Pdu letjendtni staf.png|25px]] [[Letnan Jenderal]]
|rank = [[File:21-TNI Army-LG.svg|25px| ]] [[Letnan Jenderal]] [[TNI]] ([[Daftar istilah militer Tentara Nasional Indonesia#H|Kehormatan]])
|branch = [[Berkas:Insignia of the Indonesian Army.svg|25px]] [[TNI Angkatan Darat]]
|branch = [[Berkas:Insignia of the Indonesian Army.svg|25px]] [[Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat|TNI Angkatan Darat]]
|unit = Corps Peralatan (CPL)
|unit = [[Peralatan Angkatan Darat|Peralatan (CPL)]]
|serviceyears = 1960–1986
|serviceyears = 1960–1986
|battles =
|battles =
|awards =
|awards =
|servicenumber = 21051
|servicenumber = 21051
|death_date = {{death date and age|2023|3|5|1933|8|2}}
|death_date = {{death date and age|2023|3|5|1933|8|2}}
|death_place = [[Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto]], [[Jakarta Pusat]]
|death_place = [[Kota Administrasi Jakarta Pusat|Jakarta Pusat]], [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|DKI Jakarta]], Indonesia
|nationality = [[Indonesia]]
|nationality = <!-- Hanya untuk warga negara asing -->
|party =
|party =
|spouse = {{marriage|Djusmeini|1957|2009|reason=died}}
|spouse = {{marriage|Djusmeini|1957|2009|reason=died}}
|children = 5
|children = 5
|alma_mater = Kimia Teknik - [[Institut Teknologi Bandung]]
|residence =
|alma_mater = [[Institut Teknologi Bandung]]
|occupation = {{hlist|[[Politikus]]|[[militer]]|[[birokrat]]}}
}}
|occupation = [[Politikus]], [[militer]], [[birokrat]]}}[[Letnan Jenderal]] [[TNI]] (HOR) ([[Purnawirawan|Purn.]]) [[Insinyur|Ir.]] [[Haji (gelar)|H.]] '''Azwar Anas''' gelar '''Datuak Rajo Suleman''' ({{lahirmati|[[Mato Aie, Padang Selatan, Padang]]|2|8|1933|[[Jakarta]]|5|3|2023}}) adalah seorang tentara, birokrat, politikus dan administrator sepak bola Indonesia. Ketua Majelis Pembina Pusat [[Persatuan Tarbiyah Islamiyah]] (PERTI) ini pernah dipercaya sebagai Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat pada Kabinet Pembangunan VI (1993–1998) setelah menjabat sebagai [[Menteri Perhubungan Indonesia]] pada Kabinet Pembangunan V (1988–1993). Sebelumnya ia menjabat sebagai [[Gubernur Sumatra Barat]] selama dua periode (1977–1987).

[[Letnan Jenderal]] [[Tentara Nasional Indonesia|TNI]] [[Pangkat kehormatan|(HOR)]] ([[Purnawirawan|Purn.]]) [[Insinyur|Ir.]] [[Haji (gelar)|H.]] '''Azwar Anas''' gelar '''Datuak Rajo Suleman''' ({{lahirmati|[[Mato Aie, Padang Selatan, Padang]]|2|8|1933|[[Jakarta]]|5|3|2023}}) adalah seorang tentara, birokrat, politikus dan pengurus sepak bola Indonesia. [[Ketua Umum PSSI]] periode 1991–1998 ini pernah dipercaya sebagai [[Daftar Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Indonesia|Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat]] pada Kabinet Pembangunan VI (1993–1998) setelah menjabat sebagai [[Daftar Menteri Perhubungan Indonesia|Menteri Perhubungan Indonesia]] pada Kabinet Pembangunan V (1988–1993). Sebelumnya ia menjabat sebagai [[Gubernur Sumatera Barat]] selama dua periode (1977–1987). Ia menjabat sebagai Ketua Majelis Pembina Pusat [[Persatuan Tarbiyah Islamiyah]] (PERTI) periode 2016–2022. Sebelumnya ia merupakan Ketua Dewan Pembina Pusat Tarbiyah periode 1989–1998 dan 2006–2016 serta [[Daftar Ketua Umum Persatuan Tarbiyah Islamiyah|Ketua Umum PB Tarbiyah]] periode 1998–2001 dan 2004–2006.


== Kehidupan awal ==
== Kehidupan awal ==
Azwar Anas lahir pada 2 Agustus 1933 di [[Padang]], yang ketika itu merupakan bagian dari [[Sumatra Barat|Keresidenan Sumatra Barat]], [[Hindia Belanda]]. Ia adalah anak ketiga dari pasangan Anas Malik Sutan Masabumi (ayah) dan Rakena Anas (ibu), yang memiliki sepuluh orang anak. Ayahnya yang masih memiki garis keturunan dengan [[Raja Pagaruyung]] terakhir, yakni [[Bagagarsyah dari Pagaruyung|Sutan Bagagarsyah]], bekerja sebagai kepala perbengkelan kereta api di [[Simpang Haru, Padang Timur, Padang|Simpang Haru, Padang]], sementara ibunya yang hanya tamatan SD berasal dari [[Koto Sani, X Koto Singkarak, Solok|Koto Sani]], [[Solok]]. Sebelum menikah dengan ibunya, ayahnya telah memperoleh seorang anak dari istri pertama yang kemudian diceraikannya, tetapi kehidupan mereka tetap ditanggung oleh ayahnya meskipun telah bercerai.{{sfn|Yusra|2011|pp=5}}{{sfn|Yusra|2011|pp=3}} Ayahnya adalah putera dari Malik anak dari Soetan Oesman gelar Soetan Lerang seorang pengusaha terkenal pada masanya.
Azwar Anas lahir pada 2 Agustus 1933 di [[Padang]], yang ketika itu merupakan bagian dari [[Sumatera Barat|Keresidenan Sumatera Barat]], [[Hindia Belanda]]. Ia adalah anak ketiga dari pasangan Anas Malik Sutan Masabumi (ayah) dan Rakena Anas (ibu), yang memiliki sepuluh orang anak. Ayahnya yang masih memiki garis keturunan dengan [[Raja Pagaruyung]] terakhir, yakni [[Bagagarsyah dari Pagaruyung|Sutan Bagagarsyah]], bekerja sebagai kepala perbengkelan kereta api di [[Simpang Haru, Padang Timur, Padang|Simpang Haru, Padang]], sementara ibunya yang hanya tamatan SD berasal dari [[Koto Sani, X Koto Singkarak, Solok|Koto Sani]], [[Solok]]. Sebelum menikah dengan ibunya, ayahnya telah memperoleh seorang anak dari istri pertama yang kemudian diceraikannya, tetapi kehidupan mereka tetap ditanggung oleh ayahnya meskipun telah bercerai.{{sfn|Yusra|2011|pp=5}}{{sfn|Yusra|2011|pp=3}} Ayahnya adalah putera dari Malik anak dari Soetan Oesman gelar Soetan Lerang seorang pengusaha terkenal pada masanya.


Sejak kecil, ia dibesarkan dalam keluarga yang taat melaksanakan ajaran [[Islam]] dengan didikan ayah yang berwatak keras tetapi disiplin dan didampingi ibu yang senantiasa mengayomi dan memberikan nasihat akan pentingnya agama dan tanggung jawab. Ia menghabiskan masa kecilnya bersama keluarganya di [[Mato Aie, Padang Selatan, Padang|Mato Aie]] dalam sebuah rumah yang dibangun di pinggang bukit di tepi Jalan Raya Padang–[[Pelabuhan Teluk Bayur|Teluk Bayur]]. Tidak seperti kebanyakan anak ''ambtenaar'' (pegawai pemerintah Hindia Belanda), ia bersama kakak dan adiknya tidak dimasukkan ke sekolah-sekolah Belanda, melainkan dimasukkan ke HIS [[Adabiyah School]], sebuah sekolah agama yang didirikan oleh [[Abdullah Ahmad]] pada tahun 1909.{{sfn|Yusra|2011|pp=10}}
Sejak kecil, ia dibesarkan dalam keluarga yang taat melaksanakan ajaran [[Islam]] dengan didikan ayah yang berwatak keras tetapi disiplin dan didampingi ibu yang senantiasa mengayomi dan memberikan nasihat akan pentingnya agama dan tanggung jawab. Ia menghabiskan masa kecilnya bersama keluarganya di [[Mato Aie, Padang Selatan, Padang|Mato Aie]] dalam sebuah rumah yang dibangun di pinggang bukit di tepi Jalan Raya Padang–[[Pelabuhan Teluk Bayur|Teluk Bayur]]. Tidak seperti kebanyakan anak ''ambtenaar'' (pegawai pemerintah Hindia Belanda), ia bersama kakak dan adiknya tidak dimasukkan ke sekolah-sekolah Belanda, melainkan dimasukkan ke HIS [[Adabiyah School]], sebuah sekolah agama yang didirikan oleh [[Abdullah Ahmad]] pada tahun 1909.{{sfn|Yusra|2011|pp=10}}
Baris 58: Baris 61:
Berita [[Proklamasi Kemerdekaan Indonesia|diproklamasikannya]] kemerdekaan [[Indonesia]] pada 17 Agustus 1945 baru disebarluaskan ke [[Kota Padang|Padang]] oleh [[Muhammad Sjafei]] sekitar akhir bulan Agustus.{{sfn|Yusra|2011|pp=19}} Namun, pada 10 Oktober 1945 tentara Sekutu, yang semula ditugaskan untuk melucuti serdadu Jepang dan mengambil para tawanan Jepang, telah merapat ke [[pelabuhan Teluk Bayur]] dan kedatangan ini dicurigai oleh para pemuda di Padang karena diikuti oleh tentara [[Belanda]]. Kecurigaan ini ternyata benar sehingga ketegangan mulai meningkat di Padang. Kantor-kantor pemerintahan di Padang mulai dipindahkan ke luar kota, termasuk kantor tempat ayah dari Azwar Anas bekerja dipindahkan ke [[Kayu Tanam, 2x11 Kayu Tanam, Padang Pariaman|Kayu Tanam]] sehingga keluarganya kemudian pindah ke tempat itu sedangkan ia dan adiknya yang bernama Akil tetap menetap di Padang.{{sfn|Yusra|2011|pp=20}} Namun karena Padang dirasakan tidak aman lagi setelah pembunuhan [[Bagindo Azizchan]] oleh tentara Belanda,{{sfn|Yusra|2011|pp=23}} ia dan adiknya menyusul keluarganya yang ternyata telah berpindah ke [[Bukittinggi]].{{sfn|Yusra|2011|pp=24}} Di kota berhawa sejuk itu, ia tetap meneruskan sekolahnya; ia dimasukkan ke SMP Negeri 1 Bukittinggi, tetapi kemudian pindah ke SMP Negeri 3 Bukittinggi. Setelah tamat, ia masuk ke [[SMA Negeri 1 Bukittinggi]].{{sfn|Yusra|2011|pp=24}}
Berita [[Proklamasi Kemerdekaan Indonesia|diproklamasikannya]] kemerdekaan [[Indonesia]] pada 17 Agustus 1945 baru disebarluaskan ke [[Kota Padang|Padang]] oleh [[Muhammad Sjafei]] sekitar akhir bulan Agustus.{{sfn|Yusra|2011|pp=19}} Namun, pada 10 Oktober 1945 tentara Sekutu, yang semula ditugaskan untuk melucuti serdadu Jepang dan mengambil para tawanan Jepang, telah merapat ke [[pelabuhan Teluk Bayur]] dan kedatangan ini dicurigai oleh para pemuda di Padang karena diikuti oleh tentara [[Belanda]]. Kecurigaan ini ternyata benar sehingga ketegangan mulai meningkat di Padang. Kantor-kantor pemerintahan di Padang mulai dipindahkan ke luar kota, termasuk kantor tempat ayah dari Azwar Anas bekerja dipindahkan ke [[Kayu Tanam, 2x11 Kayu Tanam, Padang Pariaman|Kayu Tanam]] sehingga keluarganya kemudian pindah ke tempat itu sedangkan ia dan adiknya yang bernama Akil tetap menetap di Padang.{{sfn|Yusra|2011|pp=20}} Namun karena Padang dirasakan tidak aman lagi setelah pembunuhan [[Bagindo Azizchan]] oleh tentara Belanda,{{sfn|Yusra|2011|pp=23}} ia dan adiknya menyusul keluarganya yang ternyata telah berpindah ke [[Bukittinggi]].{{sfn|Yusra|2011|pp=24}} Di kota berhawa sejuk itu, ia tetap meneruskan sekolahnya; ia dimasukkan ke SMP Negeri 1 Bukittinggi, tetapi kemudian pindah ke SMP Negeri 3 Bukittinggi. Setelah tamat, ia masuk ke [[SMA Negeri 1 Bukittinggi]].{{sfn|Yusra|2011|pp=24}}


Tidak lama setelah ibu kota Indonesia di [[Yogyakarta]] diduduki oleh Belanda, [[Syafruddin Prawiranegara]] bersama [[Daftar tokoh Minangkabau|tokoh Minangkabau]] lainnya membentuk [[Pemerintahan Darurat Republik Indonesia]] (PDRI) di Bukittinggi. Pada saat itu, ketika berlangsungnya [[Agresi Militer Belanda II]], keluarganya pindah ke [[Barulak, Tanjung Baru, Tanah Datar|Barulak]], [[Tanah Datar]], kemudian setelah gencatan senjata diberlakukan di Sumatra Barat pada 19 Agustus 1948, keluarganya kembali pindah ke Padang. Di Padang, ia bersekolah di SMA Permindo (kini [[SMA Negeri 1 Padang]]) sampai tamat pada tahun 1951.{{sfn|Yusra|2011|pp=30}} Setamat SMA, ia berniat untuk melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi di Jawa, karena pada saat itu di Sumatra Barat belum ada perguruan tinggi yang sesuai dengan keinginannya.{{sfn|Yusra|2011|pp=33}} Oleh sebab itu, dalam suatu perundingan dengan keluarganya, ia menyampaikan keputusannya untuk merantau ke [[Jakarta]].{{sfn|Yusra|2011|pp=35}}
Tidak lama setelah ibu kota Indonesia di [[Yogyakarta]] diduduki oleh Belanda, [[Syafruddin Prawiranegara]] bersama [[Daftar tokoh Minangkabau|tokoh Minangkabau]] lainnya membentuk [[Pemerintahan Darurat Republik Indonesia]] (PDRI) di Bukittinggi. Pada saat itu, ketika berlangsungnya [[Agresi Militer Belanda II]], keluarganya pindah ke [[Barulak, Tanjung Baru, Tanah Datar|Barulak]], [[Tanah Datar]], kemudian setelah gencatan senjata diberlakukan di Sumatera Barat pada 19 Agustus 1948, keluarganya kembali pindah ke Padang. Di Padang, ia bersekolah di SMA Permindo (kini [[SMA Negeri 1 Padang]]) sampai tamat pada tahun 1951.{{sfn|Yusra|2011|pp=30}} Setamat SMA, ia berniat untuk melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi di Jawa, karena pada saat itu di Sumatera Barat belum ada perguruan tinggi yang sesuai dengan keinginannya.{{sfn|Yusra|2011|pp=33}} Oleh sebab itu, dalam suatu perundingan dengan keluarganya, ia menyampaikan keputusannya untuk merantau ke [[Jakarta]].{{sfn|Yusra|2011|pp=35}}


== Merantau ==
== Merantau ==
Baris 69: Baris 72:
== Militer ==
== Militer ==
=== Pendidikan militer ===
=== Pendidikan militer ===
Semula berencana menjadi dosen tetap di almamaternya, pada 1959 Anas bersama ratusan sarjana diperintahkan mengikuti wajib militer oleh pemerintah menyusul diberlakukannya status keadaan bahaya darurat perang. Ia menjalani latihan pendidikan militer di Sekolah Perwira Cadangan (Sepacad) di [[Bogor]] selama enam bulan hingga 1960.{{sfn|Yusra|2011|pp=47}} Ia lulus dan dilantik Presiden [[Soekarno]] sebagai [[letnan satu]] dalam upacara militer di Bogor. Para lulusan diberi dua pilihan yaitu aktif masuk militer atau kembali ke pekerjaan semula. Azwar memilih untuk bergabung dengan militer.{{sfn|Yusra|2011|pp=51}}
Semula berencana menjadi dosen tetap di almamaternya, pada 1959 Azwar bersama ratusan sarjana diperintahkan mengikuti wajib militer oleh pemerintah menyusul diberlakukannya status keadaan bahaya darurat perang. Ia menjalani latihan pendidikan militer di Sekolah Perwira Cadangan (Sepacad) di [[Bogor]] selama enam bulan hingga 1960.{{sfn|Yusra|2011|pp=47}} Ia lulus dan dilantik Presiden [[Soekarno]] sebagai [[letnan satu]] dalam upacara militer di Bogor. Para lulusan diberi dua pilihan yaitu aktif masuk militer atau kembali ke pekerjaan semula. Azwar memilih untuk bergabung dengan militer.{{sfn|Yusra|2011|pp=51}}


=== Karier militer ===
=== Karier militer ===
Baris 87: Baris 90:


== Direktur Semen Padang ==
== Direktur Semen Padang ==
Gubernur Sumatra Barat [[Harun Zain]] memanggil Azwar pulang kampung halaman dengan menjadi Direktur [[Semen Padang (perusahaan)|PN Semen Padang]].{{sfn|Yusra|2011|pp=97}} Kala itu Sumatra Barat porak-poranda akibat penumpasan [[Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia]] (PRRI).{{sfn|Yusra|2011|pp=101}} Harun Zain memanggil para sarjana Minang di perantauan untuk pulang kembali membangun Sumatra Barat.{{sfn|Yusra|2011|pp=102}}
Gubernur Sumatera Barat [[Harun Zain]] memanggil Azwar pulang kampung halaman dengan menjadi Direktur [[Semen Padang (perusahaan)|PN Semen Padang]].{{sfn|Yusra|2011|pp=97}} Kala itu Sumatera Barat porak-poranda akibat penumpasan [[Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia]] (PRRI).{{sfn|Yusra|2011|pp=101}} Harun Zain memanggil para sarjana Minang di perantauan untuk pulang kembali membangun Sumatera Barat.{{sfn|Yusra|2011|pp=102}}


Kolonel Azwar Anas mulai memimpin Semen Padang dalam keadaan sekarat. Ia membenahi keadaan fisik pabrik dan merehabilitasi mental para karyawan melalui dakwah Islam. Ia berhasil membangkitkan perusahaan itu menjadi BUMN terkemuka di bawah Departemen Perindustrian.{{sfn|Permo|1995|pp=93}}
Kolonel Azwar Anas mulai memimpin Semen Padang dalam keadaan sekarat. Ia membenahi keadaan fisik pabrik dan merehabilitasi mental para karyawan melalui dakwah Islam. Ia berhasil membangkitkan perusahaan itu menjadi BUMN terkemuka di bawah Departemen Perindustrian.{{sfn|Permo|1995|pp=93}}


== Karier pemerintahan ==
== Karier pemerintahan ==
[[Berkas:Governor of West Sumatra Azwar Anas.jpg|jmpl|Potret resmi Azwar Anas sebagai Gubernur Sunatra Barat untuk periode kedua.]]
[[Berkas:Governor of West Sumatra Azwar Anas.jpg|jmpl|Potret resmi Azwar Anas sebagai Gubernur Sumatera Barat untuk periode kedua.]]
Keberhasilan Azwar Anas membuat ia dikenal oleh rakyat sehingga ia terpilih dalam pemilihan [[Gubernur Sumatra Barat]] Oktober 1977 menggantikan [[Harun Al-Rasjid Zain|Harun Zain]].{{sfn|Permo|1995|pp=93}} Ia tercatat sebagai perwira militer pertama yang memegang jabatan Gubernur Sumatra Barat. Ia menjabat gubernur selama dua periode hingga 1987. Pada 1986, ia pensiun dari [[Angkatan Bersenjata Republik Indonesia]] (ABRI) dengan pangkat terakhir [[mayor jenderal]] TNI.{{sfn|Permo|1995|pp=92}}
Keberhasilan Azwar Anas membuat ia dikenal oleh rakyat sehingga ia terpilih dalam pemilihan [[Gubernur Sumatera Barat]] Oktober 1977 menggantikan [[Harun Al-Rasjid Zain|Harun Zain]].{{sfn|Permo|1995|pp=93}} Ia tercatat sebagai perwira militer pertama yang memegang jabatan Gubernur Sumatera Barat. Ia menjabat gubernur selama dua periode hingga 1987. Pada 1986, ia pensiun dari [[Angkatan Bersenjata Republik Indonesia]] (ABRI) dengan pangkat terakhir [[mayor jenderal]] TNI.{{sfn|Permo|1995|pp=92}}


Seusai menjabat gubernur, pada 1988 Presiden [[Soeharto]] mengangkatnya menjadi [[Daftar Menteri Perhubungan Indonesia|Menteri Perhubungan]] dalam [[Kabinet Pembangunan V]]. Pada 1991, ia dipercaya menjadi Ketua Umum [[Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia]] (PSSI) hingga 1999. Masa itu PSSI berhasil mengadakan kompetisi [[Sistem liga sepak bola di Indonesia|Ligina]], gabungan [[Perserikatan (ajang sepak bola)|perserikatan]], dan [[Galatama]].{{sfn|Permo|1995|pp=92}}
Seusai menjabat gubernur, pada 1988 Presiden [[Soeharto]] mengangkatnya menjadi [[Daftar Menteri Perhubungan Indonesia|Menteri Perhubungan]] dalam [[Kabinet Pembangunan V]]. Pada 1991, ia dipercaya menjadi Ketua Umum [[Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia]] (PSSI) hingga 1999. Masa itu PSSI berhasil mengadakan kompetisi [[Sistem liga sepak bola di Indonesia|Ligina]], gabungan [[Perserikatan (ajang sepak bola)|perserikatan]], dan [[Galatama]].{{sfn|Permo|1995|pp=92}}


Pada 1993, Azwar diangkat menjadi [[Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Republik Indonesia|Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat]] dalam [[Kabinet Pembangunan VI]]. Tak lama kemudian ia bersama [[Soesilo Soedarman]] menerima kenaikan pangkat bersejarah menjadi [[Letnan Jenderal]] TNI purnawirawan.{{sfn|Permo|1995|pp=93}}
Pada 1993, Azwar diangkat menjadi [[Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Republik Indonesia|Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat]] dalam [[Kabinet Pembangunan VI]]. Tak lama kemudian ia bersama [[Soesilo Soedarman]] menerima kenaikan pangkat bersejarah menjadi [[Letnan Jenderal]] TNI purnawirawan.{{sfn|Permo|1995|pp=93}}

Pada 1991, Azwar Anas menjadi pendiri dan Ketua Yayasan Nurul Ikhlas yang berlokasi di Pincuran Tinggi, [[Panyalaian, Sepuluh Koto, Tanah Datar]]. Yayasan ini bergerak di pendidikan Islam dan berkembang membawahi SMP dan SMA pondok pesantren modern, serta Sekolah Tinggi Ekonomi Syariah Manna Wa Salwa.<ref>https://nurulikhlas.sch.id/sejarah-perkembangan-pondok-pesantren-modern-nurul-ikhlas/</ref><ref>https://mannawasalwa.ac.id/3/sejarah/</ref> Ia menjabat sebagai ketua yayasan hingga akhir hayatnya.<ref>https://vervalyayasan.data.kemdikbud.go.id/index.php/chome/profil?yayasan_id=418DAE6F-51F1-4F06-8284-97650B192BEA</ref>


== Kehidupan pribadi ==
== Kehidupan pribadi ==
[[Berkas:Azwar Anas.jpg|jmpl|Azwar Anas meninjau Pondok Pesantren Modern Nurul Ikhlas yang berada di Padang Panjang, 2011.]]
[[Berkas:Azwar Anas.jpg|jmpl|Azwar Anas selaku Ketua Dewan Pembina Pengurus Besar Persatuan Tarbiyah Islamiyah meninjau Pondok Pesantren Modern Nurul Ikhlas yang berada di X Koto, Tanah Datar, 2011.]]
Dari pernikahan dengan Djusmeini, Azwar memiliki lima orang anak. Anak pertamanya Ria Prima Pusparini meninggal pada 10 November 1971 dalam kecelakaan pesawat Merpati yang juga ditumpangi oleh seniman [[Huriah Adam]].{{sfn|Permo|1995|pp=94}} Anak-anak berikutnya bernama Ary Irsyad Riadi, Roy Irza Farabi, Ronny Pahlawan, dan Maya Devita. Keempat anak itu lulusan [[Amerika Serikat]].{{sfn|Yusra|2011|pp=538}} Djusmeini meninggal dunia di Bandung pada 16 Desember 2009.<ref>https://republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/15/02/10/breaking-news/nasional/09/12/17/96467-istri-azwar-anas-meninggal-dunia</ref> Ronny Pahlawan menikahi calon istrinya di depan jenazah ibunya sebelum dimakamkan.<ref>https://news.detik.com/berita/d-1261730/putra-azwar-anas-menikah-di-depan-jenazah-sang-ibu</ref><ref>https://www.viva.co.id/berita/nasional/114599-kalla-melayat-istri-azwar-anas</ref>
Dari pernikahan dengan Djusmeini, Azwar memiliki lima orang anak. Anak pertamanya Ria Prima Pusparini meninggal pada 10 November 1971 dalam [[Kecelakaan Vickers Viscount Samudra Hindia 1971|kecelakaan pesawat Merpati]] yang juga ditumpangi oleh seniman [[Huriah Adam]].{{sfn|Permo|1995|pp=94}} Anak-anak berikutnya bernama Ary Irsyad Riadi, Roy Irza Farabi, Ronny Pahlawan, dan Maya Devita. Keempat anak itu lulusan [[Amerika Serikat]].{{sfn|Yusra|2011|pp=538}} Djusmeini meninggal dunia di Bandung pada 16 Desember 2009.<ref>https://republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/15/02/10/breaking-news/nasional/09/12/17/96467-istri-azwar-anas-meninggal-dunia</ref> Ronny Pahlawan menikahi calon istrinya di depan jenazah ibunya sebelum dimakamkan.<ref>https://news.detik.com/berita/d-1261730/putra-azwar-anas-menikah-di-depan-jenazah-sang-ibu</ref><ref>https://www.viva.co.id/berita/nasional/114599-kalla-melayat-istri-azwar-anas</ref>

== Wafat ==
Azwar Anas meninggal dunia karena sakit pernapasan di CICU [[Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto|RSPAD Gatot Soebroto]], [[Kota Administrasi Jakarta Pusat|Jakarta Pusat]], pada 5 Maret 2023, pukul 11.42 WIB setelah menjalani perawatan selama dua bulan.<ref>https://langgam.id/azwar-anas-sempat-dirawat-2-bulan-di-rspad/</ref><ref>https://hariansinggalang.co.id/gangguan-pernafasan-sudah-empat-hari-mantan-menko-kesra-azwar-anas-dirawat/</ref><ref>https://epaper.mediaindonesia.com/detail/a-4400</ref> Jenazahnya dimakamkan dengan upacara militer keesokan harinya di [[Taman Makam Pahlawan Kalibata]] dipimpin oleh [[Abdullah Mahmud Hendropriyono]].<ref>https://www.tribunnews.com/nasional/2023/03/06/digelar-secara-militer-hendropriyono-pimpin-upacara-pemakaman-azwar-anas-di-tmp-kalibata</ref>


== Penghargaan ==
== Penghargaan ==
Baris 110: Baris 118:
* [[Bintang Mahaputera Adipradana]] dari Presiden Republik Indonesia (1992)<ref name=bm/>
* [[Bintang Mahaputera Adipradana]] dari Presiden Republik Indonesia (1992)<ref name=bm/>
* [[File:MY-NEG Order of Loyalty to Negeri Sembilan.svg|50px]] Dato' Seri Utama dari [[Yang di-Pertuan Besar Negeri Sembilan]], [[Malaysia]], [[Ja'afar dari Negeri Sembilan|Tuanku Ja'afar]]{{sfn|Permo|1995|pp=92}}{{sfn|Yusra|2011|pp=503}}<ref>https://books.google.co.id/books?id=SE9UDwAAQBAJ&pg=PA85</ref>
* [[File:MY-NEG Order of Loyalty to Negeri Sembilan.svg|50px]] Dato' Seri Utama dari [[Yang di-Pertuan Besar Negeri Sembilan]], [[Malaysia]], [[Ja'afar dari Negeri Sembilan|Tuanku Ja'afar]]{{sfn|Permo|1995|pp=92}}{{sfn|Yusra|2011|pp=503}}<ref>https://books.google.co.id/books?id=SE9UDwAAQBAJ&pg=PA85</ref>
* [[File:AUT Honour for Services to the Republic of Austria - 5th Class BAR.svg|50px]] Grand Decoration of Honour in Silver with Star of the [[:en:Decoration of Honour for Services to the Republic of Austria#Classes|Decoration of Honour for Services to the Republic of Austria]] (1996)<ref name="recipients">{{cite web|url=https://www.parlament.gv.at/PAKT/VHG/XXIV/AB/AB_10542/imfname_251156.pdf|title=Eingelangt am 23.04.2012 : Dieser Text wurde elektronisch übermittelt. Abweichungen vom Original sind möglich. Bundeskanzler Anfragebeantwortung|website=Parlament.gv.at|access-date=10 February 2019}}</ref>


== Rujukan ==
== Rujukan ==
Baris 136: Baris 145:
|first = Audrey R
|first = Audrey R
|authorlink =
|authorlink =
|title = Dari Pemberontakan ke Integrasi: Sumatra Barat dan Politik Indonesia, 1926–1998
|title = Dari Pemberontakan ke Integrasi: Sumatera Barat dan Politik Indonesia, 1926–1998
|year = 2005
|year = 2005
|publisher = Yayasan Obor Indonesia
|publisher = Yayasan Obor Indonesia
Baris 158: Baris 167:
|first = Gusti
|first = Gusti
|authorlink = Gusti Asnan
|authorlink = Gusti Asnan
|title = Memikir Ulang Regionalisme: Sumatra Barat tahun 1950-an
|title = Memikir Ulang Regionalisme: Sumatera Barat tahun 1950-an
|year = 2007
|year = 2007
|publisher = Yayasan Obor Indonesia
|publisher = Yayasan Obor Indonesia
Baris 181: Baris 190:


== Pranala luar ==
== Pranala luar ==
{{Commonscat}}

* https://books.google.co.id/books?id=VODlHHq4FukC&pg=PA659
* https://books.google.co.id/books?id=VODlHHq4FukC&pg=PA659
* https://books.google.co.id/books?id=dB4TAAAAMAAJ&pg=PA28
* https://books.google.co.id/books?id=dB4TAAAAMAAJ&pg=PA28
Baris 189: Baris 200:
{{Kotak_suksesi |jabatan = [[Daftar Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Republik Indonesia|Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat]] |tahun = 1993–1998 |pendahulu = [[Soepardjo Roestam]] |pengganti = [[Haryono Suyono]]}}
{{Kotak_suksesi |jabatan = [[Daftar Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Republik Indonesia|Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat]] |tahun = 1993–1998 |pendahulu = [[Soepardjo Roestam]] |pengganti = [[Haryono Suyono]]}}
{{Kotak_suksesi |jabatan = [[Daftar Menteri Perhubungan Republik Indonesia|Menteri Perhubungan]] |tahun = 1988–1993 |pendahulu = [[Rusmin Nuryadin]] |pengganti = [[Haryanto Dhanutirto]]}}
{{Kotak_suksesi |jabatan = [[Daftar Menteri Perhubungan Republik Indonesia|Menteri Perhubungan]] |tahun = 1988–1993 |pendahulu = [[Rusmin Nuryadin]] |pengganti = [[Haryanto Dhanutirto]]}}
{{Kotak_suksesi |jabatan = [[Daftar Gubernur Sumatra Barat|Gubernur Sumatra Barat]] |tahun = 1977–1987 |pendahulu = [[Harun Zain]] |pengganti = [[Hasan Basri Durin]]}}
{{Kotak_suksesi |jabatan = [[Daftar Gubernur Sumatera Barat|Gubernur Sumatera Barat]] |tahun = 1977–1987 |pendahulu = [[Harun Zain]] |pengganti = [[Hasan Basri Durin]]}}
{{S-sport}}
{{S-sport}}
{{Kotak_suksesi |jabatan = [[Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia#Ketua umum|Ketua Umum PSSI]] |tahun = 1991–1999 |pendahulu = [[Kardono]] |pengganti = [[Agum Gumelar]]}}
{{Kotak_suksesi |jabatan = [[Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia#Ketua umum|Ketua Umum PSSI]] |tahun = 1991–1999 |pendahulu = [[Kardono]] |pengganti = [[Agum Gumelar]]}}
{{S-end}}
{{S-end}}
{{Kabinet Pembangunan VI}}{{Kabinet Pembangunan V}}{{Menteri Perhubungan Indonesia}}{{Gubernur Sumatra Barat}}{{Authority control}}
{{Kabinet Pembangunan VI}}{{Kabinet Pembangunan V}}{{Menteri Perhubungan Indonesia}}{{Gubernur Sumatera Barat}}{{Authority control}}


{{DEFAULTSORT:Anas, Azwar}}
{{DEFAULTSORT:Anas, Azwar}}
Baris 203: Baris 214:
[[Kategori:Ketua Umum PSSI]]
[[Kategori:Ketua Umum PSSI]]
[[Kategori:Alumni Institut Teknologi Bandung]]
[[Kategori:Alumni Institut Teknologi Bandung]]
[[Kategori:Tokoh Minangkabau]]
[[Kategori:Tokoh militer Minangkabau]]
[[Kategori:Politikus Minangkabau]]
[[Kategori:Dinasti Mauli]]
[[Kategori:Dinasti Mauli]]
[[Kategori:Cerdik Pandai Minangkabau]]
[[Kategori:Cerdik Pandai Minangkabau]]
[[Kategori:Ninik Mamak Minangkabau]]
[[Kategori:Ninik Mamak Minangkabau]]
[[Kategori:Tokoh Sumatra Barat]]
[[Kategori:Tokoh Sumatera Barat]]
[[Kategori:Tokoh dari Padang]]
[[Kategori:Tokoh dari Padang]]
[[Kategori:Tokoh Islam Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh Islam Indonesia]]
Baris 216: Baris 228:
[[Kategori:Menteri Koordinator Indonesia]]
[[Kategori:Menteri Koordinator Indonesia]]
[[Kategori:Menteri Perhubungan Indonesia]]
[[Kategori:Menteri Perhubungan Indonesia]]
[[Kategori:Gubernur Sumatra Barat]]
[[Kategori:Gubernur Sumatera Barat]]
[[Kategori:Penerima Bintang Mahaputera Adipradana]]
[[Kategori:Penerima Bintang Mahaputera Adipradana]]
[[Kategori:Penerima Bintang Mahaputera Utama]]
[[Kategori:Penerima Bintang Mahaputera Utama]]

Revisi terkini sejak 1 November 2024 11.21

Azwar Anas
Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Republik Indonesia ke-8
Masa jabatan
17 Maret 1993 – 14 Maret 1998
PresidenSoeharto
Menteri Perhubungan Indonesia ke-22
Masa jabatan
23 Maret 1988 – 17 Maret 1993
PresidenSoeharto
Gubernur Sumatera Barat ke-3
Masa jabatan
18 Oktober 1977 – 30 Oktober 1987
Sebelum
Pendahulu
Harun Zain
Sebelum
Informasi pribadi
Lahir(1933-08-02)2 Agustus 1933
Mato Aie, Padang Selatan, Padang, Hindia Belanda
Meninggal5 Maret 2023(2023-03-05) (umur 89)
Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia
Suami/istri
Djusmeini
(m. 1957; meninggal 2009)
Anak5
AlmamaterKimia Teknik - Institut Teknologi Bandung
Pekerjaan
Karier militer
PihakIndonesia
Dinas/cabang TNI Angkatan Darat
Masa dinas1960–1986
Pangkat Letnan Jenderal TNI (Kehormatan)
NRP21051
SatuanPeralatan (CPL)
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini

Letnan Jenderal TNI (HOR) (Purn.) Ir. H. Azwar Anas gelar Datuak Rajo Suleman (2 Agustus 1933 – 5 Maret 2023) adalah seorang tentara, birokrat, politikus dan pengurus sepak bola Indonesia. Ketua Umum PSSI periode 1991–1998 ini pernah dipercaya sebagai Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat pada Kabinet Pembangunan VI (1993–1998) setelah menjabat sebagai Menteri Perhubungan Indonesia pada Kabinet Pembangunan V (1988–1993). Sebelumnya ia menjabat sebagai Gubernur Sumatera Barat selama dua periode (1977–1987). Ia menjabat sebagai Ketua Majelis Pembina Pusat Persatuan Tarbiyah Islamiyah (PERTI) periode 2016–2022. Sebelumnya ia merupakan Ketua Dewan Pembina Pusat Tarbiyah periode 1989–1998 dan 2006–2016 serta Ketua Umum PB Tarbiyah periode 1998–2001 dan 2004–2006.

Kehidupan awal

[sunting | sunting sumber]

Azwar Anas lahir pada 2 Agustus 1933 di Padang, yang ketika itu merupakan bagian dari Keresidenan Sumatera Barat, Hindia Belanda. Ia adalah anak ketiga dari pasangan Anas Malik Sutan Masabumi (ayah) dan Rakena Anas (ibu), yang memiliki sepuluh orang anak. Ayahnya yang masih memiki garis keturunan dengan Raja Pagaruyung terakhir, yakni Sutan Bagagarsyah, bekerja sebagai kepala perbengkelan kereta api di Simpang Haru, Padang, sementara ibunya yang hanya tamatan SD berasal dari Koto Sani, Solok. Sebelum menikah dengan ibunya, ayahnya telah memperoleh seorang anak dari istri pertama yang kemudian diceraikannya, tetapi kehidupan mereka tetap ditanggung oleh ayahnya meskipun telah bercerai.[1][2] Ayahnya adalah putera dari Malik anak dari Soetan Oesman gelar Soetan Lerang seorang pengusaha terkenal pada masanya.

Sejak kecil, ia dibesarkan dalam keluarga yang taat melaksanakan ajaran Islam dengan didikan ayah yang berwatak keras tetapi disiplin dan didampingi ibu yang senantiasa mengayomi dan memberikan nasihat akan pentingnya agama dan tanggung jawab. Ia menghabiskan masa kecilnya bersama keluarganya di Mato Aie dalam sebuah rumah yang dibangun di pinggang bukit di tepi Jalan Raya Padang–Teluk Bayur. Tidak seperti kebanyakan anak ambtenaar (pegawai pemerintah Hindia Belanda), ia bersama kakak dan adiknya tidak dimasukkan ke sekolah-sekolah Belanda, melainkan dimasukkan ke HIS Adabiyah School, sebuah sekolah agama yang didirikan oleh Abdullah Ahmad pada tahun 1909.[3]

Kampung Jawa, Padang pada masa Hindia Belanda

Ketika masih berusia kanak-kanak, ia sempat menggeluti beberapa pekerjaan untuk membantu meringankan ekonomi keluarganya yang sedang sulit pada masa pendudukan Jepang di Indonesia. Ia pernah berdagang kayu untuk kemudian dijual ke pasar Kampung Jawa dan berjualan ikan, bahkan sebelumnya ia juga pernah berjaja pisang goreng di Mato Aie setiap pagi.[4] Di tengah kesulitan ekonomi keluarganya, setelah tamat dari HIS Adabiyah, ia masih bisa meneruskan sekolah ke tingkat yang lebih tinggi; ia masuk ke sekolah bentukan Jepang yang disebut Chu Gakko (setingkat men).[5]

Masa awal kemerdekaan

[sunting | sunting sumber]

Berita diproklamasikannya kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 baru disebarluaskan ke Padang oleh Muhammad Sjafei sekitar akhir bulan Agustus.[6] Namun, pada 10 Oktober 1945 tentara Sekutu, yang semula ditugaskan untuk melucuti serdadu Jepang dan mengambil para tawanan Jepang, telah merapat ke pelabuhan Teluk Bayur dan kedatangan ini dicurigai oleh para pemuda di Padang karena diikuti oleh tentara Belanda. Kecurigaan ini ternyata benar sehingga ketegangan mulai meningkat di Padang. Kantor-kantor pemerintahan di Padang mulai dipindahkan ke luar kota, termasuk kantor tempat ayah dari Azwar Anas bekerja dipindahkan ke Kayu Tanam sehingga keluarganya kemudian pindah ke tempat itu sedangkan ia dan adiknya yang bernama Akil tetap menetap di Padang.[7] Namun karena Padang dirasakan tidak aman lagi setelah pembunuhan Bagindo Azizchan oleh tentara Belanda,[8] ia dan adiknya menyusul keluarganya yang ternyata telah berpindah ke Bukittinggi.[9] Di kota berhawa sejuk itu, ia tetap meneruskan sekolahnya; ia dimasukkan ke SMP Negeri 1 Bukittinggi, tetapi kemudian pindah ke SMP Negeri 3 Bukittinggi. Setelah tamat, ia masuk ke SMA Negeri 1 Bukittinggi.[9]

Tidak lama setelah ibu kota Indonesia di Yogyakarta diduduki oleh Belanda, Syafruddin Prawiranegara bersama tokoh Minangkabau lainnya membentuk Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) di Bukittinggi. Pada saat itu, ketika berlangsungnya Agresi Militer Belanda II, keluarganya pindah ke Barulak, Tanah Datar, kemudian setelah gencatan senjata diberlakukan di Sumatera Barat pada 19 Agustus 1948, keluarganya kembali pindah ke Padang. Di Padang, ia bersekolah di SMA Permindo (kini SMA Negeri 1 Padang) sampai tamat pada tahun 1951.[10] Setamat SMA, ia berniat untuk melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi di Jawa, karena pada saat itu di Sumatera Barat belum ada perguruan tinggi yang sesuai dengan keinginannya.[11] Oleh sebab itu, dalam suatu perundingan dengan keluarganya, ia menyampaikan keputusannya untuk merantau ke Jakarta.[12]

Institut Teknologi Bandung pada tahun 1951

Sesampai di Jakarta, sambil mencari pekerjaan, ia menumpang sementara waktu di rumah salah seorang kerabatnya. Setelah memperoleh informasi dari salah seorang temannya tentang lowongan pekerjaaan pegawai Balai Penyelidikan Kimia di Bogor, ia langsung melamarnya.[13] Pada awalnya ia hanya bekerja sebagai petugas kebersihan di sebuah laboratorium yang dikepalai oleh seorang berkebangsaan Belanda bernama Ir. Nyhold,[14] kemudian dalam tahun-tahun berikutnya, ia menjadi asisten seorang insinyur bernama Ir. Dufont setelah membantunya membangun sebuah laboratorium di Burangrang, Bandung. Sambil bekerja, ia juga memperoleh beasiswa dari Departemen Perindustrian saat itu untuk mengikuti pendidikan kimia di Fakultas Teknik Universitas Indonesia di Bandung, yang kini menjadi Institut Teknologi Bandung (ITB).[15]

Setelah sekitar dua tahun mengikuti kuliah di ITB, prestasi akademisnya mulai menurun.[16] Pada saat itu ia memutuskan untuk kembali ke Padang untuk menemui orang tuanya di Mato Aie dan meminta izin menikahi seorang gadis di Bandung. Namun keinginannya ini ternyata tidak disetujui oleh kedua orang tuanya. Ibunya justru menangis sewaktu ia meminta izin menikahi seorang gadis yang bukan Minang. Sebaliknya, ibunya mengajukan calon lain yang sudah disiapkannya sendiri sejak lama, yakni Djusmeini. Pada 12 Juli 1957, ia akhirnya menikah dengan Djusmeini, yang ketika itu berumur 23 tahun. Setelah pernikahan dilangsungkan di Lubuk Alung, ia bersama istrinya kemudian pindah ke Bandung.[17] Sesampai di Bandung, ia tetap melanjutkan kuliahnya di ITB sampai tamat.[18]

Pendidikan militer

[sunting | sunting sumber]

Semula berencana menjadi dosen tetap di almamaternya, pada 1959 Azwar bersama ratusan sarjana diperintahkan mengikuti wajib militer oleh pemerintah menyusul diberlakukannya status keadaan bahaya darurat perang. Ia menjalani latihan pendidikan militer di Sekolah Perwira Cadangan (Sepacad) di Bogor selama enam bulan hingga 1960.[19] Ia lulus dan dilantik Presiden Soekarno sebagai letnan satu dalam upacara militer di Bogor. Para lulusan diberi dua pilihan yaitu aktif masuk militer atau kembali ke pekerjaan semula. Azwar memilih untuk bergabung dengan militer.[20]

Karier militer

[sunting | sunting sumber]

Azwar ditempatkan di Pabrik Alat Peralatan Angkatan Darat (Pabal AD) sebagai Kepala Dinas A. Setahun berikutnya, Pabal AD berganti nama menjadi Pusat Industri Angkatan Darat (Pindad). Jabatan Azwar berganti nama menjadi Kepala Bagian 5 Dinas Laboratorium Pindad.[21] Pada 1962, Azwar naik pangkat menjadi kapten dan lima tahun selanjutnya ia berpangkat mayor corps peralatan (CPL).[22]

Pada 1964, Azwar dipromosikan menjadi Asisten Umum Operasi Karya Pindad.[23] Pada tahun itu, Pindad mengirimnya untuk mengikuti Kursus Peroketan Pindad. Ia terlibat dalam eksperimen pembuatan roket Achmad Yani 1 dan 2 yang diluncurkan dari Pameungpeuk, Garut.[24] Kemudian, ia mengikuti serangkaian kursus calon perwira menengah yaitu Kursus Latihan Perwira (Suslapa) Angkatan Darat di Cimahi dari 1967 hingga 1968, Upgrading Staf Kekaryaan Daerah (Skarda) C pada 1971, dan Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat (Seskoad) dari 1971 hingga 1973.[25]

Pada 1967, Mayor Azwar Anas diangkat sebagai Direktur PT. Purna Sadhana Pindad, anak perusahaan Pindad dalam bidang industri sipil. Ia didampingi oleh Direktur Produksi Kapten Ir. Yuwono, Direktur Marketing Kapten Siddiq, S.H., dan Direktur Perusahaan Drs. Suparman.[26] Karena ketiadaan dana, perusahaan itu mengajukan kredit pinjaman tanpa jaminan kepada Bank Bumi Daya sebesar Rp500 juta.[27] Hal ini dilakukan tanpa dilaporkan kepada Staf Umum Angkatan Darat (SUAD) sebagai otoritas Pindad. Asisten II Kepala SUAD Jenderal Hartono menegur Azwar dengan keras lalu kasus ini dibawa ke persidangan.[28] Kasus ini terbilang baru saat itu dan akhirnya Hartono menerimanya.[29]

PT Purna Sadhana Pindad berkegiatan dalam bisnis perbengkelan untuk jasa dan pembuatan barang-barang dan mesin untuk produksi. Pelanggan mereka adalah pabrik-pabrik semen seperti Semen Padang dan Semen Gresik.[30] Jumlah karyawan perusahaan itu ada 8.000 orang dan sebagian besarnya ahli dalam bidang perbengkelan, tidak dalam produksi. Azwar merekrut teknisi baru untuk meningkatkan potensi perusahaan.[31]

Azwar turun ke lapangan dan mengetahui kegiatan perusahaan secara detail sejak perencanaan hingga pemasaran.[32] Ia bersama Direktur Pemasaran Abubakar Siddik Prawiranegara langsung datang menaiki kapal ke Pulau Singkep, Pulau Bangka, dan Pulau Belitung untuk mengidentifikasi mesin timah yang akan diperbaiki Purna Sadhana Pindad.[33]

Pada 11 Juli 1970, Azwar memimpin pameran alat-alat pertanian produksi Pindad di Gedung Bina Graha, Jakarta. Presiden Soeharto sangat antusias dengan pameran tersebut.[34]

Azwar sering diminta memberikan ceramah agama di masjid-masjid Bandung. Ia ikut andil mendirikan Masjid Salman ITB. Ia juga intens membangun komunikasi dengan perantau Minang di kota itu.[35]

Direktur Semen Padang

[sunting | sunting sumber]

Gubernur Sumatera Barat Harun Zain memanggil Azwar pulang kampung halaman dengan menjadi Direktur PN Semen Padang.[36] Kala itu Sumatera Barat porak-poranda akibat penumpasan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI).[37] Harun Zain memanggil para sarjana Minang di perantauan untuk pulang kembali membangun Sumatera Barat.[38]

Kolonel Azwar Anas mulai memimpin Semen Padang dalam keadaan sekarat. Ia membenahi keadaan fisik pabrik dan merehabilitasi mental para karyawan melalui dakwah Islam. Ia berhasil membangkitkan perusahaan itu menjadi BUMN terkemuka di bawah Departemen Perindustrian.[39]

Karier pemerintahan

[sunting | sunting sumber]
Potret resmi Azwar Anas sebagai Gubernur Sumatera Barat untuk periode kedua.

Keberhasilan Azwar Anas membuat ia dikenal oleh rakyat sehingga ia terpilih dalam pemilihan Gubernur Sumatera Barat Oktober 1977 menggantikan Harun Zain.[39] Ia tercatat sebagai perwira militer pertama yang memegang jabatan Gubernur Sumatera Barat. Ia menjabat gubernur selama dua periode hingga 1987. Pada 1986, ia pensiun dari Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) dengan pangkat terakhir mayor jenderal TNI.[40]

Seusai menjabat gubernur, pada 1988 Presiden Soeharto mengangkatnya menjadi Menteri Perhubungan dalam Kabinet Pembangunan V. Pada 1991, ia dipercaya menjadi Ketua Umum Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) hingga 1999. Masa itu PSSI berhasil mengadakan kompetisi Ligina, gabungan perserikatan, dan Galatama.[40]

Pada 1993, Azwar diangkat menjadi Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat dalam Kabinet Pembangunan VI. Tak lama kemudian ia bersama Soesilo Soedarman menerima kenaikan pangkat bersejarah menjadi Letnan Jenderal TNI purnawirawan.[39]

Pada 1991, Azwar Anas menjadi pendiri dan Ketua Yayasan Nurul Ikhlas yang berlokasi di Pincuran Tinggi, Panyalaian, Sepuluh Koto, Tanah Datar. Yayasan ini bergerak di pendidikan Islam dan berkembang membawahi SMP dan SMA pondok pesantren modern, serta Sekolah Tinggi Ekonomi Syariah Manna Wa Salwa.[41][42] Ia menjabat sebagai ketua yayasan hingga akhir hayatnya.[43]

Kehidupan pribadi

[sunting | sunting sumber]
Azwar Anas selaku Ketua Dewan Pembina Pengurus Besar Persatuan Tarbiyah Islamiyah meninjau Pondok Pesantren Modern Nurul Ikhlas yang berada di X Koto, Tanah Datar, 2011.

Dari pernikahan dengan Djusmeini, Azwar memiliki lima orang anak. Anak pertamanya Ria Prima Pusparini meninggal pada 10 November 1971 dalam kecelakaan pesawat Merpati yang juga ditumpangi oleh seniman Huriah Adam.[44] Anak-anak berikutnya bernama Ary Irsyad Riadi, Roy Irza Farabi, Ronny Pahlawan, dan Maya Devita. Keempat anak itu lulusan Amerika Serikat.[45] Djusmeini meninggal dunia di Bandung pada 16 Desember 2009.[46] Ronny Pahlawan menikahi calon istrinya di depan jenazah ibunya sebelum dimakamkan.[47][48]

Azwar Anas meninggal dunia karena sakit pernapasan di CICU RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta Pusat, pada 5 Maret 2023, pukul 11.42 WIB setelah menjalani perawatan selama dua bulan.[49][50][51] Jenazahnya dimakamkan dengan upacara militer keesokan harinya di Taman Makam Pahlawan Kalibata dipimpin oleh Abdullah Mahmud Hendropriyono.[52]

Penghargaan

[sunting | sunting sumber]
Catatan kaki
  1. ^ Yusra 2011, hlm. 5.
  2. ^ Yusra 2011, hlm. 3.
  3. ^ Yusra 2011, hlm. 10.
  4. ^ Yusra 2011, hlm. 17.
  5. ^ Yusra 2011, hlm. 18.
  6. ^ Yusra 2011, hlm. 19.
  7. ^ Yusra 2011, hlm. 20.
  8. ^ Yusra 2011, hlm. 23.
  9. ^ a b Yusra 2011, hlm. 24.
  10. ^ Yusra 2011, hlm. 30.
  11. ^ Yusra 2011, hlm. 33.
  12. ^ Yusra 2011, hlm. 35.
  13. ^ Yusra 2011, hlm. 36.
  14. ^ Yusra 2011, hlm. 37.
  15. ^ Yusra 2011, hlm. 39.
  16. ^ Yusra 2011, hlm. 42.
  17. ^ Yusra 2011, hlm. 43.
  18. ^ Yusra 2011, hlm. 44.
  19. ^ Yusra 2011, hlm. 47.
  20. ^ Yusra 2011, hlm. 51.
  21. ^ Yusra 2011, hlm. 67.
  22. ^ Yusra 2011, hlm. 60.
  23. ^ Yusra 2011, hlm. 68.
  24. ^ Yusra 2011, hlm. 52.
  25. ^ Yusra 2011, hlm. 54.
  26. ^ Yusra 2011, hlm. 78.
  27. ^ Yusra 2011, hlm. 79.
  28. ^ Yusra 2011, hlm. 80.
  29. ^ Yusra 2011, hlm. 81.
  30. ^ Yusra 2011, hlm. 82.
  31. ^ Yusra 2011, hlm. 85.
  32. ^ Yusra 2011, hlm. 88.
  33. ^ Yusra 2011, hlm. 87.
  34. ^ Yusra 2011, hlm. 89.
  35. ^ Yusra 2011, hlm. 93.
  36. ^ Yusra 2011, hlm. 97.
  37. ^ Yusra 2011, hlm. 101.
  38. ^ Yusra 2011, hlm. 102.
  39. ^ a b c Permo 1995, hlm. 93.
  40. ^ a b c Permo 1995, hlm. 92.
  41. ^ https://nurulikhlas.sch.id/sejarah-perkembangan-pondok-pesantren-modern-nurul-ikhlas/
  42. ^ https://mannawasalwa.ac.id/3/sejarah/
  43. ^ https://vervalyayasan.data.kemdikbud.go.id/index.php/chome/profil?yayasan_id=418DAE6F-51F1-4F06-8284-97650B192BEA
  44. ^ Permo 1995, hlm. 94.
  45. ^ Yusra 2011, hlm. 538.
  46. ^ https://republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/15/02/10/breaking-news/nasional/09/12/17/96467-istri-azwar-anas-meninggal-dunia
  47. ^ https://news.detik.com/berita/d-1261730/putra-azwar-anas-menikah-di-depan-jenazah-sang-ibu
  48. ^ https://www.viva.co.id/berita/nasional/114599-kalla-melayat-istri-azwar-anas
  49. ^ https://langgam.id/azwar-anas-sempat-dirawat-2-bulan-di-rspad/
  50. ^ https://hariansinggalang.co.id/gangguan-pernafasan-sudah-empat-hari-mantan-menko-kesra-azwar-anas-dirawat/
  51. ^ https://epaper.mediaindonesia.com/detail/a-4400
  52. ^ https://www.tribunnews.com/nasional/2023/03/06/digelar-secara-militer-hendropriyono-pimpin-upacara-pemakaman-azwar-anas-di-tmp-kalibata
  53. ^ a b c https://books.google.co.id/books?id=-5_xxJr2cYkC&pg=RA10-PA65
  54. ^ a b "Daftar Warga Negara Republik Indonesia yang Mendapat Tanda Kehormatan Bintang Mahaputera Tahun 1959 s.d. 2003" (PDF). Kementerian Sekretariat Negara Republik Indonesia. 10 September 2018. Diakses tanggal 2021-08-12. 
  55. ^ Yusra 2011, hlm. 503.
  56. ^ https://books.google.co.id/books?id=SE9UDwAAQBAJ&pg=PA85
  57. ^ "Eingelangt am 23.04.2012 : Dieser Text wurde elektronisch übermittelt. Abweichungen vom Original sind möglich. Bundeskanzler Anfragebeantwortung" (PDF). Parlament.gv.at. Diakses tanggal 10 February 2019. 
Daftar pustaka

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]
Jabatan politik
Didahului oleh:
Soepardjo Roestam
Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat
1993–1998
Diteruskan oleh:
Haryono Suyono
Didahului oleh:
Rusmin Nuryadin
Menteri Perhubungan
1988–1993
Diteruskan oleh:
Haryanto Dhanutirto
Didahului oleh:
Harun Zain
Gubernur Sumatera Barat
1977–1987
Diteruskan oleh:
Hasan Basri Durin
Jabatan olahraga
Didahului oleh:
Kardono
Ketua Umum PSSI
1991–1999
Diteruskan oleh:
Agum Gumelar