Lompat ke isi

Wayang kulit: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Wayang kulit tidak hanya dibuat oleh bahan kulit sapi, tetapi wayang kulit di berbagai daerah di indonesia menggunakan kulit kambing, sapi dan kerbau yang telah diolah menjadi lembaran untuk sebagai bahan pembuatan wayang kulit
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
k ~
 
(48 revisi perantara oleh 23 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{Infobox performing art
[[Berkas:Wayang Performance.jpg|360px|jmpl|Pagelaran wayang kulit oleh [[dalang]] terkemuka di Indonesia, Ki Manteb Sudarsono.]]
| name = Wayang kulit
[[Berkas:Bercerita dengan Wayang.jpg|jmpl|ka|360px|Bercerita dengan wayang]]
| image = [[File:Dalang cilik di Pasar Malam Semawis, Semarang.jpg|257px]]
'''[[Wayang]] kulit''' ([[Hanacaraka]]: {{jav|ꦮꦪꦁ​ꦏꦸꦭꦶꦠ꧀}}) adalah seni tradisional [[Indonesia]] yang terutama berkembang di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Dalam kepercayaan dan sastra Jawa, Wayang kulit diciptakan oleh [[Sunan Kalijaga|Sunan Kali Jaga]] yang merupakan keturunan Bangsawan Ponorogo [[Aria Wiraraja|Arya Wiraraja]] yang juga sebagai [[Wali Sanga|Wali Songo]]. Yang di mana Sunan Kalijaga melihat masyarakat Jawa yang menggemari pertunjukan Wayang Beber, dalam Islam melukis diatas kertas dianggap Haram, Maka Sunan Kalijaga memodifikasi bahan karakter Wayang yang semula dibuat dari [[Daluang]] (kertas Ponoragan) diganti menjadi Kulit Kambing, selain itu digunakan sebagai Syiar agama Islam jalur Budaya.
| caption = Pertunjukan wayang kulit oleh [[Dhalang|Dalang]]
| medium =
| types = [[Seni pertunjukan]]
| ancestor = [[Orang Jawa|Masyarakat Jawa]]
| descendant =
| culture = [[Indonesia]]
| era = Peradaban Hindu-Budha
}}
{{Infobox intangible heritage
| Image = [[File:Wayang Performance.jpg|257px]]
| Caption = Pertunjukan [[Wayang Kulit]] oleh dalang terkenal Indonesia [[Manteb Soedharsono]], dengan lakon (cerita) "Gathutkaca Winisuda", di [[Bentara Budaya Jakarta]], [[Indonesia]], pada 31 Juli 2010
| ICH = Pertunjukan Wayang Kulit
| State Party = Indonesia
| Type =
| Criteria = Seni pertunjukan, keahlian tradisional
| ID = 063
| Region = APA
| Year = 2008
| Session = 3rd
| List = Daftar Perwakilan
| Link = https://ich.unesco.org/en/RL/wayang-puppet-theatre-00063
| Below = [[File:Unesco Cultural Heritage logo.svg|100px]]
| Note = Wayang kulit, [[wayang golek]], [[wayang klithik]]
}}

'''''Wayang kulit''''' ({{lang-jv|ꦮꦪꦁꦏꦸꦭꦶꦠ꧀}}) adalah bentuk tradisional dari kesenian [[wayang]] yang aslinya ditemukan dalam budaya [[Jawa]] dan [[Bali]] di [[Indonesia]].<ref>{{Cite book|url=https://books.google.com/books?id=HdVkAAAAMAAJ&q=wayang+kulit|title=Javanese Wayang Kulit: An Introduction|last1=Ness|first1=Edward C. Van|last2=Prawirohardjo|first2=Shita|date=1980|publisher=Oxford University Press|isbn=9780195804140|language=en}}</ref> Narasi wayang kulit seringkali berkaitan dengan tema utama kebaikan melawan kejahatan.

Dalam kepercayaan dan sastra Jawa, wayang kulit diciptakan oleh Kanjeng [[Sunan Kalijaga]] yang merupakan sebagai anggota [[Wali Sanga|Wali Songo]] dan merupakan keturunan Bangsawan [[Ponorogo]], [[Aria Wiraraja|Arya Wiraraja]]. Kanjeng [[Sunan Kalijaga]] melihat masyarakat Indonesia terutama masyarakat suku Jawa yang menggemari pertunjukan [[Wayang beber|Wayang Beber]], dalam Islam melukis diatas kertas dianggap Haram (dilarang), maka dari itu Kanjeng [[Sunan Kalijaga]] memodifikasi bahan material dari karakter Wayang yang semula-mula terbuat dari [[Daluang]] (kertas Ponoragan) dan diganti menggunakan bahan dasar Kulit sapi, atau kerbau. Selain itu juga, wayang kulit digunakan sebagai syiar agama Islam jalur budaya tradisional.Sunan Kalijaga juga menambahkan karakter-karakter baru seperti punakawan yang terdiri atas Semar, Bagong, Petruk, dan Gareng.

Seni perwayangan,khususnya wayang, diperkirakan sudah lahir di Indonesia pada zaman pemerintahan Airlangga, yang memerintah kerajaan Kahuripan(976-1012),Karya sastra Jawa yang menjadi sumber cerita wayang sudah ditulis oleh pujangga Indonesia pada Abad 10, seperti kitab Ramayana kakawin berbahasa Jawa Kuno yang ditulis pada masa pemerint ahan Raja Dyah Balitung (989-910). Kitab ini disinyalir merupakan gubahan dari kitab Ramayana karangan pujangga India, Walmiki. Para puangga tidak lagi hanya menyadur kitab-kitab dari mancanegara tetapi sudah mengubah dan membuat karya sastra dengan falsafah Jawa. Wayang kulit mulai di pertontonkan zaman pemerintahan Airlangga. Hal ini bisa dilihat dari beberapa prasasti yang dibuat pada masa itu, yang menyebutkan kata-kata mawayang dan aringgit yang sudah ada menunjuk pada pertunjukan wayang yang dimaksud di sini adalah wayang kulit. Dengan demikian kesenian wayang kulit sudah ada sejak zaman Airlangga dan masih berlangsung sampai saat ini.


Wayang berasal dari kata "Ma [[Hyang]]" yang artinya menuju kepada roh [[spiritual]], [[dewa]], atau [[Tuhan]] Yang Maha Esa. Ada juga yang mengartikan wayang adalah istilah bahasa Jawa yang bermakna "bayangan", hal ini disebabkan karena penonton juga bisa menonton wayang dari belakang [[kelir]] atau hanya bayangannya saja. Wayang kulit dimainkan oleh seorang [[dalang]] yang juga menjadi narator dialog tokoh-tokoh wayang, dengan diiringi oleh musik [[gamelan]] yang dimainkan sekelompok [[nayaga]] dan [[tembang]] yang dinyanyikan oleh para [[pesinden]]. Dalang memainkan wayang kulit di balik [[kelir]], yaitu layar yang terbuat dari kain putih, sementara di belakangnya disorotkan lampu listrik atau lampu minyak ([[blencong]]), sehingga para penonton yang berada di sisi lain dari layar dapat melihat bayangan wayang yang jatuh ke kelir. Untuk dapat memahami cerita wayang ([[lakon]]), penonton harus memiliki pengetahuan akan tokoh-tokoh wayang yang bayangannya tampil di layar.
Wayang berasal dari kata "Ma [[Hyang]]" yang artinya menuju kepada roh [[spiritual]], [[dewa]], atau [[Tuhan]] Yang Maha Esa. Ada juga yang mengartikan wayang adalah istilah bahasa Jawa yang bermakna "bayangan", hal ini disebabkan karena penonton juga bisa menonton wayang dari belakang [[kelir]] atau hanya bayangannya saja. Wayang kulit dimainkan oleh seorang [[dalang]] yang juga menjadi narator dialog tokoh-tokoh wayang, dengan diiringi oleh musik [[gamelan]] yang dimainkan sekelompok [[nayaga]] dan [[tembang]] yang dinyanyikan oleh para [[pesinden]]. Dalang memainkan wayang kulit di balik [[kelir]], yaitu layar yang terbuat dari kain putih, sementara di belakangnya disorotkan lampu listrik atau lampu minyak ([[blencong]]), sehingga para penonton yang berada di sisi lain dari layar dapat melihat bayangan wayang yang jatuh ke kelir. Untuk dapat memahami cerita wayang ([[lakon]]), penonton harus memiliki pengetahuan akan tokoh-tokoh wayang yang bayangannya tampil di layar.
Baris 13: Baris 43:
Wayang kulit dibuat dari bahan kulit Kambing, Sapi Dan Kerbau yang sudah diproses menjadi kulit lembaran, per buah wayang membutuhkan sekitar ukuran 50 x 30&nbsp;cm kulit lembaran yang kemudian dipahat dengan peralatan yang digunakan adalah besi berujung runcing berbahan dari baja yang berkualitas baik. Besi baja ini dibuat terlebih dahulu dalam berbagai bentuk dan ukuran, ada yang runcing, pipih, kecil, besar dan bentuk lainnya yang masing-masing mempunyai fungsinya berbeda-beda.
Wayang kulit dibuat dari bahan kulit Kambing, Sapi Dan Kerbau yang sudah diproses menjadi kulit lembaran, per buah wayang membutuhkan sekitar ukuran 50 x 30&nbsp;cm kulit lembaran yang kemudian dipahat dengan peralatan yang digunakan adalah besi berujung runcing berbahan dari baja yang berkualitas baik. Besi baja ini dibuat terlebih dahulu dalam berbagai bentuk dan ukuran, ada yang runcing, pipih, kecil, besar dan bentuk lainnya yang masing-masing mempunyai fungsinya berbeda-beda.


Namun pada dasarnya, untuk menata atau membuat berbagai bentuk lubang ukiran yang sengaja dibuat hingga berlubang. Selanjutnya, dilakukan pemasangan pada bagian-bagian tubuh seperti tangan, pada tangan ada dua sambungan, lengan bagian atas dan siku, cara menyambungnya dengan sekrup kecil yang terbuat dari tanduk kerbau atau sapi. Tangkai yang fungsinya untuk menggerakkan bagian lengan yang berwarna kehitaman juga terbuat berasal dari bahan tanduk kerbau dan warna keemasannya umumnya dengan menggunakan prada yaitu kertas warna emas yang ditempel atau bisa juga dengan dibron, dicat dengan bubuk yang dicairkan. Wayang yang menggunakan prada, hasilnya jauh lebih baik, warnanya bisa tahan lebih lama dibandingkan dengan yang bront.
Namun pada dasarnya, untuk menata atau membuat berbagai bentuk lubang ukiran yang sengaja dibuat hingga berlubang. Selanjutnya, dilakukan pemasangan pada bagian-bagian tubuh seperti tangan, pada tangan ada dua sambungan, lengan bagian atas dan siku, cara menyambungnya dengan sekrup kecil yang terbuat dari tanduk kerbau atau sapi. Tangkai yang fungsinya untuk menggerakkan bagian lengan yang berwarna kehitaman juga terbuat berasal dari bahan tanduk kerbau dan warna keemasannya umumnya dengan menggunakan [[prada]] <ref>{{Cite journal|last=Margen|first=Sendie Yuliarto|date=2022-04-30|title=Pengaruh Variasi Waktu Electroplating Terhadap Warna Emas Antik (Antique Gold) Pada Medali Dengan Material Zinc Alloy|url=http://dx.doi.org/10.36499/jim.v18i1.5991|journal=Jurnal Ilmiah MOMENTUM|volume=18|issue=1|pages=68|doi=10.36499/jim.v18i1.5991|issn=2406-9329}}</ref>yaitu kertas warna [[emas]] yang ditempel atau bisa juga dengan dibron, dicat dengan bubuk yang dicairkan. Wayang yang menggunakan prada, hasilnya jauh lebih baik, warnanya bisa tahan lebih lama dibandingkan dengan yang bront.


== Jenis-jenis wayang kulit berdasarkan daerah ==
== Jenis-jenis wayang kulit berdasarkan daerah ==
[[Berkas:WayangKulit Scene Zoom.JPG|240x240px|jmpl|Wayang kulit dilihat pada sisi bayangannya.]]
[[Berkas:WayangKulit Scene Zoom.JPG|240x240px|jmpl|Wayang kulit dilihat pada sisi bayangannya.]]


* [[Wayang purwa|Wayang Kulit Purwo]] (Ponorogo)
* [[Wayang Kulit Emas]] (Ponorogo)
* Wayang Kulit Gagrag Kedu
* Wayang Kulit Gagrag Kedu
* [[Wayang Kulit Gagrag Yogyakarta]]
* [[Wayang Kulit Gagrag Yogyakarta]]
* [[Wayang Kulit Gagrag Surakarta]]
* Wayang Kulit Gagrag Surakarta
* [[Wayang Kulit Gagrag Banyumasan]]
* [[Wayang Kulit Gagrag Banyumasan]]
* Wayang Kulit Gagrag Jawa Timuran
* [[Wayang Kulit Gagrag Jawa Timuran]]
* [[Wayang purwa|Wayang Kulit Purwo]] (Ponorogo)
* [[Wayang krucil|Wayang Krucil]]
* [[Wayang krucil|Wayang Krucil]]
* [[Wayang klithik|Wayang Klitik]]
* [[Wayang klithik|Wayang Klitik]]
Baris 30: Baris 61:
* [[Wayang kulit Bali|Wayang Kulit Bali]]
* [[Wayang kulit Bali|Wayang Kulit Bali]]
* [[Wayang Kulit Banjar (Kalimantan Selatan)]]
* [[Wayang Kulit Banjar (Kalimantan Selatan)]]
* Wayang Palembang (Sumatra Selatan)
* Wayang Palembang (Sumatera Selatan)
* Wayang Betawi (Jakarta)
* Wayang Betawi (Jakarta)
* [[Wayang Kulit Cirebon]] (Jawa Barat)
* [[Wayang Kulit Cirebon]] (Jawa Barat)
* Wayang Kulit Sasak (Lombok)
* Wayang Kulit Sasak (Lombok)
* Wayang Kulit Madura (sudah punah)
* Wayang Kulit Madura (sudah punah)
* Wayang Kulit Buntok (Barito Selatan)<ref>{{Cite news|title=Punakawan dalam satire dayak besar (Wayang buntok)|url=https://rudiannoor.wordpress.com/2014/07/09/punakawan-dalam-satire-dayak-besar-wayang-buntok/}}</ref>
* [[Wayang Siam]] (Kelantan, Malaysia)
* [[Wayang Siam]] (Kelantan, Malaysia)


Baris 49: Baris 81:
* [[Wayang golek]]
* [[Wayang golek]]
* [[Wayang orang]]
* [[Wayang orang]]
== Referensi ==


{{Wayang}}
{{Wayang}}
Baris 56: Baris 89:
[[Kategori:Budaya Jawa]]
[[Kategori:Budaya Jawa]]
[[Kategori:Kesenian Jawa]]
[[Kategori:Kesenian Jawa]]


{{wayang-stub}}

Revisi terkini sejak 24 Mei 2024 03.14

Wayang kulit
Pertunjukan wayang kulit oleh Dalang
JenisSeni pertunjukan
Seni pendahuluMasyarakat Jawa
Budaya awalIndonesia
Awal berkembangPeradaban Hindu-Budha
Pertunjukan Wayang Kulit
Pertunjukan Wayang Kulit oleh dalang terkenal Indonesia Manteb Soedharsono, dengan lakon (cerita) "Gathutkaca Winisuda", di Bentara Budaya Jakarta, Indonesia, pada 31 Juli 2010
NegaraIndonesia
KriteriaSeni pertunjukan, keahlian tradisional
Referensi063
KawasanAsia dan Pasifik
Sejarah Inskripsi
Inskripsi2008 (sesi ke-3rd)
DaftarDaftar Perwakilan

Wayang kulit, wayang golek, wayang klithik

Wayang kulit (bahasa Jawa: ꦮꦪꦁꦏꦸꦭꦶꦠ꧀) adalah bentuk tradisional dari kesenian wayang yang aslinya ditemukan dalam budaya Jawa dan Bali di Indonesia.[1] Narasi wayang kulit seringkali berkaitan dengan tema utama kebaikan melawan kejahatan.

Dalam kepercayaan dan sastra Jawa, wayang kulit diciptakan oleh Kanjeng Sunan Kalijaga yang merupakan sebagai anggota Wali Songo dan merupakan keturunan Bangsawan Ponorogo, Arya Wiraraja. Kanjeng Sunan Kalijaga melihat masyarakat Indonesia terutama masyarakat suku Jawa yang menggemari pertunjukan Wayang Beber, dalam Islam melukis diatas kertas dianggap Haram (dilarang), maka dari itu Kanjeng Sunan Kalijaga memodifikasi bahan material dari karakter Wayang yang semula-mula terbuat dari Daluang (kertas Ponoragan) dan diganti menggunakan bahan dasar Kulit sapi, atau kerbau. Selain itu juga, wayang kulit digunakan sebagai syiar agama Islam jalur budaya tradisional.Sunan Kalijaga juga menambahkan karakter-karakter baru seperti punakawan yang terdiri atas Semar, Bagong, Petruk, dan Gareng.

Seni perwayangan,khususnya wayang, diperkirakan sudah lahir di Indonesia pada zaman pemerintahan Airlangga, yang memerintah kerajaan Kahuripan(976-1012),Karya sastra Jawa yang menjadi sumber cerita wayang sudah ditulis oleh pujangga Indonesia pada Abad 10, seperti kitab Ramayana kakawin berbahasa Jawa Kuno yang ditulis pada masa pemerint ahan Raja Dyah Balitung (989-910). Kitab ini disinyalir merupakan gubahan dari kitab Ramayana karangan pujangga India, Walmiki. Para puangga tidak lagi hanya menyadur kitab-kitab dari mancanegara tetapi sudah mengubah dan membuat karya sastra dengan falsafah Jawa. Wayang kulit mulai di pertontonkan zaman pemerintahan Airlangga. Hal ini bisa dilihat dari beberapa prasasti yang dibuat pada masa itu, yang menyebutkan kata-kata mawayang dan aringgit yang sudah ada menunjuk pada pertunjukan wayang yang dimaksud di sini adalah wayang kulit. Dengan demikian kesenian wayang kulit sudah ada sejak zaman Airlangga dan masih berlangsung sampai saat ini.

Wayang berasal dari kata "Ma Hyang" yang artinya menuju kepada roh spiritual, dewa, atau Tuhan Yang Maha Esa. Ada juga yang mengartikan wayang adalah istilah bahasa Jawa yang bermakna "bayangan", hal ini disebabkan karena penonton juga bisa menonton wayang dari belakang kelir atau hanya bayangannya saja. Wayang kulit dimainkan oleh seorang dalang yang juga menjadi narator dialog tokoh-tokoh wayang, dengan diiringi oleh musik gamelan yang dimainkan sekelompok nayaga dan tembang yang dinyanyikan oleh para pesinden. Dalang memainkan wayang kulit di balik kelir, yaitu layar yang terbuat dari kain putih, sementara di belakangnya disorotkan lampu listrik atau lampu minyak (blencong), sehingga para penonton yang berada di sisi lain dari layar dapat melihat bayangan wayang yang jatuh ke kelir. Untuk dapat memahami cerita wayang (lakon), penonton harus memiliki pengetahuan akan tokoh-tokoh wayang yang bayangannya tampil di layar.

Secara umum wayang mengambil cerita dari naskah Mahabharata dan Ramayana, tetapi tak dibatasi hanya dengan pakem (standard) tersebut, ki dalang bisa juga memainkan lakon carangan (gubahan). Beberapa cerita diambil dari cerita Panji, maupun kisah Rohani dari agama Islam, Kristen, Hindu, Budha.

Pertunjukan wayang kulit telah diakui oleh UNESCO pada tanggal 7 November 2003, sebagai karya kebudayaan yang mengagumkan dalam bidang cerita narasi dan warisan yang indah dan berharga (Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity). Wayang kulit lebih populer di Jawa bagian tengah dan timur, sedangkan wayang golek lebih sering dimainkan di Jawa Barat.

Pembuatan

[sunting | sunting sumber]
Proses pembuatan wayang kulit.

Wayang kulit dibuat dari bahan kulit Kambing, Sapi Dan Kerbau yang sudah diproses menjadi kulit lembaran, per buah wayang membutuhkan sekitar ukuran 50 x 30 cm kulit lembaran yang kemudian dipahat dengan peralatan yang digunakan adalah besi berujung runcing berbahan dari baja yang berkualitas baik. Besi baja ini dibuat terlebih dahulu dalam berbagai bentuk dan ukuran, ada yang runcing, pipih, kecil, besar dan bentuk lainnya yang masing-masing mempunyai fungsinya berbeda-beda.

Namun pada dasarnya, untuk menata atau membuat berbagai bentuk lubang ukiran yang sengaja dibuat hingga berlubang. Selanjutnya, dilakukan pemasangan pada bagian-bagian tubuh seperti tangan, pada tangan ada dua sambungan, lengan bagian atas dan siku, cara menyambungnya dengan sekrup kecil yang terbuat dari tanduk kerbau atau sapi. Tangkai yang fungsinya untuk menggerakkan bagian lengan yang berwarna kehitaman juga terbuat berasal dari bahan tanduk kerbau dan warna keemasannya umumnya dengan menggunakan prada [2]yaitu kertas warna emas yang ditempel atau bisa juga dengan dibron, dicat dengan bubuk yang dicairkan. Wayang yang menggunakan prada, hasilnya jauh lebih baik, warnanya bisa tahan lebih lama dibandingkan dengan yang bront.

Jenis-jenis wayang kulit berdasarkan daerah

[sunting | sunting sumber]
Wayang kulit dilihat pada sisi bayangannya.

Dalang wayang kulit

[sunting | sunting sumber]
Dalang yang sedang memainkan dua Gunungan, figur khusus yang digunakan sebagai pembuka dan penutup pertunjukan wayang kulit.

Dalang adalah bagian terpenting dalam pertunjukan wayang kulit (wayang purwa). Dalam terminologi bahasa Jawa, dalang (halang) berasal dari akronim ngudhal piwulang. Ngudhal artinya membongkar atau menyebar luaskan dan piwulang artinya ajaran, pendidikan, ilmu, informasi. Jadi keberadaan dalang dalam pertunjukan wayang kulit bukan saja pada aspek tontonan (hiburan) semata, tetapi juga tuntunan. Oleh karena itu, disamping menguasai teknik pedalangan sebagai aspek hiburan, dalang haruslah seorang yang berpengetahuan luas dan mampu memberikan pengaruh baik pada permainan tersebut.

Dalang-dalang wayang kulit yang mencapai puncak kejayaan dan melegenda antara lain almarhum Ki Tristuti Rachmadi (Solo), almarhum Ki Narto Sabdo (Semarang, gaya Solo), almarhum Ki Surono (Banjarnegara, gaya Banyumas), almarhum Ki Timbul Hadi Prayitno (Yogyakarta), almarhum Ki Hadi Sugito (Kulonprogo, Yogyakarta), Ki Soeparman (gaya Yogyakarta), Ki Anom Suroto (gaya Solo), almarhum Ki Manteb Soedharsono (gaya Solo), Ki Enthus Susmono, Ki Agus Wiranto, almarhum Ki Suleman (gaya Jawa Timur), almarhum Ki Sugino Siswocarito (gaya Banyumas). Sedangkan pesinden yang legendaris adalah almarhumah Nyi Tjondrolukito.

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Ness, Edward C. Van; Prawirohardjo, Shita (1980). Javanese Wayang Kulit: An Introduction (dalam bahasa Inggris). Oxford University Press. ISBN 9780195804140. 
  2. ^ Margen, Sendie Yuliarto (2022-04-30). "Pengaruh Variasi Waktu Electroplating Terhadap Warna Emas Antik (Antique Gold) Pada Medali Dengan Material Zinc Alloy". Jurnal Ilmiah MOMENTUM. 18 (1): 68. doi:10.36499/jim.v18i1.5991. ISSN 2406-9329. 
  3. ^ "Punakawan dalam satire dayak besar (Wayang buntok)".