Wikipedia:Artikel Pilihan/13 2012: Perbedaan antara revisi
Tidak ada ringkasan suntingan |
persingkat sedikit (~1000 bita) |
||
Baris 1: | Baris 1: | ||
{{HU/Tepigambar|Istana Siak.jpg|120|Istana Siak|{{{seluler|}}}}} |
{{HU/Tepigambar|Istana Siak.jpg|120|Istana Siak|{{{seluler|}}}}} |
||
'''[[Kesultanan Siak Sri Inderapura]]''' adalah sebuah [[Kerajaan Melayu]] [[Islam]] yang pernah berdiri di [[Kabupaten Siak]], |
'''[[Kesultanan Siak Sri Inderapura]]''' adalah sebuah [[Kerajaan Melayu]] [[Islam]] yang pernah berdiri di [[Kabupaten Siak]], [[Riau]], [[Indonesia]]. Kerajaan ini didirikan di [[Buantan]] oleh ''[[Raja Kecil]] dari [[kerajaan Pagaruyung|Pagaruyung]]'' bergelar [[Sultan Abdul Jalil Rahmad Syah I|Sultan Abdul Jalil]] pada tahun [[1723]]. Dalam perkembangannya, Kesultanan Siak muncul sebagai sebuah kerajaan [[bahari]] yang kuat dan menjadi kekuatan yang diperhitungkan di pesisir timur [[Sumatera]] dan [[Semenanjung Malaya]] di tengah tekanan [[imperialisme]] [[Eropa]]. Jangkauan terjauh pengaruh kerajaan ini sampai ke [[Sambas]] di [[Kalimantan Barat]], sekaligus mengendalikan jalur pelayaran antara Sumatera dan [[Kalimantan]]. Setelah [[Proklamasi Kemerdekaan Indonesia]], Sultan Siak terakhir, [[Syarif Kasim II|Sultan Syarif Kasim II]] menyatakan kerajaannya bergabung dengan [[Indonesia|Republik Indonesia]]. ('''[[Kesultanan Siak Sri Inderapura|selengkapnya...]]''') |
||
{{TFAfooter|Alam|Ares|Pasukan Seleukia}} |
{{TFAfooter|Alam|Ares|Pasukan Seleukia}} |
Revisi terkini sejak 14 Mei 2012 08.17
Kesultanan Siak Sri Inderapura adalah sebuah Kerajaan Melayu Islam yang pernah berdiri di Kabupaten Siak, Riau, Indonesia. Kerajaan ini didirikan di Buantan oleh Raja Kecil dari Pagaruyung bergelar Sultan Abdul Jalil pada tahun 1723. Dalam perkembangannya, Kesultanan Siak muncul sebagai sebuah kerajaan bahari yang kuat dan menjadi kekuatan yang diperhitungkan di pesisir timur Sumatera dan Semenanjung Malaya di tengah tekanan imperialisme Eropa. Jangkauan terjauh pengaruh kerajaan ini sampai ke Sambas di Kalimantan Barat, sekaligus mengendalikan jalur pelayaran antara Sumatera dan Kalimantan. Setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, Sultan Siak terakhir, Sultan Syarif Kasim II menyatakan kerajaannya bergabung dengan Republik Indonesia. (selengkapnya...)