Lompat ke isi

Bahasa Jawa Indramayu: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Jatibarang (bicara | kontrib)
Perbaikan tata bahasa
Tag: Pengembalian manual Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler Suntingan aplikasi Android
Nyilvoskt (bicara | kontrib)
k Mengembalikan suntingan oleh Kang Hen45 (bicara) ke revisi terakhir oleh Fachrian Muzaqi
Tag: Pengembalian Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
 
(96 revisi perantara oleh 26 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{bahasa
{{bahasa
|name= Jawa Indramayu
| name = Jawa Indramayu
| nativename = {{jav|ꦧꦱꦗꦮꦆꦤ꧀ꦢꦿꦩꦪꦸ}}<!-- LIHAT HALAMAN PEMBICARAAN DAHULU JIKA INGIN MENGGANTI--><br>''Basa Jawa Indramayu''
|nativename=  {{jav|ꦧꦱꦢꦼꦂꦩꦪꦺꦴꦤꦤ꧀}}<br>basa dermayon
| states = [[Indonesia]]
| familycolor= Austronesian
| region = [[Kabupaten Indramayu]], sebagian utara dan timur [[Kabupaten Subang]] dan sebagian utara [[Kabupaten Karawang]] ([[Jawa Barat]])
|states= {{flag|Indonesia}}
| speakers = ± 2 juta [[bahasa ibu|penutur jati]]
| region= {{flag|Jawa Barat}}
| date = 2020
* [[File:Seal of Indramayu Regency.svg|15px]] [[Kabupaten Indramayu]]
| ethnicity = [[Suku Jawa|Jawa]]
* [[File:Seal of Subang Regency.svg|15px]] [[Kabupaten Subang]] (sebagian utara dan timur)
| fank =
* [[File:LAMBANG_KABUPATEN_KARAWANG.svg|15px]] [[Kabupaten Karawang]] (sebagian utara
| familycolor = Austronesia
| speakers= ± 2 juta [[bahasa ibu|penutur jati]]
| fam2 = [[Rumpun bahasa Melayu-Polinesia|Melayu-Polinesia]]
| date=2020
| ancestor=[[Bahasa Jawa Kuna]]
| fam3 = [[Bahasa Jawa Kuno|Jawa Kuno]]
| ethnicity=[[Suku Jawa|Jawa]]
| fam4 = [[Bahasa Jawa|Jawa Pertengahan]]
| fam5 = [[Bahasa Jawa|Jawa Kulonan]]
| fank=
| fampos = Jawa
| fam2= [[Rumpun bahasa Melayu-Polinesia|Melayu-Polinesia]]
| nation =
| fam3= [[Rumpun bahasa Melayu-Polinesia Inti|MP Inti]]
| script = [[Aksara Jawa]]<br />[[Abjad Pegon]]<br />[[Alfabet Latin]]
| fam4= [[Tegal]]
| agency = Lembaga Bahasa dan Sastra Jawa Indramayu
| fam5= [[Pemalang]]
| iso1 =
| fam6= [[Banyumas]]
| nation=
| iso2 =
| glotto = indr1248
| script= [[Aksara Jawa]] <br> [[alfabet Latin]]
}}
| agency= Lembaga Bahasa dan Sastra Jawa Indramayu
| iso1=
| iso2=
| glotto=indr1248
}}
{{Utama|Bahasa Dermayon}}
'''Dialek Dermayon''' (disebut juga '''bahasa jawa indramayu''')([[Carakan]]: {{jav|ꦧꦱꦢꦼꦂꦩꦪꦺꦴꦤꦤ꧀}}). '''Bahasa Dermayon''' adalah Bahasa Jawa dialek Dermayon (Indramayu) yang dipergunakan oleh penduduk jawa di utara pulau jawa bagian barat.
'''Bahasa Dermayon''' memiliki banyak kosa kata di dalamnya, hal ini dikarenakan bahasa dermayon adalah bahasa jawa campuran (Campursari) atau persatuan dari berbagai kosa kata dalam bahasa jawa yang berbeda pada sebagian kecil desa yang berada di daerah Indramayu di masa lampau. Hal itulah yang membentuk suatu Dialek Dermayon.


'''Bahasa Jawa Indramayu''' atau '''dialek Dermayu''' ({{lang-jv|ꦧꦱꦗꦮꦆꦤ꧀ꦢꦿꦩꦪꦸ<!-- LIHAT HALAMAN PEMBICARAAN DAHULU JIKA INGIN MENGGANTI-->|Basa Jawa Indramayu}}) adalah dialek [[bahasa Jawa]] yang dituturkan di pesisir utara [[Jawa Barat]] terutama di [[Kabupaten Indramayu]], sebagian utara dan timur [[Kabupaten Subang]], serta sebagian utara [[Kabupaten Karawang]].<ref>{{Cite web|url=https://bahasa.indramayu.top/|title=Kamus Bahasa Jawa Indramayu Indonesia Lengkap|last=|access-date=2019-08-11|archive-date=2019-07-16|archive-url=https://web.archive.org/web/20190716000204/https://bahasa.indramayu.top/|dead-url=yes}}</ref><ref>{{Cite web|url=https://indramayukab.go.id/sekilas-indramayu/|title=Sekilas Indramayu – Situs resmi kab. Indramayu|website=indramayukab.go.id|access-date=2019-08-11}}</ref>
'''Bahasa Dermayon''' terdapat 3 Tingkatan :

Pada setiap tingkatannya terdapat perbedaan dalam kosa kata dan juga aturan penggunaan dalam bahasa jawa dermayon ini. Berikut ini penjelasannya :

'''N1'''. '''[[Ngoko]]''' artinya pengucapan kosa kata yang digunakan dalam bahasa sehari-hari atau masyarakat Indramayu menyebutnya ('''basa kasaran''' atau '''bahasa kasar''').

- '''Aturan''' penggunaan Kosa Kata '''Ngoko''' hanya boleh di gunakan, apabila anda berbicara dengan lawan bicara yang sudah dikenal sebelumnya dan lawan bicara anda di bawah usia dari anda.

'''N2'''. '''[[Madya]]''' artinya merupakan bentuk Kosa Kata campuran antara Besiken dan Ngoko.

- '''Aturan''' penggunaan Kosa Kata '''Madya''' seringkali digunakan oleh pembicara yang seumuran dengan anda.

'''N1'''. '''Besiken''' artinya '''[[Krama Inggil]]''' yang mana bentuk Kosa Kata dari besiken semuanya mengunakan kosa kata yang sangat halus atau krama inggil dan masyarakat Indramayu menyebutnya '''Besiken'''.

- '''Aturan''' penggunaan kosa kata '''Besiken''' atau '''Krama Inggil''' digunakan pada saat anda berbicara dengan orang tua atau dengan lawan bicara yang usianya lebih tua dari anda. 



'''Dialek Dermayon (Indramayu)''' ini juga sebagai bahasa induk dialek jawa pesisir utara pulau jawa bagian barat.
Digunakan di wilayah [[Kabupaten Indramayu]], bagian utara di [[Majalengka|Kabupaten Majalengka]], bagian utara atau timur di [[Subang|Kabupaten Subang]] dan di utara [[Karawang|Kabupaten Karawang]] Provinsi [[Jawa Barat]], Indonesia.<ref>{{Cite web|url=https://bahasa.indramayu.top/|title=Kamus Bahasa Jawa Indramayu Indonesia Lengkap|last=|access-date=2019-08-11}}</ref><ref>{{Cite web|url=https://indramayukab.go.id/sekilas-indramayu/|title=Sekilas Indramayu – Situs resmi kab. Indramayu|website=indramayukab.go.id|access-date=2019-08-11}}</ref>


== Sejarah ==
== Sejarah ==
Perbedaan yang mencolok dari kebudayaan masyarakat [[Indramayu]] dengan kebudayaan masyarakat [[Jawa Barat]] pada umumnya terdapat pada bahasa yang digunakan.<ref name="dasuki-1977">{{cite book|author1=Dasuki, H. A.|author2=Sardjono, J. P.|author3=Sumardjo|author4=Djamara|title=Sejarah Indramayu|year=1977|publisher=Pemerintah Kabupaten Derah Tingkat II Indramayu|location=Indramayu|pages=359}}</ref> Sebagian besar masyarakat Indramayu menggunakan bahasa Jawa Indramayu sebagai bahasa daerahnya meskipun di beberapa [[kecamatan]] seperti [[Lelea, Indramayu|Kecamatan Lelea]] dan [[Kandanghaur, Indramayu|Kecamatan Kandanghaur]] ada juga yang menggunakan [[bahasa Sunda]].
{{rujukan}}


Pada dasarnya bahasa Jawa yang dipertuturkan di Indramayu dan sekitarnya merupakan bagian dari rumpun dialek [[bahasa Jawa]].<ref name="kasim-2020">{{cite book|last=Kasim|first=Supali|title=Bahasa Jawa Indramayu: Latar Sosiolingustik, Dialektiktologi, Politisasi & Pemertahanan Bahasa|year=2020|publisher=Rumah Pustaka|location=Indramayu|pages=188|isbn=9786237788652}}</ref> Masyarakat Indramayu umumnya dapat berbicara dalam dua bahasa dengan baik atau dapat saling mengerti walaupun mereka masing-masing menggunakan bahasa yang berbeda.<ref name="dahuri-2004">{{cite book|last1=Dahuri|first1=Rokhimin|last2=Irianto|first2=Bambang|last3=Arovah|first3=Eva Nur|title=Budaya Bahari-Sebuah Apresiasi di Cirebon|year=2004|publisher=PNRI|location=Jakarta|pages=103|isbn=9793747064}}</ref>
Wilayah [[Indramayu]], [[Majalengka]], bagian barat [[Kuningan]], [[Pamanukan]] di masa lampau adalah Distrik dari [[Kerajaan Majapahit]], namun pada tahun [[1441]] Masehi daerah itu mendirikan kepemerintahannya sendiri yaitu '''Nagari Kasultanan Dharma-ayu pada 1441 Masehi''' setelah perang dengan kerajaan Galunggung [[Tasikmalaya]].


=== Asal usul ===
Arya Wiralodra sebagai pendiri Indramayu menjadi tonggak awal digunakannya bahasa Jawa di Indramayu.<ref name="kasim-2020"/> Ia diketahui memiliki beberapa julukan di antaranya Pangeran Gagak Wiralodra, Pangeran Darmawijaya dan Pangeran Indrawijaya. Arya Wiralodra adalah putra Adipati Singalodra penguasa Bagelen dari [[Jawa Tengah]].<ref name="prawiradiredja-2005">{{cite book|last=Prawiradiredja|first=Mohammed Sugianto|title=Cirebon: Falsafah, Tradisi, dan Adat Budaya|year=2005|publisher=PNRI|location=Jakarta|pages=39-41|isbn=9793747161}}</ref> Dalam Babad Dermayu koleksi [[Museum Sri Baduga]], diriwayatkan bahwa Arya Wiralodra adalah tokoh yang gagah berani dan memiliki senjata pusaka bernama Cakra Udaksana.<ref name="manasa-2008">{{citation|author=Tim Peneliti-Masyarakat Pernaskahan Nusantara (Manasa) Jawa Barat|title=Babad Dermayu|year=2008|publisher=Balai Pengelolaan Museum Negeri Sri Baduga|location=Bandung|pages=211}}</ref> Arya Wiralodra dinilai sebagai sosok pemimpin ideal yang menjadi kebanggaan masyarakat Indramayu. Hal ini dibuktikan dengan pemeliharaan situs peninggalan Arya Wiralodra beserta keturunannya yang masih dirawat dengan baik bahkan direvitalisasi beberapa kali dengan biaya yang cukup besar.


=== Perkembangan ===
Tom pires juga memaparkan adanya kerajaan jawa, ia menyebutkan pada masa sebelumnya kerajaan jawa dipimpin Aria Wiralodra, kaitan cimanuk hilir (indramayu) dengan majapahit sejalan dengan bukti arkeologis di [[Dermayu, Sindang, Indramayu|Desa Dermayu]] , [[Sindang, Indramayu|Kecamatan Sindang]], Kabupaten Indramayu kini, yakni berupa makam di sekitar tepi [[Sungai Cimanuk]] pada pusara tersebut, menurut penelisik arkeolog nanang saptono (2000). terdapat ukiran pada batu pusara tersebut berupa "Surya Majapahit" yaitu lambang negara majapahit, kompleks makam tersebut dijaga petugas dari cagar budaya wilayah Jawa Barat, DKI Jakarta dan Serang dibawah Ditjen Kebudayaan Kemdikbud RI, makam tersebut berkaitan dengan tokoh ternama arya dillah atau arya damar , Bupati Palembang pada masa [[Majapahit]].
Bahasa Jawa di Indramayu kian mengalami perkembangannya ketika kebijakan Mataram yang mengangkat pejabat-pejabat bawahannya untuk menjaga perbatasan di wilayah Cimanuk. Mereka juga diberi tugas untuk mengolah lumbung padi dan memproduksi beras.<ref name="kasim-2011">{{cite book|last=Kasim|first=Supali|title=Menapak Jejak Sejarah Indramayu|year=2011|publisher=Frame Publishing|location=Yogyakarta|pages=87|isbn=9786025557286}}</ref> Hal ini diperkuat dengan catatan dalam naskah [[Sanghyang Siksa Kandang Karesian]] bahwa orang Sunda baru mulai bercocok tanam paling cepat [[abad ke-16]] dan semakin berkembang pada [[abad ke-17]], karena mereka terbiasa berladang.<ref name="ekadjati-2005">{{cite book|first=Edi S.|last=Ekadjati|title=Kebudayaan Sunda-Zaman Pajajaran. Jilid II|year=2005|publisher=Pustaka Jaya|location=Bandung|pages=151|isbn=9794193348}}</ref> Kegiatan bersawah mulai dikenalkan oleh pasukan Mataram yang sengaja didatangkan ke Indramayu untuk mengolah lumbung padi dan memasok beras kepada pasukan Mataram yang sedang berperang melawan VOC di Batavia pada tahun 1628.<ref name="collier-1986">{{cite book|last1=Collier|first1=William L|last2=Sajogyo (peny.)|title=Budidaya Padi di Jawa|year=1986|publisher=Gramedia|location=Jakarta|pages=339}}</ref>


Pada [[abad ke-19]] pertanian dengan cara bersawah menjadi kegiatan utama masyarakat Indramayu secara umum karena hasilnya lebih menguntungkan.<ref name="collier-1986"/> Bukti lebih lanjut dapat ditemukan dalam ''Dagh Register'' yang ditulis oleh VOC pada 9 Desember 1693, melaporkan adanya kegiatan pertanian padi yang dilakukan secara berturut-turut di wilayah Indramayu.<ref name="lubis-2003">{{cite book|author1=Lubis|author2=Herlina, Nina|author3=dkk|title=Sejarah Tatar Sunda. Jilid I|year=2003|publisher=Satya Historika|location=Bandung|pages=61|isbn=9799635365}}</ref> Sejak saat itu Indramayu menjadi daerah di pesisir utara Jawa yang memiliki area persawahan yang cukup luas. Hal ini yang mendorong masyarakat Indramayu lebih dahulu mengenal sistem bersawah dibanding dengan daerah pedalaman Jawa Barat yang masih bergantung dengan sistem berladang.<ref name="lombard-2005">{{cite book|last=Lombard|first=Denys|title=Nusa Jawa: Silang Budaya. Jilid I|year=2005|publisher=Gramedia Pustaka Utama|location=Jakarta|pages=23|isbn=9789796054527}}</ref> Meskipun di pesisir utara Jawa tidak terkena hujan musim kemarau, namun masyarakat Indramayu sudah lebih dahulu mengenal sistem irigasi sehingga penanaman padi tetap dapat dilakukan sepanjang tahun.<ref name="lombard-2005"/>
Kaitan arya damar dihubungkan pula dengan nama raden kusen / kin san (adik raden patah demak) yang juga putra arya damar, seperti yang dicatat dalam babad mertasinga yang dipaparkan filolog Raffan S.Hasyim, Raden Kusen menjalani hukuman agar mendalami agama islam disekitar Sungai Cimanuk, setelah peristiwa terbunuhnya sunan ngundung (ayah sunan kudus) di wilayah [[Kesultanan Demak]] Raden susen yang juga adik raden patah berbeda ayah , akhirnya menetap disekitar [[Sungai Cimanuk]], bahkan beristri penduduk sekitar dan menurunkan silsilah hingga pada Ki Geden Penganjang dan Ki Geden Paoman.


Berkembangnya sistem pertanian yang terjadi di Indramayu tidak hanya membawa perubahan budaya tetapi juga bahasa.<ref name="dasuki-1977"/> Hal ini yang mempengaruhi bahasa Jawa Indramayu lambat laun kian berkembang. Indramayu yang berada di wilayah perbatasan Sunda dan Jawa menjadikan penduduknya dapat memahami dua bahasa dengan baik walaupun dalam percakapan sehari-hari antar keduanya masing-masing saling menggunakan bahasanya tersendiri, namun tetap komunikatif.<ref name="kasim-2020"/>
Realitas seperti itu memiliki kaitan dengan tersebarnya [[Bahasa Jawa]] disekitar Indramayu yang cenderung dari pengaruh masa Majapahit abad ke-15 hingga sekarang kata-kata Bahasa Jawa kuno dan pertengahan masih digunakan penduduk Indramayu, seperti kata "Reyang" (Saya untuk laki2), Dermaga yang artinya Jalan raya, Kuwu (Kepala desa), Lebu (Balai desa), Manjing (Masuk), Rabi (Istri), Laki (Suami), Kisik (Pantai), Umah (Rumah), Miyang (Pergi) Dan sebagainya.


== Kosakata ==
Bahasa Jawa di Indramayu juga semakin mendapatkan pengaruh setelah majapahit runtuh karena pengaruh [[Walisongo]] melalui [[Kesultanan Demak]] dan Cirebon, bahkan sebelumnya pengaruh kuat dalam syiar islam di Indramayu oleh uwak [[Sunan Gunung Jati]], yakni mbah kuwu cerbon atau walangsungsang atau cakrabuana, ki somadullah , abdullah iman, syiar itu bersama-sama Ki Gedhen itu berada di kompleks pemakaman gunung jati, Cirebon. disitu Bahasa Jawa di Indramayu mengikuti fase Bahasa Jawa pertengahan, kemudian mulai tahun 1628-1629 pengaruh fase Bahasa Jawa baru masuk dari Kesultanan Mataram (sultan agung) yang saat itu menguasai hampir seluruh [[Pulau Jawa]] pada saat itu terjadi penyerbuan ke [[Batavia]] tetapi dua kali penyerangan itu mengalami kekalahan, salah satu laskar Sultan Agung dari bagelan bernama Wiralodra Kemudian diangkat menjadi adipati dermayu (indramayu) catatan [[Belanda]] menyebutnya angka tahun 1678.
Perbandingan kosakata dialek bahasa Jawa Indramayu, [[bahasa Jawa Banyumasan|Banyumasan]], [[bahasa Jawa Tegal|Tegal]] dan [[bahasa Jawa Pekalongan|Pekalongan]]:


{| class="wikitable"
[[Bahasa Jawa]] di Indramayu sekarang menjadi dialek sendiri berdasarkan pengaruh dari fase Jawa kuno pertengahan dan baru, tidak hanya pengaruh dari [[Kerajaan Medang|Mataram]], sultan agung yang merupakan fase jawa baru, demikian pula tidak ada dari pengaruh dari [[Orang Banyumasan|Jawa Banyumas]], pada awalnya hanya saja, pada tahun 1920 ketika belanda selesai membangun waduk di wilayah barat indramayu banyak terjadi migrasi dari [[Kabupaten Brebes|Brebes]], [[Kabupaten Tegal|Tegal]], [[Kabupaten Cirebon|Cirebon]] dan Wilayah timur Indramayu ke wilayah barat Indramayu yang subur. Adanya migrasi tersebut menjadi penduduk di wilayah barat Indramayu , sehingga penyebutan diri di Indramayu ada yang menyebut dirinya "Inyong", "Isun", Dan Reyang, Wilayah Inyong Ada dibeberapa blok atau desa atau sekitar 10% secara umum dan keseluruhan, di kabupaten indramayu untuk penyebutan diri adalah "Reyang" yang mempunyai arti (Saya untuk laki-laki), Dan "Kita" (Saya untuk laki-laki dan perempuan).<ref>[https://kompas.id/baca/tokoh/sosok/2019/07/17/supali-kasim-kamus-hidup-budaya-dermayu Supali Kasim, Kamus Hidup Budaya Dermayu] ''Kompas'', Diakses tanggal 3 April 2020.</ref>
|+
! Dialek Indramayu
! Dialek Banyumasan
! Dialek Tegal
! Dialek Pekalongan
! Bahasa Indonesia
|-
| kula, kita, reang, nyong (Blanakan/Cilamaya), isun
| inyong, nyong
| enyong, nyong
| enyong, aku
| aku, saya
|-
| dika, sampean, sira, ko (Blanakan/Cilamaya), ira
| rika, ko
| rika, sampean, kowen
| sampean, kowe
| kamu, kau
|-
| kita kabeh
| awake dewek
| awake dewek
| awake dewe
| kami
|-
| sira kabeh
| rika kabeh
| kowen kabeh
| kowe kabeh
| kalian
|-
| kien, iki
| kiye, iki
| kiye, iki
| kiye, iki
| ini
|-
| kuen, kuh, iku
| kuwe, koh, iku
| kuwe, koh
| kuwi
| itu
|-
| kene, mene
| kene, mengene
| kene, mene
| kene, mrene/mene
| sini
|-
| kana, mana
| kana, mengana
| kana, mana / mono
| kana, mono / mrono
| sana
|-
| kepriben, kepriwen
| kepriwe, kepribe
| keprimen, kepriben
| kepriye, keprige
| bagaimana
|-
| ora, belih, bli, dudu, sejen
| ora, udu, sejen
| ora, blih, dudu, sejen
| ora, udu, seje
| tidak, bukan
|}


== Lihat pula ==
Menurut LIPI (1984) di pantai utara Jawa Barat ada dialek dua bahasa jawa yaitu dialek Indramayu dan Cirebon Perkembangan berikutnya masuk dialek Tegal/Brebes yaitu para nelayan/pekerja yang masuk wilayah utara [[Kabupaten Subang|Subang]], [[Cilamaya Wetan, Karawang|Cilamaya]] dan sekitarnya, sehingga di wilayah itu ada tiga Dialek Yaitu, Bahasa Jawa Dialek Indramayu, Dialek Cirebon Dan [[Dialek Tegal|Dialek Tegal/Brebes]], Sedangkan di wilayah Utara [[Kabupaten Majalengka|Majalengka]] tetap menggunakan dua dialek yaitu bahasa jawa dialek Indramayu dan Dialek Cirebon.
{{Portal|Bahasa|Indonesia|Jawa}}
* [[Bahasa Sunda Indramayu]]
* [[Bahasa Cirebon]]
* [[Bahasa Jawa Banyumasan]]
* [[Bahasa Jawa Tegal]]
* [[Bahasa Jawa Pekalongan]]


== Referensi ==
== Referensi ==
Baris 79: Baris 130:
[[Kategori:Dialek bahasa Jawa]]
[[Kategori:Dialek bahasa Jawa]]
[[Kategori:Bahasa Jawa]]
[[Kategori:Bahasa Jawa]]
[[Kategori:Kabupaten Indramayu]]

Revisi terkini sejak 8 September 2024 03.11

Bahasa Jawa Indramayu
ꦧꦱꦗꦮꦆꦤ꧀ꦢꦿꦩꦪꦸ
Basa Jawa Indramayu
Dituturkan diIndonesia
WilayahKabupaten Indramayu, sebagian utara dan timur Kabupaten Subang dan sebagian utara Kabupaten Karawang (Jawa Barat)
EtnisJawa
Penutur
± 2 juta penutur jati (2020)
Lihat sumber templat}}
Posisi bahasa Jawa Indramayu dalam dialek-dialek bahasa Jawa Sunting klasifikasi ini

Catatan:

Simbol "" menandai bahwa bahasa tersebut telah atau diperkirakan telah punah
Aksara Jawa
Abjad Pegon
Alfabet Latin
Status resmi
Diatur olehLembaga Bahasa dan Sastra Jawa Indramayu
Kode bahasa
ISO 639-3
LINGUIST List
LINGUIST list sudah tidak beroperasi lagi
jav-ind
Glottologindr1248[1]
 Portal Bahasa
L • B • PW   
Sunting kotak info  Lihat butir Wikidata  Info templat

Bahasa Jawa Indramayu atau dialek Dermayu (bahasa Jawa: ꦧꦱꦗꦮꦆꦤ꧀ꦢꦿꦩꦪꦸ, translit. Basa Jawa Indramayu) adalah dialek bahasa Jawa yang dituturkan di pesisir utara Jawa Barat terutama di Kabupaten Indramayu, sebagian utara dan timur Kabupaten Subang, serta sebagian utara Kabupaten Karawang.[2][3]

Perbedaan yang mencolok dari kebudayaan masyarakat Indramayu dengan kebudayaan masyarakat Jawa Barat pada umumnya terdapat pada bahasa yang digunakan.[4] Sebagian besar masyarakat Indramayu menggunakan bahasa Jawa Indramayu sebagai bahasa daerahnya meskipun di beberapa kecamatan seperti Kecamatan Lelea dan Kecamatan Kandanghaur ada juga yang menggunakan bahasa Sunda.

Pada dasarnya bahasa Jawa yang dipertuturkan di Indramayu dan sekitarnya merupakan bagian dari rumpun dialek bahasa Jawa.[5] Masyarakat Indramayu umumnya dapat berbicara dalam dua bahasa dengan baik atau dapat saling mengerti walaupun mereka masing-masing menggunakan bahasa yang berbeda.[6]

Asal usul

[sunting | sunting sumber]

Arya Wiralodra sebagai pendiri Indramayu menjadi tonggak awal digunakannya bahasa Jawa di Indramayu.[5] Ia diketahui memiliki beberapa julukan di antaranya Pangeran Gagak Wiralodra, Pangeran Darmawijaya dan Pangeran Indrawijaya. Arya Wiralodra adalah putra Adipati Singalodra penguasa Bagelen dari Jawa Tengah.[7] Dalam Babad Dermayu koleksi Museum Sri Baduga, diriwayatkan bahwa Arya Wiralodra adalah tokoh yang gagah berani dan memiliki senjata pusaka bernama Cakra Udaksana.[8] Arya Wiralodra dinilai sebagai sosok pemimpin ideal yang menjadi kebanggaan masyarakat Indramayu. Hal ini dibuktikan dengan pemeliharaan situs peninggalan Arya Wiralodra beserta keturunannya yang masih dirawat dengan baik bahkan direvitalisasi beberapa kali dengan biaya yang cukup besar.

Perkembangan

[sunting | sunting sumber]

Bahasa Jawa di Indramayu kian mengalami perkembangannya ketika kebijakan Mataram yang mengangkat pejabat-pejabat bawahannya untuk menjaga perbatasan di wilayah Cimanuk. Mereka juga diberi tugas untuk mengolah lumbung padi dan memproduksi beras.[9] Hal ini diperkuat dengan catatan dalam naskah Sanghyang Siksa Kandang Karesian bahwa orang Sunda baru mulai bercocok tanam paling cepat abad ke-16 dan semakin berkembang pada abad ke-17, karena mereka terbiasa berladang.[10] Kegiatan bersawah mulai dikenalkan oleh pasukan Mataram yang sengaja didatangkan ke Indramayu untuk mengolah lumbung padi dan memasok beras kepada pasukan Mataram yang sedang berperang melawan VOC di Batavia pada tahun 1628.[11]

Pada abad ke-19 pertanian dengan cara bersawah menjadi kegiatan utama masyarakat Indramayu secara umum karena hasilnya lebih menguntungkan.[11] Bukti lebih lanjut dapat ditemukan dalam Dagh Register yang ditulis oleh VOC pada 9 Desember 1693, melaporkan adanya kegiatan pertanian padi yang dilakukan secara berturut-turut di wilayah Indramayu.[12] Sejak saat itu Indramayu menjadi daerah di pesisir utara Jawa yang memiliki area persawahan yang cukup luas. Hal ini yang mendorong masyarakat Indramayu lebih dahulu mengenal sistem bersawah dibanding dengan daerah pedalaman Jawa Barat yang masih bergantung dengan sistem berladang.[13] Meskipun di pesisir utara Jawa tidak terkena hujan musim kemarau, namun masyarakat Indramayu sudah lebih dahulu mengenal sistem irigasi sehingga penanaman padi tetap dapat dilakukan sepanjang tahun.[13]

Berkembangnya sistem pertanian yang terjadi di Indramayu tidak hanya membawa perubahan budaya tetapi juga bahasa.[4] Hal ini yang mempengaruhi bahasa Jawa Indramayu lambat laun kian berkembang. Indramayu yang berada di wilayah perbatasan Sunda dan Jawa menjadikan penduduknya dapat memahami dua bahasa dengan baik walaupun dalam percakapan sehari-hari antar keduanya masing-masing saling menggunakan bahasanya tersendiri, namun tetap komunikatif.[5]

Perbandingan kosakata dialek bahasa Jawa Indramayu, Banyumasan, Tegal dan Pekalongan:

Dialek Indramayu Dialek Banyumasan Dialek Tegal Dialek Pekalongan Bahasa Indonesia
kula, kita, reang, nyong (Blanakan/Cilamaya), isun inyong, nyong enyong, nyong enyong, aku aku, saya
dika, sampean, sira, ko (Blanakan/Cilamaya), ira rika, ko rika, sampean, kowen sampean, kowe kamu, kau
kita kabeh awake dewek awake dewek awake dewe kami
sira kabeh rika kabeh kowen kabeh kowe kabeh kalian
kien, iki kiye, iki kiye, iki kiye, iki ini
kuen, kuh, iku kuwe, koh, iku kuwe, koh kuwi itu
kene, mene kene, mengene kene, mene kene, mrene/mene sini
kana, mana kana, mengana kana, mana / mono kana, mono / mrono sana
kepriben, kepriwen kepriwe, kepribe keprimen, kepriben kepriye, keprige bagaimana
ora, belih, bli, dudu, sejen ora, udu, sejen ora, blih, dudu, sejen ora, udu, seje tidak, bukan

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Hammarström, Harald; Forkel, Robert; Haspelmath, Martin, ed. (2023). "Jawa Indramayu". Glottolog 4.8. Jena, Jerman: Max Planck Institute for the Science of Human History. 
  2. ^ "Kamus Bahasa Jawa Indramayu Indonesia Lengkap". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-07-16. Diakses tanggal 2019-08-11. 
  3. ^ "Sekilas Indramayu – Situs resmi kab. Indramayu". indramayukab.go.id. Diakses tanggal 2019-08-11. 
  4. ^ a b Dasuki, H. A.; Sardjono, J. P.; Sumardjo; Djamara (1977). Sejarah Indramayu. Indramayu: Pemerintah Kabupaten Derah Tingkat II Indramayu. hlm. 359. 
  5. ^ a b c Kasim, Supali (2020). Bahasa Jawa Indramayu: Latar Sosiolingustik, Dialektiktologi, Politisasi & Pemertahanan Bahasa. Indramayu: Rumah Pustaka. hlm. 188. ISBN 9786237788652. 
  6. ^ Dahuri, Rokhimin; Irianto, Bambang; Arovah, Eva Nur (2004). Budaya Bahari-Sebuah Apresiasi di Cirebon. Jakarta: PNRI. hlm. 103. ISBN 9793747064. 
  7. ^ Prawiradiredja, Mohammed Sugianto (2005). Cirebon: Falsafah, Tradisi, dan Adat Budaya. Jakarta: PNRI. hlm. 39–41. ISBN 9793747161. 
  8. ^ Tim Peneliti-Masyarakat Pernaskahan Nusantara (Manasa) Jawa Barat (2008), Babad Dermayu, Bandung: Balai Pengelolaan Museum Negeri Sri Baduga, hlm. 211 
  9. ^ Kasim, Supali (2011). Menapak Jejak Sejarah Indramayu. Yogyakarta: Frame Publishing. hlm. 87. ISBN 9786025557286. 
  10. ^ Ekadjati, Edi S. (2005). Kebudayaan Sunda-Zaman Pajajaran. Jilid II. Bandung: Pustaka Jaya. hlm. 151. ISBN 9794193348. 
  11. ^ a b Collier, William L; Sajogyo (peny.) (1986). Budidaya Padi di Jawa. Jakarta: Gramedia. hlm. 339. 
  12. ^ Lubis; Herlina, Nina; dkk (2003). Sejarah Tatar Sunda. Jilid I. Bandung: Satya Historika. hlm. 61. ISBN 9799635365. 
  13. ^ a b Lombard, Denys (2005). Nusa Jawa: Silang Budaya. Jilid I. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. hlm. 23. ISBN 9789796054527. 

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]