Affandi: Perbedaan antara revisi
k Bot: Penggantian teks otomatis (-Perancis +Prancis) |
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
(43 revisi perantara oleh 28 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1: | Baris 1: | ||
{{More citations needed|date=April 2024}} |
|||
{{Infobox person |
{{Infobox person |
||
|name = Affandi |
|name = Affandi |
||
Baris 4: | Baris 5: | ||
|imagesize = 280px |
|imagesize = 280px |
||
|caption = |
|caption = |
||
| |
|birth_date = {{birth date|1907|05|18}} |
||
| |
|birth_place = [[Cirebon]], [[Jawa Barat]], [[Hindia Belanda]] |
||
| |
|birth_name = Affandi Koesoema |
||
|othername = |
|othername = |
||
| |
|death_date = {{death date and age|1990|05|23|1907|05|18}} |
||
|death_place = [[Yogyakarta]], Indonesia |
|||
|deathplace = |
|||
| |
|years_active = |
||
|organization=* Kelompok Lima Bandung. |
|organization=* Kelompok Lima Bandung. |
||
* [[Lekra|Lembaga Kebudayaan Rakyat]]. |
* [[Lekra|Lembaga Kebudayaan Rakyat]]. |
||
Baris 16: | Baris 17: | ||
* Anggota Akademi Hak-Hak Azasi Manusia, Komite Pusat Diplomatic Academy of Peace PAX MUNDI di Castelo San Marzano, Florence, Italia. |
* Anggota Akademi Hak-Hak Azasi Manusia, Komite Pusat Diplomatic Academy of Peace PAX MUNDI di Castelo San Marzano, Florence, Italia. |
||
* Anggota Dewan Penyantun ISI ([[Institut Seni Indonesia]]), [[Yogyakarta]], [[1986]]. |
* Anggota Dewan Penyantun ISI ([[Institut Seni Indonesia]]), [[Yogyakarta]], [[1986]]. |
||
|occupation = |
|occupation = [[Pelukis]] |
||
⚫ | |||
* Tukang sobek karcis |
|||
|spouse = {{ubl|Maryati|Rubiyem}} |
|||
* Artisan pembuat gambar reklame bioskop di salah satu gedung bioskop di Bandung. |
|||
* Komisi Perikemanusiaan, [[Konstituante]]. |
|||
⚫ | |||
|spouse = Maryati (istri pertama)<br />Rubiyem (istri kedua) |
|||
|partner = |
|partner = |
||
|children = <!-- Kolom ini diisi hanya jumlah anak; hanya nama anak yang secara independen sudah terkenal atau telah memiliki artikelnya di Wikipedia; bila ada rujukan/referensi, uraikan dan tulis pada artikel -->2, termasuk [[Kartika Affandi]] |
|||
|children = [[Kartika Affandi]]<br />Juki Affandi |
|||
|parents = Raden Koesoema |
|parents = Raden Koesoema |
||
|relatives= <!-- Nama kerabat; termasuk hanya jika subjek secara independen sudah terkenal atau sangat relevan; bila ada rujukan/referensi, uraikan pada artikel; --> |
|||
|relatives=Helfy Dirix (cucu) |
|||
|website = {{url|affandi.org}} |
|||
|religion = [[Islam]] |
|||
|influences = |
|||
|influenced = |
|||
|website = |
|||
|monuments= [[Museum Affandi]] |
|monuments= [[Museum Affandi]] |
||
|awards= |
|||
|almamater=* [[HIS|Hollandsch-Inlandsche School (HIS)]] |
|||
* [[MULO|Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO)]] |
|||
* [[AMS|Algemeene Middelbare School]] |
|||
|awards=* Piagam Anugerah Seni, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1969. |
|||
* Doktor Honoris Causa dari University of Singapore, 1974. |
|||
* Dag Hammarskjöld, International Peace Prize (Florence, Italia, 1997). |
|||
* Bintang Jasa Utama, tahun 1978. |
|||
* Julukan Pelukis Ekspresionis Baru Indonesia oleh Koran [[International Herald Tribune]]. |
|||
* Gelar Grand Maestro di Florence, Italia. |
|||
}} |
}} |
||
⚫ | '''Affandi Koesoema''' ([[Cirebon]], [[Jawa Barat]] |
||
⚫ | '''Affandi Koesoema''' ({{lahirmati|[[Cirebon]], [[Jawa Barat]]|18|5|1907|[[Yogyakarta]]|23|5|1990}}) adalah seorang [[pelukis]] yang dikenal sebagai Maestro Seni Lukis [[Indonesia]]. Affandi merupakan pelukis Indonesia yang paling terkenal di dunia internasional, berkat gaya [[ekspresionisme|ekspresionis]] dan romantismenya yang khas. Pada tahun 1950-an dia banyak mengadakan pameran tunggal di [[India]], [[Inggris]], [[Eropa]], dan [[Amerika Serikat]]. Affandi tergolong sebagai pelukis yang produktif karena telah melukis lebih dari 2.000 lukisan. |
||
== Biografi == |
|||
⚫ | Affandi dilahirkan di [[Cirebon]] pada tahun [[1907]], putra dari R. Koesoema, seorang mantri ukur di pabrik [[gula]] di [[Ciledug, Cirebon]]. Dari segi pendidikan, ia termasuk seorang yang memiliki pendidikan formal yang cukup tinggi. Bagi orang-orang segenerasinya, memperoleh pendidikan [[HIS]], [[MULO]], dan selanjutnya tamat dari [[AMS]], termasuk pendidikan yang hanya diperoleh oleh segelintir anak negeri. |
||
== Kehidupan awal == |
|||
⚫ | |||
⚫ | Affandi dilahirkan di [[Cirebon]] pada tahun [[1907]], putra dari R. Koesoema, seorang mantri ukur di pabrik [[gula]] di [[Ciledug, Cirebon]].<ref name=":0">{{Cite web|title=Affandi’s Life and Work » Museum Affandi|url=https://www.affandi.org/affandi/biografy-affandi|language=en-US|access-date=2021-05-25}}</ref> Dari segi pendidikan, ia termasuk seorang yang memiliki pendidikan formal yang cukup tinggi. Bagi orang-orang segenerasinya, memperoleh pendidikan [[HIS]], [[MULO]], dan selanjutnya tamat dari [[AMS]], termasuk pendidikan yang hanya diperoleh oleh segelintir anak negeri. |
||
⚫ | |||
Pada umur 26 tahun, pada tahun [[1933]], Affandi menikah dengan Maryati, gadis kelahiran [[Bogor]]. Affandi dan Maryati dikaruniai seorang putri yang nantinya akan mewarisi bakat ayahnya sebagai pelukis, yaitu [[Kartika Affandi]]. |
|||
==Karier seni== |
|||
Sebelum mulai melukis, Affandi pernah menjadi guru dan pernah juga bekerja sebagai tukang sobek karcis dan pembuat gambar reklame bioskop di salah satu gedung bioskop di Bandung. Pekerjaan ini tidak lama digeluti karena Affandi lebih tertarik pada bidang seni lukis. |
Sebelum mulai melukis, Affandi pernah menjadi guru dan pernah juga bekerja sebagai tukang sobek karcis dan pembuat gambar reklame bioskop di salah satu gedung bioskop di Bandung. Pekerjaan ini tidak lama digeluti karena Affandi lebih tertarik pada bidang seni lukis. |
||
Sekitar tahun 30-an, Affandi bergabung dalam kelompok [[Lima Bandung]], yaitu kelompok lima pelukis Bandung. Mereka itu adalah [[Hendra Gunawan]], [[Barli]], [[Sudarso]], dan |
Sekitar tahun 30-an, Affandi bergabung dalam kelompok [[Lima Bandung]], yaitu kelompok lima pelukis [[Kota Bandung|Bandung]].<ref name=":0" /> Mereka itu adalah [[Hendra Gunawan (pelukis)|Hendra Gunawan]], [[Barli Sasmitawinata|Barli]], [[Sudarso]], dan {{interlanguage link|Wahdi Sumanta|su}} serta Affandi yang dipercaya menjabat sebagai pimpinan kelompok. Kelompok ini memiliki andil yang cukup besar dalam perkembangan seni rupa di Indonesia.<ref name=":0" /> Kelompok ini berbeda dengan [[Persatuan Ahli Gambar Indonesia]] (Persagi) pada tahun [[1938]], melainkan sebuah kelompok belajar bersama dan kerja sama saling membantu sesama pelukis. |
||
Pada tahun [[1943]], Affandi mengadakan pameran tunggal pertamanya di Gedung Poetera Djakarta yang saat itu sedang berlangsung pendudukan tentara Jepang di Indonesia. Empat Serangkai—yang terdiri dari Ir. [[Soekarno]], Drs. |
Pada tahun [[1943]], Affandi mengadakan pameran tunggal pertamanya di Gedung Poetera Djakarta yang saat itu sedang berlangsung pendudukan tentara Jepang di Indonesia. Empat Serangkai—yang terdiri dari Ir. [[Soekarno]], Drs. [[Mohammad Hatta]], [[Ki Hajar Dewantara]], dan [[Mas Mansoer|Kyai Haji Mas Mansoer]]—memimpin Seksi Kebudayaan Poetera (Poesat Tenaga Rakyat) untuk ikut ambil bagian. Dalam Seksi Kebudayaan Poetera ini Affandi bertindak sebagai tenaga pelaksana dan [[S. Sudjojono|S. Soedjojono]] sebagai penanggung jawab, yang langsung mengadakan hubungan dengan Bung Karno.<ref name=":0" /> |
||
[[Berkas:Boeng, ajo, Boeng! karya Affandi (foto dokumen oleh Dgi.or.id).jpg|jmpl|kiri|280px|Poster propaganda ''Boeng, ajo, Boeng!'' karya Affandi, 1945]] |
[[Berkas:Boeng, ajo, Boeng! karya Affandi (foto dokumen oleh Dgi.or.id).jpg|jmpl|kiri|280px|Poster propaganda ''Boeng, ajo, Boeng!'' karya Affandi, 1945]] |
||
Ketika republik ini diproklamasikan [[1945]], banyak pelukis ambil bagian. Gerbong-gerbong kereta dan tembok-tembok ditulisi antara lain "Merdeka atau mati!". Kata-kata itu diambil dari penutup pidato [[Soekarno|Bung Karno]], ''[[Lahirnya Pancasila]]'', [[1 Juni]] 1945. Saat itulah, Affandi mendapat tugas membuat poster. Poster yang merupakan ide [[Soekarno]] itu menggambarkan seseorang yang dirantai tetapi rantainya sudah putus. Yang dijadikan model adalah pelukis [[Dullah]]. Kata-kata yang dituliskan di poster itu ("Bung, ayo bung") merupakan usulan dari penyair [[Chairil Anwar]]. Sekelompok pelukis siang-malam memperbanyaknya dan dikirim ke daerah-daerah. |
Ketika republik ini diproklamasikan [[1945]], banyak [[pelukis]] ambil bagian. Gerbong-gerbong kereta dan tembok-tembok ditulisi antara lain "Merdeka atau mati!". Kata-kata itu diambil dari penutup pidato [[Soekarno|Bung Karno]], ''[[Lahirnya Pancasila]]'', [[1 Juni]] 1945. Saat itulah, Affandi mendapat tugas membuat poster. Poster yang merupakan ide [[Soekarno]] itu menggambarkan seseorang yang dirantai tetapi rantainya sudah putus. Yang dijadikan model adalah pelukis [[Dullah]]. Kata-kata yang dituliskan di poster itu ("Bung, ayo bung") merupakan usulan dari penyair [[Chairil Anwar]]. Sekelompok pelukis siang-malam memperbanyaknya dan dikirim ke daerah-daerah.<ref name=":0" /> |
||
Bakat melukis yang menonjol pada diri Affandi pernah menorehkan cerita menarik dalam kehidupannya. Suatu saat, dia pernah mendapat beasiswa untuk kuliah melukis di [[Santiniketan]], [[India]], suatu akademi yang didirikan oleh [[Rabindranath Tagore]]. Ketika telah tiba di India, dia ditolak dengan alasan bahwa dia dipandang sudah tidak memerlukan pendidikan melukis lagi. Akhirnya biaya beasiswa yang telah diterimanya digunakan untuk mengadakan pameran keliling negeri India. |
Bakat melukis yang menonjol pada diri Affandi pernah menorehkan cerita menarik dalam kehidupannya. Suatu saat, dia pernah mendapat beasiswa untuk kuliah melukis di [[Santiniketan]], [[India]], suatu akademi yang didirikan oleh [[Rabindranath Tagore]]. Ketika telah tiba di India, dia ditolak dengan alasan bahwa dia dipandang sudah tidak memerlukan pendidikan melukis lagi. Akhirnya biaya beasiswa yang telah diterimanya digunakan untuk mengadakan pameran keliling negeri India. |
||
Sepulang dari [[India]], [[Eropa]], pada tahun lima puluhan, Affandi dicalonkan oleh [[PKI]] untuk mewakili orang-orang tak berpartai dalam pemilihan [[Konstituante]]. Dan terpilihlah dia, seperti Prof. Ir. [[Saloekoe Poerbodiningrat]] dsb, untuk mewakili orang-orang tak berpartai. Dalam sidang konstituante, menurut Basuki Resobowo yang teman pelukis juga, biasanya katanya Affandi cuma diam, kadang-kadang tidur. Tapi ketika sidang komisi, Affandi angkat bicara. Dia masuk |
Sepulang dari [[India]], [[Eropa]], pada tahun lima puluhan, Affandi dicalonkan oleh [[PKI]] untuk mewakili orang-orang tak berpartai dalam pemilihan [[Konstituante]]. Dan terpilihlah dia, seperti Prof. Ir. [[Saloekoe Poerbodiningrat]] dsb, untuk mewakili orang-orang tak berpartai. Dalam sidang konstituante, menurut [[Basuki Resobowo]] yang teman pelukis juga, biasanya katanya Affandi cuma diam, kadang-kadang tidur. Tapi ketika sidang komisi, Affandi angkat bicara. Dia masuk ke dalam Komisi Perikemanusiaan (mungkin sekarang HAM) yang dipimpin [[Wikana]], teman dekat Affandi sejak sebelum revolusi. |
||
Topik yang diangkat Affandi adalah tentang perikebinatangan, bukan perikemanusiaan dan dianggap sebagai lelucon pada waktu itu. Affandi merupakan seorang pelukis rendah hati yang masih dekat dengan [[flora]], [[fauna]], dan lingkungan walau hidup |
Topik yang diangkat Affandi adalah tentang perikebinatangan, bukan perikemanusiaan dan dianggap sebagai lelucon pada waktu itu. Affandi merupakan seorang pelukis rendah hati yang masih dekat dengan [[flora]], [[fauna]], dan lingkungan walau hidup pada era teknologi. Ketika Affandi mempersoalkan 'Perikebinatangan' tahun 1955, kesadaran masyarakat terhadap lingkungan hidup masih sangat rendah. |
||
Affandi juga termasuk pimpinan pusat [[Lekra]] (Lembaga Kebudayaan Rakyat), organisasi kebudayaan terbesar yang dibubarkan oleh rezim Suharto. Dia bagian seni rupa Lembaga Seni Rupa) bersama Basuki Resobowo, Henk Ngantung, dan sebagainya. |
Affandi juga termasuk pimpinan pusat [[Lekra]] (Lembaga Kebudayaan Rakyat), organisasi kebudayaan terbesar yang dibubarkan oleh rezim Suharto. Dia bagian seni rupa Lembaga Seni Rupa) bersama Basuki Resobowo, [[Henk Ngantung]], dan sebagainya. |
||
Pada tahun enampuluhan, gerakan anti imperialis AS sedang mengagresi [[Vietnam]] cukup gencar. Juga anti kebudayaan AS yang disebut sebagai 'kebudayaan imperialis'. Film-film Amerika, diboikot di negeri ini. Waktu itu Affandi mendapat undangan untuk pameran di gedung USIS Jakarta. Dan Affandi pun, pameran di sana. |
Pada tahun enampuluhan, gerakan anti [[Imperialisme|imperialis]] AS sedang mengagresi [[Vietnam]] cukup gencar. Juga anti kebudayaan AS yang disebut sebagai 'kebudayaan imperialis'. Film-film Amerika, diboikot di negeri ini. Waktu itu Affandi mendapat undangan untuk pameran di gedung USIS Jakarta. Dan Affandi pun, pameran di sana. |
||
Ketika sekelompok pelukis Lekra berkumpul, ada yang mempersoalkan. Mengapa Affandi yang pimpinan Lekra kok pameran di tempat perwakilan agresor itu. Menanggapi persoalan ini, ada yang nyeletuk: "Pak Affandi memang pimpinan Lekra, tetapi dia tak bisa membedakan antara Lekra dengan Lepra!" kata teman itu dengan kalem. Keruan saja semua tertawa. |
Ketika sekelompok pelukis Lekra berkumpul, ada yang mempersoalkan. Mengapa Affandi yang pimpinan Lekra kok pameran di tempat perwakilan agresor itu. Menanggapi persoalan ini, ada yang nyeletuk: "Pak Affandi memang pimpinan Lekra, tetapi dia tak bisa membedakan antara Lekra dengan Lepra!" kata teman itu dengan kalem. Keruan saja semua tertawa. |
||
Baris 74: | Baris 61: | ||
Namun, Affandi memilih Sokrasana yang wajahnya jelek namun sangat sakti. Tokoh wayang itu menurutnya merupakan perwakilan dari dirinya yang jauh dari wajah yang tampan. Meskipun begitu, Departemen Pariwisata Pos dan Telekomunikasi (Deparpostel) mengabadikan wajahnya dengan menerbitkan prangko baru seri tokoh seni/artis Indonesia. Menurut Helfy Dirix (cucu tertua Affandi) gambar yang digunakan untuk perangko itu adalah lukisan ''self-portrait'' Affandi tahun 1974, saat Affandi masih begitu getol dan produktif melukis di museum sekaligus kediamannya di tepi Kali Gajahwong Yogyakarta. |
Namun, Affandi memilih Sokrasana yang wajahnya jelek namun sangat sakti. Tokoh wayang itu menurutnya merupakan perwakilan dari dirinya yang jauh dari wajah yang tampan. Meskipun begitu, Departemen Pariwisata Pos dan Telekomunikasi (Deparpostel) mengabadikan wajahnya dengan menerbitkan prangko baru seri tokoh seni/artis Indonesia. Menurut Helfy Dirix (cucu tertua Affandi) gambar yang digunakan untuk perangko itu adalah lukisan ''self-portrait'' Affandi tahun 1974, saat Affandi masih begitu getol dan produktif melukis di museum sekaligus kediamannya di tepi Kali Gajahwong Yogyakarta. |
||
== Affandi dan |
== Affandi dan Melukis == |
||
[[Berkas:Affandi 1997 Indonesia stamp.jpg|jmpl|kiri|280px|Potret diri Affandi diabadikan dalam perangko Indonesia seri Seniman Indonesia tahun 1997.]] |
[[Berkas:Affandi 1997 Indonesia stamp.jpg|jmpl|kiri|280px|Potret diri Affandi diabadikan dalam perangko Indonesia seri Seniman Indonesia tahun 1997.]] |
||
Semasa hidupnya, |
Semasa hidupnya, beliau telah menghasilkan lebih dari 2.000 karya lukis. Karya-karyanya yang dipamerkan ke berbagai negara di dunia, baik di Asia, Eropa, Amerika maupun Australia selalu memukau pecinta seni lukis dunia. Pelukis yang meraih gelar Doktor Honoris Causa dari University of Singapore tahun 1974 ini dalam mengerjakan lukisannya, lebih sering menumpahkan langsung cairan cat dari tube-nya kemudian menyapu cat itu dengan jari-jarinya, bermain dan mengolah warna untuk mengekspresikan apa yang ia lihat dan rasakan tentang sesuatu.<ref name=":0" /> |
||
Dalam perjalanannya berkarya, pemegang gelar Doctor Honoris Causa dari University of Singapore tahun 1974, ini dikenal sebagai seorang pelukis yang menganut aliran ekspresionisme atau abstrak. Sehingga |
Dalam perjalanannya berkarya, pemegang gelar Doctor Honoris Causa dari University of Singapore tahun 1974, ini dikenal sebagai seorang pelukis yang menganut aliran ekspresionisme atau abstrak. Sehingga sering kali lukisannya sangat sulit dimengerti oleh orang lain terutama oleh orang yang awam tentang dunia seni lukis jika tanpa penjelasannya. Namun bagi pecinta lukisan hal demikianlah yang menambah daya tariknya. |
||
Kesederhanaan cara berpikirnya terlihat saat suatu kali, Affandi merasa bingung sendiri ketika kritisi Barat menanyakan konsep dan teori lukisannya. Oleh para kritisi Barat, lukisan Affandi dianggap memberikan corak baru aliran [[ekspresionisme]]. Tapi ketika itu justru Affandi balik bertanya, |
Kesederhanaan cara berpikirnya terlihat saat suatu kali, Affandi merasa bingung sendiri ketika kritisi Barat menanyakan konsep dan teori lukisannya. Oleh para kritisi Barat, lukisan Affandi dianggap memberikan corak baru aliran [[ekspresionisme]]. Tapi ketika itu justru Affandi balik bertanya, "Aliran apa itu?" |
||
Bahkan hingga saat tuanya, Affandi membutakan diri dengan teori-teori. Bahkan ia dikenal sebagai pelukis yang tidak suka membaca. Baginya, huruf-huruf yang kecil dan renik dianggapnya momok besar. |
Bahkan hingga saat tuanya, Affandi membutakan diri dengan teori-teori. Bahkan ia dikenal sebagai pelukis yang tidak suka membaca. Baginya, huruf-huruf yang kecil dan renik dianggapnya momok besar. |
||
Bahkan, dalam keseharian, |
Bahkan, dalam keseharian, beliau sering mengatakan bahwa dirinya adalah pelukis kerbau, julukan yang diakunya karena beliau merasa sebagai pelukis bodoh. Mungkin karena kerbau adalah binatang yang dianggap dungu dan bodoh. |
||
Sikap ''sang maestro'' yang tidak gemar berteori dan lebih suka bekerja secara nyata ini dibuktikan dengan kesungguhan dirinya menjalankan profesi sebagai pelukis yang tidak cuma musiman pameran. Bahkan terhadap bidang yang dipilihnya, dia tidak overacting. |
Sikap ''sang maestro'' yang tidak gemar berteori dan lebih suka bekerja secara nyata ini dibuktikan dengan kesungguhan dirinya menjalankan profesi sebagai pelukis yang tidak cuma musiman pameran. Bahkan terhadap bidang yang dipilihnya, dia tidak ''overacting''. |
||
Misalnya jawaban Affandi setiap kali ditanya kenapa dia melukis. Dengan enteng, |
Misalnya jawaban Affandi setiap kali ditanya kenapa dia melukis. Dengan enteng, Affandi menjawab, "Saya melukis karena saya tidak bisa mengarang, saya tidak pandai omong. Bahasa yang saya gunakan adalah bahasa lukisan." Bagi Affandi, melukis adalah bekerja. Dia melukis seperti orang lapar. Sampai pada kesan elitis soal sebutan pelukis, dia hanya ingin disebut sebagai ''tukang gambar''. |
||
Lebih jauh |
Lebih jauh beliau berdalih bahwa dirinya tidak cukup punya kepribadian besar untuk disebut seniman, dan ia tidak meletakkan kesenian di atas kepentingan keluarga. "Kalau anak saya sakit, saya pun akan berhenti melukis," ucapnya. |
||
Sampai ajal menjemputnya pada Mei 1990, |
Sampai ajal menjemputnya pada Mei 1990, beliau tetap menggeluti profesi sebagai pelukis. Kegiatan yang telah menjadi bagian dari hidupnya. Beliau dimakamkan tidak jauh dari museum yang didirikannya itu. |
||
== Museum |
== Museum == |
||
Museum yang diresmikan oleh Fuad Hassan, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ketika itu dalam sejarahnya telah pernah dikunjungi oleh |
Museum yang diresmikan oleh Fuad Hassan, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ketika itu dalam sejarahnya telah pernah dikunjungi oleh Presiden [[Soeharto]] dan [[Perdana Menteri Malaysia]] [[Mahathir Mohamad]] pada [[Juni]] [[1988]] kala keduanya masih berkuasa. Museum ini didirikan tahun 1973 di atas tanah yang menjadi tempat tinggalnya. |
||
Saat ini, terdapat sekitar 1.000-an lebih lukisan di [[Museum Affandi]], dan 300-an di antaranya adalah karya Affandi. Lukisan-lukisan Affandi yang dipajang di galeri I adalah karya restropektif yang punya nilai kesejarahan mulai dari awal kariernya hingga selesai, sehingga tidak dijual. |
Saat ini, terdapat sekitar 1.000-an lebih lukisan di [[Museum Affandi]], dan 300-an di antaranya adalah karya Affandi. Lukisan-lukisan Affandi yang dipajang di galeri I adalah karya restropektif yang punya nilai kesejarahan mulai dari awal kariernya hingga selesai, sehingga tidak dijual. |
||
Sedangkan galeri II adalah lukisan teman-teman Affandi, baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal seperti [[Basuki Abdullah]], [[Popo Iskandar]], [[Hendra]], [[Rusli]], [[ |
Sedangkan galeri II adalah lukisan teman-teman Affandi, baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal seperti [[Basuki Abdullah]], [[Popo Iskandar]], [[Hendra Gunawan (pelukis)|Hendra Gunawan]], [[Rusli]], [[Fadjar Sidik]], dan lain-lain. Adapun galeri III berisi lukisan-lukisan keluarga Affandi. |
||
Di dalam galeri III yang selesai dibangun tahun [[1997]], saat ini terpajang lukisan-lukisan terbaru [[Kartika Affandi]] yang dibuat pada tahun 1999. Lukisan itu antara lain "Apa yang Harus Kuperbuat" (Januari 99), "Apa Salahku? Mengapa ini Harus Terjadi" (Februari 99), "Tidak Adil" (Juni 99), "Kembali Pada Realita Kehidupan, Semuanya Kuserahkan KepadaNya" (Juli 99), dan lain-lain. Ada pula lukisan Maryati, Rukmini Yusuf, serta Juki Affandi. |
Di dalam galeri III yang selesai dibangun tahun [[1997]], saat ini terpajang lukisan-lukisan terbaru [[Kartika Affandi]] yang dibuat pada tahun 1999. Lukisan itu antara lain "Apa yang Harus Kuperbuat" (Januari 99), "Apa Salahku? Mengapa ini Harus Terjadi" (Februari 99), "Tidak Adil" (Juni 99), "Kembali Pada Realita Kehidupan, Semuanya Kuserahkan KepadaNya" (Juli 99), dan lain-lain. Ada pula lukisan Maryati, Rukmini Yusuf, serta Juki Affandi. |
||
== Affandi di |
== Affandi di Mata Dunia == |
||
⚫ | Affandi memang hanyalah salah satu pelukis besar Indonesia bersama pelukis besar lainnya seperti [[Raden Saleh]], [[Basuki Abdullah]] dan lain-lain. Namun karena berbagai kelebihan dan keistimewaan karya-karyanya, para pengagumnya sampai menganugerahinya berbagai sebutan dan julukan membanggakan antara lain seperti julukan Pelukis Ekspressionis Baru Indonesia bahkan julukan Maestro. Adalah Koran International [[Herald Tribune]] yang menjulukinya sebagai Pelukis Ekspressionis Baru Indonesia, sementara di [[Firenze|Florence]], [[Italia]] dia telah diberi gelar Grand Maestro. |
||
⚫ | Affandi memang hanyalah salah satu pelukis besar Indonesia bersama pelukis besar lainnya seperti [[Raden Saleh]], [[Basuki Abdullah]] dan lain-lain. Namun karena berbagai kelebihan dan keistimewaan karya-karyanya, para pengagumnya sampai menganugerahinya berbagai sebutan dan julukan membanggakan antara lain seperti julukan Pelukis Ekspressionis Baru Indonesia bahkan julukan Maestro. Adalah Koran International [[Herald Tribune]] yang menjulukinya sebagai Pelukis Ekspressionis Baru Indonesia, sementara di [[ |
||
Berbagai penghargaan dan hadiah bagaikan membanjiri perjalanan hidup dari pria yang hampir seluruh hidupnya tercurah pada dunia seni lukis ini. Di antaranya, pada tahun 1977 ia mendapat Hadiah Perdamaian dari International Dag Hammershjoeld. Bahkan Komite Pusat Diplomatic Academy of Peace PAX MUNDI di Castelo San Marzano, Florence, Italia pun mengangkatnya menjadi anggota Akademi Hak-Hak Asasi Manusia. |
Berbagai penghargaan dan hadiah bagaikan membanjiri perjalanan hidup dari pria yang hampir seluruh hidupnya tercurah pada dunia seni lukis ini. Di antaranya, pada tahun 1977 ia mendapat Hadiah Perdamaian dari International Dag Hammershjoeld. Bahkan Komite Pusat Diplomatic Academy of Peace PAX MUNDI di Castelo San Marzano, Florence, Italia pun mengangkatnya menjadi anggota Akademi Hak-Hak Asasi Manusia. |
||
Dari dalam negeri sendiri, tidak kalah banyak penghargaan yang telah diterimanya, di antaranya, penghargaan "Bintang Jasa Utama" yang dianugerahkan Pemerintah Republik Indonesia pada tahun 1978. Dan sejak 1986 ia juga diangkat menjadi Anggota Dewan Penyantun ISI (Institut Seni Indonesia) di [[Yogyakarta]]. Bahkan seorang Penyair Angkatan 45 sebesar Chairil Anwar pun pernah menghadiahkannya sebuah sajak yang khusus untuknya yang berjudul "Kepada Pelukis Affandi". |
Dari dalam negeri sendiri, tidak kalah banyak penghargaan yang telah diterimanya, di antaranya, penghargaan "Bintang Jasa Utama" yang dianugerahkan Pemerintah Republik Indonesia pada tahun 1978. Dan sejak 1986 ia juga diangkat menjadi Anggota Dewan Penyantun ISI (Institut Seni Indonesia) di [[Yogyakarta]]. Bahkan seorang Penyair Angkatan 45 sebesar Chairil Anwar pun pernah menghadiahkannya sebuah sajak yang khusus untuknya yang berjudul "Kepada Pelukis Affandi".<ref name=":0" /> |
||
Untuk mendekatkan dan memperkenalkan karya-karyanya kepada para pecinta seni lukis, Affandi sering mengadakan pameran di berbagai tempat. Di negara India, dia telah mengadakan pameran keliling ke berbagai kota. Demikian juga di berbagai negara di Eropa, Amerika serta [[Australia]]. Di Eropa, ia telah mengadakan pameran antara lain di [[London]], [[Amsterdam]], [[Brussels]], [[Paris]], dan [[Roma]]. Begitu juga di negara-negara benua Amerika seperti di [[Brasil]], [[Venezia]], [[San Paulo]], dan Amerika Serikat. Hal demikian jugalah yang membuat namanya dikenal di berbagai belahan dunia. Bahkan [[kurator]] terkenal asal Magelang, [[Oei Hong Djien]], pernah memburu lukisan Affandi sampai ke [[Rio de Janeiro]]. |
Untuk mendekatkan dan memperkenalkan karya-karyanya kepada para pecinta seni lukis, Affandi sering mengadakan pameran di berbagai tempat. Di negara India, dia telah mengadakan pameran keliling ke berbagai kota. Demikian juga di berbagai negara di Eropa, Amerika serta [[Australia]]. Di Eropa, ia telah mengadakan pameran antara lain di [[London]], [[Amsterdam]], [[Brussels]], [[Paris]], dan [[Roma]]. Begitu juga di negara-negara benua Amerika seperti di [[Brasil]], [[Venezia]], [[San Paulo]], dan Amerika Serikat. Hal demikian jugalah yang membuat namanya dikenal di berbagai belahan dunia. Bahkan [[kurator]] terkenal asal Magelang, [[Oei Hong Djien]], pernah memburu lukisan Affandi sampai ke [[Rio de Janeiro]]. |
||
== Pameran == |
== Pameran == |
||
# Museum of Modern Art (Rio de Janeiro, Brasil, 1966) |
# Museum of Modern Art (Rio de Janeiro, Brasil, 1966). |
||
# East-West Center (Honolulu, 1988) |
# East-West Center (Honolulu, Hawaii, 1988). |
||
# Festival of Indonesia ( |
# Festival of Indonesia (Amerika Serikat, 1990-1992). |
||
# Gate Foundation (Amsterdam, Belanda, 1993) |
# Gate Foundation (Amsterdam, Belanda, 1993). |
||
# Singapore Art Museum (1994) |
# Singapore Art Museum (1994). |
||
# Centre for Strategic and International Studies (Jakarta, 1996) |
# Centre for Strategic and International Studies (Jakarta, Indonesia, 1996). |
||
# Indonesia-Japan Friendship Festival (Morioka, Tokyo, 1997) |
# Indonesia-Japan Friendship Festival (Morioka, Tokyo, 1997). |
||
# ASEAN Masterworks (Selangor, Kuala Lumpur, Malaysia, 1997-1998) |
# ASEAN Masterworks (Selangor, Kuala Lumpur, Malaysia, 1997-1998). |
||
# Pameran keliling di berbagai kota di India. |
# Pameran keliling di berbagai kota di India. |
||
# Pameran di Eropa |
# Pameran di Eropa antara lain: London, Amsterdam, Brussels, Paris, Roma. |
||
# Pameran di benua Amerika |
# Pameran di benua Amerika antara lain: Brasilia, Venezia, São Paulo, Amerika Serikat. |
||
# Pameran di Australia |
# Pameran di Australia. |
||
# Affandi Alive di Museum Lippo Plaza Jogja |
# Affandi Alive di Museum Lippo Plaza Jogja. |
||
=== Buku tentang Affandi === |
=== Buku tentang Affandi === |
||
# Buku |
# ''Buku Kenang-Kenangan Tentang Affandi'', Prix International Dag Hammarskjöld, [[1976]]. Ditulis dalam empat bahasa, yaitu: Bahasa [[Inggris]], [[Belanda]], [[Prancis]], dan Indonesia. |
||
# [[Nugraha Sumaatmadja]], |
# [[Nugraha Sumaatmadja]], ''Buku Tentang Affandi'', Penerbit Yayasan Kanisius, [[1975]]. |
||
# [[Ajip Rosidi]], [[Zaini]], [[Sudarmadji]], ''Affandi 70 Tahun'', [[Dewan Kesenian Jakarta]], [[1978]]. Diterbitkan dalam rangka memperingati ulang tahun ketujuh puluh. |
# [[Ajip Rosidi]], [[Zaini]], [[Sudarmadji]], ''Affandi 70 Tahun'', [[Dewan Kesenian Jakarta]], [[1978]]. Diterbitkan dalam rangka memperingati ulang tahun ketujuh puluh. |
||
# [[Raka Sumichan]] dan [[Umar Kayam]], |
# [[Raka Sumichan]] dan [[Umar Kayam]], ''Buku Tentang Affandi'', Yayasan Bina Lestari Budaya Jakarta, [[1987]]. Diterbitkan dalam rangka memperingati 80 tahun Affandi, dalam dua bahasa, yaitu: Bahasa Inggris dan Indonesia. |
||
== Lihat pula == |
== Lihat pula == |
||
* [[Museum Affandi]] |
* [[Museum Affandi]] |
||
==Referensi== |
|||
{{reflist}} |
|||
== Pranala luar == |
== Pranala luar == |
||
⚫ | |||
⚫ | |||
* {{en}} [http://www.affandi.org Museum Affandi] |
* {{en}} [http://www.affandi.org Museum Affandi] |
||
* {{en}} [http://www.tokohindonesia.com/ensiklopedi/a/affandi/index.shtml Ensiklopedia Tokoh Indonesia] |
* {{en}} [http://www.tokohindonesia.com/ensiklopedi/a/affandi/index.shtml Ensiklopedia Tokoh Indonesia] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20081220102107/http://www.tokohindonesia.com/ensiklopedi/a/affandi/index.shtml |date=2008-12-20 }} |
||
* {{en}} [http://www.affandi.org/in/data/biografi.html Biografi Affandi] |
* {{en}} [http://www.affandi.org/in/data/biografi.html Biografi Affandi] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20110227083908/http://www.affandi.org/in/data/biografi.html |date=2011-02-27 }} |
||
{{lifetime|1907|1990|}} |
{{lifetime|1907|1990|}} |
||
{{Authority control}} |
|||
{{DEFAULTSORT:Koesoema, Affandi}} |
{{DEFAULTSORT:Koesoema, Affandi}} |
||
[[Kategori:Seniman Indonesia]] |
|||
[[Kategori:Pelukis Indonesia]] |
[[Kategori:Pelukis Indonesia]] |
||
[[Kategori: |
[[Kategori:Pelukis ekspresionis]] |
||
[[Kategori:Tokoh Jawa]] |
[[Kategori:Tokoh Jawa]] |
||
[[Kategori:Tokoh Jawa Barat]] |
|||
[[Kategori:Tokoh dari Cirebon]] |
|||
[[Kategori:Politikus Indonesia]] |
|||
[[Kategori:Politikus Partai Sosialis Indonesia]] |
|||
[[Kategori:Anggota Konstituante Republik Indonesia]] |
|||
[[Kategori:Penerima Bintang Budaya Parama Dharma]] |
Revisi terkini sejak 23 Mei 2024 07.38
Artikel ini membutuhkan rujukan tambahan agar kualitasnya dapat dipastikan. (April 2024) |
Affandi | |
---|---|
Lahir | Affandi Koesoema 18 Mei 1907 Cirebon, Jawa Barat, Hindia Belanda |
Meninggal | 23 Mei 1990 Yogyakarta, Indonesia | (umur 83)
Monumen | Museum Affandi |
Pekerjaan | Pelukis |
Organisasi |
|
Dikenal atas | Lukisan bergaya ekspresionisme dan abstrak |
Suami/istri |
|
Anak | 2, termasuk Kartika Affandi |
Orang tua | Raden Koesoema |
Situs web | affandi |
Affandi Koesoema (18 Mei 1907 – 23 Mei 1990) adalah seorang pelukis yang dikenal sebagai Maestro Seni Lukis Indonesia. Affandi merupakan pelukis Indonesia yang paling terkenal di dunia internasional, berkat gaya ekspresionis dan romantismenya yang khas. Pada tahun 1950-an dia banyak mengadakan pameran tunggal di India, Inggris, Eropa, dan Amerika Serikat. Affandi tergolong sebagai pelukis yang produktif karena telah melukis lebih dari 2.000 lukisan.
Kehidupan awal
[sunting | sunting sumber]Affandi dilahirkan di Cirebon pada tahun 1907, putra dari R. Koesoema, seorang mantri ukur di pabrik gula di Ciledug, Cirebon.[1] Dari segi pendidikan, ia termasuk seorang yang memiliki pendidikan formal yang cukup tinggi. Bagi orang-orang segenerasinya, memperoleh pendidikan HIS, MULO, dan selanjutnya tamat dari AMS, termasuk pendidikan yang hanya diperoleh oleh segelintir anak negeri.
Bakat seni lukisnya yang sangat kental mengalahkan disiplin ilmu lain dalam kehidupannya. Seni lukis memang telah menjadikan namanya tenar dan sejajar dengan tokoh atau pemuka bidang lainnya.
Karier seni
[sunting | sunting sumber]Sebelum mulai melukis, Affandi pernah menjadi guru dan pernah juga bekerja sebagai tukang sobek karcis dan pembuat gambar reklame bioskop di salah satu gedung bioskop di Bandung. Pekerjaan ini tidak lama digeluti karena Affandi lebih tertarik pada bidang seni lukis.
Sekitar tahun 30-an, Affandi bergabung dalam kelompok Lima Bandung, yaitu kelompok lima pelukis Bandung.[1] Mereka itu adalah Hendra Gunawan, Barli, Sudarso, dan Wahdi Sumanta serta Affandi yang dipercaya menjabat sebagai pimpinan kelompok. Kelompok ini memiliki andil yang cukup besar dalam perkembangan seni rupa di Indonesia.[1] Kelompok ini berbeda dengan Persatuan Ahli Gambar Indonesia (Persagi) pada tahun 1938, melainkan sebuah kelompok belajar bersama dan kerja sama saling membantu sesama pelukis.
Pada tahun 1943, Affandi mengadakan pameran tunggal pertamanya di Gedung Poetera Djakarta yang saat itu sedang berlangsung pendudukan tentara Jepang di Indonesia. Empat Serangkai—yang terdiri dari Ir. Soekarno, Drs. Mohammad Hatta, Ki Hajar Dewantara, dan Kyai Haji Mas Mansoer—memimpin Seksi Kebudayaan Poetera (Poesat Tenaga Rakyat) untuk ikut ambil bagian. Dalam Seksi Kebudayaan Poetera ini Affandi bertindak sebagai tenaga pelaksana dan S. Soedjojono sebagai penanggung jawab, yang langsung mengadakan hubungan dengan Bung Karno.[1]
Ketika republik ini diproklamasikan 1945, banyak pelukis ambil bagian. Gerbong-gerbong kereta dan tembok-tembok ditulisi antara lain "Merdeka atau mati!". Kata-kata itu diambil dari penutup pidato Bung Karno, Lahirnya Pancasila, 1 Juni 1945. Saat itulah, Affandi mendapat tugas membuat poster. Poster yang merupakan ide Soekarno itu menggambarkan seseorang yang dirantai tetapi rantainya sudah putus. Yang dijadikan model adalah pelukis Dullah. Kata-kata yang dituliskan di poster itu ("Bung, ayo bung") merupakan usulan dari penyair Chairil Anwar. Sekelompok pelukis siang-malam memperbanyaknya dan dikirim ke daerah-daerah.[1]
Bakat melukis yang menonjol pada diri Affandi pernah menorehkan cerita menarik dalam kehidupannya. Suatu saat, dia pernah mendapat beasiswa untuk kuliah melukis di Santiniketan, India, suatu akademi yang didirikan oleh Rabindranath Tagore. Ketika telah tiba di India, dia ditolak dengan alasan bahwa dia dipandang sudah tidak memerlukan pendidikan melukis lagi. Akhirnya biaya beasiswa yang telah diterimanya digunakan untuk mengadakan pameran keliling negeri India.
Sepulang dari India, Eropa, pada tahun lima puluhan, Affandi dicalonkan oleh PKI untuk mewakili orang-orang tak berpartai dalam pemilihan Konstituante. Dan terpilihlah dia, seperti Prof. Ir. Saloekoe Poerbodiningrat dsb, untuk mewakili orang-orang tak berpartai. Dalam sidang konstituante, menurut Basuki Resobowo yang teman pelukis juga, biasanya katanya Affandi cuma diam, kadang-kadang tidur. Tapi ketika sidang komisi, Affandi angkat bicara. Dia masuk ke dalam Komisi Perikemanusiaan (mungkin sekarang HAM) yang dipimpin Wikana, teman dekat Affandi sejak sebelum revolusi.
Topik yang diangkat Affandi adalah tentang perikebinatangan, bukan perikemanusiaan dan dianggap sebagai lelucon pada waktu itu. Affandi merupakan seorang pelukis rendah hati yang masih dekat dengan flora, fauna, dan lingkungan walau hidup pada era teknologi. Ketika Affandi mempersoalkan 'Perikebinatangan' tahun 1955, kesadaran masyarakat terhadap lingkungan hidup masih sangat rendah.
Affandi juga termasuk pimpinan pusat Lekra (Lembaga Kebudayaan Rakyat), organisasi kebudayaan terbesar yang dibubarkan oleh rezim Suharto. Dia bagian seni rupa Lembaga Seni Rupa) bersama Basuki Resobowo, Henk Ngantung, dan sebagainya.
Pada tahun enampuluhan, gerakan anti imperialis AS sedang mengagresi Vietnam cukup gencar. Juga anti kebudayaan AS yang disebut sebagai 'kebudayaan imperialis'. Film-film Amerika, diboikot di negeri ini. Waktu itu Affandi mendapat undangan untuk pameran di gedung USIS Jakarta. Dan Affandi pun, pameran di sana.
Ketika sekelompok pelukis Lekra berkumpul, ada yang mempersoalkan. Mengapa Affandi yang pimpinan Lekra kok pameran di tempat perwakilan agresor itu. Menanggapi persoalan ini, ada yang nyeletuk: "Pak Affandi memang pimpinan Lekra, tetapi dia tak bisa membedakan antara Lekra dengan Lepra!" kata teman itu dengan kalem. Keruan saja semua tertawa.
Meski sudah melanglangbuana ke berbagai negara, Affandi dikenal sebagai sosok yang sederhana dan suka merendah. Pelukis yang kesukaannya makan nasi dengan tempe bakar ini mempunyai idola yang terbilang tak lazim. Orang-orang lain bila memilih wayang untuk idola, biasanya memilih yang bagus, ganteng, gagah, bijak, seperti; Arjuna, Gatutkaca, Bima, Krisna.
Namun, Affandi memilih Sokrasana yang wajahnya jelek namun sangat sakti. Tokoh wayang itu menurutnya merupakan perwakilan dari dirinya yang jauh dari wajah yang tampan. Meskipun begitu, Departemen Pariwisata Pos dan Telekomunikasi (Deparpostel) mengabadikan wajahnya dengan menerbitkan prangko baru seri tokoh seni/artis Indonesia. Menurut Helfy Dirix (cucu tertua Affandi) gambar yang digunakan untuk perangko itu adalah lukisan self-portrait Affandi tahun 1974, saat Affandi masih begitu getol dan produktif melukis di museum sekaligus kediamannya di tepi Kali Gajahwong Yogyakarta.
Affandi dan Melukis
[sunting | sunting sumber]Semasa hidupnya, beliau telah menghasilkan lebih dari 2.000 karya lukis. Karya-karyanya yang dipamerkan ke berbagai negara di dunia, baik di Asia, Eropa, Amerika maupun Australia selalu memukau pecinta seni lukis dunia. Pelukis yang meraih gelar Doktor Honoris Causa dari University of Singapore tahun 1974 ini dalam mengerjakan lukisannya, lebih sering menumpahkan langsung cairan cat dari tube-nya kemudian menyapu cat itu dengan jari-jarinya, bermain dan mengolah warna untuk mengekspresikan apa yang ia lihat dan rasakan tentang sesuatu.[1]
Dalam perjalanannya berkarya, pemegang gelar Doctor Honoris Causa dari University of Singapore tahun 1974, ini dikenal sebagai seorang pelukis yang menganut aliran ekspresionisme atau abstrak. Sehingga sering kali lukisannya sangat sulit dimengerti oleh orang lain terutama oleh orang yang awam tentang dunia seni lukis jika tanpa penjelasannya. Namun bagi pecinta lukisan hal demikianlah yang menambah daya tariknya.
Kesederhanaan cara berpikirnya terlihat saat suatu kali, Affandi merasa bingung sendiri ketika kritisi Barat menanyakan konsep dan teori lukisannya. Oleh para kritisi Barat, lukisan Affandi dianggap memberikan corak baru aliran ekspresionisme. Tapi ketika itu justru Affandi balik bertanya, "Aliran apa itu?"
Bahkan hingga saat tuanya, Affandi membutakan diri dengan teori-teori. Bahkan ia dikenal sebagai pelukis yang tidak suka membaca. Baginya, huruf-huruf yang kecil dan renik dianggapnya momok besar.
Bahkan, dalam keseharian, beliau sering mengatakan bahwa dirinya adalah pelukis kerbau, julukan yang diakunya karena beliau merasa sebagai pelukis bodoh. Mungkin karena kerbau adalah binatang yang dianggap dungu dan bodoh. Sikap sang maestro yang tidak gemar berteori dan lebih suka bekerja secara nyata ini dibuktikan dengan kesungguhan dirinya menjalankan profesi sebagai pelukis yang tidak cuma musiman pameran. Bahkan terhadap bidang yang dipilihnya, dia tidak overacting.
Misalnya jawaban Affandi setiap kali ditanya kenapa dia melukis. Dengan enteng, Affandi menjawab, "Saya melukis karena saya tidak bisa mengarang, saya tidak pandai omong. Bahasa yang saya gunakan adalah bahasa lukisan." Bagi Affandi, melukis adalah bekerja. Dia melukis seperti orang lapar. Sampai pada kesan elitis soal sebutan pelukis, dia hanya ingin disebut sebagai tukang gambar.
Lebih jauh beliau berdalih bahwa dirinya tidak cukup punya kepribadian besar untuk disebut seniman, dan ia tidak meletakkan kesenian di atas kepentingan keluarga. "Kalau anak saya sakit, saya pun akan berhenti melukis," ucapnya.
Sampai ajal menjemputnya pada Mei 1990, beliau tetap menggeluti profesi sebagai pelukis. Kegiatan yang telah menjadi bagian dari hidupnya. Beliau dimakamkan tidak jauh dari museum yang didirikannya itu.
Museum
[sunting | sunting sumber]Museum yang diresmikan oleh Fuad Hassan, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ketika itu dalam sejarahnya telah pernah dikunjungi oleh Presiden Soeharto dan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad pada Juni 1988 kala keduanya masih berkuasa. Museum ini didirikan tahun 1973 di atas tanah yang menjadi tempat tinggalnya.
Saat ini, terdapat sekitar 1.000-an lebih lukisan di Museum Affandi, dan 300-an di antaranya adalah karya Affandi. Lukisan-lukisan Affandi yang dipajang di galeri I adalah karya restropektif yang punya nilai kesejarahan mulai dari awal kariernya hingga selesai, sehingga tidak dijual.
Sedangkan galeri II adalah lukisan teman-teman Affandi, baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal seperti Basuki Abdullah, Popo Iskandar, Hendra Gunawan, Rusli, Fadjar Sidik, dan lain-lain. Adapun galeri III berisi lukisan-lukisan keluarga Affandi.
Di dalam galeri III yang selesai dibangun tahun 1997, saat ini terpajang lukisan-lukisan terbaru Kartika Affandi yang dibuat pada tahun 1999. Lukisan itu antara lain "Apa yang Harus Kuperbuat" (Januari 99), "Apa Salahku? Mengapa ini Harus Terjadi" (Februari 99), "Tidak Adil" (Juni 99), "Kembali Pada Realita Kehidupan, Semuanya Kuserahkan KepadaNya" (Juli 99), dan lain-lain. Ada pula lukisan Maryati, Rukmini Yusuf, serta Juki Affandi.
Affandi di Mata Dunia
[sunting | sunting sumber]Affandi memang hanyalah salah satu pelukis besar Indonesia bersama pelukis besar lainnya seperti Raden Saleh, Basuki Abdullah dan lain-lain. Namun karena berbagai kelebihan dan keistimewaan karya-karyanya, para pengagumnya sampai menganugerahinya berbagai sebutan dan julukan membanggakan antara lain seperti julukan Pelukis Ekspressionis Baru Indonesia bahkan julukan Maestro. Adalah Koran International Herald Tribune yang menjulukinya sebagai Pelukis Ekspressionis Baru Indonesia, sementara di Florence, Italia dia telah diberi gelar Grand Maestro.
Berbagai penghargaan dan hadiah bagaikan membanjiri perjalanan hidup dari pria yang hampir seluruh hidupnya tercurah pada dunia seni lukis ini. Di antaranya, pada tahun 1977 ia mendapat Hadiah Perdamaian dari International Dag Hammershjoeld. Bahkan Komite Pusat Diplomatic Academy of Peace PAX MUNDI di Castelo San Marzano, Florence, Italia pun mengangkatnya menjadi anggota Akademi Hak-Hak Asasi Manusia.
Dari dalam negeri sendiri, tidak kalah banyak penghargaan yang telah diterimanya, di antaranya, penghargaan "Bintang Jasa Utama" yang dianugerahkan Pemerintah Republik Indonesia pada tahun 1978. Dan sejak 1986 ia juga diangkat menjadi Anggota Dewan Penyantun ISI (Institut Seni Indonesia) di Yogyakarta. Bahkan seorang Penyair Angkatan 45 sebesar Chairil Anwar pun pernah menghadiahkannya sebuah sajak yang khusus untuknya yang berjudul "Kepada Pelukis Affandi".[1]
Untuk mendekatkan dan memperkenalkan karya-karyanya kepada para pecinta seni lukis, Affandi sering mengadakan pameran di berbagai tempat. Di negara India, dia telah mengadakan pameran keliling ke berbagai kota. Demikian juga di berbagai negara di Eropa, Amerika serta Australia. Di Eropa, ia telah mengadakan pameran antara lain di London, Amsterdam, Brussels, Paris, dan Roma. Begitu juga di negara-negara benua Amerika seperti di Brasil, Venezia, San Paulo, dan Amerika Serikat. Hal demikian jugalah yang membuat namanya dikenal di berbagai belahan dunia. Bahkan kurator terkenal asal Magelang, Oei Hong Djien, pernah memburu lukisan Affandi sampai ke Rio de Janeiro.
Pameran
[sunting | sunting sumber]- Museum of Modern Art (Rio de Janeiro, Brasil, 1966).
- East-West Center (Honolulu, Hawaii, 1988).
- Festival of Indonesia (Amerika Serikat, 1990-1992).
- Gate Foundation (Amsterdam, Belanda, 1993).
- Singapore Art Museum (1994).
- Centre for Strategic and International Studies (Jakarta, Indonesia, 1996).
- Indonesia-Japan Friendship Festival (Morioka, Tokyo, 1997).
- ASEAN Masterworks (Selangor, Kuala Lumpur, Malaysia, 1997-1998).
- Pameran keliling di berbagai kota di India.
- Pameran di Eropa antara lain: London, Amsterdam, Brussels, Paris, Roma.
- Pameran di benua Amerika antara lain: Brasilia, Venezia, São Paulo, Amerika Serikat.
- Pameran di Australia.
- Affandi Alive di Museum Lippo Plaza Jogja.
Buku tentang Affandi
[sunting | sunting sumber]- Buku Kenang-Kenangan Tentang Affandi, Prix International Dag Hammarskjöld, 1976. Ditulis dalam empat bahasa, yaitu: Bahasa Inggris, Belanda, Prancis, dan Indonesia.
- Nugraha Sumaatmadja, Buku Tentang Affandi, Penerbit Yayasan Kanisius, 1975.
- Ajip Rosidi, Zaini, Sudarmadji, Affandi 70 Tahun, Dewan Kesenian Jakarta, 1978. Diterbitkan dalam rangka memperingati ulang tahun ketujuh puluh.
- Raka Sumichan dan Umar Kayam, Buku Tentang Affandi, Yayasan Bina Lestari Budaya Jakarta, 1987. Diterbitkan dalam rangka memperingati 80 tahun Affandi, dalam dua bahasa, yaitu: Bahasa Inggris dan Indonesia.
Lihat pula
[sunting | sunting sumber]Referensi
[sunting | sunting sumber]Pranala luar
[sunting | sunting sumber]- (Indonesia) Affandi, Pelukis Humanis Indonesia - Mengenang 15 Tahun Kepergiannya Diarsipkan 2016-01-18 di Wayback Machine.
- (Inggris) Museum Affandi
- (Inggris) Ensiklopedia Tokoh Indonesia Diarsipkan 2008-12-20 di Wayback Machine.
- (Inggris) Biografi Affandi Diarsipkan 2011-02-27 di Wayback Machine.