Lompat ke isi

Pulau Madura: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Mmunarist (bicara | kontrib)
Nyilvoskt (bicara | kontrib)
k Mengembalikan suntingan oleh 120.188.82.205 (bicara) ke revisi terakhir oleh Hysocc
Tag: Pengembalian Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
 
(435 revisi antara oleh lebih dari 100 100 pengguna tak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{no footnotes}}
{{Infobox Islands
{{Infobox Islands
|name = Madura مدورا
|name = {{resize|13pt|Pulau Madura}}
|image name = Madura Topography.png
|image_name = Madura Topography.png
|image caption = Topografi Pulau Madura.
|image_caption = Topografi Pulau Madura.
|image_map = Madura_locator.png
|native name =
|native name link =
|locator map = Madura_locator.png
|location = [[Asia Tenggara]]
|location = [[Asia Tenggara]]
|coordinates = {{coor dm|7|0|S|113|20|E|type:isle}}
|coordinates = {{coor dm|7|0|S|113|20|E|type:isle}}
|archipelago = [[Kepulauan Sunda Besar]]
|archipelago = [[Kepulauan Sunda Besar]]
|area_km2 = 5.379
|total islands = 127 Pulau
|highest_mount = Bukit Lanjari
|major islands = [[Kepulauan Kangean]], [[Kepulauan Masalembo]].
|elevation =500
|area = 5,168 km²
|country_admin_divisions_title = Negara
|highest mount = Bukit Geger,{{br}}Bukit Payudan
|country_admin_divisions = {{flag|Indonesia}}
|elevation =
|country_admin_divisions_title_1 = Provinsi
|country = Indonesia
|country_admin_divisions_1 = {{flag|Jawa Timur}}
|country admin divisions title = Provinsi
|country_admin_divisions_title_2 = Kabupaten/Jumlah Penduduk (data BPS 2023)
|country admin divisions = [[Jawa Timur]]
|country city = [[Kabupaten Bangkalan]],{{br}}[[Kabupaten Sampang]],{{br}}[[Kabupaten Pamekasan]],{{br}}[[Kabupaten Sumenep]]
|country_admin_divisions_2 = [[Kabupaten Bangkalan]] (1.101.556 jiwa)
|country largest city population =
|population = 3.625.000
|population as of = 2010
|density = 829/km²
|ethnic groups = [[Suku Madura|Madura]]
}}


{{br}}[[Kabupaten Sampang]] (992.210 jiwa)


{{br}}[[Kabupaten Pamekasan]] (862.009 jiwa)
'''Madura''' adalah nama [[pulau]] yang terletak di sebelah timur laut [[Jawa Timur]]. Pulau Madura besarnya kurang lebih 5.168 km<sup>2</sup> (lebih kecil daripada pulau [[Bali]]), dengan penduduk hampir 4 juta jiwa.


{{br}}[[Kabupaten Sumenep]] (1.143.292 jiwa)
Pulau Madura didiami oleh [[suku Madura]] yang merupakan salah satu etnis suku dengan populasi besar di Indonesia, jumlahnya sekitar 20 juta jiwa. Mereka berasal dari Pulau Madura dan pulau-pulau sekitarnya, seperti Gili Raja, Sapudi, Raas, dan Kangean. Selain itu, orang Madura banyak tinggal di bagian timur Jawa Timur biasa disebut wilayah Tapal Kuda, dari Pasuruan sampai utara Banyuwangi. Orang Madura yang berada di Situbondo dan Bondowoso, serta timur Probolinggo, Jember, jumlahnya paling banyak dan jarang yang bisa berbahasa Jawa, juga termasuk Surabaya Utara ,serta sebagian Malang .
|population = 4.099.070
|population_as_of = [[2023]]
|density_km2 = 762
|ethnic_groups = {{resize|10pt|[[Suku Madura|Madura]], [[Suku Jawa|Jawa]], [[Suku Bugis|Bugis]], [[Tionghoa-Indonesia|Tionghoa]], [[Arab-Indonesia|Arab]], [[Suku Banjar|Banjar]], [[Suku Sunda|Sunda]], [[Suku Melayu|Melayu]], [[Daftar suku bangsa di Indonesia|Lainnya]].}}
|local_name={{resize|11pt|Transkripsi bahasa daerah:}}
{{collapsible list
|titlestyle = background:transparent; font-size:1pt;
|title = {{resize|1pt|.}}
|{{Infobox |subbox=yes |bodystyle=font-size:11pt;font-weight:normal;
| rowclass1 = mergedrow | label1 = • [[Aksara Jawa#Penggunaan dalam bahasa Madura|Carakan Madura]] | data1 = {{lang|jv|ꦥꦺꦴꦭꦺꦴꦩꦢꦸꦫ}}
| rowclass2 = mergedrow | label2 = • [[Aksara Pegon|Pèghu Madura]] | data2 = {{lang|ms|ڤَولَو ماڎورٓا}}
| rowclass3 = mergedrow | label3 = • [[Bahasa Madura#Sistem Penulisan|Alfabet Madura]] | data3 = {{lang|mad|''Polo Madhurâ''}}
}}
}}|nickname={{resize|11pt|''"Pulau Garam"''}}|country_largest_city=[[Pamekasan, Pamekasan|Pamekasan]]}}


'''Pulau Madura''' ([[Bahasa Madura|Madura]]: ''Polo Madhurâ''; sistem pengucapan [[Pelafalan|[pɔlɔ madʰurɐ<nowiki>]</nowiki>]], [[Abjad Pegon|Pèghu]]: ڤَولَو ماڎورٓا, [[Aksara Jawa#Penggunaan dalam bahasa Madura|Carakan]]: ꦥꦺꦴꦭꦺꦴꦩꦢꦸꦫ) adalah nama sebuah pulau yang terletak di sebelah timur laut [[Jawa|Pulau Jawa]], memiliki luas wilayah sekitar 5.379&nbsp;km<sup>2</sup> atau 8 kali lebih luas dari provinsi [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|DKI Jakarta]]. Pulau ini juga mempunyai jumlah populasi penduduk yang cukup besar, yakni mencapai lebih dari 4 juta jiwa pada tahun [[2023]]. Di mana, wilayah kepulauan serta perairan yang ada di sekitarnya terkenal sebagai area penghasil minyak bumi dan gas alam di provinsi [[Jawa Timur]]. Selain itu, Pulau Madura merupakan produsen garam terbesar di [[Indonesia]] sehingga di juluki ''"Pulau Garam".''
Suku Madura terkenal karena gaya bicaranya yang blak-blakan serta sifatnya yang temperamental, tetapi mereka juga dikenal hemat, disiplin, dan rajin bekerja. Orang Madura dikenal mempunyai tradisi Islam yang kuat, sekalipun kadang melakukan ritual ''Petik Laut'' atau ''Rokat Tase''' (sama dengan larung sesaji). Harga diri, juga paling penting dalam kehidupan orang Madura, mereka memiliki sebuah peribahasa ''angok pote tollang, atembang pote mata''. Artinya, lebih baik mati (putih tulang) daripada malu (putih mata). Sifat yang seperti inilah yang melahirkan tradisi [[Carok|carok]] pada sebagian masyarakat Madura.

[[Jembatan Nasional Suramadu]] merupakan pintu masuk utama menuju pulau Madura. Selain jalur darat, pulau ini dapat didatangi melalui jalur laut. Untuk jalur laut, bisa dilalui dari [[Pelabuhan Tanjung Perak]] di [[Kota Surabaya|Surabaya]] menuju [[Pelabuhan Kamal]] di [[Kabupaten Bangkalan|Bangkalan]]. Alternatif lainnya bisa dilalui dari [[Jangkar, Situbondo|Pelabuhan Jangkar]] di [[Kabupaten Situbondo|Situbondo]] menuju [[Pelabuhan Kalianget]] di [[Kabupaten Sumenep|Sumenep]] yang terletak di ujung timur pulau Madura. Terkini, pintu masuk melalui udara juga telah dibuka dengan diresmikannya [[Bandar Udara Trunojoyo]] (SUP) pada 20 april 2022 yang lalu oleh presiden [[Joko Widodo]] di kabupaten [[Kabupaten Sumenep|Sumenep]].

Pulau Madura terdiri dari empat Kabupaten, yaitu: [[Bangkalan]], [[Sampang]], [[Pamekasan]] serta [[Sumenep]]. Di mana, wilayah ini mempunyai sejarah yang terbilang panjang dilihat dari kesenian dan kebudayaan Islam yang kuat.

Pulau ini didiami oleh etnis mayoritas [[suku Madura]] yang merupakan salah satu etnis suku dengan populasi yang cukup besar di [[Indonesia]], saat ini jumlah populasi [[suku Madura]] diperkirakan mencapai lebih dari 12 juta jiwa dan menyebar di seluruh penjuru indonesia.

Pulau Madura sebagian juga dihuni oleh beberapa kaum pendatang seperti [[suku Jawa]], [[Suku Bugis]], [[Tionghoa]], [[Arab-Indonesia]], [[Suku Banjar]], [[Suku Sunda]], [[Suku Melayu]] dan lainnya. [[Suku Madura]] berasal dari pulau Madura dan pulau-pulau sekitarnya, seperti [[Pulau Bawean]], [[Pulau Mandangin, Sampang, Sampang]], [[Gili Raja]], [[Gili Genteng]], [[Poteran, Raas, Sumenep]], [[Gili Iyang]], [[Pulau Sapudi]], [[Pulau Raas]], [[Kepulauan Masalembu]] dan [[Kepulauan Kangean]]. Selain itu, orang Madura banyak juga yang berdatangan dan menetap di bagian timur, biasa disebut sebagai kawasan [[Tapal Kuda, Jawa Timur]], yaitu membentang dari [[Kabupaten Pasuruan]] sebelah Timur sampai utara [[Banyuwangi]]. Orang Madura yang berada di [[Kabupaten Bangkalan]], [[Kabupaten Sampang]], [[Kabupaten Pamekasan]], [[Kabupaten Sumenep]], [[Kabupaten Situbondo]] dan [[Kabupaten Bondowoso]] jumlah penduduknya paling banyak dan mengutamakan [[bahasa Madura]]. Sedangkan orang Madura yang menetap di [[Kabupaten Probolinggo]], [[Kabupaten Malang]] bagian tenggara, [[Kabupaten Banyuwangi]], [[Kabupaten Jember]] , [[Kota Surabaya]] bagian Utara, [[Kabupaten Lumajang]], dan sebagian [[Kabupaten Gresik]] biasanya menguasai 2 bahasa yaitu [[bahasa Madura]] dan [[bahasa Jawa]].

[[Suku Madura]] terkenal dengan gaya bicaranya yang blak-blakan, namun dikenal hemat, disiplin dan pekerja keras (''abhântal ombâ' asapo' angèn''/'''أبْاْنتال أَومباْء أساڤَوء أڠَين'''). Harga diri merupakan esensi penting dalam kehidupan masyarakat Madura, mereka memiliki sebuah falsafah: ''ango'an potè tolang etembheng pote mata''/'''أَيتَيمبْاْڠ ڤَوتَي ماتا، أڠَوءأن ڤَوتَي تَولاڠ''' artinya "lebih baik mati daripada harus menanggung malu". Sifat yang seperti inilah yang melahirkan tradisi [[carok]] pada sebagian masyarakat Madura.


== Babad Madura ==
== Babad Madura ==
Dari sumber-sumber babad tanah Madura dikisahkan bahwa Pulau Madura pada zaman dahulu oleh para pengarung lautan hanya terlihat sebagai puncak-puncak tanah yang tinggi ( sekarang menjadi bukit-bukit ), dan beberapa dataran yang ketika air laut surut dataran tersebut terlihat, sedangkan apabila laut pasang dataran tersebut tidak tampak ( di bawah permukaan air ). Puncak-puncak yang terlihat tersebut diantaranya sekarang disebut Gunung Geger di Kabupaten Bangkalan dan Gunung Pajudan di kabupaten Sumenep.
Sejarah tanah Madura tidak terlepas dengan sejarah atau kejadian yang terjadi di tanah Jawa. Diceritakan bahwa pada suatu masa di pulau Jawa berdiri suatu kerajaan bernama Medangkamulan, di dalam kotanya ada sebuak keraton yang bernama keraton Giling wesi, rajanya bernama Sangyangtunggal ( menurut pendapat sebagian besar orang Madura tempat tersebut berada di sekitar Gunung Semeru atau sekitar gunung Bromo). Kala itu sekitar tahun 929 Masehi. Pendapat lain menyatakan bahwa kerajaan tersebut adalah kerajaan “Medang “ bukan “ Medangkamulan” mana yang benar tentu, memerlukan pembuktian secara ilmiah. Peristiwa ini terjadi tatkala baru terjadi letusan gunung berapi di tempat tersebut jadi sekitar tahun 929 M. Dikisahkan bahwa sang raja memiliki seorang anak gadis. Suatu ketika gadis tersebut bermimpi kemasukan rembulan ke dalam tubuhnya. Beberapa saat kemudian ternyata gadis tersebut hamil. Sang raja ( ayahandanya) selalu menanyakan siapa yang menghamilinya, namun gadis tersebut tidak menjawab. Akhirnya raja menjadi marah dan memanggil patihnya yang bernama Pranggulang. Raja memerintahkan supaya anak gadisnya dibunuh dan kepalanya disuruh dibawa kembali kepada raja. Apabila patih tidah dapat menunjukkan kepala tersebut ia tidak boleh kembali ke kerajaan dan jabatannya sebagai patih diberhentikan. Patih menyanggupi perintah raja dan membawa gadis tersebut ke sebuah hutan. Sesampainya di hutan patih Pranggulang menghunus pedang dan bermaksud memenggal kepala si gadis, namun suatu keanehan terjadi, yaitu ketika sang pedang mendekati leher si gadis pedang tersebut terjatuh dari tangan sang patih. Sang pating mengulanginya lagi untuk memenggal leher si gadis namun lagi-lagi terjadi seperti hal sebelunya, yaitu pedang terlepas dari tangan sang patih dan jatuh ke tanah. Sang patih masih berusaha mengulanginya sampai tiga kali, namun pada kali yang ketiga karena masih terjadi terjadi hal yang sama dengan dengan kejadian sebelunnya Sang Patih akhirnya duduk termenung dan berfikiran bahwa kehamilan sang gadis tentulah bukan karena kesalahan si gadis, tetapi disebabkan oleh hal yang luar biasa. Akhirnya sang patih mengalah untuk tidak kembali ke kerajaan, dan mulai saat itu sang patih berganti nama menjadi ” kyai Poleng ”, ( poleng artinya kain tenonan Madura ). Iapun merubah pakaiannya yaitu memakai kain, baju, dan ikat kepala dari kain poleng. Selanjutnya ia memotong kayu-kayu di hutan dan dibawa ke pantai dirakit menjadi ghitek ( jawa=getek).
Sang gadis oleh kyai Poleng didudukkan di atas ghitek di tepi pantai dan Kyai Poleng menendang ghitek tersebut menuju madu oro’ ( pojok di ara-ara artinya pojok menuju ke arah yang luas). Hal inilah yang menurut sebagian pendapat menjadi asul-usul nama ” Madura ”. Pendapat lain mengatakan bahwa nama Madura berasal dari kata ” Lemah Dhuro” artinya tanah yang tidak sesungguhnya, yaitu apabila air laut surut tanahnya terlihat, tetapi bila air pasang tanahnya tidak terlihat. Alkisah bahwa ghitek tersebut terdampar di suatu tempat yang saat ini tempat tersebut disebut Gunung Geger ( Disinilah asalnya tanah Madura ). Sebelum sang gadis diberangkatkan kyai Poleng berpesan jika membutuhkan pertolongan atau apa saja, maka sang Gadis di suruh menghentakkan kakinya ke tanah tiga kali, maka saat itu pula kyai poleng akan datang menolongnya. Sesampainya di Gunung Geger gadis tersebut duduk di bawah pohon pelasa ( ploso=jawa , suatu pohon berdaun halus yang saat ini mulai sukar ditemukan kebanyakan orang Madura menjadikan daunnya untuk pembungkus petis).
Suatu ketika sang gadis merasakan sakit yang luar biasa pada perutnya, diapun menjejakkan kakinya tiga kali ke tanah dan kyai polengpun datang. Ternyata sang gadis mau melahirkan. Akhirnya saat itu pula lahirlah seorang bayi laki-laki yang roman mukanya amat rupawan. Bayi tersebut diberi nama ”Raden Sagoro ” ( sagoro=laut ). Keluarga inilah yang menurut beberapa pendapat menjadi cikal-bakal penduduk Madura. Setelah sang bayi lahir Kyai Poleng akhirnya menghilang namun pada saat-saat tertentu masih mendatangi keluarga tersebut.
Diceritakan bahwa perahu-perahu para pedagang yang berlayar dari beberapa pulau di Indonesia, ketika berlayar malam hari sekitar tempat tinggal Raden Segoro, mereka sering melihat cahaya yang terang benderang seperti cahaya rembulan. Sehingga merekapun berkata apabila maksud pelayaran mereka terkabul, maka akan berhenti (berlabuh) di tempat itu ( Geger ) dan akan mengadakan selamatan dan memberi hadiah kepada yang bercahaya tersebut. Sehingga pada akhirnya tempat tersebut sering kedatangan para tamu ( pelayar ) yang terkabul maksudnya. Dan Raden Segoro beserta ibunyalah yang menerima hadiah-hadiah tersebut, karena disitu hanya tinggal seorang ibu dengan anaknya.
Ketika Raden Segoro berumur sekitar dua tahun, dia sering bermain ke pantai, hingga suatu ketika dari arah laut datanglah dua ekor ular naga yang amat besar mendekatinya. Dengan penuh ketakutan dia berlari kepada ibunya, sambil menangis dan menceritakan kejadian tersebut. Sang ibupun memanggil Kyai Poleng. Kejadian tersebut diceritakan kepada Kyai Poleng. Setelah mendengar cerita tersebut Kyai Poleng mengajak Raden Segoro bermain-main menuju pantai. Tak lama kemudian datanglah dari arah laut dua ekor ular raksasa. Kyai poleng menyuruh Raden Segoro menangkap dua ekor ulartersebut dan membantingnya ke tanah. Akan tetapi Raden Segoro tidak mematuhinya karena takut. Namun setelah dipaksa Raden Segoro menangkap dua ular raksasa itu dan membantingnya ke tanah. Seketika itu pula ular tersebut berubah menjadi dua bilah tombak. Raden Segoro memberikan tombak tersebut kepada Kyai Poleng, dan oleh kyai poleng dibawa ke Ibu Raden Segoro. Tombak tersebut diberi nama Kyai(si) Nenggolo, dan kyai (si) Aluquro. Kyai Poleng memberi tahu bahwa Kyai Aluquro untuk di simpan di dalam rumah dan Kyai Nenggolo untuk dibawa ketika bereperang. Kyai Poleng menceritakan asal –usul dua senjata pusaka tersebut kepada Raden Segoro dan ibunya. Pada zaman dahulu tanah Jawa ini kosong( tidak berpenduduk). Setelah Raja Room mengetahui hal tersebut dia mengutus panglimanya untuk menyelidiki tanah ini. Apabila tanahnya makmur diperintahkan supaya beberapa keluarga Negeri Room ditempatkan di sana. Setelah diperiksa ternyata tanah Jawa ini amat makmur. Keadaan ini akhirnya beberapa keluarga dari Negeri Room ditempatkan di sana. Namun beberapa saat setelah tinggal di tanah Jawa keluarga tersebut seluruhnya sakit dan mati. Disamping itu diceritakan pula bahwa Pulau Jawa saat itu menjadi sarang beberapa hantu yang suka makan manusia. Oleh karenanya Raja Room memerintahkan supaya empat penjuru dari tanah Jawa Supaya dipasang senjata pada tiap-tiap pojok, yaitu: Di bagian selatan ditanam Pedang Suduk, Sebelah barat bagian utara ditanam Tombak Kyai Nenggolo, Sebelah timur bagian utara ditanam pedang Suduk, dan sebelah timur bagian selatan ditanam Tombak Kyai Aluquro. Setelah itu baru keluarga dari Negeri Room dipindah ke tanah Jawa hidup dan bercocok tanam di sana.
Diceritakan pula bahwa ketika Raden Segoro berumur 7 tahun, tempat kediamannya pindah dari Gunong Geger ke Desa Nepa. Nama Nepa berasal dari nama pohon yaitu pohon Nepa, disebut pula pohon bunyok, mirip pohonkelapa tetapi tidak sebesar pohon kelapa, daunnya dapat dijadikan atap rumah, dan daun yang masih muda dapat dijadikan pembungkus rokok. Wilayah Desa Nepa saat ini termasuk wilayah kecamatan Ketapang Kabupaten Sampang, dan termasuk salah satu tempat Rekreasi karena di sana banyak kera.
Pada saat Kerajaan Medangkamulan diperintah Sangyangtunggal, berkali –kali diserang musuh yang berasal dari negeri Cina. Akibat peperangan ini rakyat Medangkamulan hampir habis dibunuh musuh. Dalam keadaan susah dan bingung Raja Sangyangtunggal memohon kepada Yang Maha Kuasa supaya diberi pertolongan. Akhirnya pada suatu malam rajapun bermimpi bertemu dengan seorang tua yang berkata bahwa di sebuah pulau yang bernama Madu Oro ( Lemah Duro = Madura ) terdapat anak muda bernama Raden Segoro, raja disuruh minta pertolongan kepada Raden Segoro bila ingin menang perang. Keesokan harinya raja memerintahkan patihnya untuk membawa beberapa perahu dan prajurit untuk meminta pertolongan Raden Segoro. Sesampainya di tanah Madura pada awalnya prajurit Medangkemulan ini ingin membawa paksa Raden Segoro ke perahu, namun disitu terjadi keanehan yaitu para prajurit itu seluruhnya lumpuh tidak punya daya dan terjadi tiupang angin yang sangat kencang yang ingin menenggelamkan perahu-perahu itu. Kejadian tersebut akhirnya patih Kerajaan Medangkamulan minta ampun kepada Raden Segoro dan ibunya. Ibu Raden Segoro selanjutnya memanggil Kyai Poleng. Kyai Poleng datang dan matur kepada ibu Raden Segoro supaya Raden Segoro bisa di bawa ke Kerajaan Medangkamulan untuk membantu peperangan melawan tentara Cina. Raden Segoropun berangkat bersama rombongan itu dengan membawa pusaka tombak Kyai Nenggolo. Kyai polengpun ikut serta, tetapi tidak menampakkan diri kepada orang lain, selain Raden Segoro.
Sesampainya di Kerajaan Medangkemulan peperangan dengan tentara Cinapun tidak dapat dielakkan Raden Segoro bertempur luar biasa dengan didampingi Kyai Poleng. Dengan menunjuk saja tombak Kyai Nenggolo ke arah musuh, musuhpun menjadi sakit secara mendadak, dan akhirnya berusaha meninggalkan kerajaan Medangkemulan dan sebagian besar mati. Dengan kemenangan tersebut raja membuat pesta besar-besaran dan memberi penghormatan kepada Raden Segoro. Raden Segoro juga diberi gelar ” Tumenggung Gemet ” oleh raja Medangkamulan.
Raja Medangkamulan berkeinginan untuk menjadikan Raden Segoro sebagai menantu, dan mengantarkannya diiringi sang patih dan prajurit pilihan. Desertai pula surat ucapan terima kasih kepada ibu Raden Segoro. Raja bertanya kepada Raden Segoro tentang siapa nama ayah Raden Segoro, maka Raden Segoro pun menjawab bahwa masih akan menanyakan hal tersebut kepada ibunya. Sesampainya di Nepa ketika para prajurit yang mengantarkan telah pulang, Raden Segoro bertanya kepada ibunya, tentang siapa nama ayahnya. Sang ibu sangat kebingungan harus menjawab apa, namun sang ibu menjawab bahwa ayahnya seorang siluman. Maka seketika itu pula ibu, Raden Segoro, dan rumahnya (Keraton Nepa) lenyap.
Demikian Riwayat asal mula penduduk tanah Madura. Hikmah dari cerita ini oleh para tetua di Madura dikesankan bahwa Raden Segoro membalas hutang eyangnya yang menghinakan ibunya dan membuang ibunya dengan pembalasan yang baik, yaitu membantu memenangkan peperangan. Selanjutnya diceritakan bahwa raden Segoro sebagai orang siluman dikemudian hari beristri Nyi Roro Kidul.
Dikisahkan pula beberapa tahun kemudian senjata Kyai Nenggolo dan Kyai Aluquro oleh Raden Segoro diberikan kepada Pengeran Demang Palakaran ( Kyai Demong ) Bupati Arosbaya ( Bangkalan ). Hingga saat ini kedua tombak pusaka tersebut masih menjadi tombak pusaka Bangkalan. Juga menurut keparcayaan orang tua –tua Kyai poleng menjadi pembantu Pangeran Demang Palakaran dan keturunnya.<br />


{{utama|Babad Madura}}

Dari sumber-sumber babad tanah Madura dikisahkan bahwa pulau Madura pada zaman dahulu oleh para pengarung lautan hanya terlihat sebagai puncak-puncak tanah yang tinggi (sekarang menjadi bukit-bukit,
dan beberapa dataran yang ketika air laut surut dataran tersebut terlihat, sedangkan apabila laut pasang dataran tersebut tidak tampak ( di bawah permukaan air ). Puncak-puncak yang terlihat tersebut di antaranya sekarang disebut Gunung Geger di [[Kabupaten Bangkalan]] dan Gunung Pajudan di [[Kabupaten Sumenep]].
Sejarah tanah Madura tidak terlepas dengan sejarah atau kejadian yang terjadi di tanah Jawa. Diceritakan bahwa pada suatu masa di pulau Jawa berdiri suatu kerajaan bernama [[Medang kamulan|Medang Kamulan]].
Di dalam kotanya ada sebuah keraton yang bernama keraton Giling Wesi, rajanya bernama [[Sang Hyang Tunggal]] ( Kerajaan Medang Kamulan terletak di muara [[Sungai Brantas]]. Ibu kotanya bernama Watan Mas).<br />
== Sejarah ==
== Sejarah ==
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Pangerang (prins) van Madura TMnr 3728-224.jpg|thumb|230px|[[Litografi]] oleh [[Auguste van Pers]] yang menggambarkan seorang [[pangeran]] dari Madura dan pelayannya di masa [[Hindia Belanda]]]]
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Pangerang (prins) van Madura TMnr 3728-224.jpg|jmpl|230px|[[Litografi]] oleh [[Auguste van Pers]] yang menggambarkan seorang [[pangeran]] dari Madura dan pelayannya pada masa [[Hindia Belanda]]]]
Perjalanan Sejarah Madura dimulai dari perjalanan [[Arya Wiraraja]] sebagai Adipati pertama di Madura pada abad 13. Dalam kitab nagarakertagama terutama pada tembang 15, mengatakan bahwa Pulau Madura semula bersatu dengan tanah Jawa, ini menujukkan bahwa pada tahun 1365an orang Madura dan orang Jawa merupakan bagian dari komunitas budaya yang sama.
Secara politis, Madura selama berabad-abad telah menjadi subordinat daerah kekuasaan yang berpusat di Jawa. Sekitar tahun 900-1500, pulau ini berada di bawah pengaruh kekuasaan kerajaan Hindu Jawa timur seperti [[Kerajaan Kadiri|Kediri]], [[Singhasari]], dan [[Majapahit]]. Di antara tahun 1500 dan 1624, para penguasa Madura pada batas tertentu bergantung pada kerajaan-kerajaan Islam di pantai utara Jawa seperti [[Kesultanan Demak|Demak]], Gresik, dan Surabaya. Pada tahun [[1624]], Madura ditaklukkan oleh [[Kesultanan Mataram|Mataram]]. Sesudah itu, pada paruh pertama abad kedelapan belas Madura berada di bawah kekuasaan kolonial Belanda (mulai [[1882]]), mula-mula oleh [[VOC]], kemudian oleh pemerintah [[Hindia-Belanda]]. Pada saat pembagian provinsi pada tahun 1920-an, Madura menjadi bagian dari provinsi Jawa Timur.<ref name="van Dijk">Van Dijk, K., de Jonge, H. & Touwen-Bouwsma, E., Introduction, di dalam: van Dijk ''et al.'' (penyunting), ''Across Madura Strait: the dynamics of an insular society'', Leiden: KITLV Press, 1995, hlm. 1-6.</ref>

Sekitar tahun 900-1500, pulau ini berada di bawah pengaruh kekuasaan kerajaan Hindu Jawa timur seperti [[Kerajaan Kadiri|Kediri]], [[Singhasari]], dan [[Majapahit]]. Di antara tahun 1500 dan 1624, para penguasa Madura pada batas tertentu bergantung pada kerajaan-kerajaan Islam di pantai utara Jawa seperti [[Kesultanan Demak|Demak]], Gresik, dan Surabaya. Pada tahun [[1624]], Madura ditaklukkan oleh [[Kesultanan Mataram|Mataram]]. Sesudah itu, pada paruh pertama abad kedelapan belas Madura berada di bawah kekuasaan kolonial Belanda (mulai [[1882]]), mula-mula oleh [[VOC]], kemudian oleh pemerintah [[Hindia Belanda]]. Pada saat pembagian provinsi pada tahun 1920-an, Madura menjadi bagian dari provinsi Jawa Timur.<ref name="van Dijk">Van Dijk, K., de Jonge, H. & Touwen-Bouwsma, E., Introduction, di dalam: van Dijk ''et al.'' (penyunting), ''Across Madura Strait: the dynamics of an insular society'', Leiden: KITLV Press, 1995, hlm. 1-6.</ref>


Sejarah mencatat [[Aria Wiraraja]] adalah Adipati Pertama di Madura, diangkat oleh Raja Kertanegara dari Singosari, tanggal 31 Oktober 1269. Pemerintahannya berpusat di Batuputih Sumenep, merupakan keraton pertama di Madura. Pengangkatan Aria Wiraraja sebagai Adipati I Madura pada waktu itu, diduga berlangsung dengan upacara kebesaran kerajaan Singosari yang dibawa ke Madura. Di Batuputih yang kini menjadi sebuah Kecamatan kurang lebih 18 Km dari Kota Sumenep, terdapat peninggalan-peninggalan keraton Batuputih, antara lain berupa tarian rakyat, [[Tari Gambu|tari Gambuh]] dan tari Satria.
Sejarah mencatat [[Aria Wiraraja]] adalah Adipati Pertama di Madura, diangkat oleh Raja [[Kertanegara]] dari [[Singosari]], tanggal 31 Oktober 1269. Pemerintahannya berpusat di Batuputih Sumenep, merupakan keraton pertama di Madura. Pengangkatan Aria Wiraraja sebagai Adipati I Madura pada waktu itu, diduga berlangsung dengan upacara kebesaran kerajaan Singosari yang dibawa ke Madura. Di Batuputih yang kini menjadi sebuah Kecamatan kurang lebih 18 Km dari Kota Sumenep, terdapat peninggalan-peninggalan keraton Batuputih, antara lain berupa tarian rakyat, [[tari Gambu]]h dan tari Satria.


==Geografi dan Adiministrasi==
== Geografi, Administratif dan Populasi ==


'''Geografi'''
'''Geografi'''


Kondisi geografis pulau Madura dengan topografi yang relatif datar di bagian selatan dan semakin kearah utara tidak terjadi perbedaan elevansi ketinggian yang begitu mencolok. Selain itu juga merupakan dataran tinggi tanpa gunung berapi dan tanah pertanian lahan kering.Komposisi tanah dan curah hujan yang tidak sama dilereng-lereng yang tinggi letaknya justru terlalu banyak sedangkan di lereng-lereng yang rendah malah kekurangan dengan demikian mengakibatkan Madura kurang memiliki tanah yang subur.
Kondisi geografis pulau Madura dengan topografi yang relatif datar di bagian selatan dan semakin kearah utara tidak terjadi perbedaan elevansi ketinggian yang begitu mencolok. Selain itu juga merupakan dataran tinggi tanpa gunung berapi dan tanah pertanian lahan kering. Komposisi tanah dan curah hujan yang tidak sama dilereng-lereng yang tinggi letaknya justru terlalu banyak sedangkan di lereng-lereng yang rendah malah kekurangan dengan demikian mengakibatkan Madura kurang memiliki tanah yang subur.


Secara geologis Madura merupakan kelanjutan bagian utara Jawa, kelanjutan dari pengunungan kapur yang terletak di sebelah utara dan di sebelah selatan lembah solo. Bukit-bukit kapur di Madura merupakan bukit-bukit yang lebih rendah, lebih kasar dan lebih bulat daripada bukit-bukit di Jawa dan letaknyapun lebih bergabung.
Secara geologis Madura merupakan kelanjutan bagian utara Jawa, kelanjutan dari pengunungan kapur yang terletak di sebelah utara dan di sebelah selatan lembah solo. Bukit-bukit kapur di Madura merupakan bukit-bukit yang lebih rendah, lebih kasar dan lebih bulat daripada bukit-bukit di Jawa dan letaknyapun lebih bergabung.


Luas keseluruhan Pulau Madura kurang lebih 5.168 km², atau kurang lebih 10 persen dari luas daratan Jawa Timur. Adapun panjang daratan kepulauannya dari ujung barat di Kamal sampai dengan ujung Timur di Kalianget sekitar 180 km dan lebarnya berkisar 40 km. Pulau ini terbagi dalam empat wilayah kabupaten. Dengan Luas wilayah untuk kabupaten Bangkalan 1.144, 75 km² terbagi dalam 8 wilayah kecamatan, kabupaten Sampang berluas wilayah 1.321,86 km², terbagi dalam 12 kecamatan, Kabupaten Pamekasan memiliki luas wilayah 844,19 km², yang terbagi dalam 13 kecamatan, dan kabupaten Sumenep mempunyai luas wilayah 1.857,530 km², terbagi dalam 27 kecamatan yang tersebar diwilayah daratan dan kepulauan.
Luas keseluruhan Pulau Madura sekitar 5.379&nbsp;km², atau sekitar 11 persen dari luas daratan provinsi Jawa Timur. Adapun panjang daratan pulau ini dari ujung barat di Kamal sampai dengan ujung Timur di Dungkek sekitar 160&nbsp;kilometer dan lebar maksimalnya sekitar 40&nbsp;kilometer. Pulau ini terbagi dalam empat wilayah kabupaten. Dengan Luas wilayah untuk kabupaten Bangkalan 1.144, 75&nbsp;km² terbagi dalam 8 wilayah kecamatan, kabupaten Sampang berluas wilayah 1.321,86&nbsp;km², terbagi dalam 12 kecamatan, Kabupaten Pamekasan memiliki luas wilayah 844,19&nbsp;km², yang terbagi dalam 13 kecamatan, dan kabupaten Sumenep mempunyai luas wilayah 1.857,530&nbsp;km², terbagi dalam 27 kecamatan yang tersebar diwilayah daratan dan kepulauan.


'''Administrasi'''
'''Administrasi dan Jumlah Penduduk'''


Madura dibagi menjadi empat [[kabupaten]], yaitu:
Madura dibagi menjadi empat [[kabupaten]], yaitu:
{| class="wikitable sortable"
{| class="wikitable sortable"
|-
|-
! Kabupaten !! Ibu Kota !! Luas Area !! Populasi 2010
! Kabupaten !! Ibu Kota !! Luas Area !! Populasi 2023
|-
|-
| [[Kabupaten Bangkalan]]|| Bangkalan || 1,260 || 907,255
| [[Kabupaten Bangkalan]]|| Bangkalan || 1,260 || 1,101,556
|-
|-
| [[Kabupaten Sampang]] || Sampang || 1,152 || 876,950
| [[Kabupaten Sampang]] || Sampang || 1,152 || 992,210
|-
|-
| [[Kabupaten Pamekasan]] || Pamekasan || 733 || 795,526
| [[Kabupaten Pamekasan]] || Kota Pamekasan || 733 || 862,009
|-
|-
| [[Kabupaten Sumenep]] || Sumenep || 1,147 || 1,041,915
| [[Kabupaten Sumenep]] || Kota Sumenep || 1,147 || 1,143,295
|}
|}


'''''Kota-Kota Eks Karesidenan Madura'''''
'''''Kota-Kota Eks Karesidenan Madura'''''


* Bangkalan
* [[Bangkalan, Bangkalan|Bangkalan]]
* Sampang
* [[Sampang, Sampang|Sampang]]
* Pamekasan
* [[Pamekasan, Pamekasan|Pamekasan]]
* [[Kota Sumenep, Sumenep|Sumenep]]
* [[Kota Sumenep, Sumenep|Kota Sumenep]]
* [[Kota Tua Kalianget|Kalianget]]
* [[Kota Tua Kalianget|Kalianget]]


== Ekonomi ==
== Ekonomi ==


Pertanian subsisten (skala kecil untuk bertahan hidup) merupakan kegiatan ekonomi utama. [[Jagung]] dan [[singkong]] merupakan tanaman budi daya utama dalam pertanian subsisten di Madura, tersebar di banyak lahan kecil. Ternak [[sapi]] juga merupakan bagian penting ekonomi pertanian di pulau ini dan memberikan pemasukan tambahan bagi keluarga petani selain penting untuk kegiatan [[karapan sapi]]. Perikanan skala kecil juga penting dalam ekonomi subsisten di sana.
°Pertanian merupakan kegiatan ekonomi utama di madura. [[Jagung]], [[padi]], [[kacang tanah]], [[cabe]], [[kacang hijau]] dan [[singkong]] merupakan tanaman budi daya utama dalam pertanian di Madura, tersebar di banyak lahan kecil maupun besar.


°Peternakan [[sapi]] juga merupakan bagian penting ekonomi di pulau ini dan memberikan pemasukan tambahan bagi keluarga petani selain penting untuk kegiatan [[karapan sapi]].
Tanaman budi daya yang paling komersial di Madura ialah [[tembakau]]. Tanah di pulau ini membantu menjadikan Madura sebagai produsen penting tembakau dan [[cengkeh]] bagi industri [[kretek]] domestik. Sejak [[Sejarah Indonesia (1800-1940)|zaman kolonial Belanda]], Madura juga telah menjadi penghasil dan pengekspor utama [[Natrium klorida|garam]].


°Sektor perikanan juga tak kalah penting dalam menopang perekonomian di pulau Madura. Wilayah ujung timur pulau madura yaitu kabupaten Sumenep merupakan salah satu wilayah penghasil ikan laut terbesar di jawa timur.
[[Kabupaten Bangkalan|Bangkalan]] yang terletak di ujung barat Madura telah mengalami industrialisasi sejak tahun 1980-an. Daerah ini mudah dijangkau dari [[Surabaya]], kota terbesar kedua di Indonesia, dan dengan demikian berperan menjadi daerah suburban bagi para [[penglaju]] ke Surabaya, dan sebagai lokasi industri dan layanan yang diperlukan dekat dengan Surabaya. [[Jembatan Suramadu]] yang sudah beroperasi sejak [[10]] [[Juni]] [[2009]], diharapkan meningkatkan interaksi daerah Bangkalan dengan ekonomi regional.


Tanaman budi daya yang paling komersial di Madura ialah [[tembakau]]. Tanah di pulau ini membantu menjadikan Madura sebagai produsen penting tembakau dan [[cengkih]] bagi industri [[kretek]] domestik. Sejak [[Sejarah Indonesia (1800-1940)|zaman kolonial Belanda]], Madura juga telah menjadi penghasil dan pengekspor utama [[Natrium klorida|garam]]. Selain komoditas tanaman di atas, sejak akhir tahun 2012, Pusat Penelitian dan Pengembangan Gula Indonesia (P3GI) mencoba Pulau ini untuk dijadikan lahan pengembangan tebu di Jawa Timur.
Sumenep sebagai daerah wisata juga menyimpan banyak sumber daya alam berupa gas alam yang dieksplorasi untuk mensuplai kebutuhan gas industri yang tersebar di wilayah Jawa Timur. Sumur-sumur gas sebagian besar tersebar di daerah lepas pantai Kepulauan Sumenep.


[[Kabupaten Bangkalan|Bangkalan]] yang terletak di ujung barat Madura telah mengalami industrialisasi ekonomi sejak tahun 1980-an. Daerah ini sangat dekat dari [[Surabaya]], kota terbesar kedua di Indonesia, dan dengan demikian berperan menjadi daerah sub urban bagi para [[penglaju]] ke Surabaya, dan sebagai lokasi industri dan layanan yang diperlukan dekat dengan Surabaya. [[Jembatan Nasional Suramadu]] yang sudah beroperasi sejak [[Juni]] [[2009]], diharapkan meningkatkan interaksi wilayah madura dengan perekonomian regional.
==Kondisi Sosial Masyarakat ==


Sumenep sebagai daerah wisata juga menyimpan banyak sumber daya alam berupa minyak dan gas alam yang dieksplorasi untuk mensuplai kebutuhan perindustrian yang tersebar di wilayah Jawa Timur. Sumur-sumur minyak dan gas sebagian besar tersebar di wilayah lepas pantai Kepulauan kabupaten Sumenep.
Madura termasuk salah satu daerah miskin di provinsi Jawa Timur<ref name="Rachbini">[[Didiek Junaidi Rachbini|Rachbini, D.J.]], Conditions and consequences of industrialization in Madura, di dalam: van Dijk ''et al.'' (penyunting), ''Across Madura Strait: the dynamics of an insular society'', Leiden: KITLV Press, 1995, hlm. 209-220.</ref>. Tidak seperti [[Pulau Jawa]], tanah di Madura kurang cukup subur untuk dijadikan tempat pertanian. Kesempatan ekonomi lain yang terbatas telah mengakibatkan pengangguran dan kemiskinan. Faktor-faktor ini telah mengakibatkan emigrasi jangka panjang dari Madura sehingga saat ini banyak masyarakat [[suku Madura]] tidak tinggal di Madura. Penduduk Madura termasuk peserta program [[transmigrasi]] terbanyak.


== Transportasi ==
Orang Madura pada dasarnya adalah orang yang suka merantau karena keadaan wilayahnya yang tidak baik untuk bertani. Orang Madura juga senang berdagang, terutama besi tua dan barang-barang bekas lainnya. Selain itu banyak yang bekerja menjadi nelayan dan buruh,serta beberapa ada yang berhasil menjadi,Tekonokrat,Biokrat,Mentri atau Pangkat tinggi di dunia militer.


Untuk menuju pulau ini, ada banyak pilihan sarana transportasi untuk para wisatawan di antaranya:


* [[Transportasi Darat]], ada cukup banyak pilihan yaitu Bus PO Akas, PO Harianto, PO Karina, PO Pahala Kencana, PO Gunung Harta , PO Sinar Jaya Dan lainnya, bus-bus ini melayani antar kota dalam provinsi dan antar provinsi. Kalau dari surabaya (Terminal Purabaya Surabaya) bisa langsung naik bus PO AKAS jurusan Pulau Madura, bus ini melayani pemberangkatan selama 24 jam untuk rute Surabaya-Madura dan sebaliknya. Di masing-masing kota kabupaten bus ini biasanya akan singgah sejenak untuk menurunkan penumpang di terminal kota yang dilewati, pemberhentian bus paling terakhir yaitu di terminal Arya Wiraraja di Kota Sumenep.
== Pariwisata ==
* [[Transportasi Udara]], untuk menikmati layanan transportasi ini, para penumpang akan diterbangkan dari [[Bandar Udara Trunojoyo]], Sumenep dengan tujuan [[Surabaya]] dan sebaliknya.
* [[Transportasi Laut]], Kapal laut/kapal feri bisa dinikmati dengan layanan rute Jangkar - Kalianget ataupun Ujung-Kamal. Ada juga kapal tradisional yang bisa dinaiki diantaranya adalah [[golekan]], [[leti leti]], [[janggolan]], dan [[lis-alis]].


== Budaya ==
[[Berkas:Madura bull racing 1999.jpeg|thumb|200px|Kerapan Sapi di Sumenep]]
[[Berkas:Madura bull racing 1999.jpeg|jmpl|200px|Kerapan Sapi di Sumenep]]
Pulau Madura memiliki sejumlah tempat wisata yang menarik. Salah satu icon wisata Madura adalah [[Karapan Sapi]]. Setiap tahun kerapan sapi diselenggarakan berjenjang dari tingkat Kecamatan, Kabupaten, dan tingkat pembantu wilayah Madura. Selain kerapan sapi ada juga kontes Sapi Sono' yang diperagakan oleh sapi-sapi betina. Selain itu untuk beberapa di kepulauan Sumenep ada juga Kerapan Kerbau.
{{col-css3-begin|2}}
* [[Mamaca]]
* [[Mamapar gigi]]
* Kalenengan Karaton
* Tandha'
* [[Tan-pangantanan]]
* [[Ojhung]]
* Topeng dhalang
* Topen getthak
* Bajang Kole' ([[Bahasa Indonesia]]:Wayang Kulit)
* Lodrok
* Sape Sono'
* [[Karapan Sapi]]
* [[Upacara Adat Nyadar]]
* [[Upacara Adat Penganten Ngekak Sangger]]
{{col-css3-end}}


== Seni ==
Selain itu Madura mempunyai tempat wisata peninggalan sejarah yang sebagian besar tersebar di Kabupaten Sumenep. Objek Wisata Sejarah yang ada di wilayah ini antara lain : [[Keraton Sumenep]], [[Masjid Jamik Sumenep|Masjid Jamik]], [[Asta Tinggi Sumenep|Asta Tinggi]], Wisata [[Kota Tua Kalianget]], dsb.


{{col-css3-begin|2}}
Selain itu Madura mempunyai pantai yang indah, antara lain, [[Pantai Lombang]], [[Pantai Slopeng]], Pantai Badur, Pantai Talang Siring, Pantai Camplong, Pantai Rongkang, dan Pantai Siring Kemuning.
'''Seni Tari'''
* [[Tari Moang Sangkal]]
* Tari Codi' Somekkar
* [[Tari Gambu]]

'''Seni Musik'''
* Musik [[Saronen]]
* Musik [[Tong-tong]]
* Musik [[Dhaul]]
* Musik Gambus

'''Seni Kriya'''
* [[Batik Tulis Madura]]
* [[Keris]], sentra pembuatan senjata keris di Sumenep terdapat di desa Aeng tong tong dan desa desa Palongan Kecamatan Bluto,
* Sentra [[Ukiran]] Sumenep Madura terdapat di desa Karduluk,
* Sentra pembuatan [[Perahu Madura]] terdapat di desa Slopeng dan Pulau Sapudi,
* Sentra Pembuatan Topeng Madura
* Sentra Pembuatan Clurit
{{col-css3-end}}

== Pariwisata ==
[[Berkas:Karapan Sapi Madura (cropped).jpg|jmpl|Lomba [[Karapan Sapi]], ikon pariwisata Madura]]
Pulau Madura memiliki sejumlah tempat wisata yang menarik. Salah satu ikon wisata Madura adalah lomba [[Karapan sapi|Karapan Sapi]]. Setiap tahun Karapan Sapi diselenggarakan berjenjang dari tingkat kecamatan, kabupaten, dan tingkat pembantu wilayah Madura. Selain lomba Karapan Sapi ada juga kontes Sapi Sono' yang diperagakan oleh sapi-sapi betina. Selain itu untuk beberapa di kepulauan Sumenep ada juga Karapan Kerbau. Selain Karapan Sapi, yang menjadi objek wisata favorit ada juga beberapa wisata yang semuanya tersebar di 4 wilayah kabupaten.


== Tokoh Madura ==
== Tokoh Madura ==
Baris 118: Baris 175:


'''Madura Barat'''
'''Madura Barat'''

* '''Pangeran Tengah''' 1592-1621. Saudara dari:
* '''Pangeran Tengah''' 1592-1621. Saudara dari:
* '''Pangeran Mas''' 1621-1624
* '''Pangeran Mas''' 1621-1624
* '''Pangeran Praseno / Pangéran Tjokro di Ningrat I''' 1624-1647. Anak dari Tengah dan Ayah dari:
* '''Pangeran Praseno / Pangéran Tjokro di Ningrat I / Pangeran Cakraningrat I''' 1624-1647. Anak dari Tengah dan Ayah dari:
* '''Pangeran Tjokro Diningrat II''' 1647-1707, Panembahan 1705. Ayah dari:
* '''Pangeran Tjokro Diningrat II / Pangeran Cakraningrat II''' 1647-1707, Panembahan 1705. Ayah dari:
* '''Raden Temenggong Sosro Diningrat / Pangeran Tjokro Diningrat III''' 1707-1718. Saudara dari:
* '''Raden Temenggong Sosro Diningrat / Pangeran Tjokro Diningrat III / Pangeran Cakraningrat III''' 1707-1718. Saudara dari:
* '''Raden Temenggong Suro Diningrat / Pangeran Tjokro Diningrat IV''' 1718-1736. Ayah dari:
* '''Raden Temenggong Suro Diningrat / Pangeran Tjokro Diningrat IV / Pangeran Cakraningrat IV''' 1718-1736. Ayah dari:
* '''Raden Adipati Sejo Adi Ningrat I / Panembahan Tjokro Diningrat V''' 1736-1769. Kakek dari:
* '''Raden Adipati Sejo Adi Ningrat I / Panembahan Tjokro Diningrat V / Pangeran Cakraningrat V''' 1736-1769. Kakek dari:
* '''Raden Adipati Sejo Adiningrat II / Panembahan Adipati Tjokro Diningrat VI''' 1769-1779
* '''Raden Adipati Sejo Adiningrat II / Panembahan Adipati Tjokro Diningrat VI / Pangeran Cakraningrat VI ''' 1769-1779
* '''Panembahan Adipati Tjokro Diningrat VII''' 1779-1815, '''Sultan Bangkalan''' 1808-1815. Anak dari Tjokro di Ningrat V dan Ayah dari:
* '''Panembahan Adipati Tjokro Diningrat VII / Pangeran Cakraningrat VII''' 1779-1815, '''Sultan Bangkalan''' 1808-1815. Anak dari Tjokro di Ningrat V dan Ayah dari:
* '''Tjokro Diningrat VIII, Sultan Bangkalan''' 1815-1847. Saudara dari:
* '''Tjokro Diningrat VIII / Pangeran Cakraningrat VIII, Sultan Bangkalan''' 1815-1847. Saudara dari:
* '''Panembahan Tjokro Diningrat IX, Sultan Bangkalan''' 1847-1862. Ayah dari:
* '''Panembahan Tjokro Diningrat IX / Pangeran Cakraningrat / Sultan Bangkalan''' 1847-1862. Ayah dari:
* '''Panembahan Tjokro Diningrat X, Sultan Bangkalan''' 1862-1882.
* '''Panembahan Tjokro Diningrat X/ Pangeran Cakraningrat X / Sultan Bangkalan''' 1862-1882.
* '''[[Trunojoyo|Pangeran Trunojoyo]]''', Pahlawan Madura salah seorang keturunan Kerajaan Madura Barat dalam memberontak pemerintahan VOC di Jawa dan Madura
* '''[[Trunojoyo|Pangeran Trunojoyo]]''', Pahlawan Madura salah seorang keturunan Kerajaan Madura Barat dalam memberontak pemerintahan VOC di Jawa dan Madura


'''Madura Timur'''
'''Madura Timur'''
* [[Arya Wiraraja|'''Prabu Arya Wiraraja''']], Adipati Sumenep I pada tahun 1269 dan sebagai salah satu tokoh pendiri [[Kerajaan Majapahit]] bersama Raden Wijaya.

* '''Pangeran Secadiningrat I'''
* [[Arya Wiraraja|Prabu Arya Wiraraja]], Adipati Sumenep I pada tahun 1269 dan sebagai salah satu tokoh pendiri [[Kerajaan Majapahit]] bersama Raden Wijaya.
* Pangeran Secadiningrat I
* '''Pangeran Secadiningrat II'''
* Pangeran Secadiningrat II
* '''Pangeran Secadiningrat III''' Adipati Sumenep XIII tahun 1415 - 1460
* Pangeran Secadiningrat III Adipati Sumenep XIII tahun 1415 - 1460
* '''Pangeran Secadiningrat IV''' Adipati Sumenep 1460 - 1502
* Pangeran Secadiningrat IV Adipati Sumenep 1460 - 1502
* '''Pangeran Secadiningrat V''' Adipati Sumenep 1502 - 1559
* Pangeran Secadiningrat V Adipati Sumenep 1502 - 1559
* '''Raden Tumenenggung Ario Kanduruan''' Adipati Sumenep 1559 - 1562
* Raden Tumenenggung Ario Kanduruan Adipati Sumenep 1559 - 1562
* '''Pangeran Lor''' dan '''Pangeran Wetan''' Adipati Sumenep 1562 - 1567
* Pangeran Lor dan Pangeran Wetan Adipati Sumenep 1562 - 1567
* '''Pangeran Keduk I''' Adipati Sumenep 1567 - 1574
* Pangeran Keduk I Adipati Sumenep 1567 - 1574
* '''Pangeran Lor II''' Adipati Sumenep 1574 - 1589
* Pangeran Lor II Adipati Sumenep 1574 - 1589
* '''Kanjeng Pangeran Ario Cokronegoro I''' menjadi Adipati Sumenep 1589 - 1626
* Kanjeng Pangeran Ario Cokronegoro I menjadi Adipati Sumenep 1589 - 1626
* '''Kanjeng R. Tumenggung Ario Anggadipa''' Adipati Sumenep 1626 - 1644
* Kanjeng R. Tumenggung Ario Anggadipa Adipati Sumenep 1626 - 1644
* '''Kanjeng R. Tumenggung Ario Jaingpatih''' Adipati Sumenep 1644 - 1648
* Kanjeng R. Tumenggung Ario Jaingpatih Adipati Sumenep 1644 - 1648
* '''Kanjeng Pangeran Ario [[Yudonegoro]]''' Adipati Sumenep 1648 - 1672
* Kanjeng Pangeran Ario [[Yudonegoro]] Adipati Sumenep 1648 - 1672
* '''Kanjeng R. Tumenggung Pulang Jiwa''' dan '''Kanjeng Pangeran Seppo''' Adipati Sumenep 1672 - 1678
* Kanjeng R. Tumenggung Pulang Jiwa dan Kanjeng Pangeran Seppo Adipati Sumenep 1672 - 1678
* '''Kanjeng Pangeran Ario''' [[Cokronegoro II]] Adipati Sumenep 1678 - 1709
* Kanjeng Pangeran Ario Cokronegoro II]] Adipati Sumenep 1678 - 1709
* '''Kanjeng R. Tumenggung Wiromenggolo''' Adipati Sumenep 1709 - 1721
* Kanjeng R. Tumenggung Wiromenggolo Adipati Sumenep 1709 - 1721
* '''Kanjeng Pangeran Ario''' [[Cokronegoro III]] Adipati Sumenep 1721 - 1744
* Kanjeng Pangeran Ario [[Cokronegoro III]] Adipati Sumenep 1721 - 1744
* '''Kanjeng Pangeran Ario''' [[Cokronegoro IV]] Adipati Sumenep 1744 - 1749
* Kanjeng Pangeran Ario [[Cokronegoro IV]] Adipati Sumenep 1744 - 1749
* '''Raden Buka''' Adipati Sumenep 1749 - 1750
* Raden Buka Adipati Sumenep 1749 - 1750
* '''Kanjeng R. Ayu Rasmana Tirtanegara''' dan '''Kanjeng R. Tumenggung Tirtanegara''' Adipati Sumenep 1750 - 1762
* Kanjeng R. Ayu Rasmana Tirtanegara dan Kanjeng R. Tumenggung Tirtanegara Adipati Sumenep 1750 - 1762
* '''Kanjeng R. Tumenggung Ario Asirudin''' / Pangeran Natakusuma I (Panembahan Somala) Sultan Sumenep tahun 1762 - 1811
* Kanjeng R. Tumenggung Ario Asirudin / Pangeran Natakusuma I (Panembahan Somala) Sultan Sumenep tahun 1762 - 1811
* '''Sultan Abdurrahman Paku Nataningrat I''' (Kanjeng R. Tumenggung Abdurrahaman) Sultan Sumenep 1811 - 1854
* Sultan Abdurrahaman Pakunataningrat I (Kanjeng R. Tumenggung Abdurrahaman) Sultan Sumenep 1811 - 1854
* '''Panembahan Natakusuma II''' (Kanjeng R. Tumenggung Moh. Saleh Natanegara) menjadi Adipati Sumenep 1854 - 1879
* Panembahan Natakusuma II (Kanjeng R. Tumenggung Moh. Saleh Natanegara) menjadi Adipati Sumenep 1854 - 1879
* '''Kanjeng Pangeran Ario Mangkudiningrat''' Adipati Sumenep 1879 - 1901
* Kanjeng Pangeran Ario Mangkudiningrat Adipati Sumenep 1879 - 1901
* '''Kanjeng Pangeran Ario Pratamingkusuma''' Adipati Sumenep 1901 - 1926
* Kanjeng Pangeran Ario Pratamingkusuma Adipati Sumenep 1901 - 1926
* '''Kanjeng Pangeran Ario Prabuwinata''' Adipati Sumenep 1926 - 1929
* Kanjeng Pangeran Ario Prabuwinata Adipati Sumenep 1926 - 1929


== Lihat pula ==
== Lihat pula ==
* [[Bahasa Madura]]
* [[Bahasa Madura]]
* [[Kepulauan Kangean]]
* [[Kepulauan Kangean]]
* [[Universitas Trunojoyo Madura|Universitas Madura]]
* IAIN MADURA
* Politeknik Negeri Madura
* STKIP PGRI Bangkalan
* [[Provinsi Madura]]


== Lain-lain ==
== Ragam Hal ==
'''Media'''

{{col-css3-begin|2}}
(<small>sumber: A.M.H.J. Stokvis, Manuel d’histoire, de généalogie et de chronologie de tous les Etats du globe..., Boekhandel & Antiquariaat B.M. Israël, Leiden 1888-1893, 1966</small>)
* [http://nadafm.net Radio Nada FM Madura] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20201118092630/http://www.nadafm.net/ |date=2020-11-18 }}
* Radio Amanah FM
* Kabar Madura
* [http://radarmadura.co.id/ Radar Madura]
* Jawa Pos Radar Madura (Jawa Pos Grup)
* [http://portalmadura.com Portal Madura]
* [[Madura Channel]]
{{col-css3-end}}


== Referensi ==
== Referensi ==
{{reflist}}
{{reflist}}
<small>A.M.H.J. Stokvis, Manuel d’histoire, de généalogie et de chronologie de tous les Etats du globe..., Boekhandel & Antiquariaat B.M. Israël, Leiden 1888-1893, 1966</small>
* Bouvier, Hélène (1994) ''La matière des émotions. Les arts du temps et du spectacle dans la société madouraise (Indonésie).'' Publications de l'École Française d'Extrême-Orient, vol. 172. Paris: EFEO. ISBN 2-85539-772-3.
* Farjon, I.(1980) ''Madura and surrounding islands: an annotated bibliography, 1860-1942'' The Hague: M. Nijhoff. Bibliographical series (Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde (Netherlands)) ; 9.
* Kees van Dijk, Huub de Jonge, and Elly Touwen-Bouswsma, eds. (1995). ''Across Madura Strait: the dynamics of an insular society''. Leiden: KITLV Press. ISBN 90-6718-091-2.
* Smith, Glenn (1995) ''Time Allocation Among the Madurese of Gedang-Gedang. Cross-Cultural Studies in Time Allocation,'' Volume XIII. New Haven, Connecticut: Human Relations Area Files Press.
* Smith, Glenn (2002) ''Bibliography of Madura (including Bawean, Sapudi and Kangean).'' [http://coombs.anu.edu.au/Biblio/biblio_madura1.html] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20120202085635/http://coombs.anu.edu.au/Biblio/biblio_madura1.html |date=2012-02-02 }}


== Pranala luar ==
== Pranala luar ==
{{Commons category|Madura Island}}
* {{Wikivoyage-inline|Madura}}
* {{en}} [http://www.eastjava.com/books/madura/html/hisleg.html Legenda tentang pulau Madura]
* {{en}} [http://www.eastjava.com/books/madura/html/hisleg.html Legenda tentang pulau Madura]
* {{id}} [http://www.maduraterkini.com/ Berita Seputar Madura Terkini] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20130630094543/http://www.maduraterkini.com/ |date=2013-06-30 }}
{{indo-pulau-stub}}


[[Kategori:Madura| ]]
[[Kategori:Madura| ]]
[[Kategori:Pulau di Jawa Timur|Madura]]

[[Kategori:Pulau di Laut Jawa|Madura]]
[[ar:جزيرة مادورا]]
[[br:Madura]]
[[ca:Madura]]
[[cs:Madura]]
[[de:Madura (Insel)]]
[[en:Madura Island]]
[[es:Isla de Madura]]
[[et:Madura]]
[[eu:Madura]]
[[fa:مادورا]]
[[fi:Madura]]
[[fr:Madura]]
[[gl:Madura]]
[[it:Madura]]
[[ja:マドゥラ島]]
[[jv:Pulo Madura]]
[[ms:Pulau Madura]]
[[nl:Madoera (eiland)]]
[[nn:Madura]]
[[no:Madura]]
[[pl:Madura]]
[[pnb:میڈورا جزیرہ]]
[[pt:Madura]]
[[ru:Мадура]]
[[sr:Мадура (острво)]]
[[su:Pulo Madura]]
[[sv:Madura (ö)]]
[[ta:மதுரா (தீவு)]]
[[th:เกาะมาดูรา]]
[[vi:Madura]]
[[zh:马都拉岛]]

Revisi terkini sejak 4 Juli 2024 00.39

Pulau Madura
Transkripsi bahasa daerah:
.

Julukan: "Pulau Garam"
Topografi Pulau Madura.
Geografi
LokasiAsia Tenggara
Koordinat7°0′S 113°20′E / 7.000°S 113.333°E / -7.000; 113.333
KepulauanKepulauan Sunda Besar
Luas5.379 km2
Titik tertinggiBukit Lanjari (500 m)
Pemerintahan
Negara Indonesia
Provinsi Jawa Timur
Kabupaten/Jumlah Penduduk (data BPS 2023)Kabupaten Bangkalan (1.101.556 jiwa)


Kabupaten Sampang (992.210 jiwa)


Kabupaten Pamekasan (862.009 jiwa)


Kabupaten Sumenep (1.143.292 jiwa)
Kota terbesarPamekasan
Kependudukan
Penduduk4.099.070 jiwa (2023)
Kepadatan762 jiwa/km2
Kelompok etnikMadura, Jawa, Bugis, Tionghoa, Arab, Banjar, Sunda, Melayu, Lainnya.
Peta

Pulau Madura (Madura: Polo Madhurâ; sistem pengucapan [pɔlɔ madʰurɐ], Pèghu: ڤَولَو ماڎورٓا, Carakan: ꦥꦺꦴꦭꦺꦴꦩꦢꦸꦫ) adalah nama sebuah pulau yang terletak di sebelah timur laut Pulau Jawa, memiliki luas wilayah sekitar 5.379 km2 atau 8 kali lebih luas dari provinsi DKI Jakarta. Pulau ini juga mempunyai jumlah populasi penduduk yang cukup besar, yakni mencapai lebih dari 4 juta jiwa pada tahun 2023. Di mana, wilayah kepulauan serta perairan yang ada di sekitarnya terkenal sebagai area penghasil minyak bumi dan gas alam di provinsi Jawa Timur. Selain itu, Pulau Madura merupakan produsen garam terbesar di Indonesia sehingga di juluki "Pulau Garam".

Jembatan Nasional Suramadu merupakan pintu masuk utama menuju pulau Madura. Selain jalur darat, pulau ini dapat didatangi melalui jalur laut. Untuk jalur laut, bisa dilalui dari Pelabuhan Tanjung Perak di Surabaya menuju Pelabuhan Kamal di Bangkalan. Alternatif lainnya bisa dilalui dari Pelabuhan Jangkar di Situbondo menuju Pelabuhan Kalianget di Sumenep yang terletak di ujung timur pulau Madura. Terkini, pintu masuk melalui udara juga telah dibuka dengan diresmikannya Bandar Udara Trunojoyo (SUP) pada 20 april 2022 yang lalu oleh presiden Joko Widodo di kabupaten Sumenep.

Pulau Madura terdiri dari empat Kabupaten, yaitu: Bangkalan, Sampang, Pamekasan serta Sumenep. Di mana, wilayah ini mempunyai sejarah yang terbilang panjang dilihat dari kesenian dan kebudayaan Islam yang kuat.

Pulau ini didiami oleh etnis mayoritas suku Madura yang merupakan salah satu etnis suku dengan populasi yang cukup besar di Indonesia, saat ini jumlah populasi suku Madura diperkirakan mencapai lebih dari 12 juta jiwa dan menyebar di seluruh penjuru indonesia.

Pulau Madura sebagian juga dihuni oleh beberapa kaum pendatang seperti suku Jawa, Suku Bugis, Tionghoa, Arab-Indonesia, Suku Banjar, Suku Sunda, Suku Melayu dan lainnya. Suku Madura berasal dari pulau Madura dan pulau-pulau sekitarnya, seperti Pulau Bawean, Pulau Mandangin, Sampang, Sampang, Gili Raja, Gili Genteng, Poteran, Raas, Sumenep, Gili Iyang, Pulau Sapudi, Pulau Raas, Kepulauan Masalembu dan Kepulauan Kangean. Selain itu, orang Madura banyak juga yang berdatangan dan menetap di bagian timur, biasa disebut sebagai kawasan Tapal Kuda, Jawa Timur, yaitu membentang dari Kabupaten Pasuruan sebelah Timur sampai utara Banyuwangi. Orang Madura yang berada di Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Sampang, Kabupaten Pamekasan, Kabupaten Sumenep, Kabupaten Situbondo dan Kabupaten Bondowoso jumlah penduduknya paling banyak dan mengutamakan bahasa Madura. Sedangkan orang Madura yang menetap di Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Malang bagian tenggara, Kabupaten Banyuwangi, Kabupaten Jember , Kota Surabaya bagian Utara, Kabupaten Lumajang, dan sebagian Kabupaten Gresik biasanya menguasai 2 bahasa yaitu bahasa Madura dan bahasa Jawa.

Suku Madura terkenal dengan gaya bicaranya yang blak-blakan, namun dikenal hemat, disiplin dan pekerja keras (abhântal ombâ' asapo' angèn/أبْاْنتال أَومباْء أساڤَوء أڠَين). Harga diri merupakan esensi penting dalam kehidupan masyarakat Madura, mereka memiliki sebuah falsafah: ango'an potè tolang etembheng pote mata/أَيتَيمبْاْڠ ڤَوتَي ماتا، أڠَوءأن ڤَوتَي تَولاڠ artinya "lebih baik mati daripada harus menanggung malu". Sifat yang seperti inilah yang melahirkan tradisi carok pada sebagian masyarakat Madura.

Babad Madura

[sunting | sunting sumber]

Dari sumber-sumber babad tanah Madura dikisahkan bahwa pulau Madura pada zaman dahulu oleh para pengarung lautan hanya terlihat sebagai puncak-puncak tanah yang tinggi (sekarang menjadi bukit-bukit, dan beberapa dataran yang ketika air laut surut dataran tersebut terlihat, sedangkan apabila laut pasang dataran tersebut tidak tampak ( di bawah permukaan air ). Puncak-puncak yang terlihat tersebut di antaranya sekarang disebut Gunung Geger di Kabupaten Bangkalan dan Gunung Pajudan di Kabupaten Sumenep. Sejarah tanah Madura tidak terlepas dengan sejarah atau kejadian yang terjadi di tanah Jawa. Diceritakan bahwa pada suatu masa di pulau Jawa berdiri suatu kerajaan bernama Medang Kamulan. Di dalam kotanya ada sebuah keraton yang bernama keraton Giling Wesi, rajanya bernama Sang Hyang Tunggal ( Kerajaan Medang Kamulan terletak di muara Sungai Brantas. Ibu kotanya bernama Watan Mas).

Litografi oleh Auguste van Pers yang menggambarkan seorang pangeran dari Madura dan pelayannya pada masa Hindia Belanda

Perjalanan Sejarah Madura dimulai dari perjalanan Arya Wiraraja sebagai Adipati pertama di Madura pada abad 13. Dalam kitab nagarakertagama terutama pada tembang 15, mengatakan bahwa Pulau Madura semula bersatu dengan tanah Jawa, ini menujukkan bahwa pada tahun 1365an orang Madura dan orang Jawa merupakan bagian dari komunitas budaya yang sama.

Sekitar tahun 900-1500, pulau ini berada di bawah pengaruh kekuasaan kerajaan Hindu Jawa timur seperti Kediri, Singhasari, dan Majapahit. Di antara tahun 1500 dan 1624, para penguasa Madura pada batas tertentu bergantung pada kerajaan-kerajaan Islam di pantai utara Jawa seperti Demak, Gresik, dan Surabaya. Pada tahun 1624, Madura ditaklukkan oleh Mataram. Sesudah itu, pada paruh pertama abad kedelapan belas Madura berada di bawah kekuasaan kolonial Belanda (mulai 1882), mula-mula oleh VOC, kemudian oleh pemerintah Hindia Belanda. Pada saat pembagian provinsi pada tahun 1920-an, Madura menjadi bagian dari provinsi Jawa Timur.[1]

Sejarah mencatat Aria Wiraraja adalah Adipati Pertama di Madura, diangkat oleh Raja Kertanegara dari Singosari, tanggal 31 Oktober 1269. Pemerintahannya berpusat di Batuputih Sumenep, merupakan keraton pertama di Madura. Pengangkatan Aria Wiraraja sebagai Adipati I Madura pada waktu itu, diduga berlangsung dengan upacara kebesaran kerajaan Singosari yang dibawa ke Madura. Di Batuputih yang kini menjadi sebuah Kecamatan kurang lebih 18 Km dari Kota Sumenep, terdapat peninggalan-peninggalan keraton Batuputih, antara lain berupa tarian rakyat, tari Gambuh dan tari Satria.

Geografi, Administratif dan Populasi

[sunting | sunting sumber]

Geografi

Kondisi geografis pulau Madura dengan topografi yang relatif datar di bagian selatan dan semakin kearah utara tidak terjadi perbedaan elevansi ketinggian yang begitu mencolok. Selain itu juga merupakan dataran tinggi tanpa gunung berapi dan tanah pertanian lahan kering. Komposisi tanah dan curah hujan yang tidak sama dilereng-lereng yang tinggi letaknya justru terlalu banyak sedangkan di lereng-lereng yang rendah malah kekurangan dengan demikian mengakibatkan Madura kurang memiliki tanah yang subur.

Secara geologis Madura merupakan kelanjutan bagian utara Jawa, kelanjutan dari pengunungan kapur yang terletak di sebelah utara dan di sebelah selatan lembah solo. Bukit-bukit kapur di Madura merupakan bukit-bukit yang lebih rendah, lebih kasar dan lebih bulat daripada bukit-bukit di Jawa dan letaknyapun lebih bergabung.

Luas keseluruhan Pulau Madura sekitar 5.379 km², atau sekitar 11 persen dari luas daratan provinsi Jawa Timur. Adapun panjang daratan pulau ini dari ujung barat di Kamal sampai dengan ujung Timur di Dungkek sekitar 160 kilometer dan lebar maksimalnya sekitar 40 kilometer. Pulau ini terbagi dalam empat wilayah kabupaten. Dengan Luas wilayah untuk kabupaten Bangkalan 1.144, 75 km² terbagi dalam 8 wilayah kecamatan, kabupaten Sampang berluas wilayah 1.321,86 km², terbagi dalam 12 kecamatan, Kabupaten Pamekasan memiliki luas wilayah 844,19 km², yang terbagi dalam 13 kecamatan, dan kabupaten Sumenep mempunyai luas wilayah 1.857,530 km², terbagi dalam 27 kecamatan yang tersebar diwilayah daratan dan kepulauan.

Administrasi dan Jumlah Penduduk

Madura dibagi menjadi empat kabupaten, yaitu:

Kabupaten Ibu Kota Luas Area Populasi 2023
Kabupaten Bangkalan Bangkalan 1,260 1,101,556
Kabupaten Sampang Sampang 1,152 992,210
Kabupaten Pamekasan Kota Pamekasan 733 862,009
Kabupaten Sumenep Kota Sumenep 1,147 1,143,295

Kota-Kota Eks Karesidenan Madura

°Pertanian merupakan kegiatan ekonomi utama di madura. Jagung, padi, kacang tanah, cabe, kacang hijau dan singkong merupakan tanaman budi daya utama dalam pertanian di Madura, tersebar di banyak lahan kecil maupun besar.

°Peternakan sapi juga merupakan bagian penting ekonomi di pulau ini dan memberikan pemasukan tambahan bagi keluarga petani selain penting untuk kegiatan karapan sapi.

°Sektor perikanan juga tak kalah penting dalam menopang perekonomian di pulau Madura. Wilayah ujung timur pulau madura yaitu kabupaten Sumenep merupakan salah satu wilayah penghasil ikan laut terbesar di jawa timur.

Tanaman budi daya yang paling komersial di Madura ialah tembakau. Tanah di pulau ini membantu menjadikan Madura sebagai produsen penting tembakau dan cengkih bagi industri kretek domestik. Sejak zaman kolonial Belanda, Madura juga telah menjadi penghasil dan pengekspor utama garam. Selain komoditas tanaman di atas, sejak akhir tahun 2012, Pusat Penelitian dan Pengembangan Gula Indonesia (P3GI) mencoba Pulau ini untuk dijadikan lahan pengembangan tebu di Jawa Timur.

Bangkalan yang terletak di ujung barat Madura telah mengalami industrialisasi ekonomi sejak tahun 1980-an. Daerah ini sangat dekat dari Surabaya, kota terbesar kedua di Indonesia, dan dengan demikian berperan menjadi daerah sub urban bagi para penglaju ke Surabaya, dan sebagai lokasi industri dan layanan yang diperlukan dekat dengan Surabaya. Jembatan Nasional Suramadu yang sudah beroperasi sejak Juni 2009, diharapkan meningkatkan interaksi wilayah madura dengan perekonomian regional.

Sumenep sebagai daerah wisata juga menyimpan banyak sumber daya alam berupa minyak dan gas alam yang dieksplorasi untuk mensuplai kebutuhan perindustrian yang tersebar di wilayah Jawa Timur. Sumur-sumur minyak dan gas sebagian besar tersebar di wilayah lepas pantai Kepulauan kabupaten Sumenep.

Transportasi

[sunting | sunting sumber]

Untuk menuju pulau ini, ada banyak pilihan sarana transportasi untuk para wisatawan di antaranya:

  • Transportasi Darat, ada cukup banyak pilihan yaitu Bus PO Akas, PO Harianto, PO Karina, PO Pahala Kencana, PO Gunung Harta , PO Sinar Jaya Dan lainnya, bus-bus ini melayani antar kota dalam provinsi dan antar provinsi. Kalau dari surabaya (Terminal Purabaya Surabaya) bisa langsung naik bus PO AKAS jurusan Pulau Madura, bus ini melayani pemberangkatan selama 24 jam untuk rute Surabaya-Madura dan sebaliknya. Di masing-masing kota kabupaten bus ini biasanya akan singgah sejenak untuk menurunkan penumpang di terminal kota yang dilewati, pemberhentian bus paling terakhir yaitu di terminal Arya Wiraraja di Kota Sumenep.
  • Transportasi Udara, untuk menikmati layanan transportasi ini, para penumpang akan diterbangkan dari Bandar Udara Trunojoyo, Sumenep dengan tujuan Surabaya dan sebaliknya.
  • Transportasi Laut, Kapal laut/kapal feri bisa dinikmati dengan layanan rute Jangkar - Kalianget ataupun Ujung-Kamal. Ada juga kapal tradisional yang bisa dinaiki diantaranya adalah golekan, leti leti, janggolan, dan lis-alis.
Kerapan Sapi di Sumenep

Seni Tari

Seni Musik

Seni Kriya

  • Batik Tulis Madura
  • Keris, sentra pembuatan senjata keris di Sumenep terdapat di desa Aeng tong tong dan desa desa Palongan Kecamatan Bluto,
  • Sentra Ukiran Sumenep Madura terdapat di desa Karduluk,
  • Sentra pembuatan Perahu Madura terdapat di desa Slopeng dan Pulau Sapudi,
  • Sentra Pembuatan Topeng Madura
  • Sentra Pembuatan Clurit

Pariwisata

[sunting | sunting sumber]
Lomba Karapan Sapi, ikon pariwisata Madura

Pulau Madura memiliki sejumlah tempat wisata yang menarik. Salah satu ikon wisata Madura adalah lomba Karapan Sapi. Setiap tahun Karapan Sapi diselenggarakan berjenjang dari tingkat kecamatan, kabupaten, dan tingkat pembantu wilayah Madura. Selain lomba Karapan Sapi ada juga kontes Sapi Sono' yang diperagakan oleh sapi-sapi betina. Selain itu untuk beberapa di kepulauan Sumenep ada juga Karapan Kerbau. Selain Karapan Sapi, yang menjadi objek wisata favorit ada juga beberapa wisata yang semuanya tersebar di 4 wilayah kabupaten.

Tokoh Madura

[sunting | sunting sumber]

Tokoh Kerajaan

Madura Barat

  • Pangeran Tengah 1592-1621. Saudara dari:
  • Pangeran Mas 1621-1624
  • Pangeran Praseno / Pangéran Tjokro di Ningrat I / Pangeran Cakraningrat I 1624-1647. Anak dari Tengah dan Ayah dari:
  • Pangeran Tjokro Diningrat II / Pangeran Cakraningrat II 1647-1707, Panembahan 1705. Ayah dari:
  • Raden Temenggong Sosro Diningrat / Pangeran Tjokro Diningrat III / Pangeran Cakraningrat III 1707-1718. Saudara dari:
  • Raden Temenggong Suro Diningrat / Pangeran Tjokro Diningrat IV / Pangeran Cakraningrat IV 1718-1736. Ayah dari:
  • Raden Adipati Sejo Adi Ningrat I / Panembahan Tjokro Diningrat V / Pangeran Cakraningrat V 1736-1769. Kakek dari:
  • Raden Adipati Sejo Adiningrat II / Panembahan Adipati Tjokro Diningrat VI / Pangeran Cakraningrat VI 1769-1779
  • Panembahan Adipati Tjokro Diningrat VII / Pangeran Cakraningrat VII 1779-1815, Sultan Bangkalan 1808-1815. Anak dari Tjokro di Ningrat V dan Ayah dari:
  • Tjokro Diningrat VIII / Pangeran Cakraningrat VIII, Sultan Bangkalan 1815-1847. Saudara dari:
  • Panembahan Tjokro Diningrat IX / Pangeran Cakraningrat / Sultan Bangkalan 1847-1862. Ayah dari:
  • Panembahan Tjokro Diningrat X/ Pangeran Cakraningrat X / Sultan Bangkalan 1862-1882.
  • Pangeran Trunojoyo, Pahlawan Madura salah seorang keturunan Kerajaan Madura Barat dalam memberontak pemerintahan VOC di Jawa dan Madura

Madura Timur

  • Prabu Arya Wiraraja, Adipati Sumenep I pada tahun 1269 dan sebagai salah satu tokoh pendiri Kerajaan Majapahit bersama Raden Wijaya.
  • Pangeran Secadiningrat I
  • Pangeran Secadiningrat II
  • Pangeran Secadiningrat III Adipati Sumenep XIII tahun 1415 - 1460
  • Pangeran Secadiningrat IV Adipati Sumenep 1460 - 1502
  • Pangeran Secadiningrat V Adipati Sumenep 1502 - 1559
  • Raden Tumenenggung Ario Kanduruan Adipati Sumenep 1559 - 1562
  • Pangeran Lor dan Pangeran Wetan Adipati Sumenep 1562 - 1567
  • Pangeran Keduk I Adipati Sumenep 1567 - 1574
  • Pangeran Lor II Adipati Sumenep 1574 - 1589
  • Kanjeng Pangeran Ario Cokronegoro I menjadi Adipati Sumenep 1589 - 1626
  • Kanjeng R. Tumenggung Ario Anggadipa Adipati Sumenep 1626 - 1644
  • Kanjeng R. Tumenggung Ario Jaingpatih Adipati Sumenep 1644 - 1648
  • Kanjeng Pangeran Ario Yudonegoro Adipati Sumenep 1648 - 1672
  • Kanjeng R. Tumenggung Pulang Jiwa dan Kanjeng Pangeran Seppo Adipati Sumenep 1672 - 1678
  • Kanjeng Pangeran Ario Cokronegoro II Adipati Sumenep 1678 - 1709
  • Kanjeng R. Tumenggung Wiromenggolo Adipati Sumenep 1709 - 1721
  • Kanjeng Pangeran Ario Cokronegoro III Adipati Sumenep 1721 - 1744
  • Kanjeng Pangeran Ario Cokronegoro IV Adipati Sumenep 1744 - 1749
  • Raden Buka Adipati Sumenep 1749 - 1750
  • Kanjeng R. Ayu Rasmana Tirtanegara dan Kanjeng R. Tumenggung Tirtanegara Adipati Sumenep 1750 - 1762
  • Kanjeng R. Tumenggung Ario Asirudin / Pangeran Natakusuma I (Panembahan Somala) Sultan Sumenep tahun 1762 - 1811
  • Sultan Abdurrahman Paku Nataningrat I (Kanjeng R. Tumenggung Abdurrahaman) Sultan Sumenep 1811 - 1854
  • Panembahan Natakusuma II (Kanjeng R. Tumenggung Moh. Saleh Natanegara) menjadi Adipati Sumenep 1854 - 1879
  • Kanjeng Pangeran Ario Mangkudiningrat Adipati Sumenep 1879 - 1901
  • Kanjeng Pangeran Ario Pratamingkusuma Adipati Sumenep 1901 - 1926
  • Kanjeng Pangeran Ario Prabuwinata Adipati Sumenep 1926 - 1929

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]

Ragam Hal

[sunting | sunting sumber]

Media

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Van Dijk, K., de Jonge, H. & Touwen-Bouwsma, E., Introduction, di dalam: van Dijk et al. (penyunting), Across Madura Strait: the dynamics of an insular society, Leiden: KITLV Press, 1995, hlm. 1-6.

A.M.H.J. Stokvis, Manuel d’histoire, de généalogie et de chronologie de tous les Etats du globe..., Boekhandel & Antiquariaat B.M. Israël, Leiden 1888-1893, 1966

  • Bouvier, Hélène (1994) La matière des émotions. Les arts du temps et du spectacle dans la société madouraise (Indonésie). Publications de l'École Française d'Extrême-Orient, vol. 172. Paris: EFEO. ISBN 2-85539-772-3.
  • Farjon, I.(1980) Madura and surrounding islands: an annotated bibliography, 1860-1942 The Hague: M. Nijhoff. Bibliographical series (Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde (Netherlands)) ; 9.
  • Kees van Dijk, Huub de Jonge, and Elly Touwen-Bouswsma, eds. (1995). Across Madura Strait: the dynamics of an insular society. Leiden: KITLV Press. ISBN 90-6718-091-2.
  • Smith, Glenn (1995) Time Allocation Among the Madurese of Gedang-Gedang. Cross-Cultural Studies in Time Allocation, Volume XIII. New Haven, Connecticut: Human Relations Area Files Press.
  • Smith, Glenn (2002) Bibliography of Madura (including Bawean, Sapudi and Kangean). [1] Diarsipkan 2012-02-02 di Wayback Machine.

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]