Lompat ke isi

Peristiwa Situjuah: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
OrophinBot (bicara | kontrib)
OrophinBot (bicara | kontrib)
 
(16 revisi perantara oleh 7 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{nofootnote}}
[[Berkas:Makam Pahlawan Situjuah Gadang - panoramio (2).jpg|jmpl|Makam para pemimpin sipil dan militer Sumatra Barat yang tewas dalam Peristiwa Situjuh]]
[[Berkas:Makam Pahlawan Situjuah Gadang - panoramio (2).jpg|jmpl|Makam para pemimpin sipil dan militer Sumatera Barat yang tewas dalam Peristiwa Situjuh]]
'''Peristiwa Situjuah''' adalah suatu peristiwa penyerangan oleh pasukan penjajah [[Belanda]] terhadap para pejuang kemerdekaan [[Indonesia]] pada masa [[Pemerintahan Darurat Republik Indonesia]] ([[PDRI]]) yang menewaskan beberapa orang pimpinan pejuang dan puluhan orang anggota pasukan lainnya.
'''Peristiwa Situjuah''' adalah suatu peristiwa penyerangan oleh pasukan penjajah [[Belanda]] terhadap para pejuang kemerdekaan [[Indonesia]] pada masa [[Pemerintahan Darurat Republik Indonesia]] ([[PDRI]]) yang menewaskan beberapa orang pimpinan pejuang dan puluhan orang anggota pasukan lainnya, termasuk [[Chatib Sulaiman]], [[Arisun Sutan Alamsyah]], dan [[Kapten Thantowi]].


== PDRI ==
== PDRI ==
PDRI (Pemerintahan Darurat Republik Indonesia) adalah suatu pemerintahan darurat yang dibentuk pada tanggal 22 Desember 1948 oleh beberapa orang pimpinan pejuang kemerdekaan [[Indonesia]] dan dipimpin oleh [[Sjafruddin Prawiranegara]]. Pemerintahan itu dibentuk karena ditangkap dan diasingkan-nya beberapa orang pemimpin [[Republik Indonesia]] yaitu [[Presiden]] [[Soekarno]], [[Wakil Presiden]] [[Mohammad Hatta]] dan [[Menteri Luar Negeri]] [[Agus Salim]] serta [[Sjahrir]] dan lainnya oleh pihak [[Belanda]] ketika terjadinya [[Agresi Militer Belanda II]] pada tanggal 19 Desember 1948.
PDRI (Pemerintahan Darurat Republik Indonesia) adalah suatu pemerintahan darurat yang dibentuk pada tanggal 22 Desember 1948 oleh beberapa orang pimpinan pejuang kemerdekaan [[Indonesia]] dan dipimpin oleh [[Sjafruddin Prawiranegara]]. Pemerintahan itu dibentuk karena ditangkap dan diasingkan-nya beberapa orang pemimpin [[Republik Indonesia]] yaitu [[Presiden]] [[Soekarno]], [[Wakil Presiden]] [[Mohammad Hatta]] dan [[Menteri Luar Negeri]] [[Agus Salim]] serta [[Sjahrir]] dan lainnya oleh pihak [[Belanda]] ketika terjadinya [[Agresi Militer Belanda II]] pada tanggal 19 Desember 1948.


Ibukota PDRI adalah [[Bukittinggi]], namun perjuangannya lebih banyak terjadi di desa-desa dan hutan-hutan [[Sumatra Tengah]] sehingga disebut "Pemerintahan Dalam Rimba Indonesia" (PDRI) oleh pihak Belanda. Sedangkan lokasinya disebut "Somewhere in the Jungle".
Ibu kota PDRI adalah [[Bukittinggi]], namun perjuangannya lebih banyak terjadi di desa-desa dan hutan-hutan [[Sumatra Tengah]] sehingga disebut "Pemerintahan Dalam Rimba Indonesia" (PDRI) oleh pihak Belanda. Sedangkan lokasinya disebut "Somewhere in the Jungle".


== Patriot Bangsa ==
== Patriot Bangsa ==
{{Campaignbox Revolusi Nasional Indonesia}}
Dalam salah satu mata rantai perjuangan PDRI itulah terjadi suatu peristiwa pada tanggal 15 Januari 1949, dimana puluhan orang pejuang yang terdiri dari beberapa pimpinan dan puluhan anggota pasukan Barisan Pengawal Negeri dan Kota (BPNK) tewas seketika diberondong tembakan oleh pihak penjajah Belanda. Peristiwa itu terjadi di Lurah Kincia, Situjuah Batua, [[Situjuh Lima Nagari, Lima Puluh Kota|Kecamatan Situjuah Limo Nagari]], [[Kabupaten Lima Puluh Kota]], [[Sumatra Barat]].
{{multiple image|align=left|direction=horizontal|caption_align=center|image1=Begraafplaats Situjuh Batur met slachtoffers van de Tweede Politionele Actie bij Payakumbuh, KITLV 168768.tiff|width1=200|footer=Makam Pahlawan Situjuh Batur|image2=Begraafplaats voor nationale helden te Payakumbuh, KITLV 159782.tiff|width2=200}}


Dalam salah satu mata rantai perjuangan PDRI itulah terjadi suatu peristiwa pada tanggal 15 Januari 1949, dimana puluhan orang pejuang yang terdiri dari beberapa pimpinan dan puluhan anggota pasukan [[Barisan Pengawal Nagari dan Kota]] (BPNK) tewas seketika diberondong tembakan oleh pihak penjajah Belanda. Peristiwa itu terjadi di Lurah Kincia, Situjuah Batua, [[Situjuh Lima Nagari, Lima Puluh Kota|Kecamatan Situjuah Limo Nagari]], [[Kabupaten Lima Puluh Kota]], [[Sumatera Barat]].
Malam sebelumnya pada 14 Januari 1949 para pejuang tersebut mengadakan rapat untuk membahas strategi dalam menghadapi agresi yang dilakukan pihak Belanda yang dikenal sebagai Agresi Militer Belanda II. Rapat itu atas instruksi Gubernur Militer Sumatra Tengah [[Sutan Mohammad Rasjid]] dan dipimpin oleh [[Chatib Sulaiman]] selaku Ketua Markas Pertahanan Rakyat Daerah. Selain itu rapat juga diikuti oleh beberapa orang pimpinan pejuang lainnya, diantaranya [[Arisun Sutan Alamsyah]] (Bupati Militer [[Kabupaten Lima Puluh Kota|Lima Puluh Kota]]), [[Letnan Kolonel]] [[Munir Latief]], [[Mayor]] Zainuddin, [[Kapten]] Tantawi, Lettu Azinar, Letda Syamsul Bahri serta 69 orang pasukan Barisan Pengawal Negeri dan Kota (BPNK).

Malam sebelumnya pada 14 Januari 1949 para pejuang tersebut mengadakan rapat untuk membahas strategi dalam menghadapi agresi yang dilakukan pihak Belanda yang dikenal sebagai Agresi Militer Belanda II. Rapat itu atas instruksi Gubernur Militer Sumatra Tengah [[Sutan Mohammad Rasjid]] dan dipimpin oleh [[Chatib Sulaiman]] selaku Ketua Markas Pertahanan Rakyat Daerah. Selain itu rapat juga diikuti oleh beberapa orang pimpinan pejuang lainnya, diantaranya [[Arisun Sutan Alamsyah]] (Bupati Militer [[Kabupaten Lima Puluh Kota|Lima Puluh Kota]]), [[Letnan Kolonel]] [[Munir Latief]], [[Mayor]] Zainuddin, [[Kapten]] Tantawi, Lettu Azinar, Letda Syamsul Bahri serta 69 orang pasukan BPNK.


Hasil rapat memutuskan bahwa mereka akan menyerang kota [[Payakumbuh]] yang diduduki Belanda, dan akan menduduki kota itu sambil menggelorakan semangat perlawanan gerilya rakyat untuk membuktikan pada dunia internasional bahwa Pemerintahan Republik Indonesia masih ada dan didukung rakyat yang terus melakukan perlawanan dan perjuangan. Semua itu dilakukan untuk melawan propaganda Belanda yang selalu mengatakan bahwa mereka telah menguasai Indonesia sepenuhnya setelah mereka berhasil menduduki ibu kota Republik Indonesia, [[Yogyakarta]], serta menangkap dan mengasingkan para pemimpin Republik.
Hasil rapat memutuskan bahwa mereka akan menyerang kota [[Payakumbuh]] yang diduduki Belanda, dan akan menduduki kota itu sambil menggelorakan semangat perlawanan gerilya rakyat untuk membuktikan pada dunia internasional bahwa Pemerintahan Republik Indonesia masih ada dan didukung rakyat yang terus melakukan perlawanan dan perjuangan. Semua itu dilakukan untuk melawan propaganda Belanda yang selalu mengatakan bahwa mereka telah menguasai Indonesia sepenuhnya setelah mereka berhasil menduduki ibu kota Republik Indonesia, [[Yogyakarta]], serta menangkap dan mengasingkan para pemimpin Republik.
Baris 16: Baris 20:
Subuh hari setelah beristirahat seusai rapat, ketika hendak melaksanakan shalat subuh tiba-tiba mereka diserang oleh pihak Belanda. Para pimpinan pejuang yang ikut menghadiri rapat tersebut beserta puluhan pejuang lainnya-pun gugur seketika.
Subuh hari setelah beristirahat seusai rapat, ketika hendak melaksanakan shalat subuh tiba-tiba mereka diserang oleh pihak Belanda. Para pimpinan pejuang yang ikut menghadiri rapat tersebut beserta puluhan pejuang lainnya-pun gugur seketika.


Peristiwa yang terjadi di Lurah Kincia, Situjuah Batua, Kecamatan Situjuah Limo Nagari, Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatra Barat itu dikenang sebagai "Peristiwa Situjuah".
Peristiwa yang terjadi di Lurah Kincia, Situjuah Batua, Kecamatan Situjuah Limo Nagari, Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat itu dikenang sebagai "Peristiwa Situjuah".

== Lihat pula ==

* [[Peristiwa Surau Batu Sintuak]]


== Pranala luar ==
== Pranala luar ==
* [http://www.solselkab.go.id/post/read/230/peristiwa-situjuh-adalah-rangkaian-perjuangan-pdri-yang-dicabik-cabik-oleh-belanda.html Peristiwa Situjuh Adalah Rangkaian Perjuangan PDRI]
* [http://www.solselkab.go.id/post/read/230/peristiwa-situjuh-adalah-rangkaian-perjuangan-pdri-yang-dicabik-cabik-oleh-belanda.html Peristiwa Situjuh Adalah Rangkaian Perjuangan PDRI] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20120501205058/http://www.solselkab.go.id/post/read/230/peristiwa-situjuh-adalah-rangkaian-perjuangan-pdri-yang-dicabik-cabik-oleh-belanda.html |date=2012-05-01 }}
{{Sejarah konflik di Indonesia}}


[[Kategori:Indonesia dalam tahun 1947]]
[[Kategori:Indonesia dalam tahun 1947]]
[[Kategori:Perang Kemerdekaan Indonesia]]
[[Kategori:Perang Kemerdekaan Indonesia]]
[[Kategori:Pemerintahan Darurat Republik Indonesia]]
[[Kategori:Pemerintahan Darurat Republik Indonesia]]
[[Kategori:Sejarah Sumatra Barat]]
[[Kategori:Sejarah Sumatera Barat]]
[[Kategori:Indonesia dalam tahun 1949]]

Revisi terkini sejak 30 September 2023 00.48

Makam para pemimpin sipil dan militer Sumatera Barat yang tewas dalam Peristiwa Situjuh

Peristiwa Situjuah adalah suatu peristiwa penyerangan oleh pasukan penjajah Belanda terhadap para pejuang kemerdekaan Indonesia pada masa Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) yang menewaskan beberapa orang pimpinan pejuang dan puluhan orang anggota pasukan lainnya, termasuk Chatib Sulaiman, Arisun Sutan Alamsyah, dan Kapten Thantowi.

PDRI (Pemerintahan Darurat Republik Indonesia) adalah suatu pemerintahan darurat yang dibentuk pada tanggal 22 Desember 1948 oleh beberapa orang pimpinan pejuang kemerdekaan Indonesia dan dipimpin oleh Sjafruddin Prawiranegara. Pemerintahan itu dibentuk karena ditangkap dan diasingkan-nya beberapa orang pemimpin Republik Indonesia yaitu Presiden Soekarno, Wakil Presiden Mohammad Hatta dan Menteri Luar Negeri Agus Salim serta Sjahrir dan lainnya oleh pihak Belanda ketika terjadinya Agresi Militer Belanda II pada tanggal 19 Desember 1948.

Ibu kota PDRI adalah Bukittinggi, namun perjuangannya lebih banyak terjadi di desa-desa dan hutan-hutan Sumatra Tengah sehingga disebut "Pemerintahan Dalam Rimba Indonesia" (PDRI) oleh pihak Belanda. Sedangkan lokasinya disebut "Somewhere in the Jungle".

Patriot Bangsa

[sunting | sunting sumber]
Makam Pahlawan Situjuh Batur

Dalam salah satu mata rantai perjuangan PDRI itulah terjadi suatu peristiwa pada tanggal 15 Januari 1949, dimana puluhan orang pejuang yang terdiri dari beberapa pimpinan dan puluhan anggota pasukan Barisan Pengawal Nagari dan Kota (BPNK) tewas seketika diberondong tembakan oleh pihak penjajah Belanda. Peristiwa itu terjadi di Lurah Kincia, Situjuah Batua, Kecamatan Situjuah Limo Nagari, Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat.

Malam sebelumnya pada 14 Januari 1949 para pejuang tersebut mengadakan rapat untuk membahas strategi dalam menghadapi agresi yang dilakukan pihak Belanda yang dikenal sebagai Agresi Militer Belanda II. Rapat itu atas instruksi Gubernur Militer Sumatra Tengah Sutan Mohammad Rasjid dan dipimpin oleh Chatib Sulaiman selaku Ketua Markas Pertahanan Rakyat Daerah. Selain itu rapat juga diikuti oleh beberapa orang pimpinan pejuang lainnya, diantaranya Arisun Sutan Alamsyah (Bupati Militer Lima Puluh Kota), Letnan Kolonel Munir Latief, Mayor Zainuddin, Kapten Tantawi, Lettu Azinar, Letda Syamsul Bahri serta 69 orang pasukan BPNK.

Hasil rapat memutuskan bahwa mereka akan menyerang kota Payakumbuh yang diduduki Belanda, dan akan menduduki kota itu sambil menggelorakan semangat perlawanan gerilya rakyat untuk membuktikan pada dunia internasional bahwa Pemerintahan Republik Indonesia masih ada dan didukung rakyat yang terus melakukan perlawanan dan perjuangan. Semua itu dilakukan untuk melawan propaganda Belanda yang selalu mengatakan bahwa mereka telah menguasai Indonesia sepenuhnya setelah mereka berhasil menduduki ibu kota Republik Indonesia, Yogyakarta, serta menangkap dan mengasingkan para pemimpin Republik.

Subuh hari setelah beristirahat seusai rapat, ketika hendak melaksanakan shalat subuh tiba-tiba mereka diserang oleh pihak Belanda. Para pimpinan pejuang yang ikut menghadiri rapat tersebut beserta puluhan pejuang lainnya-pun gugur seketika.

Peristiwa yang terjadi di Lurah Kincia, Situjuah Batua, Kecamatan Situjuah Limo Nagari, Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat itu dikenang sebagai "Peristiwa Situjuah".

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]