Lompat ke isi

Perdagangan bebas: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Rudiwaka (bicara | kontrib)
k +{{Perdagangan internasional}}
 
(27 revisi perantara oleh 21 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
'''Perdagangan bebas''' adalah kebijakan di mana [[pemerintah]] tidak melakukan [[diskriminasi]] terhadap [[impor]] atau [[ekspor]].<ref> {{cite journal|title= Perdagangan Bebas: Idealisme dan Realitas|author= Atih Rohaeti Dariah|journal= Mimbar|volume= 21|number= 1|year= 2005|page= 118|issn= 0215-8175|url= https://ejournal.unisba.ac.id/index.php/mimbar/article/view/167/pdf}} </ref> Perdagangan bebas dicontohkan oleh Area Ekonomi Eropa/[[Uni Eropa]] dan [[Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara]], yang telah mendirikan [[pasar]] terbuka dengan sangat sedikit pembatasan perdagangan. Sebagian besar negara-negara saat ini adalah anggota dari perjanjian perdagangan multilateral [[Organisasi Perdagangan Dunia]] (WTO). Namun, sebagian besar pemerintah masih memberlakukan beberapa kebijakan [[proteksionis]] yang dimaksudkan untuk mendukung kerja lokal, seperti penerapan tarif impor atau subsidi untuk ekspor. Pemerintah juga dapat membatasi perdagangan bebas untuk membatasi ekspor sumber daya alam. Hambatan lain yang dapat menghambat perdagangan termasuk kuota impor, pajak, dan hambatan non-tarif seperti undang-undang peraturan.
'''Perdagangan bebas''' adalah sebuah konsep [[ekonomi]] yang mengacu kepada ''[[Harmonized Commodity Description and Coding System (HS)]]'' dengan ketentuan dari ''[[World Customs Organization]]'' yang berpusat di [[Brussels]], [[Belgium]]. penjualan produk antar negara tanpa pajak ekspor-impor atau hambatan perdagangan lainnya.


== Fitur perdagangan bebas ==
'''Perdagangan bebas''' dapat juga didefinisikan sebagai tidak adanya hambatan buatan (hambatan yang diterapkan pemerintah) dalam perdagangan antar individual-individual dan perusahaan-perusahaan yang berada di negara yang berbeda.
Kebijakan perdagangan bebas pada umumnya mempromosikan fitur berikut:


* Perdagangan barang tanpa pajak (termasuk tarif) atau hambatan perdagangan lainnya (misalnya kuota impor atau subsidi untuk produsen)
[[Perdagangan internasional]] sering dibatasi oleh berbagai [[pajak]] negara, biaya tambahan yang diterapkan pada barang [[ekspor]] [[impor]], dan juga regulasi non tarif pada barang impor. Secara teori, semuha hambatan-hambatan inilah yang ditolak oleh perdagangan bebas. Namun dalam kenyataannya, perjanjian-perjanjian perdagangan yang didukung oleh penganut perdagangan bebas ini justru sebenarnya menciptakan hambatan baru kepada terciptanya [[pasar bebas]]. Perjanjian-perjanjian tersebut sering dikritik karena melindungi kepentingan perusahaan-perusahaan besar.
* Perdagangan jasa tanpa pajak atau hambatan perdagangan lainnya
* Tidak adanya kebijakan "trade-distorting" (seperti pajak, subsidi, peraturan, atau hukum) yang memberikan keuntungan untuk perusahaan, rumah tangga, atau faktor-faktor produksi.
* Akses ke pasar yang tidak diatur
* Akses informasi pasar yang tidak diatur
* Ketidakmampuan perusahaan untuk mendistorsi pasar melalui [[monopoli]] yang dikenakan pemerintah atau kekuatan [[oligopoli]]
* Perjanjian perdagangan yang mendorong perdagangan bebas.


== Sejarah ==
== Sejarah ==
=== Era awal ===
Sejarah dari perdagangan bebas internasional adalah [[sejarah perdagangan internasional]] memfokuskan dalam pengembangan dari pasar terbuka. Diketahui bahwa bermacam kebudayaan yang makmur sepanjang sejarah yang bertransaksi dalam perdagangan. Berdasarkan hal ini, secara teoritis rasionalisasi sebagai kebijakan dari perdagangan bebas akan menjadi menguntungkan ke negara berkembang sepanjang waktu. Teori ini berkembang dalam rasa moderennya dari kebudayaan komersil di Inggris, dan lebih luas lagi Eropa, sepanjang lima abad yang lalu. Sebelum kemunculan perdagangan bebas, dan keberlanjutan hal tersebut hari ini, kebijakan dari [[merkantilisme]] telah berkembang di Eropa di tahun 1500. Ekonom awal yang menolak merkantilisme adalah [[David Ricardo]] dan [[Adam Smith]].
[[Berkas:David ricardo.jpg|jmpl|160px|David Ricardo]]
Sebelum munculnya doktrin perdagangan bebas, dan terus bertentangan dengan itu sampai sekarang, kebijakan [[merkantilisme]] telah berkembang di Eropa pada abad ke-16. Dua [[ekonom]] [[Inggris]] awal yang menentang merkantilisme adalah [[Adam Smith]] dan [[David Ricardo]].


Ekonom yang menganjurkan perdagangan bebas percaya kalau itu merupakan alasan kenapa beberapa kebudayaan secara ekonomis makmur. Adam Smith, contohnya, menunjukkan kepada peningkatan perdagangan sebagai alasan berkembangnya kultur tidak hanya di Mediterania seperti [[Mesir]], [[Yunani]], dan [[Roma]], tapi juga Bengal dan [[Tiongkok]]. Kemakmuran besar dari Belanda setelah menjatuhkan kekaisaran Spanyol, dan mendeklarasikan perdagangan bebas dan kebebasan berpikir, membuat pertentangan merkantilis/perdagangan bebas menjadi pertanyaan paling penting dalam ekonomi untuk beberapa abad. Kebijakan perdagangan bebas telah berjibaku dengan [[merkantilisme]], [[proteksionisme]], [[isolasionisme]], [[komunisme]] dan kebijakan lainnya sepanjang abad. <!--
Ekonom yang menganjurkan perdagangan bebas percaya perdagangan adalah alasan mengapa peradaban tertentu makmur secara ekonomi. Adam Smith, misalnya, menunjuk peningkatan perdagangan sebagai alasan untuk berkembangnya bukan hanya budaya [[Mediterania]] seperti [[Mesir]], [[Yunani]], dan [[Roma]], tetapi juga dari [[Benggala]] ([[India Timur]]) dan [[Tiongkok]]. Kemakmuran besar dari [[Belanda]] setelah melemparkan Imperial kekuasaan [[Spanyol]] dan mengejar kebijakan perdagangan bebas <ref name=Appleby2010>{{Cite book
|last = Appleby|first = Joyce
|year = 2010
|title = The Relentless Revolution: A History of Capitalism
|url = https://archive.org/details/relentlessrevolu00appl|publisher = W.W. Norton & Company
|location = New York, New York
}}</ref> membuat sengketa perdagangan bebas/merkantilis membuat pertanyaan yang paling penting di bidang ekonomi selama berabad-abad. Kebijakan perdagangan bebas telah berjuang dengan merkantilis, proteksionis, [[isolasionis]], [[komunis]], [[populis]], dan kebijakan lain selama berabad-abad.


Perdagangan di kolonial [[Amerika]] diatur oleh sistem dagang [[Britania]] melalui [[Kisah Perdagangan dan Navigasi]]. Sampai tahun 1760-an, beberapa koloni secara terbuka menganjurkan untuk menggunakan kebijakan perdagangan bebas, sebagian karena peraturan yang tidak ketat -New England terkenal karena penyelundupan- tetapi juga karena pedagang kolonial tidak ingin bersaing dengan barang-barang asing dan pengiriman. Menurut sejarawan [[Oliver Dickerson]], keinginan untuk perdagangan bebas bukan salah satu penyebab [[Revolusi Amerika]]. "Gagasan bahwa praktik-praktik dasar pedagang dari abad kedelapan belas yang salah," tulis Dickerson, "bukanlah bagian dari pemikiran para pemimpin Revolusioner".<ref>Dickerson, ''The Navigation Acts and the American Revolution'', p 140.</ref>
== Pro-kontra perdagangan bebas ==
Banyak ekonom yang berpendapat bahwa perdagangan bebas meningkatkan standar hidup melalui teori [[keuntungan komparatif]] dan [[ekonomi skala besar]]. Sebagian lain berpendapat bahwa perdagangan bebas memungkinkan negara maju untuk mengeksploitasi negara berkembang dan merusak industri lokal, dan juga membatasi standar kerja dan standar sosial. Sebaliknya pula, perdagangan bebas juga dianggap merugikan negara maju karena ia menyebabkan pekerjaan dari negara maju berpindah ke negara lain dan juga menimbulkan [[perlombaan serendah mungkin]] yang menyebabkan standar hidup dan keamanan yang lebih rendah. Perdagangan bebas dianggap mendorong negara-negara untuk bergantung satu sama lain, yang berarti memperkecil kemungkinan [[perang]].


Perdagangan bebas datang untuk apa yang akan menjadi Amerika Serikat sebagai akibat dari Perang Revolusi Amerika, ketika Parlemen Inggris mengeluarkan UU larangan, memblokade pelabuhan kolonial. [[Kongres Kontinental]] menanggapi dengan efektif menyatakan kemandirian ekonomi, membuka port Amerika untuk perdagangan luar negeri pada tanggal [[6 April]] [[1776]]. Menurut sejarawan [[John W. Tyler]], "Perdagangan bebas telah dipaksa di Amerika, suka atau tidak."<ref>Tyler, ''Smugglers & Patriots'', p 238.</ref>
== '''Menggugat Mitos-mitos Neoliberalisme tentang Pasar Bebas''' ==
{{utama|Neoliberalisme}}


== Alternatif ==
[[Neoliberalisme]] sebagai perwujudan baru paham [[liberalisme]] saat ini dapat dikatakan telah menguasai sistem perekonomian dunia. Paham liberalisme dipelopori oleh ekonom asal Inggris [[Adam Smith]] dalam karyanya [[The Wealth of Nations]] ([[1776]]). Sistem ini sempat menjadi dasar bagi ekonomi negara-negara maju seperti Amerika Serikat dari periode 1800-an hingga masa kejatuhannya pada periode krisis besar ([[Great Depression]]) di tahun [[1930]]. Sistem ekonomi yang menekankan pada penghapusan intervensi pemerintah ini mengalami kegagalan untuk mengatasi krisis ekonomi besar-besaran yang terjadi saat itu.
Berikut adalah alternatif untuk perdagangan bebas yang telah diusulkan: [[perdagangan berimbang]], [[perdagangan yang adil]], proteksionisme, [[kebijakan industri]], dan [[pajak Tobin]].{{citation needed|date=February 2012}}


== Dalam literatur ==
Selanjutnya sistem liberal digantikan oleh gagasan-gagasan dari [[John Maynard Keynes]] yang digunakan oleh Presiden [[Roosevelt]] dalam kebijakan ''New Deal''. Kebijakan itu ternyata terbukti sukses karena mampu membawa negara selamat dari bencana krisis ekonomi. Inti dari gagasannya menyebutkan tentang penggunaan ''full employment'' yang dijabarkan sebagai besarnya peranan buruh dalam pengembangan kapitalisme dan pentingnya peran serta pemerintah dan bank sentral dalam menciptakan lapangan kerja. Kebijakan ini mampu menggeser paham liberalisme untuk beberapa saat sampai munculnya kembali krisis kapitalisme yang berakibat semakin berkurangnya tingkat profit dan menguatnya perusahaan-perusahaan transnasional atau [[Trans Nasional Corporation]]/[[Multi Nasional Corporation]] (TNC/MNC).
Nilai perdagangan bebas pertama kali diamati dan didokumentasikan oleh Adam Smith dalam ''[[An Inquiry Into the Nature and Causes of the Wealth of Nations|The Wealth of Nations]]'', pada tahun 1776.<ref>Bhagwati (2002), ''Free Trade Today'', p 3</ref> Dia menulis,


{{quote|Ini adalah pepatah dari setiap guru bijaksana dari keluarga, tidak pernah mencoba untuk membuat di rumah dan apa yang akan membuat biaya lebih untuk membuat daripada membeli.... Jika sebuah negara asing dapat memasok kita dengan komoditas lebih murah daripada kita sendiri bisa membuatnya, lebih baik membelinya dari mereka dengan beberapa bagian dari produk industri kita sendiri, bekerja di sebuah cara di mana kita memiliki beberapa keuntungan.<ref>Smith, ''Wealth of Nations'', pp 264–265</ref>}}
Menguatnya kekuatan modal dan politik perusahaan-perusahaan transnasional (TNC/MNC) yang banyak muncul di negara-negara maju makin meningkatkan tekanan untuk mengurangi berbagai bentuk intervensi pemerintah dalam perekonomian karena hal itu akan berpengaruh pada berkurangnya keuntungan yang mereka terima. Melalui kebijakan politik negara-negara maju dan institusi moneter seperti [[IMF]], [[Bank Dunia]] dan [[WTO]], mereka mampu memaksakan penggunaan kembali paham liberalisme gaya baru atau yang lebih dikenal dengan sebutan paham neo-liberalisme.


Pernyataan ini menggunakan konsep keunggulan absolut untuk menyajikan argumen yang bertentangan dengan [[merkantilisme]], yang dominan dalam pandangan perdagangan sekitarnya pada waktu itu, yang menyatakan bahwa sebuah negara harus bertujuan untuk mengekspor lebih dari impor, dan dengan demikian mengumpulkan kekayaan.<ref>Pugel (2007), ''International Economics'', p 33</ref> Sebaliknya, Smith berpendapat, negara bisa memperoleh keuntungan dari masing-masing dengan memproduksi secara eksklusif dan baik, di mana dari barang yang paling cocok untuk perdagangan antara satu sama lain seperti yang diperlukan untuk keperluan konsumsi. Dalam lapisan ini, itu bukan nilai ekspor relatif terhadap impor yang penting, tetapi nilai dari barang yang diproduksi oleh suatu bangsa. Konsep keunggulan absolut namun tidak membahas situasi di mana negara tidak memiliki keunggulan dalam produksi barang tertentu atau jenis barang.<ref>Pugel (2007), ''International Economics'', p 34</ref>
=== Paham Neoliberalisme ===
Secara garis besar Mansour Fakih (2003) menjelaskan pendirian paham neoliberalisme:
# biarkan pasar bekerja tanpa distorsi (''unregulated market is the best way to increase economic growth''), keyakinan ini berakibat bahwa perusahaan swasta harus bebas dari intervensi pemerintah, apapun akibat sosial yang dihasilkan.
# kurangi pemborosan dengan memangkas semua anggaran negara yang tidak perlu seperti subsidi untuk pelayanan sosial seperti anggaran pendidikan, kesehatan dan jaminan sosial lainnya.
# perlu diterapkan deregulasi ekonomi, mereka percaya bahwa regulasi selalu mengurangi keuntungan, termasuk regulasi mengenai [[AMDAL]], keselamatan kerja dan sebagainya.
# privatisasikan semua badan usaha negara. Privatisasi ini termasuk juga perusahaan-perusahaan strategis yang melayaani kepentignan rakyat banyak seperti PLN, Sekolah dan Rumah Sakit. Hal ini akan mengakibatkan konsentrasi kapital di tangan sedikit orang dan memaksa rakyat kecil membayar lebih mahal atas kebutuhan dasar mereka.
# masukkan gagasan seperti “barang-barang publik”, “gotong-royong” serta berbagai keyakinan solidaritas sosial yang hidup di masyarakat ke dalam peti es dan selanjutnya digantikan dengan gagasan “tanggung jawab individual”. Masing-masing orang akan bertanggung jawab terhadap kebutuhan mereka sendiri-sendiri. Golongan paling miskin di masyarakat akan menjadi korban gagasan ini karena merekalah yang paling kesulitan untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri.


Kelemahan teori ini ditangani oleh teori keunggulan komparatif. Umumnya dikaitkan dengan [[David Ricardo]] yang diperluas di atasnya dalam bukunya tahun [[1817]] ''On the Principles of Political Economy and Taxation'',<ref>Ricardo (1817), ''On the Principles of Political Economy and Taxation'', Chapter 7 [http://www.econlib.org/library/Ricardo/ricP2a.html#Ch.7,%20On%20Foreign%20Trade "On Foreign Trade"]</ref> itu membuat kasus untuk perdagangan bebas tidak didasarkan pada keunggulan absolut dalam produksi yang baik, tetapi pada biaya peluang relatif produksi. Sebuah negara harus mengkhususkan diri dalam apa pun baik itu dapat menghasilkan biaya terendah, perdagangan baik ini untuk membeli barang-barang lain yang diperlukan untuk konsumsi. Hal ini memungkinkan bagi negara-negara untuk mendapatkan keuntungan dari perdagangan bahkan ketika mereka tidak memiliki keunggulan absolut dalam bidang produksi. Sementara keuntungan mereka dari perdagangan mungkin tidak sama dengan orang-orang dari negara yang lebih produktif dalam semua barang, mereka masih akan lebih baik secara ekonomi dari perdagangan daripada mereka akan berada di bawah keadaan autarki.<ref>Bhagwati (2002), ''Free Trade Today'', p 1</ref><ref>Pugel (2007), ''International Economics'', pp 35–38 and p 40</ref>
=== Mitos ===
Dalam rangka memantapkan kebijakan neo-liberalisme, para pendukungnya secara gencar mengampanyekan mitos-mitos berkaitan dengan neo-liberalisme dan lebih lanjut tentang pasar bebas. Lebih lanjut dijelaskan oleh [[Mansour Fakih]] (2003) bahwa mitos-mitos itu diantaranya
adalah :

# perdagangan bebas akan menjamin pangan murah dan kelaparan tidak akan terjadi. Kenyataan yang terjadi bahwa perdagangan bebas justru meningkatkan harga pangan.
# WTO dan TNC akan memproduksi pangan yang aman. Kenyataannya dengan penggunaan pestisida secara berlebih dan pangan hasil rekayasa genetik justru membahayakan kesehatan manusia dan juga keseimbangan ekologis.
# kaum permpuan akan diuntungkan dengan pasar bebas pangan. Kenyataannya, perempuan petani semakin tersingkir baik sebagai produsen maupun konsumen.
# bahwa paten dan hak kekayaan intelektual akan melindungi inovasi dan pengetahuan. Kenyataannya, paten justru memperlambat alih teknologi dan membuat teknologi menjadi mahal.
# perdagangan bebas di bidang pangan akan menguntungkan konsumen karena harga murah dan banyak pilihan. Kenyataannya justru hal itu mengancam ketahanan pangan di negara-negara dunia ketiga.

Akibat dari gagasan-gagasan yang selanjutnya diterapkan menjadi kebijakan ini dapat kita perhatikan pada kehidupan di negeri ini. Bagaimana rakyat menjerit akibat kenaikan harga-harga seiring dengan ketetapan pemerintah mencabut subsidi [[BBM]]. PHK massal mewabah karena efisiensi perusahaan akibat meningkatnya beban biaya produksi. Mahalnya harga obat karena paten dan hak cipta yang membuat rakyat makin sulit mendapatkannya. Mahalnya biaya perawatan rumah sakit karena swastanisasi. Makin tercekiknya kesejahteraan petani akibat kebijakan impor beras dan diperburuk dengan mahalnya harga pupuk dan obat-obatan pembasmi hama. Masih banyak contoh yang dapat kita perhatikan dalam kehidupan sehari-hari di sekitar kita.

Akibat dalam skala lebih luas menurut [[Yanuar Nugroho]] (2005) ternyata perekonomian dunia saat ini hanya mampu memenuhi kebutuhan hidup 800 juta dari 6.5 miliar manusia. Itupun ia sudah mengonsumsi 80 persen dari semua sumber daya bumi yang tersedia. Jika cara ini diteruskan, sumber daya bumi ini akan segera terkuras habis.

[[Globalisasi]] dan pasar bebas memang membawa kesejahteraan dan pertumbuhan, namun hanya bagi segelintir orang karena sebagian besar dunia ini tetap menderita. Ketika budaya lokal makin hilang akibat gaya hidup global, tiga perempat penghuni bumi ini harus hidup dengan kurang dari dua dollar sehari. Satu miliar orang harus tidur sembari kelaparan setiap malam. Satu setengah miliar penduduk bola dunia ini tidak bisa mendapatkan segelas air bersih setiap hari. Satu ibu mati saat melahirkan setiap menit.

== Antiglobalisasi ==
{{utama|antiglobalisasi}}
Perlawanan di seluruh dunia sudah mulai berlangsung. Ketiga institusi keuangan dunia yang dianggap sebagai alat kaum neo-liberal terus menerus ditekan. Ketiganya yaitu WTO, IMF dan Bank Dunia selalu mendapat demonstrasi besar-besaran di setiap pertemuan yang dilakukan.

Perlawanan dalam skala besar pertama berlangsung pada pertemuan WTO di Seattle, AS. Berbagai gerakan sosial dari penjuru dunia berbondong-bondong memadati kota Seattle. Mereka melakukan demo besar-besaran untuk menghentikan pertemuan tersebut. Mereka berasal dari berbagai kalangan seperti kelompok lingkungan, kelompok perempuan, aktivis buruh, petani dan berbagai kelompok sosialis. Maraknya aksi yang mereka lakukan membuat pertemuan itu gagal menyelesaikan agenda yang seharusnya dibahas.

Perlawanan selanjutnya terus-menerus berlangsung mengiringi setiap pertemuan WTO. Demo juga kerap kali berlangsung di depan kantor Bank Dunia dan IMF. Bahkan yang paling fenomenal adalah tewasnya seorang petani asal Korea Selatan yang menghunjamkan tubuhnya pada barikade pasukan anti huru-hara pada pertemuan WTO di Cancun, Meksiko (Jhamtani,2005). Pertemuan WTO di Hongkong baru-baru ini juga mengundang aksi demonstrasi yang tak kalah besarnya.

Pada akhirnya karena situasi ekonomi global yang dikuasai paham neo-liberalisme saat ini ternyata penuh dengan mitos-mitos palsu, kita harus lebih bisa bersikap kritis terhadapnya. Dengan penguasaan teknologi informasi dan jaringan media global oleh perusahaan perusahaan raksasa internasional, akan mudah sekali bagi mereka untuk menyusupkan kembali mitos-mitos tersebut di benak kita. Untuk itu diperlukan kewaspadaan lebih dan sikap kritis yang didukung dengan informasi yang kaya.-->

== '''Pustaka''' ==
* Fakih, Mansour. 2003.”Bebas dari Neoliberalisme”.INSISTPress. Yogyakarta
* Jhamtani, Hira. 2005.”WTO dan Penjajahan Kembali Dunia Ketiga”. INSISTPress. Yogyakarta
* Nugoho, Yanuar. 2005. ”Bisnis Pun Ada di Simpang Jalan”. Opini, Kompas 22 September 2005 (http://www.kompas.com/kompas-cetak/0509/22/opini/2068215.htm)


== Lihat pula ==
== Lihat pula ==
Baris 69: Baris 48:
* [[Neo Liberalisme]]
* [[Neo Liberalisme]]
* [[Antiglobalisasi]]
* [[Antiglobalisasi]]
* [http://www.kedai-kebebasan.org/sumberdata/tokoh/article.php?id=328/ Tulisan John Prince-Smith: Tentang Free Trade]
* [http://www.kedai-kebebasan.org/audiofiles/article.php?id=310/ Perbincangan Ari Perdana "Tentang Perdagangan Bebas"]
* [http://www.kedai-kebebasan.org/opini/article.php?id=150/ Tulisan Alan S. Blinder Tentang Free Trade]


== Referensi ==
{{ekonomi-stub}}
{{Reflist|colwidth=35em}}

== Bibliography ==
* Bhagwati, Jagdish. ''Free Trade Today''. Princeton: Princeton University Press (2002). ISBN 0-691-09156-0
* {{cite encyclopedia |last1=Blinder |first1=Alan S. |authorlink1=Alan Blinder |last2= |first2= |authorlink2= |editor= [[David R. Henderson]] (ed.) |encyclopedia=[[Concise Encyclopedia of Economics]] |title=Free Trade |url=http://www.econlib.org/library/Enc/FreeTrade.html |year=2008 |edition= 2nd |publisher=[[Library of Economics and Liberty]] |location=Indianapolis |isbn=978-0865976658 |oclc=237794267}}
* [[Ha-Joon Chang|Chang, Ha-Joon]]. ''Kicking Away The Ladder: Development Strategy in Historical Perspective''. London: Anthem Press 2003. ISBN 978-1-84331-027-3.
* Dickerson, Oliver M. ''The Navigation Acts and the American Revolution''. New York: Barnes (1963). ISBN 978-0374921620 {{OCLC|490386016}}
* Pugel, Thomas A. ''International Economics'', 13th edition. New York: McGraw-Hill Irwin (2007). ISBN 978-0-07-352302-6
* [[David Ricardo|Ricardo, David]]. [http://www.econlib.org/library/Ricardo/ricP.html ''On the Principles of Political Economy and Taxation''], Library of Economics and Liberty (1999)
* [[Adam Smith|Smith, Adam]]. ''[[An Inquiry into the Nature and Causes of the Wealth of Nations]]'', Digireads Publishing (2009), ISBN 1-4209-3206-3
* Tyler, John W. ''Smugglers & Patriots: Boston Merchants and the Advent of the American Revolution''. Boston: Northeastern University Press (1986). ISBN 0-930350-76-6


{{Perdagangan internasional}}
{{DEFAULTSORT:Free Trade}}
[[Kategori:Ekonomi]]
[[Kategori:Ekonomi]]

Revisi terkini sejak 4 April 2023 16.37

Perdagangan bebas adalah kebijakan di mana pemerintah tidak melakukan diskriminasi terhadap impor atau ekspor.[1] Perdagangan bebas dicontohkan oleh Area Ekonomi Eropa/Uni Eropa dan Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara, yang telah mendirikan pasar terbuka dengan sangat sedikit pembatasan perdagangan. Sebagian besar negara-negara saat ini adalah anggota dari perjanjian perdagangan multilateral Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Namun, sebagian besar pemerintah masih memberlakukan beberapa kebijakan proteksionis yang dimaksudkan untuk mendukung kerja lokal, seperti penerapan tarif impor atau subsidi untuk ekspor. Pemerintah juga dapat membatasi perdagangan bebas untuk membatasi ekspor sumber daya alam. Hambatan lain yang dapat menghambat perdagangan termasuk kuota impor, pajak, dan hambatan non-tarif seperti undang-undang peraturan.

Fitur perdagangan bebas

[sunting | sunting sumber]

Kebijakan perdagangan bebas pada umumnya mempromosikan fitur berikut:

  • Perdagangan barang tanpa pajak (termasuk tarif) atau hambatan perdagangan lainnya (misalnya kuota impor atau subsidi untuk produsen)
  • Perdagangan jasa tanpa pajak atau hambatan perdagangan lainnya
  • Tidak adanya kebijakan "trade-distorting" (seperti pajak, subsidi, peraturan, atau hukum) yang memberikan keuntungan untuk perusahaan, rumah tangga, atau faktor-faktor produksi.
  • Akses ke pasar yang tidak diatur
  • Akses informasi pasar yang tidak diatur
  • Ketidakmampuan perusahaan untuk mendistorsi pasar melalui monopoli yang dikenakan pemerintah atau kekuatan oligopoli
  • Perjanjian perdagangan yang mendorong perdagangan bebas.
David Ricardo

Sebelum munculnya doktrin perdagangan bebas, dan terus bertentangan dengan itu sampai sekarang, kebijakan merkantilisme telah berkembang di Eropa pada abad ke-16. Dua ekonom Inggris awal yang menentang merkantilisme adalah Adam Smith dan David Ricardo.

Ekonom yang menganjurkan perdagangan bebas percaya perdagangan adalah alasan mengapa peradaban tertentu makmur secara ekonomi. Adam Smith, misalnya, menunjuk peningkatan perdagangan sebagai alasan untuk berkembangnya bukan hanya budaya Mediterania seperti Mesir, Yunani, dan Roma, tetapi juga dari Benggala (India Timur) dan Tiongkok. Kemakmuran besar dari Belanda setelah melemparkan Imperial kekuasaan Spanyol dan mengejar kebijakan perdagangan bebas [2] membuat sengketa perdagangan bebas/merkantilis membuat pertanyaan yang paling penting di bidang ekonomi selama berabad-abad. Kebijakan perdagangan bebas telah berjuang dengan merkantilis, proteksionis, isolasionis, komunis, populis, dan kebijakan lain selama berabad-abad.

Perdagangan di kolonial Amerika diatur oleh sistem dagang Britania melalui Kisah Perdagangan dan Navigasi. Sampai tahun 1760-an, beberapa koloni secara terbuka menganjurkan untuk menggunakan kebijakan perdagangan bebas, sebagian karena peraturan yang tidak ketat -New England terkenal karena penyelundupan- tetapi juga karena pedagang kolonial tidak ingin bersaing dengan barang-barang asing dan pengiriman. Menurut sejarawan Oliver Dickerson, keinginan untuk perdagangan bebas bukan salah satu penyebab Revolusi Amerika. "Gagasan bahwa praktik-praktik dasar pedagang dari abad kedelapan belas yang salah," tulis Dickerson, "bukanlah bagian dari pemikiran para pemimpin Revolusioner".[3]

Perdagangan bebas datang untuk apa yang akan menjadi Amerika Serikat sebagai akibat dari Perang Revolusi Amerika, ketika Parlemen Inggris mengeluarkan UU larangan, memblokade pelabuhan kolonial. Kongres Kontinental menanggapi dengan efektif menyatakan kemandirian ekonomi, membuka port Amerika untuk perdagangan luar negeri pada tanggal 6 April 1776. Menurut sejarawan John W. Tyler, "Perdagangan bebas telah dipaksa di Amerika, suka atau tidak."[4]

Alternatif

[sunting | sunting sumber]

Berikut adalah alternatif untuk perdagangan bebas yang telah diusulkan: perdagangan berimbang, perdagangan yang adil, proteksionisme, kebijakan industri, dan pajak Tobin.[butuh rujukan]

Dalam literatur

[sunting | sunting sumber]

Nilai perdagangan bebas pertama kali diamati dan didokumentasikan oleh Adam Smith dalam The Wealth of Nations, pada tahun 1776.[5] Dia menulis,

Ini adalah pepatah dari setiap guru bijaksana dari keluarga, tidak pernah mencoba untuk membuat di rumah dan apa yang akan membuat biaya lebih untuk membuat daripada membeli.... Jika sebuah negara asing dapat memasok kita dengan komoditas lebih murah daripada kita sendiri bisa membuatnya, lebih baik membelinya dari mereka dengan beberapa bagian dari produk industri kita sendiri, bekerja di sebuah cara di mana kita memiliki beberapa keuntungan.[6]

Pernyataan ini menggunakan konsep keunggulan absolut untuk menyajikan argumen yang bertentangan dengan merkantilisme, yang dominan dalam pandangan perdagangan sekitarnya pada waktu itu, yang menyatakan bahwa sebuah negara harus bertujuan untuk mengekspor lebih dari impor, dan dengan demikian mengumpulkan kekayaan.[7] Sebaliknya, Smith berpendapat, negara bisa memperoleh keuntungan dari masing-masing dengan memproduksi secara eksklusif dan baik, di mana dari barang yang paling cocok untuk perdagangan antara satu sama lain seperti yang diperlukan untuk keperluan konsumsi. Dalam lapisan ini, itu bukan nilai ekspor relatif terhadap impor yang penting, tetapi nilai dari barang yang diproduksi oleh suatu bangsa. Konsep keunggulan absolut namun tidak membahas situasi di mana negara tidak memiliki keunggulan dalam produksi barang tertentu atau jenis barang.[8]

Kelemahan teori ini ditangani oleh teori keunggulan komparatif. Umumnya dikaitkan dengan David Ricardo yang diperluas di atasnya dalam bukunya tahun 1817 On the Principles of Political Economy and Taxation,[9] itu membuat kasus untuk perdagangan bebas tidak didasarkan pada keunggulan absolut dalam produksi yang baik, tetapi pada biaya peluang relatif produksi. Sebuah negara harus mengkhususkan diri dalam apa pun baik itu dapat menghasilkan biaya terendah, perdagangan baik ini untuk membeli barang-barang lain yang diperlukan untuk konsumsi. Hal ini memungkinkan bagi negara-negara untuk mendapatkan keuntungan dari perdagangan bahkan ketika mereka tidak memiliki keunggulan absolut dalam bidang produksi. Sementara keuntungan mereka dari perdagangan mungkin tidak sama dengan orang-orang dari negara yang lebih produktif dalam semua barang, mereka masih akan lebih baik secara ekonomi dari perdagangan daripada mereka akan berada di bawah keadaan autarki.[10][11]

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Atih Rohaeti Dariah (2005). "Perdagangan Bebas: Idealisme dan Realitas". Mimbar. 21 (1): 118. ISSN 0215-8175. 
  2. ^ Appleby, Joyce (2010). The Relentless Revolution: A History of Capitalism. New York, New York: W.W. Norton & Company. 
  3. ^ Dickerson, The Navigation Acts and the American Revolution, p 140.
  4. ^ Tyler, Smugglers & Patriots, p 238.
  5. ^ Bhagwati (2002), Free Trade Today, p 3
  6. ^ Smith, Wealth of Nations, pp 264–265
  7. ^ Pugel (2007), International Economics, p 33
  8. ^ Pugel (2007), International Economics, p 34
  9. ^ Ricardo (1817), On the Principles of Political Economy and Taxation, Chapter 7 "On Foreign Trade"
  10. ^ Bhagwati (2002), Free Trade Today, p 1
  11. ^ Pugel (2007), International Economics, pp 35–38 and p 40

Bibliography

[sunting | sunting sumber]