Lompat ke isi

Wajo, Makassar: Perbedaan antara revisi

Koordinat: 5°07′31″S 119°24′42″E / 5.125228663334599°S 119.41180009518862°E / -5.125228663334599; 119.41180009518862
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
menambahkan konten dan referensi
Wagino Bot (bicara | kontrib)
k Bot: Merapikan artikel
 
(33 revisi perantara oleh 3 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{kecamatan
{{kecamatan
|coordinates = {{coord|-5.125228663334599|119.41180009518862| display = title,inline}}
|pushpin_map = Indonesia Makassar#Indonesia Sulawesi#Indonesia
|nama=Wajo
|nama=Wajo
|peta=Peta Kecamatan Wajo, Kota Makassar.jpg
|peta=Peta Kecamatan Wajo, Kota Makassar.jpg
Baris 7: Baris 9:
|penduduk=
|penduduk=
|kelurahan=8
|kelurahan=8
|nama camat=Benyamin Budianto Turupadang, S.STP, M.Si.
|nama camat=Hamna Faisal
|kepadatan=
|kepadatan=
|provinsi=Sulawesi Selatan}}{{kegunaan lain|Wajo}}'''Wajo''' ([[bahasa Makassar|Makassar]]: ᨓᨍᨚ) adalah sebuah [[kecamatan]] di [[Kota Makassar]], [[Sulawesi Selatan]], [[Indonesia]]. Pada awal abad ke-19 Masehi, wilayah Kecamatan Wajo merupakan sebuah perkampungan yang disebut Kampong Wadjo. Di Kecamatan Wajo terdapat bangunan bersejarah seperti [[Makam Pangeran Diponegoro]] dan [[Masjid Arab, Makassar|Masjid Arab]].
|provinsi=Sulawesi Selatan
}}
{{kegunaan lain|Wajo}}{{Inuseuntil|24 Maret 2023}}
'''Wajo''' ([[bahasa Makassar|Makassar]]: ᨓᨍᨚ) adalah sebuah [[kecamatan]] di [[Kota Makassar]], [[Sulawesi Selatan]], [[Indonesia]].


== Wilayah administratif ==
== Sejarah ==

Kecamatan Wajo merupakan salah satu [[kecamatan]] yang masuk dalam wilayah administratif [[Kota Makassar]].{{Sfn|Nurjanna dan Sahabuddin|2022|p=75}} Wilayah Kecamatan Wajo berbatasan langsung dengan pantai.{{Sfn|Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Makassar|2019|p=6}} Berdasarkan data Badan Pusat Statistik tahun 2020, wilayah Kecamatan Wajo seluas 1,99 km<sup>2</sup>. Ibu kota kecamatan untuk Kecamatan Wajo terletak di Kelurahan Melayu Baru.{{Sfn|Nurjanna dan Sahabuddin|2022|p=75}} Persentase luas Kecamatan Wajo terhadap luas Kota Makassar adalah 1,13%.{{Sfn|Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Makassar|2019|p=9}}
=== Benteng Ujung Pandang ===
Ketika berlangsungnya [[Perang Makassar]] (1655–1669) antara Kesultanan Gowa dan Belanda, sebagian Benteng Ujung Pandang yang dimiliki oleh Kesultanan Gowa mengalami kehancuran. Kesultanan Gowa akhirnya mengalami kekalahan dan menandatangani [[Perjanjian Bungaya]] pada tanggal 18 November 1667.{{Sfn|Iswadi|2018, Nilai Penting Benteng|p=25}}

Perjanjian Bungaya merupakan perjanjian perdamaian antara Kesultanan Gowa dan Belanda. Salah satu isi dari Perjanjian Bungaya adalah penghancuran semua benteng yang dimiliki oleh Kesultanan Gowa kecuali Benteng Somba Opu dan Benteng Ujung Pandang. Benteng Somba Opu tetap dimiliki oleh Kesultanan Gowa, sedangkan Benteng Ujung Pandang diserahkan kepada Belanda.{{Sfn|Iswadi|2018, Benteng Ujung Pandang|p=72}}

Pembentukan Kota Makassar dimulai setelah Benteng Ujung Pandang berganti nama menjadi Benteng Rotterdam.{{Sfn|Iswadi|2018, Nilai Penting Benteng|p=23}} Setelah Benteng Rotterdam dikuasai oleh Belanda, permukiman-permukiman orang asing dan perkampungan-perkampungan orang pribumi mulai terbentuk di sekitarnya. Permukiman orang asing terdiri dari [[bangsa Belanda]], [[bangsa Inggris]], [[bangsa Denmark]] dan bangsa-bangsa dari wilayah [[Asia]] khususnya dari [[Timur Jauh]].{{Sfn|Natsir, Mannan, dan Abubakar|2013|p=9}}

Pada awal abad ke-20 Masehi, Pemerintah Hindia Belanda mengadakan penataan kota dengan memperjelas pengelompokan etnis dan [[suku]] bangsa di Kota Makasaar. Pemerintah Hindia Belanda menamai suatu perkampungan berdasarkan kepada kelompok masyarakat dan penempatannya. Salah satunya ialah Kampong Wajo. Perkampungan ini dibedakan dengan perkampungan suku bangsa lain seperti Kampong Balandaia, Kampong Malokoe, Kampong Ende, Kampong Arab, Kampong Cina, Kampong Butung, Kampong Ambon, dan Kampong Melayu.{{Sfn|Natsir, Mannan, dan Abubakar|2013|p=10}}

== Geografi dan iklim ==

=== Keadaan geografi ===
Kecamatan Wajo merupakan salah satu [[kecamatan]] yang masuk dalam wilayah administratif [[Kota Makassar]].{{Sfn|Nurjanna dan Sahabuddin|2022|p=75}} Wilayah Kecamatan Wajo berbatasan langsung dengan pantai.{{Sfn|Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Makassar|2019|p=6}} Berdasarkan data Badan Pusat Statistik tahun 2020, wilayah Kecamatan Wajo seluas 1,99&nbsp;km<sup>2</sup>. Ibu kota kecamatan untuk Kecamatan Wajo terletak di Kelurahan Melayu Baru.{{Sfn|Nurjanna dan Sahabuddin|2022|p=75}} Persentase luas Kecamatan Wajo terhadap luas Kota Makassar adalah 1,13%.{{Sfn|Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Makassar|2019|p=9}}


== Demografi ==
== Demografi ==


=== Penduduk ===
=== Kepadatan penduduk ===
Pada tahun 2019, persentase [[penduduk]] di Kecamatan Wajo atas jumlah seluruh penduduk di Kota Makassar sebesar 2,06%. Kepadatan penduduk di Kecamatan Wajo sebesar 15.806 jiwa/km<sup>2</sup> pada tahun 2019.{{Sfn|Nurjanna dan Sahabuddin|2022|p=77}} [[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM De Passar Boetoeng te Makassar Celebes. TMnr 60013080.jpg|jmpl|Pasar Butung tahun 1924]]
Pada tahun 2019, persentase [[penduduk]] di Kecamatan Wajo atas jumlah seluruh penduduk di Kota Makassar sebesar 2,06%. Kepadatan penduduk di Kecamatan Wajo sebesar 15.806 jiwa/km<sup>2</sup> pada tahun 2019.{{Sfn|Nurjanna dan Sahabuddin|2022|p=77}}
== Kehidupan sosial dan kesejahteraan ==
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM De Passar Boetoeng te Makassar Celebes. TMnr 60013080.jpg|jmpl|Pasar Butung tahun 1924]]
=== Perumahan dan lingkungan ===
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Tramstation te Passarboetoeng bij de feestelijke opening van de tramlijn Makassar - Takalar op 1 Juli 1922 TMnr 10013977.jpg|jmpl|Stasiun trem Pasar Butung tahun 1922]]
Lingkungan di Kecamatan Wajo berupa [[lorong]]-lorong.<ref>{{Cite book|last=Warsilah, H., dkk.|date=2020|url=https://www.google.co.id/books/edition/Pembangunan_Inklusif_di_Kota_Pesisir_Lua/BugJEAAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=Kecamatan+Wajo&pg=PA175&printsec=frontcover|title=Pembangunan Inklusif di Kota Pesisir Luar Jawa Berbasis Kearifan Lokal: Studi Kasus Kota Ampenan, Jerowaru, Makassar, dan Padang Pariaman|location=Sleman dan Jakarta|publisher=Penerbit PT Kanisius dan Pusat Penelitian Masyarakat & Budaya LIPI|isbn=978-979-21-6635-4|pages=175|url-status=live}}</ref>

=== Mata pencaharian ===

==== Industri pakaian jadi ====
Dalam catatan Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Penanaman Modal Kota Makassar, pada tahun 2002–2007 terdapat sebanyak 25 macam jenis industri pakaian jadi dengan metode [[konfeksi]] di Kota Makassar. Pada tahun 2008, Kecamatan Wajo menjadi salah satu kecamatan di Kota Makassar yang memiliki banyak usaha industri pakaian jadi model konfeksi.<ref>{{Cite book|last=Suryani, H., dkk.|date=2017|url=http://eprints.unm.ac.id/7748/1/BUKU%20MODEL%20MIDA.pdf|title=Pelatihan Pengelolaan Limbah Industri Pakaian Jadi|location=Makassar|publisher=Badan Penerbit Universitas Negeri Makassar|isbn=978-602-6883-49-0|pages=2|url-status=live}}</ref>[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Tramstation te Passarboetoeng bij de feestelijke opening van de tramlijn Makassar - Takalar op 1 Juli 1922 TMnr 10013977.jpg|jmpl|Stasiun trem Pasar Butung tahun 1922]]


== Bangunan bersejarah ==
== Bangunan bersejarah ==

=== Makam Pangeran Diponegoro ===
[[Makam Pangeran Diponegoro]] merupakan kompleks pemakaman keluarga [[Diponegoro|Pangeran Diponegoro]]. Pangeran Diponegoro adalah keturunan anggota keluarga [[Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat|Keraton Yogyakarta]] yang memulai [[Perang Diponegoro]]. Perang ini dilakukan untuk melawan Pemerintah Hindia Belanda dan sekutu-sekutunya dari anggota keluarga [[Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat|Keraton Yogyakarta]].{{Sfn|Mardiono|2020|p=145}}

Lokasinya terletak di Jalan Pangeran Diponegoro, [[Melayu, Wajo, Makassar|Kelurahan Melayu]], Kecamatan Wajo. Lokasinya berjarak 4&nbsp;km dari pusat Kota Makassar. Di dalam kompleks pemakaman ini terdapat makam dari Pangeran Diponegoro yang meninggal pada tanggal 8 Januari 1855. Selain itu terdapat makam putra pertama Pangeran Diponegoro yang meninggal lebih dahulu dibandingkan dirinya, dan makam istri serta keturunannya. Lahan yang ada di pemakaman ini merupakan peninggalan dari ayah Pangeran Diponegoro. Pemerintah Hindia Belanda membangunkan tempat tinggal bagi istri dan anak-anak Pangeran Diponegoro di sekitar makam.{{Sfn|Mardiono|2020|p=271}}


=== Masjid Arab ===
=== Masjid Arab ===
Masjid Arab didirikan pada tahun 1907 dengan nama Masjid As-Said. Nama Masjid Arab disematkan karena para pendiri masjid merupakan para pendatang di Kota Makassar yang merupakan keturunan [[bangsa Arab]]. Masjid Arab juga dikenali dengan nama Masjid Jalan Lombok karena lokasinya yang terletak di Jalan Lombok.{{Sfn|Duli, dkk.|2013|p=49}} Kawasan tempat pembangunan Masjid Arab termasuk wilayah Kecamatan Wajo yang sebagian besar dihuni oleh penduduk dari [[etnis Tionghoa]].<ref>{{Cite book|date=Maret 2022|url=https://www.google.co.id/books/edition/Memoar_Achjar_Iljas_Dari_Tepi_Danau_Mani/efylEAAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=Masjid+Arab+Makassar&pg=PA503&printsec=frontcover|title=Memoar Achjar Iljas Dari Tepi Danau Maninjau:|location=Jakarta|publisher=Yayasan Pustaka Obor Indonesia|isbn=978-623-321-150-5|editor-last=Chaniago|editor-first=Hasril|pages=503|url-status=live}}</ref>
Masjid Arab didirikan pada tahun 1907 dengan nama Masjid As-Said. Nama Masjid Arab disematkan karena para pendiri masjid yang merupakan para pendatang di Kota Makassar dari keturunan [[bangsa Arab]]. Masjid Arab juga dikenali dengan nama Masjid Jalan Lombok karena lokasinya yang terletak di Jalan Lombok.{{Sfn|Duli, dkk.|2013|p=49}} Kawasan tempat pembangunan Masjid Arab termasuk wilayah Kecamatan Wajo yang sebagian besar dihuni oleh penduduk dari [[etnis Tionghoa]].<ref>{{Cite book|date=Maret 2022|url=https://www.google.co.id/books/edition/Memoar_Achjar_Iljas_Dari_Tepi_Danau_Mani/efylEAAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=Masjid+Arab+Makassar&pg=PA503&printsec=frontcover|title=Memoar Achjar Iljas Dari Tepi Danau Maninjau:|location=Jakarta|publisher=Yayasan Pustaka Obor Indonesia|isbn=978-623-321-150-5|editor-last=Chaniago|editor-first=Hasril|pages=503|url-status=live}}</ref>


Arsitektur Masjid Arab yang asli memiliki konstruksi yang mirip dengan [[Joglo]] dalam [[arsitektur Jawa]]. Hanya saja, bagian atapnya dibuat berbentuk [[limas]]. Namun, atap berbentuk limas ini telah diganti dengan kubah. Bangunan utama pada Masjid Arab berbentuk segi empat yang hampir berbentuk bujur sangkar. Ukuran bangunannya ialah 21 × 23 meter dengan sisi yang paling panjang membujur ke arah kiblat.{{Sfn|Duli, dkk.|2013|p=50}}
Arsitektur Masjid Arab yang asli memiliki konstruksi yang mirip dengan [[Joglo]] dalam [[arsitektur Jawa]]. Hanya saja, bagian atapnya dibuat berbentuk [[limas]]. Namun, atap berbentuk limas ini telah diganti dengan kubah. Bangunan utama pada Masjid Arab berbentuk segi empat yang hampir berbentuk bujur sangkar. Ukuran bangunannya ialah 21 × 23 meter dengan sisi yang paling panjang membujur ke arah kiblat.{{Sfn|Duli, dkk.|2013|p=50}}


== Kerawanan bencana ==
=== Makam Pangeran Diponegoro ===
Bagian barat Kecamatan Wajo rawan mengalami bencana [[tsunami]] karena merupakan bagian dari pesisir Kota Makassar.{{Sfn|Sabara|2020|p=79}} Letak Kecamatan Wajo juga membuat wilayahnya rawan terkena abrasi pantai.{{Sfn|Sabara|2020|p=78}} Sementara itu, di sebagian wilayah Kecamatan Wajo rawan terjadi bencana banjir.{{Sfn|Sabara|2020|p=78}}
[[Makam Pangeran Diponegoro]] merupakan kompleks pemakaman keluarga [[Diponegoro|Pangeran Diponegoro]].271Pangeran Diponegoro adala keturunan anggota keluarga [[Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat|Keraton Yogyakarta]] yang memulai [[Perang Diponegoro]]. Perang ini dilakukan untuk melawan Pemerintah Hindia Belanda dan sekutu-sekutunya dari anggota keluarga [[Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat|Keraton Yogyakarta]].{{Sfn|Mardiono|2020|p=145}}145

Lokasinya terletak di Jalan Pangeran Diponegoro, Kelurahan Melayu, Kecamatan Wajo. Lokasinya berjarak 4 km dari pusat Kota Makassar. Di dalam kompleks pemakaman ini terdapat makam dari Pangeran Diponegoro yang meninggal pada tanggal 8 Januari 1855. Selain itu terdapat makam putra pertama Pangeran Diponegoro yang meninggal lebih dahulu dibandingkan dirinya, dan makam istri serta keturunannya. Lahan yang ada di pemakaman ini merupakan peninggalan dari ayah Pangeran Diponegoro. Pemerintah Hindia Belanda membangunkan tempat tinggal bagi istri dan anak-anak Pangeran Diponegoro di sekitar makam.{{Sfn|Mardiono|2020|p=271}}


== Referensi ==
== Referensi ==


=== Catatan kaki ===
=== Catatan kaki ===
{{Reflist}}
{{Reflist|3}}


=== Daftar pustaka ===
=== Daftar pustaka ===
Baris 44: Baris 68:
* {{Cite book|last=Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Makassar|date=September 2019|url=https://www.google.co.id/books/edition/Potret_Kota_Makassar_2019/N5ezDwAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=Kecamatan+Wajo+Makassar&pg=PA6&printsec=frontcover|title=Potret Kota Makassar 2019|location=Makassar|publisher=Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Makassar|ref={{sfnref|Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Makassar|2019}}|url-status=live}}
* {{Cite book|last=Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Makassar|date=September 2019|url=https://www.google.co.id/books/edition/Potret_Kota_Makassar_2019/N5ezDwAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=Kecamatan+Wajo+Makassar&pg=PA6&printsec=frontcover|title=Potret Kota Makassar 2019|location=Makassar|publisher=Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Makassar|ref={{sfnref|Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Makassar|2019}}|url-status=live}}
* {{Cite book|last=Duli, A., dkk.|date=November 2013|url=https://books.google.co.id/books?id=ZKtrCAAAQBAJ&printsec=frontcover#v=onepage&q&f=false|title=Monumen Islam di Sulawesi Selatan|location=Makassar|publisher=Balai Pelestarian Cagar Budaya Makassar, Penerbit Identitas Universitas Hasanuddin, dan Danarosi Media|editor-last=Effendy|editor-first=Muslimin A. R.|ref={{sfnref|Duli, dkk.|2013}}|url-status=live}}
* {{Cite book|last=Duli, A., dkk.|date=November 2013|url=https://books.google.co.id/books?id=ZKtrCAAAQBAJ&printsec=frontcover#v=onepage&q&f=false|title=Monumen Islam di Sulawesi Selatan|location=Makassar|publisher=Balai Pelestarian Cagar Budaya Makassar, Penerbit Identitas Universitas Hasanuddin, dan Danarosi Media|editor-last=Effendy|editor-first=Muslimin A. R.|ref={{sfnref|Duli, dkk.|2013}}|url-status=live}}
* {{Cite journal|last=Iswadi|date=November 2018|title=Nilai Penting Benteng Ujungpandang (Fort Rotterdam) Kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan|url=http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbsulsel/wp-content/uploads/sites/32/2019/12/Buletin-Somba-Opu-2018.pdf|journal=Buletin Somba Opu|publisher=Balai Pelestarian Cagar Budaya Sulawesi Selatan|publication-place=Makassar|volume=21|issue=25|pages=23-34|ref={{sfnref|Iswadi|2018, Nilai Penting Benteng}}}}
* {{Cite journal|last=Iswadi|date=November 2018|title=Benteng Ujung Pandang Cikal Bakal Kota Makassar: Sebuah Kajian Lanskap Konflik, Sosial Budaya dan Alam|url=http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbsulsel/wp-content/uploads/sites/32/2019/12/Buletin-Somba-Opu-2018.pdf|journal=Buletin Somba Opu|publisher=Balai Pelestarian Cagar Budaya Sulawesi Selatan|publication-place=Makassar|volume=21|issue=25|pages=67-81|ref={{sfnref|Iswadi|2018, Benteng Ujung Pandang}}}}
* {{Cite book|last=Mardiono|first=Peri|date=Februari 2020|url=https://www.google.co.id/books/edition/MELACAK_GERAKAN_PERLAWANAN_DAN_LAKU_SPIR/5Eg_EAAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=Makam+Pangeran+Diponegoro&pg=PT143&printsec=frontcover|title=Melacak Gerakan Perlawanan dan Laku Spiritualitas Pangeran Diponegoro|location=Bantul|publisher=Araska|isbn=978-623-7537-48-9|editor-last=Malik|editor-first=Abdul|ref={{sfnref|Mardiono|2020}}|url-status=live}}
* {{Cite book|last=Mardiono|first=Peri|date=Februari 2020|url=https://www.google.co.id/books/edition/MELACAK_GERAKAN_PERLAWANAN_DAN_LAKU_SPIR/5Eg_EAAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=Makam+Pangeran+Diponegoro&pg=PT143&printsec=frontcover|title=Melacak Gerakan Perlawanan dan Laku Spiritualitas Pangeran Diponegoro|location=Bantul|publisher=Araska|isbn=978-623-7537-48-9|editor-last=Malik|editor-first=Abdul|ref={{sfnref|Mardiono|2020}}|url-status=live}}
* {{Cite book|last=Natsir, M., Mannan, S., dan Abubakar, N.|date=Oktober 2013|url=https://www.google.co.id/books/edition/Bangunan_Bersejarah_di_Kota_Makassar/DdjgCgAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=Pasar+butung&pg=PT13&printsec=frontcover|title=Bangunan Bersejarah di Kota Makassar|location=Makassar|publisher=Balai Pelestarian Cagar Budaya Makassar|editor-last=Ramli|editor-first=Muhammad|ref={{sfnref|Natsir, Mannan, dan Abubakar|2013}}|url-status=live}}
* {{Cite book|last=Nurjanna dan Sahabuddin, R.|date=September 2022|url=https://www.google.co.id/books/edition/Keputusan_Berwirausaha_Kalangan_Wanita_d/mZCJEAAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=Kecamatan+Wajo+Makassar&pg=PA75&printsec=frontcover|title=Keputusan Berwirausaha Kalangan Wanita di Kota Makassar|location=Makassar|publisher=PT. Nas Media Indonesia|isbn=978-623-351-581-8|editor-last=Karim, A., dan Rahman, F. A.|ref={{sfnref|Nurjanna dan Sahabuddin|2022}}|url-status=live}}
* {{Cite book|last=Nurjanna dan Sahabuddin, R.|date=September 2022|url=https://www.google.co.id/books/edition/Keputusan_Berwirausaha_Kalangan_Wanita_d/mZCJEAAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=Kecamatan+Wajo+Makassar&pg=PA75&printsec=frontcover|title=Keputusan Berwirausaha Kalangan Wanita di Kota Makassar|location=Makassar|publisher=PT. Nas Media Indonesia|isbn=978-623-351-581-8|editor-last=Karim, A., dan Rahman, F. A.|ref={{sfnref|Nurjanna dan Sahabuddin|2022}}|url-status=live}}
* {{Cite book|last=Sabara H. W.|first=Zakir|date=2020|url=https://www.google.co.id/books/edition/Pengelolaan_Sumber_Daya_Air_Di_Tengah_Ke/ElAQEAAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=Kecamatan+Wajo&pg=PA78&printsec=frontcover|title=Pengelolaan Sumber Daya Air di Tengah Ketidakpastian dengan Metode Robust Desicion Making|location=Yogyakarta|publisher=Penerbit ANDI|isbn=978-623-01-1052-8|editor-last=Risanto|editor-first=Erang|ref={{sfnref|Sabara|2020}}|url-status=live}}
{{Wajo, Makassar}}
{{Wajo, Makassar}}
{{Kota Makassar}}
{{Kota Makassar}}
{{Wilayah Metropolitan Mamminasata}}
{{Wilayah Metropolitan Mamminasata}}
{{Authority control}}
{{Authority control}}

{{kecamatan-stub}}


[[Kategori:Kecamatan di Kota Makassar]]
[[Kategori:Kecamatan di Kota Makassar]]
[[Kategori:Kecamatan di Sulawesi Selatan]]
[[Kategori:Kecamatan di Indonesia]]

Revisi terkini sejak 31 Desember 2023 04.51

Wajo
Peta lokasi Kecamatan Wajo
Peta lokasi Kecamatan Wajo
Wajo di Makassar
Wajo
Wajo
Peta lokasi Kecamatan Wajo
Wajo di Sulawesi
Wajo
Wajo
Wajo (Sulawesi)
Wajo di Indonesia
Wajo
Wajo
Wajo (Indonesia)
Koordinat: 5°07′31″S 119°24′42″E / 5.125228663334599°S 119.41180009518862°E / -5.125228663334599; 119.41180009518862
Negara Indonesia
ProvinsiSulawesi Selatan
KotaMakassar
Pemerintahan
 • CamatHamna Faisal
Kode Kemendagri73.71.05 Edit nilai pada Wikidata
Kode BPS7371060 Edit nilai pada Wikidata
Desa/kelurahan8

Wajo (Makassar: ᨓᨍᨚ) adalah sebuah kecamatan di Kota Makassar, Sulawesi Selatan, Indonesia. Pada awal abad ke-19 Masehi, wilayah Kecamatan Wajo merupakan sebuah perkampungan yang disebut Kampong Wadjo. Di Kecamatan Wajo terdapat bangunan bersejarah seperti Makam Pangeran Diponegoro dan Masjid Arab.

Benteng Ujung Pandang

[sunting | sunting sumber]

Ketika berlangsungnya Perang Makassar (1655–1669) antara Kesultanan Gowa dan Belanda, sebagian Benteng Ujung Pandang yang dimiliki oleh Kesultanan Gowa mengalami kehancuran. Kesultanan Gowa akhirnya mengalami kekalahan dan menandatangani Perjanjian Bungaya pada tanggal 18 November 1667.[1]

Perjanjian Bungaya merupakan perjanjian perdamaian antara Kesultanan Gowa dan Belanda. Salah satu isi dari Perjanjian Bungaya adalah penghancuran semua benteng yang dimiliki oleh Kesultanan Gowa kecuali Benteng Somba Opu dan Benteng Ujung Pandang. Benteng Somba Opu tetap dimiliki oleh Kesultanan Gowa, sedangkan Benteng Ujung Pandang diserahkan kepada Belanda.[2]

Pembentukan Kota Makassar dimulai setelah Benteng Ujung Pandang berganti nama menjadi Benteng Rotterdam.[3] Setelah Benteng Rotterdam dikuasai oleh Belanda, permukiman-permukiman orang asing dan perkampungan-perkampungan orang pribumi mulai terbentuk di sekitarnya. Permukiman orang asing terdiri dari bangsa Belanda, bangsa Inggris, bangsa Denmark dan bangsa-bangsa dari wilayah Asia khususnya dari Timur Jauh.[4]

Pada awal abad ke-20 Masehi, Pemerintah Hindia Belanda mengadakan penataan kota dengan memperjelas pengelompokan etnis dan suku bangsa di Kota Makasaar. Pemerintah Hindia Belanda menamai suatu perkampungan berdasarkan kepada kelompok masyarakat dan penempatannya. Salah satunya ialah Kampong Wajo. Perkampungan ini dibedakan dengan perkampungan suku bangsa lain seperti Kampong Balandaia, Kampong Malokoe, Kampong Ende, Kampong Arab, Kampong Cina, Kampong Butung, Kampong Ambon, dan Kampong Melayu.[5]

Geografi dan iklim

[sunting | sunting sumber]

Keadaan geografi

[sunting | sunting sumber]

Kecamatan Wajo merupakan salah satu kecamatan yang masuk dalam wilayah administratif Kota Makassar.[6] Wilayah Kecamatan Wajo berbatasan langsung dengan pantai.[7] Berdasarkan data Badan Pusat Statistik tahun 2020, wilayah Kecamatan Wajo seluas 1,99 km2. Ibu kota kecamatan untuk Kecamatan Wajo terletak di Kelurahan Melayu Baru.[6] Persentase luas Kecamatan Wajo terhadap luas Kota Makassar adalah 1,13%.[8]

Demografi

[sunting | sunting sumber]

Kepadatan penduduk

[sunting | sunting sumber]

Pada tahun 2019, persentase penduduk di Kecamatan Wajo atas jumlah seluruh penduduk di Kota Makassar sebesar 2,06%. Kepadatan penduduk di Kecamatan Wajo sebesar 15.806 jiwa/km2 pada tahun 2019.[9]

Kehidupan sosial dan kesejahteraan

[sunting | sunting sumber]
Pasar Butung tahun 1924

Perumahan dan lingkungan

[sunting | sunting sumber]

Lingkungan di Kecamatan Wajo berupa lorong-lorong.[10]

Mata pencaharian

[sunting | sunting sumber]

Industri pakaian jadi

[sunting | sunting sumber]

Dalam catatan Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Penanaman Modal Kota Makassar, pada tahun 2002–2007 terdapat sebanyak 25 macam jenis industri pakaian jadi dengan metode konfeksi di Kota Makassar. Pada tahun 2008, Kecamatan Wajo menjadi salah satu kecamatan di Kota Makassar yang memiliki banyak usaha industri pakaian jadi model konfeksi.[11]

Stasiun trem Pasar Butung tahun 1922

Bangunan bersejarah

[sunting | sunting sumber]

Makam Pangeran Diponegoro

[sunting | sunting sumber]

Makam Pangeran Diponegoro merupakan kompleks pemakaman keluarga Pangeran Diponegoro. Pangeran Diponegoro adalah keturunan anggota keluarga Keraton Yogyakarta yang memulai Perang Diponegoro. Perang ini dilakukan untuk melawan Pemerintah Hindia Belanda dan sekutu-sekutunya dari anggota keluarga Keraton Yogyakarta.[12]

Lokasinya terletak di Jalan Pangeran Diponegoro, Kelurahan Melayu, Kecamatan Wajo. Lokasinya berjarak 4 km dari pusat Kota Makassar. Di dalam kompleks pemakaman ini terdapat makam dari Pangeran Diponegoro yang meninggal pada tanggal 8 Januari 1855. Selain itu terdapat makam putra pertama Pangeran Diponegoro yang meninggal lebih dahulu dibandingkan dirinya, dan makam istri serta keturunannya. Lahan yang ada di pemakaman ini merupakan peninggalan dari ayah Pangeran Diponegoro. Pemerintah Hindia Belanda membangunkan tempat tinggal bagi istri dan anak-anak Pangeran Diponegoro di sekitar makam.[13]

Masjid Arab

[sunting | sunting sumber]

Masjid Arab didirikan pada tahun 1907 dengan nama Masjid As-Said. Nama Masjid Arab disematkan karena para pendiri masjid yang merupakan para pendatang di Kota Makassar dari keturunan bangsa Arab. Masjid Arab juga dikenali dengan nama Masjid Jalan Lombok karena lokasinya yang terletak di Jalan Lombok.[14] Kawasan tempat pembangunan Masjid Arab termasuk wilayah Kecamatan Wajo yang sebagian besar dihuni oleh penduduk dari etnis Tionghoa.[15]

Arsitektur Masjid Arab yang asli memiliki konstruksi yang mirip dengan Joglo dalam arsitektur Jawa. Hanya saja, bagian atapnya dibuat berbentuk limas. Namun, atap berbentuk limas ini telah diganti dengan kubah. Bangunan utama pada Masjid Arab berbentuk segi empat yang hampir berbentuk bujur sangkar. Ukuran bangunannya ialah 21 × 23 meter dengan sisi yang paling panjang membujur ke arah kiblat.[16]

Kerawanan bencana

[sunting | sunting sumber]

Bagian barat Kecamatan Wajo rawan mengalami bencana tsunami karena merupakan bagian dari pesisir Kota Makassar.[17] Letak Kecamatan Wajo juga membuat wilayahnya rawan terkena abrasi pantai.[18] Sementara itu, di sebagian wilayah Kecamatan Wajo rawan terjadi bencana banjir.[18]

Referensi

[sunting | sunting sumber]

Catatan kaki

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Iswadi 2018, Nilai Penting Benteng, hlm. 25.
  2. ^ Iswadi 2018, Benteng Ujung Pandang, hlm. 72.
  3. ^ Iswadi 2018, Nilai Penting Benteng, hlm. 23.
  4. ^ Natsir, Mannan, dan Abubakar 2013, hlm. 9.
  5. ^ Natsir, Mannan, dan Abubakar 2013, hlm. 10.
  6. ^ a b Nurjanna dan Sahabuddin 2022, hlm. 75.
  7. ^ Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Makassar 2019, hlm. 6.
  8. ^ Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Makassar 2019, hlm. 9.
  9. ^ Nurjanna dan Sahabuddin 2022, hlm. 77.
  10. ^ Warsilah, H., dkk. (2020). Pembangunan Inklusif di Kota Pesisir Luar Jawa Berbasis Kearifan Lokal: Studi Kasus Kota Ampenan, Jerowaru, Makassar, dan Padang Pariaman. Sleman dan Jakarta: Penerbit PT Kanisius dan Pusat Penelitian Masyarakat & Budaya LIPI. hlm. 175. ISBN 978-979-21-6635-4. 
  11. ^ Suryani, H., dkk. (2017). Pelatihan Pengelolaan Limbah Industri Pakaian Jadi (PDF). Makassar: Badan Penerbit Universitas Negeri Makassar. hlm. 2. ISBN 978-602-6883-49-0. 
  12. ^ Mardiono 2020, hlm. 145.
  13. ^ Mardiono 2020, hlm. 271.
  14. ^ Duli, dkk. 2013, hlm. 49.
  15. ^ Chaniago, Hasril, ed. (Maret 2022). Memoar Achjar Iljas Dari Tepi Danau Maninjau:. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia. hlm. 503. ISBN 978-623-321-150-5. 
  16. ^ Duli, dkk. 2013, hlm. 50.
  17. ^ Sabara 2020, hlm. 79.
  18. ^ a b Sabara 2020, hlm. 78.

Daftar pustaka

[sunting | sunting sumber]