Peristiwa Keluaran: Perbedaan antara revisi
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Dikembalikan Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Dikembalikan ke revisi 23616191 oleh Frendy Aldo Tobing (bicara) (TW) Tag: Pembatalan Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
||
(24 revisi perantara oleh 12 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1: | Baris 1: | ||
[[Berkas:David Roberts-IsraelitesLeavingEgypt 1828.jpg|jmpl|300px|"Departure of the Israelites" ("Keberangkatan orang Israel"), |
[[Berkas:David Roberts-IsraelitesLeavingEgypt 1828.jpg|jmpl|300px|Lukisan "Departure of the Israelites" ("Keberangkatan orang Israel"), oleh [[David Roberts (pelukis)|David Roberts]], 1829.]] |
||
Peristiwa '''Keluar dari Mesir''' ({{lang-he|יציאת מצרים|Yeẓi’at Miẓrayim|Keluar dari Mesir}}; {{lang-el|ἔξοδος|eksodos|Jalan ke Luar}}) adalah sebuah kisah pembentuk [[bangsa Israel]].{{sfn|Sparks|2010|p=73}} Kisahnya menceritakan [[perbudakan]] yang dialami oleh orang-orang Israel dan kaburnya mereka kemudian dari [[Mesir Kuno|Mesir]], turunnya [[Wahyu|firman]] [[Tuhan]] di Gunung Sinai, dan pengembaraan liar hingga ke tepi dari [[Kanaan]].{{sfn|Redmount|2001|p=59}} Pesannya adalah bahwa orang-orang Israel dibebaskan dari perbudakan oleh Yahweh, Tuhan mereka, dan yang mana menjadikan mereka sebagai kepunyaan Tuhan melalui perjanjian.{{sfn|Sparks|2010|p=73}} |
|||
Peristiwahyyy '''Keluar dari Mesir''' (atau '''Keluaran''';hbh {{lang-en|'''The Exodus'''}}; dari {{lang-el|ἔξοδος}}, ''exodos'', artinya "pergi ke luar") adalah suatu kejadian penting dalam sejarah [[bangsa Israel]], di mana mereka menjadi bebas dari perbudakan selama lebih dari 400 tahun di tanah [[Mesir kuno|Mesir]]. Bangsa Israel mula-mula menetap di Mesir pada zaman [[Yusuf bin Yakub]] menjadi perdana menteri. [[Yakub]], ayah Yusuf, dan saudara-saudara Yusuf beserta keluarga mereka, sejumlah 75 orang, pindah dari tanah Kanaan untuk tinggal di tanah Gosyen, di delta [[sungai Nil]], untuk menghindari bencana kelaparan yang berlangsung selama 7 tahun. Setelah Yusuf meninggal, munculnya raja-raja Mesir, yang disebut para Firaun, yang tidak ingat akan jasa Yusuf. Sebaliknya mereka takut kepada orang Israel yang terus berlipat ganda jumlahnya dengan pesat. Akibatnya mereka memutuskan untuk menekan dan menjadikan orang-orang itu menjadi budak untuk mendirikan kota-kota perbekalan.<ref>Lihat [[Keluaran 1]] dan [[Keluaran 2]].</ref> Di bawah pimpinan [[Musa]], yang diutus oleh Allah untuk membebaskan umat Israel, bangsa itu keluar dari tanah Mesir dan mengembara untuk masuk ke "Tanah Perjanjian" yaitu [[Tanah Kanaan]].<ref>Redmount, p.59</ref> |
|||
[[Konsensus|Konsenus]] para ilmuwan modern menilai bahwa cerita dalam Taurat mengenai asal-usul bangsa Israel tidaklah akurat, yang tampaknya mereka justru berasal dari dataran tinggi Kanaan di akhir [[Milenium|milenia]] ke-2 [[SM]] dari komunitas [[pribumi]] Kanaan itu sendiri.{{sfn|Grabbe|2017|p=36}}{{sfn|Meyers|2005|pp=6–7}}{{sfn|Moore|Kelle|2011|p=81}} Sejumlah peneliti modern mempercayai bahwa cerita mengenai Eksodus memiliki beberapa dasar historis atas penulisannya,{{sfn|Faust|2015|loc=p.476: "While there is a consensus among scholars that the Exodus did not take place in the manner described in the Bible, surprisingly most scholars agree that the narrative has a historical core, and that some of the highland settlers came, one way or another, from Egypt.."}}{{sfn|Redmount|2001|p=61|ps=: "A few authorities have concluded that the core events of the Exodus saga are entirely literary fabrications. But most biblical scholars still subscribe to some variation of the Documentary Hypothesis, and support the basic historicity of the biblical narrative."}} tetapi sangat sedikit isinya yang dapat dibuktikan,{{sfn|Redmount|2001|p=87|ps=: "The biblical text has its own inner logic and consistency, largely divorced from the concerns of secular history. [...] conversely, the Bible, never intended to function primarily as a historical document, cannot meet modern canons of historical accuracy and reliability. There is, in fact, remarkably little of proven or provable historical worth or reliability in the biblical Exodus narrative, and no reliable independent witnesses attest to the historicity or date of the Exodus events."}} dengan Kenton Sparks menyebutnya sebagai "mitos yang didasarkan pada sejarah".{{sfn|Sparks|2010|p=73}} |
|||
Bagian-bagian penting dari kisah perjalanan ini dicatat dalam kitab-kitab [[Taurat]], terutama [[Kitab Keluaran]], [[Kitab Imamat]], [[Kitab Bilangan]], dan [[Al Qur'an]]. Asalnya catatan ini bukanlah dimaksudkan sebagai catatan sejarah (historiografi), tetapi maksud keseluruhan memang untuk mengingat sejarah menurut pengertian para penyusunnya: guna mengenang perbuatan-perbuatan besar Allah dalam sejarah bangsa tersebut, mengingat kembali masa perbudakan dan pembebasan, serta pemenuhan perjanjian Allah dengan umat Israel.<ref name="Redmount, p.63">Redmount, p.63</ref> Sangat sedikit terdapat bukti arkeologis yang berhubungan langsung dengan [[Kitab Keluaran]],{{sfn|Meyers|2005|p=5}} sehingga banyak arkeolog yang meninggalkan penelitian tentang Musa dan peristiwa Keluaran ini sebagai "upaya yang tidak berbuah".{{sfn|Dever|2001|p=99}} Konsensus sebagian besar pakar Alkitab saat ini adalah dengan memandang kisah ini sebagai [[teologi]], cerita yang menggambarkan bagaimana Allah Israel bekerja menyelamatkan dan menguatkan umat pilihannya, dan tidak sebagai sejarah.{{sfn|Redmount|1998|p=64}} |
|||
Narasi Eksodus tersebar pada empat Kitab [[Taurat]] atau [[Pentateukh]], yakni [[Kitab Keluaran]], [[Kitab Imamat|Imamat]], [[Kitab Bilangan|Bilangan]], dan [[Kitab Ulangan|Ulangan]]. Terdapat kesepakatan yang luas di antara para ilmuwan bahwa Taurat disusun pada periode [[Israel]] dikontrol oleh [[Kekaisaran Persia|Persia]] (abad ke-5 SM),{{sfn|Romer|2008|p=2}} meskipun beberapa tradisi di baliknya lebih tua karena saduran terhadap cerita yang dibuat oleh para [[nabi]] abad ke-8 SM seperti [[Amos]] dan [[Hosea]].{{sfn|Lemche|1985|p=327}}{{sfn|Redmount|2001|p=63|ps=: "Clearly, significant portions are not and were never intended to be historiographic. [...] The biblical Exodus account was never intended to function or to be understood as history in the present-day sense of the word."}} |
|||
Peristiwa Keluaran ini sentral bagi [[Yudaisme]]: berfungsi untuk mengarahkan orang Yahudi terhadap peringatan perbuatan Allah dalam sejarah, yang berlawanan dengan penyembahan politeistik dewa-dewa di alam, dan sampai sekarang terus diucapkan dalam bentuk doa harian oleh orang Yahudi dan dirayakan sebagai Hari Raya [[Paskah Yahudi]]. Sejarah sekuler telah menjadi sumber ilham dan teladan bagi banyak kelompok, dari para pengembara [[Kristen]] yang melarikan diri dari penganiayaan di Eropa sampai dengan orang Amerika Afrika (kaum berkulit hitam) yang berjuang untuk kebebasan dari perbudakan dan persamaan hak-hak asasi.<ref>Tigay pp.106-107</ref> |
|||
Kisah Eksodus Alkitabiah adalah sesuatu yang sentral dalam [[Agama Yahudi|Yudaisme]], yang diceritakan tiap hari dalam ibadah Yahudi dan dirayakan pada festival-festival Yahudi seperti [[Paskah]]. Kristen awal memandang kisah Eksodus sebagai sebuah [[Tipologi (teologi)|tipologi]] akan kebangkitan dan keselamatan oleh Yesus. Narasi tersebut juga bergema pada kelompok-kelompok non-Yahudi, seperti imigran dari [[Eropa]] yang melarikan diri ke Amerika untuk menghindari [[persekusi]], dan orang [[Afrika-Amerika]] yang berjuang untuk kebebasan dan hak-hak sipil.{{sfn|Berlin|Brettler|2004}}{{sfn|Baden|2019|p=xiv}} |
|||
== Ringkasan == |
== Ringkasan == |
||
{{further|Keluaran 13}} |
|||
[[Kitab Keluaran]] mencatat bagaimana asal mulanya terjadi perbudakan terhadap bangsa Israel di tanah Mesir, sampai mereka berteriak kepada Allah untuk meminta kebebasan, dan kemudian berfokus kepada kelahiran, masa muda sampai waktu dipanggilnya [[Musa]] untuk menjadi pemimpin bangsanya. Firaun Mesir tidak mau begitu saja membiarkan orang Israel pergi, sehingga Allah menghukum Firaun dan orang Mesir dengan sepuluh [[Tulah Mesir]]. Di akhir tulah kesepuluh, yaitu kematian anak-anak sulung, orang Israel diijinkan pergi dan di bawah pimpinan [[Musa]] sekitar 2 juta umat berjalan keluar, meninggalkan tanah Mesir dan melewati padang gurun menuju ke [[gunung Sinai]]. Di gunung tersebut Allah menyatakan diri-Nya kepada bangsa Israel serta mengikat perjanjian dengan mereka: Orang Israel harus melaksanakan ''torah'' (yaitu bermakna "hukum", "instruksi") Allah dan sebagai balasannya, Ia akan menjadi Allah mereka serta memberikan kepada mereka [[tanah Kanaan]] sebagai milik pusaka. [[Kitab Imamat]] mencatat hukum-hukum Allah, sedangkan [[Kitab Bilangan]] memuat kisah perjalanan umat itu, sekarang dipimpin oleh Allah mereka, menuju ke [[tanah Kanaan]]. Namun, bangsa Israel tidak berteguh hati percaya kepada Allah. Ketika mata-mata yang mereka kirim untuk mengintai tanah Kanaan melaporkan bahwa tanah itu dikuasai oleh "raksasa-raksasa", mereka menolak untuk pergi ke sana dan memberontak terhadap pimpinan Allah. Akibatnya Allah menjadi murka dan menghukum mereka untuk tetap mengembara di padang gurun selama 40 tahun, sampai semua orang dari generasi pertama yang meninggalkan Mesir, yang berusia 20 tahun ke atas, mati di padang gurun. Setelah 40 tahun itu maka generasi baru itu sampai di perbatasan Kanaan. [[Kitab Ulangan]] memuat kisah bagaimana, sambil memandang Tanah Perjanjian, [[Musa]] mengulangi cerita perjalanan dan hukum-hukum Allah kepada generasi baru ini. Kematian Musa (yang ditulis di bagian paling akhir dari [[Kitab Taurat]]) mengakhiri perjalanan keluar dari Mesir tersebut. |
[[Kitab Keluaran]] mencatat bagaimana asal mulanya terjadi perbudakan terhadap bangsa Israel di tanah Mesir, sampai mereka berteriak kepada Allah untuk meminta kebebasan, dan kemudian berfokus kepada kelahiran, masa muda sampai waktu dipanggilnya [[Musa]] untuk menjadi pemimpin bangsanya. Firaun Mesir tidak mau begitu saja membiarkan orang Israel pergi, sehingga Allah menghukum Firaun dan orang Mesir dengan sepuluh [[Tulah Mesir]]. Di akhir tulah kesepuluh, yaitu kematian anak-anak sulung, orang Israel diijinkan pergi dan di bawah pimpinan [[Musa]] sekitar 2 juta umat berjalan keluar, meninggalkan tanah Mesir dan melewati padang gurun menuju ke [[gunung Sinai]]. Di gunung tersebut Allah menyatakan diri-Nya kepada bangsa Israel serta mengikat perjanjian dengan mereka: Orang Israel harus melaksanakan ''torah'' (yaitu bermakna "hukum", "instruksi") Allah dan sebagai balasannya, Ia akan menjadi Allah mereka serta memberikan kepada mereka [[tanah Kanaan]] sebagai milik pusaka. [[Kitab Imamat]] mencatat hukum-hukum Allah, sedangkan [[Kitab Bilangan]] memuat kisah perjalanan umat itu, sekarang dipimpin oleh Allah mereka, menuju ke [[tanah Kanaan]]. Namun, bangsa Israel tidak berteguh hati percaya kepada Allah. Ketika mata-mata yang mereka kirim untuk mengintai tanah Kanaan melaporkan bahwa tanah itu dikuasai oleh "raksasa-raksasa", mereka menolak untuk pergi ke sana dan memberontak terhadap pimpinan Allah. Akibatnya Allah menjadi murka dan menghukum mereka untuk tetap mengembara di padang gurun selama 40 tahun, sampai semua orang dari generasi pertama yang meninggalkan Mesir, yang berusia 20 tahun ke atas, mati di padang gurun. Setelah 40 tahun itu maka generasi baru itu sampai di perbatasan Kanaan. [[Kitab Ulangan]] memuat kisah bagaimana, sambil memandang Tanah Perjanjian, [[Musa]] mengulangi cerita perjalanan dan hukum-hukum Allah kepada generasi baru ini. Kematian Musa (yang ditulis di bagian paling akhir dari [[Kitab Taurat]]) mengakhiri perjalanan keluar dari Mesir tersebut. |
||
Baris 34: | Baris 36: | ||
<!-- |
<!-- |
||
Albright's theory enjoyed popularity around the middle of the 20th century, but has now been generally abandoned in scholarship.<ref>{{cite book|last = Kitchen|first = Kenneth A|title = On the Reliability of the Old Testament|url = https://archive.org/details/onreliabilityold00kitc|publisher = [[Eerdmans]]|year = 2003|isbn = 978-0802849601|pages= [https://archive.org/details/onreliabilityold00kitc/page/309 309]–10}}</ref> |
Albright's theory enjoyed popularity around the middle of the 20th century, but has now been generally abandoned in scholarship.<ref>{{cite book|last = Kitchen|first = Kenneth A|title = On the Reliability of the Old Testament|url = https://archive.org/details/onreliabilityold00kitc|publisher = [[Eerdmans]]|year = 2003|isbn = 978-0802849601|pages= [https://archive.org/details/onreliabilityold00kitc/page/309 309]–10}}</ref> |
||
The evidence which led to the abandonment of Albright's theory include: the collar-rimmed jars have been recognised as an indigenous form originating in lowland Canaanite cities centuries earlier;<ref>Mary Joan Winn Leith, "How a People Forms", review of "''Biblical Peoples and Ethnicity: An Archaeological Study of Egyptians, Canaanites, Philistines and Early Israel''" (2001), Biblical Archaeology Review, May/June 2006, pp.22-23</ref> while some "Joshua" cities, including [[Tel Hazor|Hazor]], [[Lachish]], [[Tel Megiddo|Megiddo]] and others, have destruction and transition layers around 1250-1145 BCE, others, including [[Jericho]], have no destruction layers or were uninhabited during this period;{{sfn|Finkelstein, Silberman|2002|p=}}<ref name="Dever 2003 44-46">{{cite book|last = Dever|first = William G|title = Who Were the Early Israelites and Where Did They Come From?|publisher = [[Eerdmans]]|year = 2003|isbn = 0802844162|pages= |
The evidence which led to the abandonment of Albright's theory include: the collar-rimmed jars have been recognised as an indigenous form originating in lowland Canaanite cities centuries earlier;<ref>Mary Joan Winn Leith, "How a People Forms", review of "''Biblical Peoples and Ethnicity: An Archaeological Study of Egyptians, Canaanites, Philistines and Early Israel''" (2001), Biblical Archaeology Review, May/June 2006, pp.22-23</ref> while some "Joshua" cities, including [[Tel Hazor|Hazor]], [[Lachish]], [[Tel Megiddo|Megiddo]] and others, have destruction and transition layers around 1250-1145 BCE, others, including [[Jericho]], have no destruction layers or were uninhabited during this period;{{sfn|Finkelstein, Silberman|2002|p=}}<ref name="Dever 2003 44-46">{{cite book|last = Dever|first = William G|title = Who Were the Early Israelites and Where Did They Come From?|url = https://archive.org/details/whowereearlyisra0000deve|publisher = [[Eerdmans]]|year = 2003|isbn = 0802844162|pages= [https://archive.org/details/whowereearlyisra0000deve/page/44 44]–46}}</ref> and the [[Merneptah Stele]] indicates that a people called "Israel" were already known in Canaan by the reign of [[Merneptah]] (1213-1203 BCE).<ref>Currie, Robert and Hyslop, Stephen G. The Letter and the Scroll: What Archaeology Tells Us About the Bible. Washington, D.C.: National Geographic, 2009.</ref> |
||
Modern theories on the date - all of them popular rather than scholarly - tend to concentrate on an "early" Exodus, prior to c.1440 BCE. The major candidates are: |
Modern theories on the date - all of them popular rather than scholarly - tend to concentrate on an "early" Exodus, prior to c.1440 BCE. The major candidates are: |
||
Baris 42: | Baris 44: | ||
--> |
--> |
||
== |
== Hari paskah == |
||
{{Main|Paskah Yahudi}} |
{{Main|Paskah Yahudi}} |
||
Baris 94: | Baris 96: | ||
* [[Tulah Mesir]] |
* [[Tulah Mesir]] |
||
* Bagian [[Alkitab]] yang berkaitan: [[Keluaran 12]], [[Keluaran 13]], [[Bilangan 33]] |
* Bagian [[Alkitab]] yang berkaitan: [[Keluaran 12]], [[Keluaran 13]], [[Bilangan 33]] |
||
== Catatan == |
|||
{{Notelist}} |
|||
== Referensi == |
== Referensi == |
||
Baris 576: | Baris 581: | ||
{{refend}} |
{{refend}} |
||
{{Passover Footer}} |
|||
{{DEFAULTSORT: |
{{DEFAULTSORT:Keluar dari Mesir}} |
||
[[Kategori:Kitab Keluaran]] |
[[Kategori:Kitab Keluaran]] |
||
[[Kategori:Alkitab Ibrani]] |
[[Kategori:Alkitab Ibrani]] |
Revisi terkini sejak 23 Oktober 2023 09.35
Peristiwa Keluar dari Mesir (bahasa Ibrani: יציאת מצרים, translit. Yeẓi’at Miẓrayim; bahasa Yunani: ἔξοδος, translit. eksodos, har. 'Jalan ke Luar') adalah sebuah kisah pembentuk bangsa Israel.[1] Kisahnya menceritakan perbudakan yang dialami oleh orang-orang Israel dan kaburnya mereka kemudian dari Mesir, turunnya firman Tuhan di Gunung Sinai, dan pengembaraan liar hingga ke tepi dari Kanaan.[2] Pesannya adalah bahwa orang-orang Israel dibebaskan dari perbudakan oleh Yahweh, Tuhan mereka, dan yang mana menjadikan mereka sebagai kepunyaan Tuhan melalui perjanjian.[1]
Konsenus para ilmuwan modern menilai bahwa cerita dalam Taurat mengenai asal-usul bangsa Israel tidaklah akurat, yang tampaknya mereka justru berasal dari dataran tinggi Kanaan di akhir milenia ke-2 SM dari komunitas pribumi Kanaan itu sendiri.[3][4][5] Sejumlah peneliti modern mempercayai bahwa cerita mengenai Eksodus memiliki beberapa dasar historis atas penulisannya,[6][7] tetapi sangat sedikit isinya yang dapat dibuktikan,[8] dengan Kenton Sparks menyebutnya sebagai "mitos yang didasarkan pada sejarah".[1]
Narasi Eksodus tersebar pada empat Kitab Taurat atau Pentateukh, yakni Kitab Keluaran, Imamat, Bilangan, dan Ulangan. Terdapat kesepakatan yang luas di antara para ilmuwan bahwa Taurat disusun pada periode Israel dikontrol oleh Persia (abad ke-5 SM),[9] meskipun beberapa tradisi di baliknya lebih tua karena saduran terhadap cerita yang dibuat oleh para nabi abad ke-8 SM seperti Amos dan Hosea.[10][11]
Kisah Eksodus Alkitabiah adalah sesuatu yang sentral dalam Yudaisme, yang diceritakan tiap hari dalam ibadah Yahudi dan dirayakan pada festival-festival Yahudi seperti Paskah. Kristen awal memandang kisah Eksodus sebagai sebuah tipologi akan kebangkitan dan keselamatan oleh Yesus. Narasi tersebut juga bergema pada kelompok-kelompok non-Yahudi, seperti imigran dari Eropa yang melarikan diri ke Amerika untuk menghindari persekusi, dan orang Afrika-Amerika yang berjuang untuk kebebasan dan hak-hak sipil.[12][13]
Ringkasan
[sunting | sunting sumber]Kitab Keluaran mencatat bagaimana asal mulanya terjadi perbudakan terhadap bangsa Israel di tanah Mesir, sampai mereka berteriak kepada Allah untuk meminta kebebasan, dan kemudian berfokus kepada kelahiran, masa muda sampai waktu dipanggilnya Musa untuk menjadi pemimpin bangsanya. Firaun Mesir tidak mau begitu saja membiarkan orang Israel pergi, sehingga Allah menghukum Firaun dan orang Mesir dengan sepuluh Tulah Mesir. Di akhir tulah kesepuluh, yaitu kematian anak-anak sulung, orang Israel diijinkan pergi dan di bawah pimpinan Musa sekitar 2 juta umat berjalan keluar, meninggalkan tanah Mesir dan melewati padang gurun menuju ke gunung Sinai. Di gunung tersebut Allah menyatakan diri-Nya kepada bangsa Israel serta mengikat perjanjian dengan mereka: Orang Israel harus melaksanakan torah (yaitu bermakna "hukum", "instruksi") Allah dan sebagai balasannya, Ia akan menjadi Allah mereka serta memberikan kepada mereka tanah Kanaan sebagai milik pusaka. Kitab Imamat mencatat hukum-hukum Allah, sedangkan Kitab Bilangan memuat kisah perjalanan umat itu, sekarang dipimpin oleh Allah mereka, menuju ke tanah Kanaan. Namun, bangsa Israel tidak berteguh hati percaya kepada Allah. Ketika mata-mata yang mereka kirim untuk mengintai tanah Kanaan melaporkan bahwa tanah itu dikuasai oleh "raksasa-raksasa", mereka menolak untuk pergi ke sana dan memberontak terhadap pimpinan Allah. Akibatnya Allah menjadi murka dan menghukum mereka untuk tetap mengembara di padang gurun selama 40 tahun, sampai semua orang dari generasi pertama yang meninggalkan Mesir, yang berusia 20 tahun ke atas, mati di padang gurun. Setelah 40 tahun itu maka generasi baru itu sampai di perbatasan Kanaan. Kitab Ulangan memuat kisah bagaimana, sambil memandang Tanah Perjanjian, Musa mengulangi cerita perjalanan dan hukum-hukum Allah kepada generasi baru ini. Kematian Musa (yang ditulis di bagian paling akhir dari Kitab Taurat) mengakhiri perjalanan keluar dari Mesir tersebut.
Tulang-tulang Yusuf
[sunting | sunting sumber]Di dalam Kejadian 50:24-25 tertulis bahwa Yusuf meminta saudara-saudara dan keluarganya untuk bersumpah agar tulang-tulangnya dikuburkan di tanah Kanaan. Sewaktu berangkat keluar dari Mesir, Musa membawa tulang-tulang Yusuf bersamanya (Keluaran 13:19).[14] Di akhir Kitab Yosua dicatat, bahwa tulang-tulang Yusuf dikuburkan di Sikhem, di tanah milik yang dibeli Yakub dengan harga seratus kesita dari anak-anak Hemor, bapa Sikhem, dan yang ditentukan bagi bani Yusuf menjadi milik pusaka mereka (Yosua 24:32). Dengan demikian tulang-tulang Yusuf ini menjadi mata rantai yang mengikat Kitab Kejadian, Kitab Keluaran sampai ke Kitab Yosua, semacam jaminan bahwa keluarga Yakub, yaitu umat Israel, pasti akan dibawa TUHAN kembali ke tanah Kanaan.
Jalur
[sunting | sunting sumber]Kitab Taurat memuat daftar tempat-tempat persinggahan orang Israel selama perjalanan keluar dari Mesir dan pengembaraan di padang gurun. Sejumlah tempat keberangkatan dari daftar tersebut, termasuk Rameses (Ra'amses; diduga sama dengan Avaris; salah satu kota perbendaharaan yang dibangun dengan tenaga budak Israel, yang lain adalah Pitom) dan Sukot, telah diidentifikasi cukup jelas dengan situs-situs arkeologi di sisi timur delta sungai Nil,[15] demikian juga dengan Kadesh-Barnea,[16] di mana orang Israel diduga menghabiskan sebagian besar waktu mereka di padang gurun, tidak diketahui jelas. Penyeberangan Laut Merah juga tidak diketahui tepat tempatnya. Gunung Sinai diidentifikasi menurut tradisi Kristen pada abad ke-3 M di Semenanjung Sinai, tetapi tidak ada bukti-bukti tinggalnya orang Israel di sana.[17]
Setelah Firaun membiarkan bangsa itu pergi, Allah tidak menuntun mereka melalui jalan ke negeri orang Filistin, walaupun jalan ini yang paling dekat; sebab firman Allah: "Jangan-jangan bangsa itu menyesal, apabila mereka menghadapi peperangan, sehingga mereka kembali ke Mesir." Jalur yang paling dekat ini disebut: "Jalan Kerajaan" (royal roads atau "king's highways") yang telah dijalani selama berabad-abad sebelum dan sesudah peristiwa ini. Jalan yang juga dinamakan "jalan ke negeri orang Filistin" (Way of the Philistines) ini menyusuri pantai utara sepanjang Laut Tengah.[18] Garis ungu di peta di sebelah kanan menunjukkan jalan ke Shur (Way of Shur) yang menuju ke dalam daratan ke arah Shur, Asshur atau Siria melalui "jalan ke negeri orang Filistin". Menurut Ulangan 1:2, jarak dari Horeb (Gunung Sinai) ke Kadesh-Barnea (Kanaan Selatan) adalah sebelas hari perjalanan.
Tetapi Allah menuntun bangsa itu berputar melalui jalan di padang gurun menuju ke Laut Teberau. Dengan siap sedia berperang berjalanlah orang Israel dari tanah Mesir.[19]
Jalur Perniagaan Arab (Arabian Trade Route) yang berwarna hijau dan "jalan ke Seir" (Way of Seir) yang berwarna hitam dianggap jalur yang tidak mungkin dilalui. Jalan perniagaan Arab sebenarnya mempunyai keuntungan karena mengarah ke Kadesh-Barnea tetapi kemudian berputar ke timur ke arah Petra di sebeluah utara Teluk Aqaba/Eilat.
Waktu
[sunting | sunting sumber]Seder Olam Rabbah (dari abad ke-2 M) menetapkan perhitungan bahwa peristiwa keluar dari Mesir itu terjadi pada tahun Yahudi 2448 AM (= 1313 SM). Tarikh ini menjadi tradisional di kalangan Yudaisme Rabbinik.[20]
Dalam pertengahan pertama abad ke-20, peristiwa "Exodus" ini ditarikhkan berdasarkan ayat 1 Raja–raja 6:1, yang menyatakan bahwa bangsa Israel keluar dari Mesir 480 tahun sebelum pembangunan Bait Suci Pertama, pada tahun ke-4 pemerintahan raja Salomo. Menyamakan kronologi Alkitab dengan sejarah terkenal sulit, tetapi Edwin Thiele membuat perhitungan rekonsiliasi yang paling banyak diterima mengenai masa pemerintahan raja-raja Israel dan Yehuda, dan menempatkan Exodus pada sekitar tahun 1450 SM, dalam masa pemerintahan Firaun Thutmose III (1479-1425 SM).[21] Pada pertengahan abad ke-20 menjadi nyata bahwa catatan arkeologi tidak memungkinkan pentarikhan ini. Mumi Thutmoses III telah ditemukan pada tahun 1881,[22] dan catatan Mesir pada zaman itu tidak menyebutkan adanya kelompok yang dapat diidentifikasikan dengan 2 juta budak Ibrani, maupun tercatat peristiwa-peristiwa yang dalam dihubungkan dengan tulah Mesir. Lagi pula, penggalian pada tahun 1930-an gagal menemukan bekas-bekas kehancuran besar kota-kota di Kanaan pada periode sekitar tahun 1400 SM.
Kurangnya bukti-bukti ini membuat arkeolog Alkitab terkemuka pada zamannya, William F. Albright, mengusulkan sebuah alternatif, yaitu "Eksodus lambat" ("late Exodus") sekitar tahun 1200-1250 SM. Argumennya didasarkan pada banyak bukti kehancuran kota-kota Beitel (Betel) dan kota-kota lain pada zaman itu, dan munculnya suatu jenis rumah khas dan periuk bertepi bulat khas pada zaman yang sama, yang menurutnya berasal dari orang Israel yang baru tiba di tanah tersebut.
Hari paskah
[sunting | sunting sumber]Peristiwa Keluar dari Mesir merupakan tema dari Hari Raya Yahudi Paskah.[23] Istilah Ibrani untuk hari raya ini, yaitu "Pesakh" ("melewati"), merujuk kepada perintah Allah kepada orang Israel untuk menyiapkan roti tidak beragi karena mereka akan pergi dengan tergesa-gesa, dan untuk menandai ambang dan palang pintu rumah mereka dengan darah domba yang disembelih, sehingga "malaikat" atau "pemusnah" yang ditugaskan untuk membunuh anak sulung orang Mesir akan "melewati" mereka.
Tradisi Yahudi memelihara kenangan nasional dan pribadi akan kisah yang penting ini dalam hidup sehari-hari. Contohnya adalah dengan memakai tefilin (Jewish phylacteries) pada lengan dan dahi, memakai tzitzit (jumbai-jumbai ritual yang diikatkan pada keempat ujung syal sembahyang; knotted ritual fringes attached to the four corners of the prayer shawl), menyantap matzot (roti tidak beragi; unleavened bread) selama hari-hari perayaan Paskah, puasa anak sulung sehari sebelum Paskah, dan penebusan anak-anak sulung manusia maupun hewan.
Catatan di luar Alkitab
[sunting | sunting sumber]- Catatan tertua di luar Alkitab mengenai keluarnya bangsa Israel dari Mesir didapati pada tulisan pengarang Yunani, Hecataeus dari Abdera: orang Mesir menimpakan kesalahan atas datangnya suatu tulah kepada orang-orang asing dan mengusir mereka ke luar dari negara tersebut, di mana "Musa", pemimpin mereka, membawa mereka ke tanah Kanaan, di mana ia mendirikan kota Yerusalem.[24] Hecataeus menulis karyanya pada akhir abad ke-4 SM, tetapi bagian ini mungkin saja disisipkan pada pertengahan abad ke-1 SM.[25]
- Catatan paling terkenal ditulis oleh sejarawan Mesir, Manetho (abad ke-3 SM), yang diketahui dari dua kutipan oleh sejarawan Yahudi-Romawi dari abad ke-1 M, Flavius Yosefus. Dalam kutipan pertama, Manetho menggambarkan orang Hyksos, asal mula mereka yang rendah di Asia, pengambilan kekuasaan dan pengusiran mereka dari Mesir, serta kemudian pendirian kota Yerusalem dan Bait Sucinya. Yosefus (bukan Manetho) mengidentifikasi orang Hyksos dengan orang Yahudi.[26] Dalam kutipan kedua, Manetho menuliskan bagaimana 80.000 orang penderita penyakit kusta dan "orang tidak bersih" lainnya, dipimpin oleh seorang imam bernama Osarseph, menggalang kekuatan bersama orang Hyksos yang dulu, sekarang tinggal di Yerusalem, untuk mengambil alih kekuasaan di Mesir. Mereka menyebabkan kekacauan sampai akhirnya Firaun dan putranya mengusir mereka keluar dari perbatasan Siria, di mana Osarseph memberikan sebuah aturan hukum kepada para penderita kusta tersebut serta mengganti namanya menjadi Musa.[27] Manetho berbeda dengan penulis-penulis lain dalam menggambarkan pengikut-pengikut pemimpin ini sebagai orang Mesir, bukan orang Yahudi, dan menggunakan nama lain yang bukan Musa, sebagai pemimpin pemberontakan,[24] meskipun identifikasi Osarseph dengan Musa mungkin merupakan tambahan kemudian.[27][28]
Lihat pula
[sunting | sunting sumber]- Hari Raya Yahudi
- Harun
- Musa
- Papirus Ipuwer
- Paskah Yahudi
- Penyeberangan Laut Merah
- Tulah Mesir
- Bagian Alkitab yang berkaitan: Keluaran 12, Keluaran 13, Bilangan 33
Catatan
[sunting | sunting sumber]Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ a b c Sparks 2010, hlm. 73.
- ^ Redmount 2001, hlm. 59.
- ^ Grabbe 2017, hlm. 36.
- ^ Meyers 2005, hlm. 6–7.
- ^ Moore & Kelle 2011, hlm. 81.
- ^ Faust 2015, p.476: "While there is a consensus among scholars that the Exodus did not take place in the manner described in the Bible, surprisingly most scholars agree that the narrative has a historical core, and that some of the highland settlers came, one way or another, from Egypt..".
- ^ Redmount 2001, hlm. 61: "A few authorities have concluded that the core events of the Exodus saga are entirely literary fabrications. But most biblical scholars still subscribe to some variation of the Documentary Hypothesis, and support the basic historicity of the biblical narrative."
- ^ Redmount 2001, hlm. 87: "The biblical text has its own inner logic and consistency, largely divorced from the concerns of secular history. [...] conversely, the Bible, never intended to function primarily as a historical document, cannot meet modern canons of historical accuracy and reliability. There is, in fact, remarkably little of proven or provable historical worth or reliability in the biblical Exodus narrative, and no reliable independent witnesses attest to the historicity or date of the Exodus events."
- ^ Romer 2008, hlm. 2.
- ^ Lemche 1985, hlm. 327.
- ^ Redmount 2001, hlm. 63: "Clearly, significant portions are not and were never intended to be historiographic. [...] The biblical Exodus account was never intended to function or to be understood as history in the present-day sense of the word."
- ^ Berlin & Brettler 2004.
- ^ Baden 2019, hlm. xiv.
- ^ Keluaran 13:19
- ^ Van Seters 1997, hlm. 255ff.
- ^ Mercer Dictionary of the Bible, entry for Kadesh Barnea (Mercer University Press, 1991) p.485
- ^ Hoffmeier 2005, hlm. 115ff.
- ^ Keluaran 13:17
- ^ Keluaran 13:18
- ^ Seder Olam Rabbah, Finegan, Jack, Handbook of Biblical Chronology, Revised Ed., Hendrickson Publishers, Inc., 1998, p. 111
- ^ Howard, David M. Jr. and Michael A. Grisanti (editors) (2003). "The Date of the Exodus (by William H. Shea)". Giving the Sense: Understanding and Using the Old Testament Historical Texts. Kregel Publications. ISBN 9781844740161.
- ^ "Tuthmosis", Egyptology Online[pranala nonaktif permanen]
- ^ אָמַר לָהֶם רִבִּי אֶלְעָזָר בֶּן עֲזַרְיָה, הֲרֵי אֲנִי כְּבֶן שִׁבְעִים שָׁנָה, וְלֹא זָכִיתִי שֶׁתֵּאָמֵר יְצִיאַת מִצְרַיִם Passover Hagadah according to Mishneh Torah (Hebrew original), (mechon-mamre.org)
- ^ a b Noll 2001, hlm. 34.
- ^ Gmirkin 2006, hlm. 55-56.
- ^ Droge 1996, hlm. 121-122.
- ^ a b Droge 1996, hlm. 134-135.
- ^ Feldman 1998, hlm. 342.
Pustaka
[sunting | sunting sumber]- Beitzel, Barry (Spring 1980). "Exodus 3:14 and the divine Name: A Case of Biblical Paronomasia". Trinity Journal (Trinity Divinity School). 1: 5–20.
- Butzer, Karl W. (1999). "Demographics". Dalam Bard, Kathryn A.; Shubert, Steven. Encyclopedia of the archaeology of ancient Egypt. Routledge. ISBN 0-907459-04-8.
- Davies, Graham (2001). "Introduction to the Pentateuch". Dalam Barton, John. Oxford Bible Commentary. Oxford University Press. hlm. 37.
- Davies, Graham (2004). "Was There an Exodus?". Dalam Day, John. In search of pre-exilic Israel: proceedings of the Oxford Old Testament Seminar. Continuum.
- Davies, Philip (1998). Scribes and Schools: The Canonization of the Hebrew Scriptures. Westminster John Knox.
- Dever, William (2001). What Did the Biblical Writers Know, and When Did They Know It?. Eerdmans. ISBN 3-927120-37-5.
- Dever, William (2003). Who Were the Early Israelites and Where Did They Come From?. Eerdmans. ISBN 3-927120-37-5.
- Droge, Arthur J. (1996). "Josephus Between Greeks and Barbarians". Dalam Feldman, L.H.; Levison, J.R. Josephus' Contra Apion. Brill.
- Feldman, Louis H. (1998). Josephus's interpretation of the Bible. University of California Press.
- Finkelstein, Israel; Silberman, Neil Asher (2001). The Bible Unearthed. Free Press. ISBN 0-684-86912-8.
- Gmirkin, Russell E. (2006). Berossus and Genesis, Manetho and Exodus: Hellenistic Histories and The Date of the Pentateuch. T & T Clark International.
- Grisanti, Michael A. (2011). "The Book of Numbers". Dalam Merrill, Eugene H.; Rooker, Mark; Grisanti, Michael A. The World and the Word. B&H Publishing.
- Guillaume, Philippe. "Tracing the Origin of the Sabbatical Calendar in the Priestly Narrative, Genesis 1 to Joshua 5". Journal of Hebrew Scriptures. 5, article 13, Spring 1980.
- Hayes, John Haralson; Miller, James Maxwell (1986). A History of Ancient Israel and Judah. Westminster John Knox.
- Hoffmeier, James K (1999). Israel in Egypt. Oxford University Press. ISBN 9780195130881.
- Hoffmeier, James K (2005). Ancient Israel in Sinai. Oxford University Press. ISBN 9780195155464.
- Killebrew, Anne E. (2005). Biblical Peoples and Ethnicity. Society of Biblical Literature.
- Kitchen, Kenneth (2006). "Egyptology and the traditions of early Hebrew antiquity (Genesis and Exodus)". Dalam Rogerson, John William; Lieu, Judith. The Oxford handbook of biblical studies. Oxford University Press.
- Knight, Douglas A (1995). "Deuteronomy and the Deuteronomist". Dalam Mays, James Luther; Petersen, David L.; Richards, Kent Harold. Old Testament Interpretation. T&T Clark.
- Lemche, Niels Peter (1985). Early Israel: anthropological and historical studies. Brill.
- Levinson, Bernard Malcolm (1997). Deuteronomy and the hermeneutics of legal innovation. OUP.
- McDermott, John (2002). Reading the Pentateuch. Paulist Press.
- McEntire, Mark (2008). Struggling with God: An Introduction to the Pentateuch. Mercer University Press.
- Meyers, Carol (2005). Exodus. Cambridge University Press.
- Noll, K.L. (2001). Canaan and Israel in Antiquity: An Introduction. Sheffield Academic Press.
- Practico, Gary D. (Summer 1985). "Nelson Glueck's 1938-1940 Excavations at Tell el-Kheleifeh: A Reappraisal". Bulletin of the American Schools of Oriental Research (BASOR). No. 259: 1–32.
- Redmount, Carol A. (1998). "Bitter Lives: Israel In And Out of Egypt". Dalam Coogan, Michael D. The Oxford History of the Biblical World. OUP.
- Rofé, Alexander (2002). Deuteronomy: Issues and Interpretation. T&T Clark.
- Rogerson, John W (2003). "Deuteronomy". Dalam Dunn, James D. G. Eerdmans Commentary on the Bible. Eerdmans.
- Rohl, David (1995). Pharoahs and Kings. Crown Publishers.
- Russell, Stephen C. (2009). Images of Egypt in early biblical literature. Walter de Gruyter.
- Shaw, Ian (2002). "Israel, Israelites". Dalam Jameson, Robert; Ian. A dictionary of archaeology. Wiley Blackwell.
- Shea, William H. (2002). "The Date of the Exodus". Dalam Grisanti, Michael A.; Howard, David M. Giving the Sense: Understanding and Using Old Testament Historical Texts. Kregel Academic.
- Soggin, John (1998 [tr.1999]). An Introduction to the History of Israel and Judah. SCM Press.
- Sparkes, Kenton L. (2010). "Genre Criticism". Dalam Dozeman, Thomas B. Methods for Exodus. Cambridge University Press.
- Tigay, Jeffrey H. (2004). "Exodus". Dalam Berlin, Adele; Brettler, Marc Zvi. The Jewish study Bible. Oxford University Press.
- Van Seters, John (1997). "The Geography of the Exodus". Dalam Silberman, Neil Ash. The land that I will show you. Sheffield Academic Press. ISBN 978-1850756507.
- Walton, John H. (2003). "Exodus, date of". Dalam Alexander, T.D.; Baker, David W. Dictionary of the Old Testament: Pentateuch. InterVarsity Press.
- Whitelam, Keith W. (2006). "General problems of studying the text of the bible...". Dalam Rogerson, John William; Lieu, Judith. The Oxford handbook of biblical studies. Oxford University Press.