Sejarah Sabah: Perbedaan antara revisi
sunting isi halaman |
k fix |
||
(13 revisi perantara oleh 7 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1: | Baris 1: | ||
[[Berkas:Flag of Sabah.svg|jmpl|[[Bendera]] resmi negara bagian [[Sabah]] dari tahun 1988 hingga sekarang.]] |
[[Berkas:Flag of Sabah.svg|jmpl|[[Bendera]] resmi negara bagian [[Sabah]] dari tahun 1988 hingga sekarang.]] |
||
'''Sejarah |
'''Sejarah Sabah''' dapat ditelusuri kembali ke sekitar 23–30 ribu tahun yang lalu dengan adanya bukti pemukiman manusia yang ada di negara itu. Asal mula nama [[Sabah]] diyakini berasal dari tanaman pisang yang disebut pisang Saba atau disebut juga "Saing Sabbah" atau "Sappah" oleh masyarakat Taosug ([[Suku Suluk]]). Pisang Saba banyak ditanam di sepanjang pantai barat Sabah yang digunakan sebagai sumber makanan. Namun oleh [[suku Bajau]] pisang itu lebih dikenal dengan nama 'jaba'. Akan tetapi, kini lebih dikenal dengan [[pisang kepok|pisang nipah]].<ref>{{Cite web|url=http://www.bt.com.bn/life/2008/09/21/how_brunei_lost_its_northern_province|title=How Brunei lost its northern province {{!}} The Brunei Times|date=2013-10-28|website=archive.is|access-date=2020-01-25|archive-date=2013-10-28|archive-url=https://archive.today/20131028101904/http://www.bt.com.bn/life/2008/09/21/how_brunei_lost_its_northern_province|dead-url=unfit}}</ref> |
||
[[Berkas:Saba banana tree.jpg|jmpl|158x158px|[[pisang kepok|Pisang Nipah]]]] |
|||
⚫ | Nama 'Sabah' pertama kali diperkenalkan pada abad ke-15 oleh para pedagang yang mengembara di antara Kepulauan [[Borneo Utara]] hingga ke [[Kepulauan Sulu]] di Selatan [[Filipina]]. Nama itu pun juga telah lama digunakan sejak sebelum kedatangan [[Serikat Borneo Utara Inggris]]. Namun, setelah negara Sabah diambil alih oleh [[Serikat Borneo Utara Inggris]], secara resmi pada tahun 1881 nama 'Sabah' diubah menjadi [[Borneo Utara]]. Akan tetapi, nama 'Sabah' digunakan kembali pada tahun 1963 ketika pembentukan [[Malaysia]].<ref>{{Cite journal|last=Ken|first=Danny Wong Tze|date=2015-04-15|title=The Name of Sabah and the Sustaining of a New Identity in a New Nation|url=http://journals.openedition.org/archipel/495|journal=Archipel. Études interdisciplinaires sur le monde insulindien|language=en|issue=89|pages=161–178|doi=10.4000/archipel.495|issn=0044-8613}}</ref> |
||
⚫ | Berdasarkan catatan lain, di pusi Jawa [[Nagarakertagama]] yang dikarang oleh [[Prapanca]] pada tahun 1365 menyebut Sabah dengan nama 'Seludang'. Sedangkan dalam catatan yang ditulis oleh [[Marco Polo]] sewaktu dia singgah di [[Borneo]], ketika itu Sabah dikenal dengan nama 'Burni' yang kemungkinan merujuk pada [[Brunei Darussalam|Brunei]].<ref>{{Cite web|url=https://www.sabah.com/v/history/|title=Sabah History - Culture, Religion and Lifestyle in Sabah|website=www.sabah.com|access-date=2020-01-25}}</ref> |
||
⚫ | Nama 'Sabah' pertama kali diperkenalkan pada abad ke-15 oleh para pedagang yang mengembara di antara Kepulauan [[Borneo Utara]] hingga ke [[Kepulauan Sulu]] di Selatan [[Filipina |
||
⚫ | Berdasarkan catatan lain, di pusi Jawa [[Nagarakertagama]] yang dikarang oleh [[Prapanca]] pada tahun 1365 menyebut Sabah dengan nama 'Seludang'. Sedangkan dalam catatan yang ditulis oleh [[Marco Polo]] sewaktu dia singgah di [[Borneo]], ketika itu Sabah dikenal dengan nama 'Burni' yang kemungkinan merujuk pada [[Brunei Darussalam|Brunei]]. |
||
== Sejarah Awal == |
== Sejarah Awal == |
||
Awal sejarah Sabah dimulai pada abad ke-15 selama [[Kesultanan Brunei]], yang menurut catatan disana terdapat pemukiman masyarakat yang makmur dan suku-suku yang terus ada sampai abad ke-19. Ketika itu, [[Sultan Brunei]] menyerahkan bagian timur Negara [[Sabah]] kepada [[Kesultanan Sulu|Sultan Sulu]], karena Sultan Hulu telah membantu mengalahkan musuh-musuh [[Brunei Darussalam|Brunei]] pada saat itu.<ref>{{Cite web|url=https://legal.un.org/ola/Default.aspx|title=United Nations - Office of Legal Affairs|website=legal.un.org|access-date=2020-01-25}}</ref> Akan tetapi, banyak sumber yang mengatakan bahwa penyerahan wilayah itu tidak dilakukan. Lalu, pada abad ke-19, kedua wilayah yang dimiliki oleh [[Sultan Brunei]] dan Sultan Sulu diberikan kepada Inggris. Kemudian pada tahun 1888, Sabah berada dibawah naungan Inggris, hingga pada 1965 Sabah memutuskan untuk meninggalkan Federasi. Pada 16 September 1963 [[Sabah]] bergabung dengan [[Malaysia]] dan [[Singapura]] untuk membentuk [[Federasi Malaysia]].<ref>{{Cite web|url=http://www.sabah.gov.my/cms/|title=SABAH.gov|website=www.sabah.gov.my|access-date=2020-01-25}}</ref> |
Awal sejarah Sabah dimulai pada abad ke-15 selama [[Kesultanan Brunei]], yang menurut catatan disana terdapat pemukiman masyarakat yang makmur dan suku-suku yang terus ada sampai abad ke-19. Ketika itu, [[Sultan Brunei]] menyerahkan bagian timur Negara [[Sabah]] kepada [[Kesultanan Sulu|Sultan Sulu]], karena Sultan Hulu telah membantu mengalahkan musuh-musuh [[Brunei Darussalam|Brunei]] pada saat itu.<ref name="legal.un.org">{{Cite web|url=https://legal.un.org/ola/Default.aspx|title=United Nations - Office of Legal Affairs|website=legal.un.org|access-date=2020-01-25}}</ref> Akan tetapi, banyak sumber yang mengatakan bahwa penyerahan wilayah itu tidak dilakukan. Lalu, pada abad ke-19, kedua wilayah yang dimiliki oleh [[Sultan Brunei]] dan Sultan Sulu diberikan kepada Inggris. Kemudian pada tahun 1888, Sabah berada dibawah naungan Inggris, hingga pada 1965 Sabah memutuskan untuk meninggalkan Federasi. Pada 16 September 1963 [[Sabah]] bergabung dengan [[Malaysia]] dan [[Singapura]] untuk membentuk [[Federasi Malaysia]].<ref>{{Cite web|url=http://www.sabah.gov.my/cms/|title=SABAH.gov|website=www.sabah.gov.my|access-date=2020-01-25}}</ref> |
||
== Kekaisaran Brunei == |
== Kekaisaran Brunei == |
||
Sebelum abad ke-6, Kerajaan Brunei merupakan pusat dari kawasan Sabah, Brunei, dan Sarawak. Kerajaan Brunei yang pada waktu itu menjadi pusat perdagangan dengan China dipengaruhi oleh dua kekuasan besar, yaitu [[Sriwijaya]] di [[Sumatra]] dan [[Majapahit]] yang ada di [[Jawa]]. |
Sebelum abad ke-6, Kerajaan Brunei merupakan pusat dari kawasan Sabah, Brunei, dan Sarawak. Kerajaan Brunei yang pada waktu itu menjadi pusat perdagangan dengan China dipengaruhi oleh dua kekuasan besar, yaitu [[Sriwijaya]] di [[Sumatra]] dan [[Majapahit]] yang ada di [[Jawa]]. |
||
Pada awal abad ke-15, Kekaisaran [[Malaka (disambiguasi)|Malaka]] yang berada di bawah kekuasaan [[Parameswara]] menyebarkan pengaruhnya dan mengambil alih perdagangan [[Brunei Darussalam|Brunei]]. Pada akhir abad ke-15, perubahan itu secara tidak langsung menyebabkan penyebaran agama [[Islam]] di [[Brunei Darussalam|Brunei]]. Jatuhnya kekuasan Malaka ke pihak [[Portugal|Portugis]] pada tahun 1511 mengakibatkan [[Sultan Brunei]] mengambil alih kepemimpinan [[Islam]] dari Malaka. Selama masa pemerintahan [[Sultan Bolkiah]] , pemerintah Brunei memperluas pengaruhnya ke [[Pulau Luzon|Luzon]] dan [[Sulu]], serta ke selatan dan barat Kalimantan. |
Pada awal abad ke-15, Kekaisaran [[Malaka (disambiguasi)|Malaka]] yang berada di bawah kekuasaan [[Parameswara]] menyebarkan pengaruhnya dan mengambil alih perdagangan [[Brunei Darussalam|Brunei]]. Pada akhir abad ke-15, perubahan itu secara tidak langsung menyebabkan penyebaran agama [[Islam]] di [[Brunei Darussalam|Brunei]]. Jatuhnya kekuasan Malaka ke pihak [[Portugal|Portugis]] pada tahun 1511 mengakibatkan [[Sultan Brunei]] mengambil alih kepemimpinan [[Islam]] dari Malaka. Selama masa pemerintahan [[Sultan Bolkiah]] , pemerintah Brunei memperluas pengaruhnya ke [[Pulau Luzon|Luzon]] dan [[Sulu]], serta ke selatan dan barat Kalimantan. |
||
Dalam 600 tahun terakhir, [[ |
Dalam 600 tahun terakhir, [[Tiongkok]] datang untuk berdagang dan melakukan hubungan [[Diplomasi|diplomatik]] dengan [[Borneo Utara]]. Berdasarkan laporan dari Brunei Annals, bahwa mereka mendirikan pemukiman di area [[Kinabatangan]]. Bukti [[arkeologi]]s [[keramik]] yang ditemukan di [[Borneo Utara]] juga membuktikan bahwa orang Tiongkok terlibat dalam perdagangan keramik Tiongkok dan rempah-rempah dengan penduduk setempat. |
||
== Kedatangan pendatang Eropa == |
== Kedatangan pendatang Eropa == |
||
Baris 27: | Baris 27: | ||
== Balambangan == |
== Balambangan == |
||
[[Berkas:Flag of North Borneo (1902–1946).svg|jmpl|Bendera ''British North Borneo'' pada tahun 1902–1946]] |
[[Berkas:Flag of North Borneo (1902–1946).svg|jmpl|Bendera ''British North Borneo'' pada tahun 1902–1946]] |
||
Pada tahun 1761, [[Alexander Dalrymple]] yang merupakan seorang pejabat dari ''[[Perusahaan Hindia Timur Britania|British East India Company]]'' di [[Madras]],[[India]] telah membuat perjanjian dengan Sultan Sulu. Dalam perjanjian itu, membuat [[Alexander Dalrymple]] dapat membuka basis perdagangan di wilayah |
Pada tahun 1761, [[Alexander Dalrymple]] yang merupakan seorang pejabat dari ''[[Perusahaan Hindia Timur Britania|British East India Company]]'' di [[Madras]],[[India]] telah membuat perjanjian dengan Sultan Sulu. Dalam perjanjian itu, membuat [[Alexander Dalrymple]] dapat membuka basis perdagangan di wilayah Borneo Utara, dan pada saat itu dia memilih [[Pulau Balambangan]]. Kemudian pada tahun 1763, [[Alexander Dalrymple]] mengibarkan [[bendera]] [[Inggris]] di [[Blambangan|Balambangan]] dan menamai pulau itu 'Felecia'.<ref>{{Cite web|url=http://www.cgfdejong.nl/DalrympleEN.pdf|title=Alexander Dalrymple and Thomas Forrest: Two British empire builders at the end of the 18th Century|last=|first=|date=|website=DalrympleEN|access-date=26 Januari 2020}}</ref> Beberapa waktu setelah itu, seorang [[perwira]] bernama John Herbert dikirimkan ke Felecia (Balambangan) untuk mendirikan pemukiman. Akan tetapi, penempatan itu sejak awal telah mengalami masalah, mulai dari gangguan urusan [[administrasi]], [[perampokan]] laut dan kerusakan akibat [[kebakaran]], sehingga membuat tempat perdagangan itu hancur pada akhir 1775. Pada tahun 1803, upaya membangun kembali pangkalan dilakukan oleh [[Gubernur-Jenderal India|Gubernur Jenderal India]], [[Lord Arthur Wellesley]] melalui stafnya Robert J. Farquhar yang merupakan penduduk di [[Amboina]]. Dalam upaya tersebut Felicia telah dibangun kembali menjadi stasiun militer, akan tetapi usaha tersebut gagal dan stasiun itu ditinggalkan pada November 1805. Akhirnya, perhatian [[Inggris]] beralih ke daerah lain di gugusan pulau [[Melayu]].<ref>{{Cite web|url=http://www.san.beck.org/20-11-Indonesia1800-1950.html|title=Indonesia and the Dutch 1800-1950 by Sanderson Beck|website=www.san.beck.org|access-date=2020-01-26}}</ref><ref>{{Cite web|url=http://www.sabrizain.org/malaya/library/earlyrels.pdf|title=THE EARLY RELATIONS of ENGLAND WITH BORNEO to 1805.|last=|first=|date=|website=earlyrels|access-date=26 Januari 2020}}</ref> |
||
== Federasi Malaysia == |
== Federasi Malaysia == |
||
[[Berkas:Tunku abd rahman.jpg|jmpl|161x161px|Foto [[Tunku Abdul Rahman]]]] |
|||
Pada awalnya keadaan di [[Borneo]] |
Pada awalnya keadaan di [[Borneo]] damai hingga tahun 1960-an. Ketika adanya kesadaran politik timbul keinginan untuk merdeka seperti yang telah diraih oleh negara lain. Penyebaran rasa semangat kemerdekaan diawali dengan adanya pengumuman yang dibuat oleh [[Perdana Menteri Malaysia|Perdana Menteri Malaya]], [[Tunku Abdul Rahman]] pada tahun 1961.<ref name="legal.un.org"/> Pengumuman itu berisi mengenai pembentukan [[Federasi Malaysia]], [[Borneo]], [[Sarawak]], [[Brunei Darussalam|Brunei]] dan [[Singapura]]. Ketika itu, Borneo telah memperoleh hak administratifnya sendiri pada tanggal 31 Agustus di [[Keningau]], yang kemudian diikuti transisi penggabungan dengan [[Federasi Malaysia]] pada 16 September 1963.<ref>{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=glG-WBH8hkQC&pg=PA159&redir_esc=y#v=onepage&q&f=false|title=Borneo Trilogy Volume 1: Sabah|last=Welman|first=Frans|date=2017-03-09|publisher=Booksmango|isbn=978-616-245-078-5|language=en}}</ref> Pada 16 September 1963 [[Malaysia]] secara resmi diakui, dan nama Borneo diubah menjadi [[Sabah]]. Sebelumnya, [[Borneo]] sudah membentuk pemerintahan transisi sementara untuk bergabung dengan [[Federasi Malaysia]]. Akan tetapi, hal tersebut bukan berarti bahwa Sabah telah menjadi bangsa atau bangsa yang merdeka, karena belum adanya pengakuan oleh [[Perserikatan Bangsa-Bangsa|PBB]]. Lalu pada tahun 1965, [[Singapura]] keluar dari [[Federasi Malaysia]]. |
||
== Sengketa Borneo Utara == |
|||
== Tuntutan Filipina untuk timur Sabah == |
|||
[[Berkas:BNBCC-Logo.png|jmpl|[[Moto]] dan [[logo]] dari ''[[North Borneo Chartered Company]].'']] |
|||
[[Filipina]] mempertahankan klaim teritorial atas Sabah timur —yang sebelumnya dikenal sebagai [[Kalimantan Utara]]— berdasarkan perjanjian yang ditandatangani pada 1878 antara Sultan Sulu dan ''[[North Borneo Chartered Company]].'' Filipina mempertahankan posisi bahwa kedaulatan Kesultanan atas wilayah itu tidak dihapuskan dan wilayah [[Kalimantan Utara]] hanya disewakan kepada ''North Borneo Chartered Company''. Pada tahun 1963, Filipina memutuskan hubungan diplomatik dengan [[Malaysia]] setelah Sabah mengonsolidasikan dengan [[Federasi Malaysia]]. Masalah itu telah diselesaikan pada tahun 1989 ketika pemerintah Filipina yang baru membatalkan tuntutan mereka, dengan tujuan memperbaiki hubungan diplomatik dengan [[Kuala Lumpur]]. Hingga sampai saat ini, Malaysia terus menolak permintaan Filipina untuk penyelesaian kasus Filipina terhadap Sabah Timur ke [[Mahkamah Internasional]].<ref>{{Cite web|url=http://www.epilipinas.com/SabahClaim.htm|title=epilipinas.com - epilipinas Resources and Information.|website=www.epilipinas.com|access-date=2020-01-25}}</ref> |
|||
Wilayah sengketa Borneo Utara merupakan sengketa wilayah antara Malaysia dan Republik Filiphina pada bagian timur negara bagian Sabah. [[Filipina]] mempertahankan klaim teritorial atas Sabah timur —yang sebelumnya dikenal sebagai Borneo Utara — berdasarkan perjanjian yang ditandatangani pada 1878 antara Sultan Sulu dan ''[[North Borneo Chartered Company]].'' <ref>{{Cite web|url=http://filestore.nationalarchives.gov.uk/pdfs/small/cab-129-1-cp-133.pdf|title=Memorandum by the Secretary of State for the Colonies|last=|first=|date=2017-11-04|website=web.archive.org|access-date=2020-01-26|archive-date=2017-11-04|archive-url=https://web.archive.org/web/20171104100930/http://filestore.nationalarchives.gov.uk/pdfs/small/cab-129-1-cp-133.pdf|dead-url=unfit}}</ref> Namun, pihak Malaysia menganggap perselisihan ini sebagai "non-masalah" karena berdasarkan atas perjanjian 1878 sebagai perjanjian penyerahan dan bahwa warga Sabah telah dan dapat menggunakan hak mereka untuk menentukan nasib mereka sendiri ketika mereka bergabung dan membentuk federasi Malaysia pada tahun 1963.<ref>{{Cite book|url=http://archive.org/details/cu31924078409665|title=British North Borneo company charter|last=British North Borneo Chartered Company|date=1878|publisher=[S.l. : s.n.|others=Cornell University Library}}</ref><ref>{{Cite web|url=http://www.epilipinas.com/SabahClaim.htm|title=epilipinas.com - epilipinas Resources and Information.|website=www.epilipinas.com|access-date=2020-01-25}}</ref><ref>{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=JkGLA-mSe_AC&pg=PA106&redir_esc=y#v=onepage&q&f=false|title=The United States and Malaysia|last=Gould|first=James W.|date=1969|publisher=Harvard University Press|isbn=978-0-674-92615-8|language=en}}</ref> |
|||
== Lihat pula == |
== Lihat pula == |
||
Baris 39: | Baris 41: | ||
* [[Kalimantan Utara]] |
* [[Kalimantan Utara]] |
||
* [[Sabah]] |
* [[Sabah]] |
||
* [[Sejarah Brunei]] |
* [[Sejarah Brunei]] |
||
{{Sedang ditulis}} |
|||
== Daftar Pustaka == |
|||
⚫ | |||
{{Sabah}} |
|||
⚫ | |||
== Referensi == |
|||
⚫ | |||
[[Kategori:Sabah]] |
[[Kategori:Sabah]] |
||
⚫ |
Revisi terkini sejak 12 Juni 2023 06.27
Sejarah Sabah dapat ditelusuri kembali ke sekitar 23–30 ribu tahun yang lalu dengan adanya bukti pemukiman manusia yang ada di negara itu. Asal mula nama Sabah diyakini berasal dari tanaman pisang yang disebut pisang Saba atau disebut juga "Saing Sabbah" atau "Sappah" oleh masyarakat Taosug (Suku Suluk). Pisang Saba banyak ditanam di sepanjang pantai barat Sabah yang digunakan sebagai sumber makanan. Namun oleh suku Bajau pisang itu lebih dikenal dengan nama 'jaba'. Akan tetapi, kini lebih dikenal dengan pisang nipah.[1]
Nama 'Sabah' pertama kali diperkenalkan pada abad ke-15 oleh para pedagang yang mengembara di antara Kepulauan Borneo Utara hingga ke Kepulauan Sulu di Selatan Filipina. Nama itu pun juga telah lama digunakan sejak sebelum kedatangan Serikat Borneo Utara Inggris. Namun, setelah negara Sabah diambil alih oleh Serikat Borneo Utara Inggris, secara resmi pada tahun 1881 nama 'Sabah' diubah menjadi Borneo Utara. Akan tetapi, nama 'Sabah' digunakan kembali pada tahun 1963 ketika pembentukan Malaysia.[2]
Berdasarkan catatan lain, di pusi Jawa Nagarakertagama yang dikarang oleh Prapanca pada tahun 1365 menyebut Sabah dengan nama 'Seludang'. Sedangkan dalam catatan yang ditulis oleh Marco Polo sewaktu dia singgah di Borneo, ketika itu Sabah dikenal dengan nama 'Burni' yang kemungkinan merujuk pada Brunei.[3]
Sejarah Awal
[sunting | sunting sumber]Awal sejarah Sabah dimulai pada abad ke-15 selama Kesultanan Brunei, yang menurut catatan disana terdapat pemukiman masyarakat yang makmur dan suku-suku yang terus ada sampai abad ke-19. Ketika itu, Sultan Brunei menyerahkan bagian timur Negara Sabah kepada Sultan Sulu, karena Sultan Hulu telah membantu mengalahkan musuh-musuh Brunei pada saat itu.[4] Akan tetapi, banyak sumber yang mengatakan bahwa penyerahan wilayah itu tidak dilakukan. Lalu, pada abad ke-19, kedua wilayah yang dimiliki oleh Sultan Brunei dan Sultan Sulu diberikan kepada Inggris. Kemudian pada tahun 1888, Sabah berada dibawah naungan Inggris, hingga pada 1965 Sabah memutuskan untuk meninggalkan Federasi. Pada 16 September 1963 Sabah bergabung dengan Malaysia dan Singapura untuk membentuk Federasi Malaysia.[5]
Kekaisaran Brunei
[sunting | sunting sumber]Sebelum abad ke-6, Kerajaan Brunei merupakan pusat dari kawasan Sabah, Brunei, dan Sarawak. Kerajaan Brunei yang pada waktu itu menjadi pusat perdagangan dengan China dipengaruhi oleh dua kekuasan besar, yaitu Sriwijaya di Sumatra dan Majapahit yang ada di Jawa.
Pada awal abad ke-15, Kekaisaran Malaka yang berada di bawah kekuasaan Parameswara menyebarkan pengaruhnya dan mengambil alih perdagangan Brunei. Pada akhir abad ke-15, perubahan itu secara tidak langsung menyebabkan penyebaran agama Islam di Brunei. Jatuhnya kekuasan Malaka ke pihak Portugis pada tahun 1511 mengakibatkan Sultan Brunei mengambil alih kepemimpinan Islam dari Malaka. Selama masa pemerintahan Sultan Bolkiah , pemerintah Brunei memperluas pengaruhnya ke Luzon dan Sulu, serta ke selatan dan barat Kalimantan.
Dalam 600 tahun terakhir, Tiongkok datang untuk berdagang dan melakukan hubungan diplomatik dengan Borneo Utara. Berdasarkan laporan dari Brunei Annals, bahwa mereka mendirikan pemukiman di area Kinabatangan. Bukti arkeologis keramik yang ditemukan di Borneo Utara juga membuktikan bahwa orang Tiongkok terlibat dalam perdagangan keramik Tiongkok dan rempah-rempah dengan penduduk setempat.
Kedatangan pendatang Eropa
[sunting | sunting sumber]- Pada tahun 1521, seorang sejarawan Ferdinand Magellan yang bernama Antonio Pigafetta tiba di Brunei dan disambut secara luas oleh penduduk di sana
- Pada tahun 1526, Pasukan dari Portugis mengunjungi Brunei yang dipimpin langsung oleh Menezes
- Pada tahun 1577, Spanyol menaklukkan Filiphina dan Brunei, termasuk Kesultanan Sulu
- Pada tahun 1609, Belanda mendirikan basis perdagangan di Batavia (Jakarta) di Pulau Jawa.
- Pada tahun 1658, Sultan Brunei menyerahkan bagian timur laut Kalimantan kepada Sultan Sulu untuk menghormati Sultan Sulu dalam membantu mengakhiri perang saudara antara Sultan Abdul Mubin dan Pangeran Mohidin. Konflik internal pemerintah Brunei dianggap sebagai salah satu faktor yang menyebabkan runtuhnya kekaisaran.
- Pada tahun 1665, Kapten Cowley merupakan orang Inggris pertama mengunjungi Kalimantan.
Balambangan
[sunting | sunting sumber]Pada tahun 1761, Alexander Dalrymple yang merupakan seorang pejabat dari British East India Company di Madras,India telah membuat perjanjian dengan Sultan Sulu. Dalam perjanjian itu, membuat Alexander Dalrymple dapat membuka basis perdagangan di wilayah Borneo Utara, dan pada saat itu dia memilih Pulau Balambangan. Kemudian pada tahun 1763, Alexander Dalrymple mengibarkan bendera Inggris di Balambangan dan menamai pulau itu 'Felecia'.[6] Beberapa waktu setelah itu, seorang perwira bernama John Herbert dikirimkan ke Felecia (Balambangan) untuk mendirikan pemukiman. Akan tetapi, penempatan itu sejak awal telah mengalami masalah, mulai dari gangguan urusan administrasi, perampokan laut dan kerusakan akibat kebakaran, sehingga membuat tempat perdagangan itu hancur pada akhir 1775. Pada tahun 1803, upaya membangun kembali pangkalan dilakukan oleh Gubernur Jenderal India, Lord Arthur Wellesley melalui stafnya Robert J. Farquhar yang merupakan penduduk di Amboina. Dalam upaya tersebut Felicia telah dibangun kembali menjadi stasiun militer, akan tetapi usaha tersebut gagal dan stasiun itu ditinggalkan pada November 1805. Akhirnya, perhatian Inggris beralih ke daerah lain di gugusan pulau Melayu.[7][8]
Federasi Malaysia
[sunting | sunting sumber]Pada awalnya keadaan di Borneo damai hingga tahun 1960-an. Ketika adanya kesadaran politik timbul keinginan untuk merdeka seperti yang telah diraih oleh negara lain. Penyebaran rasa semangat kemerdekaan diawali dengan adanya pengumuman yang dibuat oleh Perdana Menteri Malaya, Tunku Abdul Rahman pada tahun 1961.[4] Pengumuman itu berisi mengenai pembentukan Federasi Malaysia, Borneo, Sarawak, Brunei dan Singapura. Ketika itu, Borneo telah memperoleh hak administratifnya sendiri pada tanggal 31 Agustus di Keningau, yang kemudian diikuti transisi penggabungan dengan Federasi Malaysia pada 16 September 1963.[9] Pada 16 September 1963 Malaysia secara resmi diakui, dan nama Borneo diubah menjadi Sabah. Sebelumnya, Borneo sudah membentuk pemerintahan transisi sementara untuk bergabung dengan Federasi Malaysia. Akan tetapi, hal tersebut bukan berarti bahwa Sabah telah menjadi bangsa atau bangsa yang merdeka, karena belum adanya pengakuan oleh PBB. Lalu pada tahun 1965, Singapura keluar dari Federasi Malaysia.
Sengketa Borneo Utara
[sunting | sunting sumber]Wilayah sengketa Borneo Utara merupakan sengketa wilayah antara Malaysia dan Republik Filiphina pada bagian timur negara bagian Sabah. Filipina mempertahankan klaim teritorial atas Sabah timur —yang sebelumnya dikenal sebagai Borneo Utara — berdasarkan perjanjian yang ditandatangani pada 1878 antara Sultan Sulu dan North Borneo Chartered Company. [10] Namun, pihak Malaysia menganggap perselisihan ini sebagai "non-masalah" karena berdasarkan atas perjanjian 1878 sebagai perjanjian penyerahan dan bahwa warga Sabah telah dan dapat menggunakan hak mereka untuk menentukan nasib mereka sendiri ketika mereka bergabung dan membentuk federasi Malaysia pada tahun 1963.[11][12][13]
Lihat pula
[sunting | sunting sumber]Daftar Pustaka
[sunting | sunting sumber]- ^ "How Brunei lost its northern province | The Brunei Times". archive.is. 2013-10-28. Archived from the original on 2013-10-28. Diakses tanggal 2020-01-25.
- ^ Ken, Danny Wong Tze (2015-04-15). "The Name of Sabah and the Sustaining of a New Identity in a New Nation". Archipel. Études interdisciplinaires sur le monde insulindien (dalam bahasa Inggris) (89): 161–178. doi:10.4000/archipel.495. ISSN 0044-8613.
- ^ "Sabah History - Culture, Religion and Lifestyle in Sabah". www.sabah.com. Diakses tanggal 2020-01-25.
- ^ a b "United Nations - Office of Legal Affairs". legal.un.org. Diakses tanggal 2020-01-25.
- ^ "SABAH.gov". www.sabah.gov.my. Diakses tanggal 2020-01-25.
- ^ "Alexander Dalrymple and Thomas Forrest: Two British empire builders at the end of the 18th Century" (PDF). DalrympleEN. Diakses tanggal 26 Januari 2020.
- ^ "Indonesia and the Dutch 1800-1950 by Sanderson Beck". www.san.beck.org. Diakses tanggal 2020-01-26.
- ^ "THE EARLY RELATIONS of ENGLAND WITH BORNEO to 1805" (PDF). earlyrels. Diakses tanggal 26 Januari 2020.
- ^ Welman, Frans (2017-03-09). Borneo Trilogy Volume 1: Sabah (dalam bahasa Inggris). Booksmango. ISBN 978-616-245-078-5.
- ^ "Memorandum by the Secretary of State for the Colonies" (PDF). web.archive.org. 2017-11-04. Archived from the original on 2017-11-04. Diakses tanggal 2020-01-26.
- ^ British North Borneo Chartered Company (1878). British North Borneo company charter. Cornell University Library. [S.l. : s.n.
- ^ "epilipinas.com - epilipinas Resources and Information". www.epilipinas.com. Diakses tanggal 2020-01-25.
- ^ Gould, James W. (1969). The United States and Malaysia (dalam bahasa Inggris). Harvard University Press. ISBN 978-0-674-92615-8.