Lompat ke isi

Mahākassapa: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Faredoka (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Faredoka (bicara | kontrib)
-ahli +tokoh
 
(5 revisi perantara oleh 2 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 31: Baris 31:
}}
}}
{{Buddhisme|sangha}}
{{Buddhisme|sangha}}
{{Buddhisme Theravada|tokoh}}
'''Mahakassapa''' (Pali:'''Mahākāśyapa''') atau '''Kāśyapa''', adalah seorang [[brahmana]] dari [[Magadha]] di sebuah desa bernama Mahatittha, yang menjadi salah satu murid utama yang sering diperkenalkan oleh [[Buddha Sakyamuni]]. Seperti murid-murid Utama Sang Buddha ([[Sariputta]] dan [[Mahamoggallana]]), Kasyapa juga berasal dari keluarga Brahmana (ayahnya bernama Brahmana [[Kapila]] dan ibunya bernama [[Sumanadevi]]). Ia juga penyelenggara dan penuntun [[Sidang Agung Pertama]]. Ia juga sering digambarkan mendampingi Sang Buddha bersama-sama dengan [[Ananda]], masing-masing di sisi Sang Buddha. Ia juga dipanggil dengan panggilan "Pipphali".
'''Mahākassapa''' (Pali; Sanskerta: '''Mahākāśyapa''') atau '''Kāśyapa''', adalah seorang [[brahmana]] dari [[Magadha]] di sebuah desa bernama Mahatittha, yang menjadi salah satu murid utama yang sering diperkenalkan oleh [[Buddha Sakyamuni]]. Seperti murid-murid Utama Sang Buddha ([[Sariputta]] dan [[Mahamoggallana]]), Kasyapa juga berasal dari keluarga Brahmana (ayahnya bernama Brahmana [[Kapila]] dan ibunya bernama [[Sumanadevi]]). Ia juga penyelenggara dan penuntun [[Sidang_Buddhis#Sidang_Pertama_(sekitar_543_SM)|Sidang Agung Pertama]]. Ia juga sering digambarkan mendampingi Sang Buddha bersama-sama dengan [[Ananda]], masing-masing di sisi Sang Buddha. Ia juga dipanggil dengan panggilan "Pipphali".


Menurut legenda, suatu hari Sang Buddha sedang menyampaikan "Khotbah Bunga" di Puncak Burung Hering, ia menaiki tahtanya, memetik setangkai bunga,<ref>Berdasarkan legenda, bunga yang dimaksud adalah [[Udumbara]], bunga langka seperti yang digambarkan dalam [[Sutra Teratai]]</ref> dan menunjukkan kepada yang hadir. Tidak seorang pun memahami maknanya, kecuali Mahakasyapa, yang menanggapinya dengan tersenyum. Sang Buddha memilihnya sebagai seseorang yang mengerti sepenuhnya dan merupakan seseorang yang pantas menjadi penerusnya. Sang Buddha kemudian berkata:<ref name="Karakteristik dan Esensi"/>
Menurut legenda, suatu hari Sang Buddha sedang menyampaikan "Khotbah Bunga" di [[Puncak Burung Nasar|Puncak Burung Hering]], ia menaiki tahtanya, memetik setangkai bunga,<ref>Berdasarkan legenda, bunga yang dimaksud adalah [[Udumbara]], bunga langka seperti yang digambarkan dalam [[Sutra Teratai]]</ref> dan menunjukkan kepada yang hadir. Tidak seorang pun memahami maknanya, kecuali Mahakasyapa, yang menanggapinya dengan tersenyum. Sang Buddha memilihnya sebagai seseorang yang mengerti sepenuhnya dan merupakan seseorang yang pantas menjadi penerusnya. Sang Buddha kemudian berkata:<ref name="Karakteristik dan Esensi"/>
{{cquote|''Aku memiliki mata Dharma dari doktrin yang benar dan pikiran yang indah akan Nirvana. Bentuk sejati sebenarnya adalah kekosongan dan pintu Dharm yang halus. Semua ini telah aku wariskan kepada Mahakasyapa.''
{{cquote|''Aku memiliki mata Dharma dari doktrin yang benar dan pikiran yang indah akan Nirvana. Bentuk sejati sebenarnya adalah kekosongan dan pintu Dharm yang halus. Semua ini telah aku wariskan kepada Mahakasyapa.''
|4=Karakteristik dan Esensi Ajaran Zen
|4=Karakteristik dan Esensi Ajaran Zen

Revisi terkini sejak 11 Oktober 2024 19.37

Yang Agung Mahakassapa

Informasi
Nama lainnya: Mahākāśyapa
Pekerjaan: Bhikkhu
Guru: Gautama Buddha
Website

Mahākassapa (Pali; Sanskerta: Mahākāśyapa) atau Kāśyapa, adalah seorang brahmana dari Magadha di sebuah desa bernama Mahatittha, yang menjadi salah satu murid utama yang sering diperkenalkan oleh Buddha Sakyamuni. Seperti murid-murid Utama Sang Buddha (Sariputta dan Mahamoggallana), Kasyapa juga berasal dari keluarga Brahmana (ayahnya bernama Brahmana Kapila dan ibunya bernama Sumanadevi). Ia juga penyelenggara dan penuntun Sidang Agung Pertama. Ia juga sering digambarkan mendampingi Sang Buddha bersama-sama dengan Ananda, masing-masing di sisi Sang Buddha. Ia juga dipanggil dengan panggilan "Pipphali".

Menurut legenda, suatu hari Sang Buddha sedang menyampaikan "Khotbah Bunga" di Puncak Burung Hering, ia menaiki tahtanya, memetik setangkai bunga,[1] dan menunjukkan kepada yang hadir. Tidak seorang pun memahami maknanya, kecuali Mahakasyapa, yang menanggapinya dengan tersenyum. Sang Buddha memilihnya sebagai seseorang yang mengerti sepenuhnya dan merupakan seseorang yang pantas menjadi penerusnya. Sang Buddha kemudian berkata:[2]

Aku memiliki mata Dharma dari doktrin yang benar dan pikiran yang indah akan Nirvana. Bentuk sejati sebenarnya adalah kekosongan dan pintu Dharm yang halus. Semua ini telah aku wariskan kepada Mahakasyapa.

— Karakteristik dan Esensi Ajaran Zen, [2]
Gua Pipphali di Rajgir, tempat di mana Mahakassapa menetap.

Peristiwa tersebut menandai awal dari garis silsilah Ch'an (Zen) dan penerusan guru ke murid yang berlanjut sampai kini. Ada dua-puluh delapan generasi penerus sejak Mahakasyapa sampai kepada Bodhidharma - yang dianggap sebagai Patriak pertama Ch'an (Zen) di Cina. Selanjutnya ajaran Ch'an (Zen) diteruskan lewat jalur tunggal selama lima generasi sampai masa Patriak Keenam, Hui Neng (Hanyu:慧能)(638-713).

Menurut legenda Cina, bhikkhu Ji Gong adalah reinkarnasi dari Mahakasyapa (yang dikenal sebagai Arahat Penjinak Naga). Dalam Sutra Teratai Bab VI (Ramalan Tentang Yang Akan Terjadi),[3] Sang Buddha meramalkan pencerahan sempurna dari murid-muridnya: Mahakasyapa, Subhuti, Maha Katyayana, dan Mahamoggallana.

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Berdasarkan legenda, bunga yang dimaksud adalah Udumbara, bunga langka seperti yang digambarkan dalam Sutra Teratai
  2. ^ a b Karakteristik dan Esensi Ajaran Zen, "Two Talks on Ch'an", Ven. Master Hsing Yun, Penerjemah: Vimuttaguna Lenny Wijaya, Penerbit: Yayasan Karaniya, Juni 1994
  3. ^ "Saddharma Pundarika Sutra, Edisi Indonesia". Diakses tanggal 31-07-2009.  [pranala nonaktif permanen]