Lompat ke isi

Gending Sriwijaya (film): Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
OrophinBot (bicara | kontrib)
 
(25 revisi perantara oleh 19 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{Infobox Film
{{Infobox Film
| movie_name = Gending Sriwijaya
| name = Gending Sriwijaya
| image =
| image =
| director = [[Hanung Bramantyo]]
| director = [[Hanung Bramantyo]]
| producer = [[Dhoni Ramadhan]]<br />[[Dian Permata Purnamasari]]<br />[[Irene Camelyn Sinaga]]
| producer = [[Dhoni Ramadhan]]<br />[[Dian Permata Purnamasari]]<br />[[Irene Camelyn Sinaga]]
| eproducer =
| writer = Hanung Bramantyo
| aproducer =
| writer =
| starring = [[Agus Kuncoro]]<br />[[Sahrul Gunawan]]<br />[[Julia Perez]]<br />[[Mathias Muchus]]<br />[[Slamet Rahardjo]]<br />[[Jajang C. Noer]]<br />[[Hafshary]]
| starring = [[Agus Kuncoro]]<br />[[Sahrul Gunawan]]<br />[[Julia Perez]]<br />[[Mathias Muchus]]<br />[[Slamet Rahardjo]]<br />[[Jajang C. Noer]]<br />[[Hafshary]]
| music =
| music =
| cinematography =
| cinematography =
| editing =
| editing =
| distributor = [[Putaar Production]]
| distributor = [[Rapi Films]] & [[Putaar Production]]
| release_date = [[2013]]
| release_date = {{film date|2013|1|10}}
| runtime = ... menit
| runtime = 2 jam 18 menit
| country = {{negara|Indonesia}} [[Indonesia]]
| country = Indonesia
| awards =
| awards =
| movie_language = [[Bahasa Indonesia|Indonesia]]
| movie_language = [[Bahasa Melayu|Melayu]]
| budget =
| budget =
| gross =
| gross =
| preceded_by =
| preceded_by =
| followed_by =
| followed_by =
Baris 24: Baris 22:
| imdb_id =
| imdb_id =
}}
}}
'''Gending Sriwijaya''' adalah [[film]] bergenre drama dan laga kolosal dari [[Indonesia]] yang dirilis pada [[2013]] yang disutradarai oleh [[Hanung Bramantyo]] dan merupakan proyek kedua sutradara ini bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan. Proyek sebelumnya adalah film [[Pengejar Angin]].<ref name=Tempo>[http://www.tempo.co/read/news/2012/04/23/111399060/Hanung-Bramantyo-Garap-Film-Gending-Sriwijaya Tempo: Hanung Bramantyo Garap Gending Sriwijaya] </ref> Film ini diinspirasikan dari lagu dan tarian tradisional kebudayaan Palembang, Sumatera Selatan dan penggarapan direncakan akan dilakukan kolosal, namun dipertimbangkan untuk semi kolosal terkait kesulitan situs Sriwijaya banyak yang tidak bersisa yang mengakibatkan film beresiko tidak otentik.<ref name=Tempo/>
'''Gending Sriwijaya''' adalah film bergenre drama dan laga kolosal dari Indonesia yang dirilis pada 2013 yang disutradarai oleh [[Hanung Bramantyo]] dan merupakan proyek kedua sutradara ini bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan. Proyek sebelumnya adalah film ''[[Pengejar Angin]]''.<ref name=Tempo>{{Cite web |url=http://www.tempo.co/read/news/2012/04/23/111399060/Hanung-Bramantyo-Garap-Film-Gending-Sriwijaya |title=Tempo: Hanung Bramantyo Garap Gending Sriwijaya |access-date=2013-01-15 |archive-date=2014-02-22 |archive-url=https://web.archive.org/web/20140222185944/http://www.tempo.co/read/news/2012/04/23/111399060/Hanung-Bramantyo-Garap-Film-Gending-Sriwijaya |dead-url=yes }}</ref> Film ini diinspirasikan dari lagu dan tarian tradisional kebudayaan Palembang, Sumatera Selatan dan penggarapan direncakan akan dilakukan kolosal, tetapi dipertimbangkan untuk semi kolosal terkait kesulitan situs Sriwijaya banyak yang tidak bersisa yang mengakibatkan film berisiko tidak otentik.<ref name=Tempo/>


Film ini digarap dengan komposisi pemain film Sumatera Selatan 80 persen dan 20 persen artis dari Jakarta karena menurut Hanung warga Sumatera sudah sangat ekspresif dan alami dalam berakting.<ref name=Tempo/> Gubernur Sumatera Selatan [[Alex Noerdin]] mengakui bahwa istana Kerajaan Sriwijaya yang banyak menggunakan bahan kayu sudah lapuk.<ref name=Tempo/>
Film ini digarap dengan komposisi pemain film Sumatera Selatan 80 persen dan 20 persen artis dari Jakarta karena menurut Hanung warga Sumatra sudah sangat ekspresif dan alami dalam berakting.<ref name=Tempo/> Gubernur Sumatera Selatan [[Alex Noerdin]] mengakui bahwa istana Kerajaan Sriwijaya yang banyak menggunakan bahan kayu sudah lapuk.<ref name=Tempo/>


Salah satu pemainnya [[Julia Perez]] banyak melakukan akting laga tanpa menggunakan pemain pengganti. <ref name=Kapanlagi>[http://www.kapanlagi.com/showbiz/film/indonesia/dalam-gending-sriwijaya-jupe-lakoni-adegan-fighting-tanpa-stuntman-a78c3b.html Kapanlagi: Jupe Lakoni Adengan Fighting Tanpa Stuntman] </ref>
Salah satu pemainnya [[Julia Perez]] banyak melakukan akting laga tanpa menggunakan pemain pengganti.<ref name=Kapanlagi>{{Cite web |url=http://www.kapanlagi.com/showbiz/film/indonesia/dalam-gending-sriwijaya-jupe-lakoni-adegan-fighting-tanpa-stuntman-a78c3b.html |title=Kapanlagi: Jupe Lakoni Adengan Fighting Tanpa Stuntman |access-date=2013-01-15 |archive-date=2022-09-27 |archive-url=https://web.archive.org/web/20220927183940/https://www.kapanlagi.com/showbiz/film/indonesia/dalam-gending-sriwijaya-jupe-lakoni-adegan-fighting-tanpa-stuntman-a78c3b.html |dead-url=no }}</ref>


== Sinopsis ==
== Sinopsis ==
Nusantara pada abad 16, tiga abad setelah keruntuhan Sriwijaya ,muncul kerajaan-kerajaan kecil yang saling berebut kekuasaan. Kedatuan Bukit Jerai, adalah kerajaan kecil yang dipimpin oleh Dapunta Hyang Mahawangsa dengan permaisurinya Ratu Kalimanyang. Mereka memiliki dua putera, Awang Kencana dan Purnama Kelana. Dapunta Hyang sudah memasuki usia tua dan saatnya untuk menyerahkan kepemimpinannya kepada putera mahkotanya, Awang Kencana. Namun di luar adat kebiasaan, Dapunta justru memilih Purnama Kelana sebagai penggantinya.
Nusantara pada abad 16, tiga abad setelah keruntuhan Sriwijaya, muncul kerajaan-kerajaan kecil yang saling berebut kekuasaan. Kedatuan Bukit Jerai, adalah kerajaan kecil yang dipimpin oleh Dapunta Hyang Mahawangsa dengan permaisurinya Ratu Kalimanyang. Mereka memiliki dua putera, Awang Kencana dan Purnama Kelana. Dapunta Hyang sudah memasuki usia tua dan saatnya untuk menyerahkan kepemimpinannya kepada putera mahkotanya, Awang Kencana. Namun di luar adat kebiasaan, Dapunta justru memilih Purnama Kelana sebagai penggantinya.


Awang Kencana secara diam-diam mengetahui rencana itu dan sangat kecewa dengan keputusan ayahnya. Awang kemudian menjebak Purnama, menfitnah Purnama telah membunuh Dapunta Mahawangsa. Purnama kemudian di tangkap oleh Awang dan dijebloskan kepenjara. Dengan dibantu oleh para tabib dan sahabat-sahabatnya, Purnama berhasil dibebaskan dan dihindarkan dari hukuman mati. Kelompok pasukan yang dipimpin oleh Awang kemudian mengetahui rencana itu, mereka mengejar Purnama sampai pelosok hutan, Purnama terdesak di lereng tebing, Purnama jatuh di jurang yang tinggi, tercebur di sungai dan terbawa arus yang deras. Pasukan Awang tak mampu mengejar dan mengira Purnama telah tewas.
Awang Kencana secara diam-diam mengetahui rencana itu dan sangat kecewa dengan keputusan ayahnya. Awang kemudian menjebak Purnama, menfitnah Purnama telah membunuh Dapunta Mahawangsa. Purnama kemudian di tangkap oleh Awang dan dijebloskan kepenjara. Dengan dibantu oleh para tabib dan sahabat-sahabatnya, Purnama berhasil dibebaskan dan dihindarkan dari hukuman mati. Kelompok pasukan yang dipimpin oleh Awang kemudian mengetahui rencana itu, mereka mengejar Purnama sampai pelosok hutan, Purnama terdesak di lereng tebing, Purnama jatuh di jurang yang tinggi, tercebur di sungai dan terbawa arus yang deras. Pasukan Awang tak mampu mengejar dan mengira Purnama telah tewas.


Setelah meninggalnya Dapunta Hyang Mahawangsa, seratus hari kemudian, Awang dinobatkan sebagai raja di Kedatuan Bukit Jerai. Awang memerintahkan untuk membasmi kelompok perampok Ki Goblek. Mata-mata Awang Kencana berhasil mengetahui markas kelompok Ki Goblek. Dengan kekuatan penuh, pasukan Awang Kencana mengepung Ki Goblek yang bermarkas di sebuah gua di tengah hutan. Kelompok perampok berhasil ditumpas, Ki Goblek tewas. Hanya tertinggal Purnama dan Malini dan 8 orang perempuan penenun songket, yang adalah janda para perampok yang tewas. Malini yang kehilangan kedua orang tua dan juga adiknya tak luput menjadi korban. Malini menyimpan dendam. Purnama yang mengetahui ini semua adalah perbuatan kakaknya, makin meradang. Ia harus menghentikan kelakuan kakaknya, menuntut balas kematian ayahnya, sekaligus membuktikan bahwa dirinya tidak bersalah.<ref>[http://www.21cineplex.com/gending-sriwijaya-movie,3015,12GESA.htm Gending Sriwijaya di Cineplex], diakses pada 31 Desember 2012.</ref>
Setelah meninggalnya Dapunta Hyang Mahawangsa, seratus hari kemudian, Awang dinobatkan sebagai raja di Kedatuan Bukit Jerai. Awang memerintahkan untuk membasmi kelompok perampok Ki Goblek. Mata-mata Awang Kencana berhasil mengetahui markas kelompok Ki Goblek. Dengan kekuatan penuh, pasukan Awang Kencana mengepung Ki Goblek yang bermarkas di sebuah gua di tengah hutan. Kelompok perampok berhasil ditumpas, Ki Goblek tewas. Hanya tertinggal Purnama dan Malini dan 8 orang perempuan penenun songket, yang adalah janda para perampok yang tewas. Malini yang kehilangan kedua orang tua dan juga adiknya tak luput menjadi korban. Malini menyimpan dendam. Purnama yang mengetahui ini semua adalah perbuatan kakaknya, makin meradang. Ia harus menghentikan kelakuan kakaknya, menuntut balas kematian ayahnya, sekaligus membuktikan bahwa dirinya tidak bersalah.<ref>[http://www.21cineplex.com/gending-sriwijaya-movie,3015,12GESA.htm Gending Sriwijaya di Cineplex] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20121230070513/http://www.21cineplex.com/gending-sriwijaya-movie,3015,12GESA.htm |date=2012-12-30 }}, diakses pada 31 Desember 2012.</ref>


== Referensi ==
== Referensi ==
{{reflist}}
{{reflist}}

{{film-stub|Indonesia}}
{{Hanung Bramantyo}}


[[Kategori:Film Indonesia tahun 2013]]
[[Kategori:Film Indonesia tahun 2013]]
[[Kategori:Film laga]]
[[Kategori:Film Rapi]]
[[Kategori:Film yang disutradarai Hanung Bramantyo]]


{{film-indo-stub}}

Revisi terkini sejak 29 September 2023 18.35

Gending Sriwijaya
SutradaraHanung Bramantyo
ProduserDhoni Ramadhan
Dian Permata Purnamasari
Irene Camelyn Sinaga
Ditulis olehHanung Bramantyo
PemeranAgus Kuncoro
Sahrul Gunawan
Julia Perez
Mathias Muchus
Slamet Rahardjo
Jajang C. Noer
Hafshary
DistributorRapi Films & Putaar Production
Tanggal rilis
  • 10 Januari 2013 (2013-01-10)
Durasi2 jam 18 menit
NegaraIndonesia

Gending Sriwijaya adalah film bergenre drama dan laga kolosal dari Indonesia yang dirilis pada 2013 yang disutradarai oleh Hanung Bramantyo dan merupakan proyek kedua sutradara ini bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan. Proyek sebelumnya adalah film Pengejar Angin.[1] Film ini diinspirasikan dari lagu dan tarian tradisional kebudayaan Palembang, Sumatera Selatan dan penggarapan direncakan akan dilakukan kolosal, tetapi dipertimbangkan untuk semi kolosal terkait kesulitan situs Sriwijaya banyak yang tidak bersisa yang mengakibatkan film berisiko tidak otentik.[1]

Film ini digarap dengan komposisi pemain film Sumatera Selatan 80 persen dan 20 persen artis dari Jakarta karena menurut Hanung warga Sumatra sudah sangat ekspresif dan alami dalam berakting.[1] Gubernur Sumatera Selatan Alex Noerdin mengakui bahwa istana Kerajaan Sriwijaya yang banyak menggunakan bahan kayu sudah lapuk.[1]

Salah satu pemainnya Julia Perez banyak melakukan akting laga tanpa menggunakan pemain pengganti.[2]

Nusantara pada abad 16, tiga abad setelah keruntuhan Sriwijaya, muncul kerajaan-kerajaan kecil yang saling berebut kekuasaan. Kedatuan Bukit Jerai, adalah kerajaan kecil yang dipimpin oleh Dapunta Hyang Mahawangsa dengan permaisurinya Ratu Kalimanyang. Mereka memiliki dua putera, Awang Kencana dan Purnama Kelana. Dapunta Hyang sudah memasuki usia tua dan saatnya untuk menyerahkan kepemimpinannya kepada putera mahkotanya, Awang Kencana. Namun di luar adat kebiasaan, Dapunta justru memilih Purnama Kelana sebagai penggantinya.

Awang Kencana secara diam-diam mengetahui rencana itu dan sangat kecewa dengan keputusan ayahnya. Awang kemudian menjebak Purnama, menfitnah Purnama telah membunuh Dapunta Mahawangsa. Purnama kemudian di tangkap oleh Awang dan dijebloskan kepenjara. Dengan dibantu oleh para tabib dan sahabat-sahabatnya, Purnama berhasil dibebaskan dan dihindarkan dari hukuman mati. Kelompok pasukan yang dipimpin oleh Awang kemudian mengetahui rencana itu, mereka mengejar Purnama sampai pelosok hutan, Purnama terdesak di lereng tebing, Purnama jatuh di jurang yang tinggi, tercebur di sungai dan terbawa arus yang deras. Pasukan Awang tak mampu mengejar dan mengira Purnama telah tewas.

Setelah meninggalnya Dapunta Hyang Mahawangsa, seratus hari kemudian, Awang dinobatkan sebagai raja di Kedatuan Bukit Jerai. Awang memerintahkan untuk membasmi kelompok perampok Ki Goblek. Mata-mata Awang Kencana berhasil mengetahui markas kelompok Ki Goblek. Dengan kekuatan penuh, pasukan Awang Kencana mengepung Ki Goblek yang bermarkas di sebuah gua di tengah hutan. Kelompok perampok berhasil ditumpas, Ki Goblek tewas. Hanya tertinggal Purnama dan Malini dan 8 orang perempuan penenun songket, yang adalah janda para perampok yang tewas. Malini yang kehilangan kedua orang tua dan juga adiknya tak luput menjadi korban. Malini menyimpan dendam. Purnama yang mengetahui ini semua adalah perbuatan kakaknya, makin meradang. Ia harus menghentikan kelakuan kakaknya, menuntut balas kematian ayahnya, sekaligus membuktikan bahwa dirinya tidak bersalah.[3]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ a b c d "Tempo: Hanung Bramantyo Garap Gending Sriwijaya". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-02-22. Diakses tanggal 2013-01-15. 
  2. ^ "Kapanlagi: Jupe Lakoni Adengan Fighting Tanpa Stuntman". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-09-27. Diakses tanggal 2013-01-15. 
  3. ^ Gending Sriwijaya di Cineplex Diarsipkan 2012-12-30 di Wayback Machine., diakses pada 31 Desember 2012.